ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PRODUKSI PADA PT TIRTA RATNA UNIT BADRANAYA.
9
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik UMKM
Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut undang-undang no. 20 tahun 2008, adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
(2)
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.2 Peranan UMKM Dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia
Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM memberi berbagai jenis kontribusi, antara lain sebagai berikut:
(3)
a. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional; Pembentukan Investasi Nasional menurut harga berlaku:
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp 461,10 triliun atau 52,99% dari total investasi nasional sebesar Rp 870,17 triliun. 2. Tahun 2008, kontribusi UMKM mengalami peningkatan sebesar
Rp 179,27 triliun atau sebesar 38,88% menjadi Rp 640,38 triliun. b. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ;
PDB Nasional menurut harga berlaku:
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.105,14 triliun atau sebesar 56,23%.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.609,36 triliun atau sebesar 55,56%.
c. Kontribusi UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional; pada tahun 2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.207 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja, jumlah ini meningkat sebesar 2,43%.
d. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional; pada tahun 2008 kontribusi UMKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp 40,75 triliun atau 28, 49%.
(4)
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan pilar utama perekonomian Indonesia. Karakteristik utama UMKM adalah kemampuannya mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif rendah. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika keberhasilan UMKM diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Sumber: Kristanto Word, UMKM di Indonesia dan Peranan Akuntansi, available at: (http://kristantoword.wordpress.com/2013/04/08/), Senin, 8 April 2013 at 12:28 WIB.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Sistem
Menurut Mulyadi (2008:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
2.2.2 Pengertian Informasi
Menurut Lilis Puspitawati (2011:13) data dan informasi adalah :
“Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.”
2.2.3 Pengertian Akuntansi
Fees, Reeve dan Warren (2008:10) menyatakan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
(5)
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Definisi Sistem Informasi Akuntansi menurut Mulyadi (2008:3) mengemukakan definisi sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”
2.2.5 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008:3), unsur-unsur sistem informasi akuntansi terdiri dari:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi di rekam (di dokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi di dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi di rekam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh formulir yaitu: faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.
(6)
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama, yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data yang lainnya. Dalam jurnal ini terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu) kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar. Contoh jurnal yaitu: jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal umum.
3. Buku Besar
Buku Besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat di pandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat di pandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Jika data keuangan yang di golongkan dalam buku besar di perlukan rinciannya lebih lanjut, dapat di bentuk buku pembantu (subsidiary
(7)
yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang di tahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan di bayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.
2.2.6 Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Azhar Susanto (2007:9), fungsi dan peran dari sistem informasi akuntansi adalah:
1. Mendukung aktivitas sehari-hari perusahaan. 2. Mendukung proses pengambilan keputusan.
3. Membantu dalam memenuhi tanggung jawab pengelolaan perusahaan.
2.3 Subsistem Sistem Informasi Akuntansi
Berdasarkan subsistem, sistem informasi akuntansi memiliki 5 bagian subsistem yang saling berkaitan, yaitu:
1. Subsistem Pendapatan, 2. Subsistem Pengeluaran,
(8)
3. Subsistem Keuangan, dan 4. Subsistem Produksi.
Sumber: Ilmu Akuntansi, Pengertian Sistem Informasi Akuntansi, available at: (http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-sistem-informasi-akuntansi/), Jum’at, 28 September 2012 at 17:09 WIB.
Dalam hal ini penulis akan lebih detail menjelaskan mengenai subsistem produksi untuk perusahaan manufaktur, yang didalamnya juga akan lebih detail menjelakan mengenai subsistem dari subsistem produksi. Di antaranya, yaitu subsistem pemakaian bahan baku, subsistem tenaga kerja langsung, dan subsistem overhead pabrik.
2.3.1 Subsistem Produksi
Menurut Mulyadi (2008:413), sistem produksi dalam perusahaan manufaktur memiliki hubungan yang erat dengan sistem produksi, karena sebagian besar kegiatan perusahaan manufaktur berada di dalam fungsi produksi. Sistem pengawasan produksi ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan order produksi yang dikeluarkan oleh fungsi produksi.
Sistem Produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk melaksanakan pengolahan bahan baku atau bahan mentah menjadi barang jadi, dalam suatu perusahaan. Sistem perusahaan manufaktur melakukan konversi bahan mentah menjadi barang jadi sesuai dengan desain produk didasarkan pada keinginan konsumen sehingga terjadi pertambahan nilai yang lebih tinggi.
(9)
Dalam perusahaan manufaktur terdapat dua cara melakukan proses produksi yaitu, produksi berdasarkan pesanan atau job order costing dan produksi berdasarkan proses atau process costing.
• Job order costing adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan
berdasarkan pesanan yang diminta oleh pelanggan.
Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan : Proses pengolahan produk yang terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi mulai dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.
Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasinya yang ditentukan oleh pemesan yang satu dapat berbeda dengan yang lainnya.
Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.
• Process costing adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan
yang dilakukan secara berkala untuk memenuhi persediaan di gudang. Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan proses :
Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus.
Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen).
(10)
Tujuan produksinya adalah untuk membentuk persediaan (inventory).
Sumber: Qahhar, Perbedaan Harga Pokok Proses dan Harga Pokok Produksi, available at: (http://qahharjdf.blogspot.com/2012/12/perbedaanhargapokok), Senin, 10 Desember 2012 at 18:30 WIB.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:413), dokumen yang digunakan dalam sistem produksi, adalah:
a. Surat Order Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.1 Surat Order Produksi
Surat perintah yang dikeluarkan oleh Departemen Produksi, yang ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan proses
Jumlah Unit yang Diperlukan
Nama Produk
Nomor Surat Order Produksi
Tanggal Produk Diperlukan Tanggal Surat Order Produksi
Tanggal Produk Selesai
Jumlah Produk Selesai
Bagian Perencanaan & Pengawasan Produksi Bagian Produksi Kepala Departemen Produksi INSTRUKSI KHUSUS ... ... ... ... ... ...
Nomor Kode Produk
SURAT ORDER PRODUKSI
PT Risa Rimendi Jln. Sawa CT 8/94 Yogyakarta
(11)
pengolahan produksi untuk memproduksi sejumlah produk dengan spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi, dan jangka waktu seperti yang tercantum dalam surat order produksi tersebut.
b. Daftar Kegiatan Produksi
DAFTAR KEGIATAN PRODUKSI Nomor Surat Order Produksi Tanggal Surat Order Produksi
Nama Produk Nomor Kode Produk
Nomor Kegiatan
Prduksi Nomor Mesin
Jam per 100
unit Penjelasan Kegiatan Produksi
Kepala Departemen Produksi Bagian Perencanaab & Pengawasan Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.2 Daftar Kegiatan Produksi
Merupakan daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi.
c. Laporan Produk Selesai
Dibuat oleh fungsi produksi untuk memberitahukan selesainya produksi pesanan tertentu kepada fungsi perencanaan dan pengawasan produksi, fungsi gudang, fungsi penjualan, dan fungsi akuntansi persediaan dan fungsi akuntansi biaya.
(12)
LAPORAN PRODUK SELESAI
Nomor laporan
produk selesai Tanggal
Nomor Surat Order Produksi
Kode
Produk Nama Produk Satuan
Kuantitas yang Dipesan
Kuantitas yang Diproduksi
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.3 Laporan Produk Selesai 2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:437), catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Ref.
Dr. Cr.
Barang Jadi
Barang dalam Proses
xxx xxx
xxx xxx
(13)
3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:421), jaringan prosedur yang membentuk sistem dalam sistem produksi adalah:
a. Prosedur Order Produksi
Surat order produksi dikeluarkan oleh Departemen Produksi berdasarkan order dari pembeli yang diterima dari fungsi penjualan atau berdasarkan dari fungsi gudang. Menurut karakteristik produksinya, prosedur order produksi dalam perusahaan manufaktur yang menggunakan process costing
adalah:
Prosedur produksi berulang kali, umumnya digunakan dalam perusahaan yang berproduksi massa, yang merupakan prosedur pemberian perintah produksi kepada fungsi produksi untuk memproduksi sejumlah produk tertentu dalam periode waktu tertentu guna memenuhi kebutuhan persediaan.
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait di dalam prosedur order produksi, yaitu:
• Fungsi Penjualan
Perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan adalah fungsi penjualan bertanggung jawab atas penerimaan order dari langganan dan meneruskan order tersebut ke fungsi produksi.
(14)
Perusahaan berproduksi berdasarkan massa adalah fungsi penjualan melayani order dari langganan berdasarkan persediaan produk jadi yang ada di gudang.
• Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Berfungsi membantu fungsi produksi dalam merencanakan dan mengawasi kegiatan produksi.
• Fungsi Produksi
Bertanggung jawab atas pembuatan perintah produksi bagi fungsi-fungsi yang ada di bawahnya bertanggung jawab atas pelaksanaan proses produksi sesuai dengan surat order produksi,daftar kebutuhan bahan baku, dan daftar kegiatan produksi.
b. Prosedur Produk Selesai
Prosedur produk selesai merupakan prosedur penyerahan produk selesai dari fungsi produksi ke fungsi gudang.
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait di dalam prosedur produk selesai adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas produk jadi yang telah selesai diproduksi ke fungsi gudang.
(15)
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima produk jadi yang diserahkan oleh fungsi produksi.
2.3.1.1Sistem Pemakaian Bahan Baku
Sistem dan prosedur biaya bahan baku merupakan bagian penting dalam proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi bisa sama sekali masih mentah dari alam atau sudah diproses sebelumnya oleh pabrik lain sebelum diproses lebih lanjut di dalam perusahaan. Biaya bahan sebenarnya terdiri atas bahan baku itu sendiri dan ada bahan penolong. Bahan baku merupakan komponen utama dalam barang jadi dan nilainya sangat material, berbeda dengan bahan penolong yang sifatnya adalah melengkapi proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi dan di samping itu pula, nilainya relatif kecil dibanding dengan nilai bahan baku yang diolah. Biaya bahan penolong jika tidak dimasukkan dalam kelompok biaya overhead pabrik digabungkan menjadi satu kelompok dalam bahan baku dengan nama biaya bahan baku dan penolong.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:414), dokumen yang digunakan dalam sistem pemakaian bahan baku, adalah:
(16)
a. Daftar Kebutuhan Bahan
DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN BAKU Nomor Surat Order Produksi Tanggal Surat Order Produksi
Nama Produk Nomor Kode Produk
No Kode Barang No Suku Cadang Satuan Jumlah yang
Diperlukan Keterangan
Kepala Departemen Produksi Bagian Perencanaan & Pengawasan Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.5 Daftar Kebutuhan Bahan Baku
Merupakan daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi.
(17)
b. Bukti Pengembalian Barang Gudang
BUKTI PENGEMBALIAN BARANG GUDANG
Departemen Bagian Nomor Surat Order Produksi
Tanggal Nomor Bukti
Nomor Urut
Kode
Barang Nama Barang Satuan
Jumlah yang Dikembalikan
Alasan Pengembalian
Diisi oleh Departemen Akuntansi
Harga
Satuan Total Harga
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.6 Bukti Pengembalian Barang Gudang
Merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk mengembalikan bahan baku dan bahan penolong ke fungsi gudang.
(18)
c. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang BUKTI PERMINTAAN DAN PENGELUARAN
BARANG GUDANG
Departemen Bagian Nomor Surat Order Produksi
Tanggal Nomor BPPBG
Nomor Urut
Kode
Barang Nama Barang Satuan
Jumlah yang Diminta
Jumlah yang Diserahkan
Diisi oleh Departemen Akuntansi
Harga
Satuan Total Harga
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.7 Bukti Permintaan dan Pengeluaran Batang Gudang
Merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk meminta bahan baku dan bahan produksi untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem pemakaian bahan baku dengan jurnal sebagai berikut:
(19)
Tgl. Keterangan Ref.
Dr. Cr.
Barang dalam Proses
Bahan Baku
xxx xxx
xxx xxx
Gambar 2.8 Jurnal Pemakaian Bahan Baku 3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:421,429), jaringan prosedur yang membentuk sistem dalam sistem pemakaian bahan baku, adalah:
a. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Digunakan oleh fungsi produksi untuk meminta bahan baku dari fungsi gudang. Jika perusahaan tidak menyelenggarakan persediaan bahan baku tertentu di gudang, maka diperlukan prosedur permintaan pembelian untuk memenuhi order produksi. Permintaan bahan baku dibuat oleh fungsi perancanaan dan pengawasan produksi.
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait dalam prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang adalah:
(20)
• Fungsi produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas perintah pembuatan produksi dan meminta bahan baku, bahan penolong, dan barang lain yang digudangkan yang akan digunakan ke fungsi gudang.
• Fungsi Gudang
Bertanggung jawab atas pelayanan permintaan bahan baku, bahan penolong dan barang lain yang digudangkan dari fungsi produksi.
b. Prosedur Pengembalian Barang Gudang
Digunakan untuk mengembalikan barang ke gudang. Adakalanya bahan baku yang telah diambil dari gudang untuk kepentingan produksi pesanan tertentu tidak seluruhnya habis digunakan. Pengembalian bahan baku tersebut ke gudang, dilakukan oleh fungsi produksi melalui prosedur pengembalian barang gudang. Dengan prosedur ini dihasilkan dokumen sumber berupa bukti pengembalian barang gudang yang digunakan untuk mengurangi biaya bahan baku yang dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan dan menambah persediaan bahan baku yang dicatat dalam kartu persediaan.
(21)
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait dalam prosedur pengembalian barang gudang adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas pengembalian bahan-bahan yang ada di gudang, dimana bahan-bahan tersebut merupakan sisa dari bahan-bahan yang tidak habis digunakan saat produksi.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan bahan-bahan yang digunakan saat produksi yang tidak seluruhnya habis digunakan dari fungsi produksi.
2.3.1.2Sistem Biaya Tenaga Kerja Langsung
Suatu gabungan dari komponen-komponen, bagian dari upah atau gaji yang dapat secara khusus dan konsisten ditugaskan atau berhubungan dengan pembuatan produk, urutan pekerjaan tertentu atau penyediaan layanan juga, kita juga dapat mengatakan hal itu adalah biaya pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja yang benar-benar membuat produk pada lini produksi.
Kegiatan dalam sistem tenaga kerja langsung meliputi: pencatatan waktu hadir, pembuatan daftar gaji dan upah, pembayaran, dan distribusi kerja.
Pada perusahaan yang relatif besar, sifat produksinya massa, dan memiliki karyawan yang jumlahnya relatif banyak sistem penggajian dapat digunakan dasar
(22)
kontrak perjanjian kerja dengan organisasi karyawan, penelitian atas produktivitas, evaluasi jabatan atau pekerjaan, program pembagian laba, program insentif, program jaminan upah minimum, dan sebagainya.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:417), dokumen yang digunakan dalam sistem biaya tenaga kerja langsung, adalah:
a. Kartu Jam Kerja
KARTU JAM KERJA
Box Potong Box Potong Nama Jam
Kerja Waktu
TGL No. Kartu Jam Kerja
Nama barang No Order
Jumlah ptong barang
Mandor Kepala Bagian Total
jam kerja
Sumber: Sistem Akuntansi, Mulyadi
(23)
Merupakan kartu untuk mencatat jam kerja tenaga kerja langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem biaya tenaga kerja langsung dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl Keterangan Ref.
Dr. Cr.
Barang dalam Proses
Biaya Upah-bagian Produksi
Biaya Upah-bagian Gudang
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
Gambar 2.10 Jurnal Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:421), jaringan prosedur yang membentuk sistem dalam sistem biaya tenaga kerja langsung, adalah:
(24)
a. Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi untuk mengerjakan order produksi tertentu atau yang dikeluarkan dalam periode waktu tertentu.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur biaya tenaga kerja langsung adalah:
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat konsumsi berbagai sumber daya yang digunakan untuk memproduksi pesanan. Pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk pesanan tertentu dilakukan oleh fungsi ini dalam kartu harga pokok produk. b. Prosedur Pencatatan Jam Tenaga Kerja Langsung
Surat order produksi yang dikeluarkan oleh Departemen Produksi dilampiri dengan daftar kebutuhan bahan baku dan daftar kegiatan produksi (operation list). Daftar kegiatan produksi berisi kegiatan yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi. Pelaksanaan kegiatan seperti yang tercantum dalam daftar kegiatan produksi tersebut memerlukan prosedur pencatatan jam tenaga kerja langsung yang dikonsumsi dalam pengolahan order produksi yang bersangkutan.
(25)
Menurut Mulyadi (2008:417), fungsi yang terkait dalam sistem biaya tenaga kerja langsung, adalah:
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab atas pencatat transaksi terjadinya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan biaya nonproduksi ke dalam jurnal pemakaian bahan baku dan jurnal umum serta posting ringkasan jurnal tersebut ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
2.3.1.3Sistem Biaya Overhead Pabrik
Overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam produksi (diluar pemasaran dan administrasi). Biaya overhead diakumulasikan tanpa mengacu ke pesanan tertentu, dan total biaya overhead kemudian dialokasikan ke semua pesanan.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), dokumen yang digunakan dalam sistem biaya overhead pabrik, adalah:
a. Bukti Memorial (Journal Voucher)
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan depresiasi aktiva tetap berwujud, amortisasi sewa dan aktiva tidak berwujud, dan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
(26)
b. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini digunakan untuk mencatat biaya-biaya yang dibayar lewat kas.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem biaya overhead pabrik, dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl Ket. Ref.
Dr. Cr.
Barang dalam Proses Barang dalam Proses-BOP Biaya Bahan Penolong Biaya Penyusut an Aset Biaya Tenaga Kerja Langsu ng Biaya Lain-lain
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Gambar 2.11 Jurnal Biaya Overhead Pabrik 3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:429), jaringan prosedur yang membentuk sistem dalam sistem biaya overhead pabrik, adalah:
(27)
a. Prosedur Produk Selesai dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan total harga pokok produk selesai yang ditransfer dari fungsi produksi ke fungsi gudang.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur produk selesai dan pembebanan biaya overhead pabrik adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyerahan total harga pokok produk selesai ke fungsi gudang.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertangguung jawab atas penerimaan total haraga pokok produk selesai dari fungsi produksi.
b. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, biaya administrasi umum, serta biaya pemasaran.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran adalah:
(28)
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat konsumsi berbagai sumber daya yang digunakan untuk memproduksi pesanan. Pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk pesanan tertentu dilakukan oleh fungsi ini dalam kartu harga pokok produk. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat oleh fungsi ini dalam kartu biaya.
2.4 Sistem Pengendalian Intern
2.4.1 Definisi Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan.
Sumber: Keuangan LSM, Definisi Pengendalian Intern versi COSO, available at: (http://keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/), Selasa, 12 Februari 2013.
2.4.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan sistem pengendalian intern menurut definisi tersebut adalah: 1. Efektivitas dan efisiensi operasi
2. Keandalan pelaporan keuangan
(29)
2.4.3 Unsur Pengendalian Intern
COSO memandang pengendalian intern merupakan rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi. Pengendalian intern berada dalam proses manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.
Pengendalian bukanlah sesuatu yang ditambahkan dalam proses manajemen tersebut, akan tetapi merupakan bagian integral dalam proses tersebut.
Komponen pengendalian intern menurut COSO adalah :
1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor
lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board.
2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk
mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem
(30)
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau,
proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.
Sumber: Keuangan LSM, Definisi Pengendalian Intern versi COSO, available at: (http://keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/), Selasa, 12 Februari 2013.
(1)
Menurut Mulyadi (2008:417), fungsi yang terkait dalam sistem biaya tenaga kerja langsung, adalah:
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab atas pencatat transaksi terjadinya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan biaya nonproduksi ke dalam jurnal pemakaian bahan baku dan jurnal umum serta posting ringkasan jurnal tersebut ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
2.3.1.3Sistem Biaya Overhead Pabrik
Overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam produksi (diluar pemasaran dan administrasi). Biaya overhead diakumulasikan tanpa mengacu ke pesanan tertentu, dan total biaya overhead kemudian dialokasikan ke semua pesanan.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), dokumen yang digunakan dalam sistem biaya overhead pabrik, adalah:
a. Bukti Memorial (Journal Voucher)
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan depresiasi aktiva tetap berwujud, amortisasi sewa dan aktiva tidak berwujud, dan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
(2)
b. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini digunakan untuk mencatat biaya-biaya yang dibayar lewat kas.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem biaya overhead pabrik, dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl Ket. Ref.
Dr. Cr.
Barang dalam Proses Barang dalam Proses-BOP Biaya Bahan Penolong Biaya Penyusut an Aset Biaya Tenaga Kerja Langsu ng Biaya Lain-lain
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Gambar 2.11 Jurnal Biaya Overhead Pabrik
3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:429), jaringan prosedur yang membentuk sistem dalam sistem biaya overhead pabrik, adalah:
(3)
a. Prosedur Produk Selesai dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan total harga pokok produk selesai yang ditransfer dari fungsi produksi ke fungsi gudang.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur produk selesai dan pembebanan biaya overhead pabrik adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyerahan total harga pokok produk selesai ke fungsi gudang.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertangguung jawab atas penerimaan total haraga pokok produk selesai dari fungsi produksi.
b. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, biaya administrasi umum, serta biaya pemasaran.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran adalah:
(4)
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat konsumsi berbagai sumber daya yang digunakan untuk memproduksi pesanan. Pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk pesanan tertentu dilakukan oleh fungsi ini dalam kartu harga pokok produk. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat oleh fungsi ini dalam kartu biaya.
2.4 Sistem Pengendalian Intern
2.4.1 Definisi Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan.
Sumber: Keuangan LSM, Definisi Pengendalian Intern versi COSO, available at: (http://keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/), Selasa, 12 Februari 2013.
2.4.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan sistem pengendalian intern menurut definisi tersebut adalah: 1. Efektivitas dan efisiensi operasi
2. Keandalan pelaporan keuangan
(5)
2.4.3 Unsur Pengendalian Intern
COSO memandang pengendalian intern merupakan rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi. Pengendalian intern berada dalam proses manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.
Pengendalian bukanlah sesuatu yang ditambahkan dalam proses manajemen tersebut, akan tetapi merupakan bagian integral dalam proses tersebut.
Komponen pengendalian intern menurut COSO adalah :
1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board.
2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem yang memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar
(6)
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau, proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.
Sumber: Keuangan LSM, Definisi Pengendalian Intern versi COSO, available at: (http://keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/), Selasa, 12 Februari 2013.