Memperluas Desain permainan bola voli di masyarakat kita bola voli

(1)

(2)

commit to user

Kata Pengantar

Pada tahun 1995 saya mendapat kesempatan berbicang-bincang dengan para pelatih dan praktisi perbolavolian nasional di Jakarta, tepatnya di Padepokan Bolavoli Sentul Jawa Barat. Saya memperoleh banyak informasi berharga tentang berbagai kendala yang dihadapi bangsa ini untuk menorehkan prestasi di kancah internasional. Isi perbincangan acapkali berujung pada keluhan dan pandangan pesimistik tentang peluang berprestasi. Untuk bertahan eksis di event Asia Tenggara saja cukup berat, apalagi di event yang lebih tinggi seperti di Asia, Asia Pacifik, bahkan Olimpade. Sepertinya tim nasional kita ibarat berusaha memasuki lubang jarum. Sulit dan imposible dengan puncak prestasi yang mungkin dapat diraih oleh atlet bolavoli kita.

Jika kita memprediksi masa depan prestasi bolavoli nasional Indonesia hanya mampu bermain di Asia Tenggara. Pandangan yang pesimistik tersebut tampaknya masih terus tumbuh dan berlaku hingga saat ini. Penilaian secara awam - kadang-kadang secara tidak langsung menyalahkan kodrat - ras bangsa kita memiliki tinggi badan yang kurang menguntungkan untuk pembentukan tim bolavoli yang handal. Hal yang berkaitan dengan keterbatasan ukuran anthropometrik juga dikeluhkan untuk cabang olahraga Bolabasket. Kedua cabang tersebut memang secara faktual dipersyarati ukuran dan postur anthropometrik.

Pada kesempatan yang lain saya mencoba berkeliling di kampung sekitar tempat saya tinggal. Saya sejak kecil memang lahir dan dibesarkan satu kota dengan tempat tinggal saya yang sekarang. Ada satu hal yang menggembirakan bahwa perkembangan bolavoli sangat luar biasa. Antusiasme dan perkembangan permainan olahraga bolavoli sangat pesat. Gema kedahsyatan permainan rakyat tersebut semakin terasa saat banyak


(3)

commit to user

digelar pertandingan Bolavoli antar kampung (Tarkam). Tarkam tersebut biasanya ramai diselenggarakan bersamaan dengan peringatan HUT RI. Ada sesuatu yang beda, Tarkam pada waktu saya kecil dulu hanya dimainkan benar-benar hanya oleh pemain lokal kampung yang bersangkutan. Tetapi Tarkam yang sekarang banyak diwarnai oleh kehadiran pemain berkelas, seperti pemain tim provinsi, bahkan pemain nasional. Apakah ini dapat dikatakan bahwa: Volleyball kita pesimistis di tataran global, tetapi optimistis di tataran domestik?.

Jawaban untuk sekarang tentunya adalah: ya!. Apalagi jika kita menggunakan mind set Volleyball sebagai sebuah cabang untuk olahraga prestasi. Adakah sisi indah lain dari sebuah permainan Volleyball di luar prestasi? Bukankah kalau kita tak mampu melihat keindahan prestasi, lebih baik kita mencoba melihat sisi lain yang indah dari sebuah Volleyball?. Berbagai hal yang terkait dengan persoalan tersebut yang tampaknya akan diangkat dalam buku ini.

Buku yang sederhana ini mencoba untuk mengajak pembaca membuka semacam cakrawala berfikir baru, untuk memandang potensi dan kemenarikan Volleyball dalam dimensi yang bersifat jamak (Multi Desain). Disain yang dimaksudkan adalah rancangan strategis untuk memanfaatkan Volleyball sebagai sebuah media bagus menuju pencapaian tujuan-tujuan utama yang berspektrum lebih luas. Spektrum tersebut, terkait dengan: Volleyball for Elite Athlete, Volleyball for Education, Volleyball for Recreation, Volleyball for Character Building, Volleyball for Culture Development, dan Volleyball for Outbond Activity.

Semoga kajian ringan yang ada pada buku ini dapat memberikan manfaat besar, terutama untuk memberikan spirit bagi pengembangan Volleyball ke depan yang lebih humanitis dan pragmatis di masyarakat.

Surakarta, Maret 2010


(4)

commit to user

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A.Volleyball: Mudah, Murah, dan Manfaat B. Volleyball dan Proses Kreatif Masyarakat C. Multi Desain Permainan Bolavoli

1 3 4

BAB II SELUK-BELUK VOLLEYBALL

A. Sejarah Singkat Volleyball B. Peraturan-peraturan

C. Teknik Bermain

12 12 17 27

BAB III VOLLEYBALL DAN DESAIN BUDAYA

PRESTASI: ASPEK TEORETIS A. Ikhtiar Penciptaan Prestasi

B. Prestasi Olahraga dan Perspektif Budaya C. Substansi Budaya Prestasi di Indonesia D. Hakikat Pendekatan Budaya Kita

E. Pilar Penyangga Budaya Prestasi F. Strategi Inovasi Budaya Prestasi G. Konklusi

33 33 37 40 44 48 51 61 BAB IV ASPEK REKREASI VOLLEYBALL

A. Kebutuhan Rekreasi dan Komunikasi Sosial B. Teori dan Batasan Rekreasi

C. Olahraga Sebagai Aktivitas Rekreasi D. Nilai Rekreasi Permainan Bolavoli

63 63 66 68 70

BAB V RUANG PUBLIK UNTUK VOLLEYBALL

REKREASI

A. Ruang Publik dan Aktivitas Bermain B. Korelasi Ruang Publik dan Aktivitas C. Mengoiptimalkan Ruang Publik

72 72 75 76


(5)

commit to user

BAB VI MENDESAIN MINI VOLLEYBALL A. Volleyball untuk Anak-anak B. Mempersiapkan Mini Volleyball C. Teknik Bermain Mini Volleyball

80 80 82 91 BAB VII PENGEMBANGAN BEACH VOLLEYBALL

A. Pengertian Beach Volleyball B. Sejarah Singkat

C. Peraturan Dan Tehnik Bermain D. Isyarat Tangan

94 94 95 96 99 BAB VIII MENTAL TRAINING DALAM VOLLEYBALL

A. Definisi Mental Training

B. Latihan Mental untuk Prestasi Puncak C. Eksistensi Atlet Bolavoli sebagai Manusia D. Sistematika Mental Training

E. Persiapan Psikologis Atlet Bolavoli F. Konklusi

103 103 105 110 112 116 119

DAFTAR PUSTAKA 121


(6)

commit to user

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1. William G. Morgan 13

Gambar 2.2. Mintonette sebagai Embrio Volleyball 14 Gambar 2. 3. Ukuran Lapangan Volleyball 18 Gambar 2.4. Lapangan Permainan Volleyball dan

Pergeseran Posisi Pemain

19

Gambar 2.5. Bola yang Direkomendasikan dalam Volleyball 20

Gambar 2.6. Service dalam Volleyball 28

Gambar 2.7. Jumping Service untuk Memulai dan Melakukan Serangan Awal

29

Gambar 2.8. Spike, Sebuah Teknik Serangan 30 Gambar 2.9. Block, Sebuah Teknik Membendung Serangan 31 Gambar 3.1. Budaya Olahraga Sebagai Persemaian Budaya

Prestasi Olahraga 38

Gambar 3. 2. Substansi Budaya Prestasi Olahraga 41 Gambar 3. 3. Model Interferensi Sistem Nilai Budaya dan

Sikap

43

Gambar 3. 4. Unsur-Unsur Pendekatan Budaya 46

Gambar 3. 5. Pilar Penyangga Budaya Prestasi Olahraga 48 Gambar 3. 6. Proses Penyebaran Inovasi Budaya Prestasi

Olahraga 60

Gambar 5.1. Pemanfaatan Lahan Kosong Untuk dijadikan Lapangan Bolavoli di Perkampungan Indonesia

77

Gambar 5.2. Ruang publik di perkampungan tidak dapat digunakan beraktivitas, terutama pada musim


(7)

commit to user

Gambar 5.3. Ilustrasi Desain Tata Ruang Publik Untuk

Olahraga di Negara Maju 79

Gambar 6.1. Ukuran Bola Nomor 4 untuk Mini Volleyball 83 Gambar 6.2. Ukuran Lapangan Mini Volleyball 83

Gambar 7.1. Aktivitas Voli Pantai 96


(8)

commit to user

Daftar Tabel

Halaman Tabel 1.1. Substansi Multi Desain Volleyball 10 Tabel 3.1. Persentase Penduduk Indonesia Umur 10 Tahun

Ke Atas dan Kegiatan Sosial Budaya Yang

Dilakukan. 35

Tabel 3. 2. Strategi Pembudayaan Prestasi Olahraga di Masyarakat


(9)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

Kecabangan

A. Volleyball: Mudah, Murah, dan Manfaat

Cabang olahraga beregu apakah yang amat berkembang di masyarakat kita? Maka hampir jawaban sebagian besar masyarakat tidak lupa menyebutkan cabang olahraga Sepakbola dan Bolavoli. Berkembang yang dimaksudkan bukan mengacu pada prestasi menjila yang diperoleh dari kedua cabang olahraga tersebut, melainkan merupakan sesuatu yang diminati dan banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Dilihat dari pencapaian prestasi, kedua cabang olahraga tersebut justru belum menunjukkan sesuatu yang membanggakan. Jika masyarakat menengah ke bawah dapat mewakili masyarakat umum di Indonesia, maka modus minat berolahraga kedua cabang tersebut (Sepakbola dan Bolavoli) dapat menjadi wawasan mendasar kajian olahraga masyarakat. Sepakbola dan Bolavoli menjadi sebuah icon olahraga masyarakat menengah ke bawah.

Mengapa kedua cabang olahraga tersebut populer di masyarakat kita? Maka jawabannya tidak juga terlalu sulit untuk dicari. Kedua olahraga

Apresiasi masyarakat dalam mengimplementasikan permainan bolavoli juga akan berkembang sesuai dengan

mind set masyarakat mengenai perbolavolian. Artinya, bolavoli perlu dikembangkan dengan beranekaragam desain (multi desain) untuk mengembangkan multi manfaat

bolavoli. Multi desain tersebut akan membuka ruang kreativitas dan inovasi masyarakat dalam rangka berperan

secara aktif dalam mengembangkan olahraga bolavoli ke depan. Multi desain tersebut tidak bermaksud untuk

merubah esensi teknik permainan bolavoli, tetapi mengemas permainan beregu tersebut dengan


(10)

commit to user

tersebut populer di masyarakat karena olahraga tersebut bersifat menyenangkan, melibatkan banyak orang, mudah untuk melakukannya, dan yang penting adalah....murah!. Ya, Murah, Mudah, dan Manfaat (3M) tampaknya merupakan persyaratan vital yang menjadi pertimbangan masyarakat kita dalam memilih sesuatu produk atau kegiatan, termasuk di dalamnya adalah memilih aktivitas olahraga. Nah, permainan Bolavoli tampaknya dipilih masyarakat kita karena memiliki persyaratan tersebut.

Kendati pun Cabang olahraga Bolavoli telah menjadi aktivitas aktif populer di masyarakat, masih ada satu hal mendasar yang kurang. Pada sisi

yang lain, upaya mempopulerkan “ samudera manfaat “ olahraga bolavoli di

masyarakat sepertinya kurang sebanding dengan mempopulerkan aktivitas bolavoli itu di masyarakat. Artinya, dari berbagai kajian ilmiah tentang perbolavolian yang telah dan sedang dilakukan oleh para pakar, sepertinya belum ada semacam mekanisme yang kuat untuk menjadikan masyarakat kita mengetahui luar-dalamnya bolavoli.

Masyarakat harus memahami secara lebih cerdas bahwa bolavoli bukanlah sekedar aktivitas, tetapi harus dikaji juga tentang fungsnya sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (yang bermanfaat tentunya).. Memang secara logika kita dapat mengatakan bahwa : “orang yang memakan buahan akan mendapatkan manfaat banyak dari buah-buahan yang dimakan, walaupun orang tersebut tidak mengetahui sedikit pun kandungan vitamin dan unsur gizi yang ada di dalam buah-buahan tersebut”.

Dengan logika yang sama, kita dapat juga mengajukan sebuah

pernyataan logis: “ Masyarakat tidak perlu mengetahui kandungan manfaat

bolavoli, karena dengan melakukan maka mereka akan memperoleh manfaat bolavoli”. Logika yang demikian memang tidak salah ketika kita menempatkan masyarakat sebagai obyek dari sebuah proses pembangunan. Tetapi menjadi kurang tepat jika masyarakat ditempatkan sebagai sebuah subyek pembangunan. Perilaku yang ingin dibentuk justru bukan terletak


(11)

commit to user

pada aktivitas yang tampak melainkan proses transferable yang dapat diciptakan. Dalam hal yang demikian, masyarakat sebenarnya memiliki semacam kebebasan berekspresi untuk menjadikan olahraga masyarakat tersebut dikemas menjadi berbagai kegiatan kreatif.

B. Volleyball dan Proses Kreatif Masyarakat

Proses kreatif masyarakat dalam menciptakan permainan-permainan olahraga baru di masyarakat memang harus didukung oleh siapapun. Proses kreatif yang ada di masyarakat tersebut biasanya bukan untuk menciptakan cabang olahraga baru, tetapi melakukan modifikasi terhadap cabang-cabang olahraga yang ada. Kreatifitas tersebut dikembangkan dengan tetap memelihara esensi cabang yang bersangkutan. Kreatifitas tersebut muncul biasanya karena terdesak oleh keterbatasan-keterbatasan dalam mengupayakan sarana berstandar, sehingga pepatah “ tiada rotan akar pun

jadi” , menjadi sebuah inspirasi dalam merancang kegiatan-kegiatan kreatif.

Respon masyarakat untuk menciptakan permainan “lucu” dengan cara memodifikasi berbagai bentuk olahraga berstandar, memiliki arti yang khusus. Perayaan hari-hari khusus, seperti Peringatan Hari Kemerdekaan, dan sebagainya, biasanya proses kreatif masyarakat, baik secara individual maupun kolektif tersebut muncul. Ada permainan bola dengan mempersyaratkan setiap pemain memakai sarung, Ada juga permainan Bolavoli dengan menggunakan lapangan bulu tangkis (mungkin satu-satunya fasilitas olahraga atau ruang publik yang dimiliki masyarakat tersebut) net atau jaring yang digunakan pun menggunakan kain spanduk bekas, dan sebagainya dan sebagainya. Berbagai contoh lain pun dapat kita sajikan berkenaan dengan aktivitas kreatif masyarakat kita dalam “memodifikasi” permainan olahraga standar menjadi sebuah “cabang olahraga lain” yang lucu. Pertanyaannya adalah: fenomena apakah ini?.


(12)

commit to user

Memang, tentu saja ada sebagian masyarakat kita menganggap bahwa aktivitas tersebut sebagai sebuah pilihan yang sah-sah saja bagi siapa pun. Hal tersebut merupakan ekspresi kolektif masyarakat secara spontan dalam mengisi sebuah momen penting, seperti : Peringatan Hari Kemerdekaan, Panen Raya, dll,. Sebagian masyarakat menganggap kegiatan tersebut sebagai aktivitas iseng kelompok masyarakat yang kurang nyata manfaatnya. Bahkan sebagian masyarakat lain menganggap permainan-permainan “kreatif” tersebut sebagai bentuk “pelecehan” atas olahraga standar. Menurut mereka, tidak ada hubungannya dengan pengembangan prestasi olahraga, sehingga merupakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Pertanyaannya adalah: Haruskah prestasi olahraga merupakan satu-satunya yang harus dituju oleh masyarakat ketika mereka beraktivitas olahraga? Adakah hal lain yang juga sangat penting dibutuhkan masyarakat di luar prestasi, ketika mereka berolahraga?

Prestasi dan olahraga memang ibarat dua sisi mata uang, tetapi dari pandangan yang pragmatis, olahraga dapat dikemas dan didesain untuk mewujudkan dalam pencapaian tujuan-tujuan lain di luar prestasi kecabangan olahraga (termasuk cabang Olahraga Bolavoli). Tujuan-tujuan lain tersebut terkait dengan aspek ketahanan masyarakat, kebugaran, rekreasi, perilaku sosial, pembentukan kharakter, dan tujuan-tujuan lainnya. Uniknya, substansi tujuan di luar tujuan pencapaian prestasi kecabangan olahraga, justru merupakan prakondisi untuk menciptakan masyarakat kuat dan memiliki mentalitas untuk berprestasi.

C. Multi Desain Permainan Bolavoli

Multi desain untuk rancangan kegiatan olahraga masyarakat ternyata memiliki arti yang tidak terpisah dengan usaha-usaha meraih prestasi. Artinya, kendatipun masyarakat melakukan aktivitas olahraga bolavoli untuk


(13)

commit to user

rekreasi, untuk memelihara kebugaran, dan untuk memperkuat ikatan sosial, pada gilirannya dalam jangka panjang akan memiliki manfaat yang salah satunya adalah untuk mempersiapkan masyarakat yang berprestasi. Dengan kata lain, pengembangan olahraga Bolavoli di masyarakat ke depan harus berorientasi pada elaborasi tujuan-tujuan mendasar yang terkai dengan pembentukan kharakter masyarakat yang menghargai prestasi. Oleh karena itu kajian tentang aspek mentalitas budaya prestasi perlu dilakukan sebagai bagian tak terpisahkan dengan kajian multi desain pengembangan cabang olahraga Bolavoli.

Bolavoli sebagai sebuah permainan rakyat , tentu saja akan memiliki manfaat yang sangat besar, yang kesemuanya amat bergantung dari daya kreativitas masyarakat untuk mendesain permainan tersebut. Apresiasi masyarakat dalam mengimplementasikan permainan bolavoli juga akan berkembang sesuai dengan mind set masyarakat mengenai perbolavolian. Artinya, bolavoli perlu dikembangkan dengan beranekaragam desain (multi desain) untuk mengembangkan multi manfaat bolavoli. Multi desain tersebut akan membuka ruang kreativitas dan inovasi masyarakat dalam rangka berperan secara aktif dalam mengembangkan olahraga bolavoli ke depan.

Multi desain tersebut tidak bermaksud untuk merubah esensi teknik permainan bolavoli, tetapi mengemas permainan beregu tersebut dengan sentuhan-sentuhan lain, seperti: (1) pembinaan atlet berprestasi, (2 pemfokusan pencapaian nilai pendidikan secara umum, (3) pencapaian tujuan rekreasi kelompok atau rekreasi keluarga, (4) pembentukan kharakter, (5) memperkaya budaya, (6) menggabungkan dengan keunikan situasi alam, atau (7) memvariasikan event-event.


(14)

commit to user

BAB II

SELUK-BELUK VOLLEYBALL

A. Sejarah Singkat Volleyball

Sejarah singkat Volleyball ini dikutip dari Situs Penggemar Bolavoli (Sumber: http://www.govolley.com/index.php

.).

Permainan bolavoli pada awal penemuannya, diberi nama Mintonette. Olahraga Mintonette ini pertama kali ditemukan oleh seorang Instruktur pendidikan jasmani (Director of Phsycal Education) yang bernama William G. Morgan di YMCA pada tanggal 9 Februari 1895, di Holyoke, Massachusetts (Amerika Serikat). Setelah bertemu dengan James Naismith (seorang pencipta olahraga bola basket yang lahir pada tanggal 6 November 1861, dan meninggal pada tanggal 28 November 1939), Morgan menciptakan sebuah olahraga baru yang bernama Mintonette. Sama halnya dengan James Naismith, William G. Morgan juga mendedikasikan hidupnya sebagai seorang instruktur pendidikan jasmani. William G. Morgan yang juga merupakan lulusan Springfield College of

Seluk-beluk Volleyball merupakan penjelasan yang lengkap dan mendasar tentang perbolavolian. Siapa saja

yang akan menulis buku Volleyball, maka ada semacam kewajiban moral untuk menguraikan seluk-beluk Volleyball, karena terkait dengan tugas edukatif dan penyebarluasan informatif mengenai Volleyball. Informasi

tersebut merupakan informasi umum milik publik. Pada bab ini seluk beluk akan dibatasi pada tiga aspek, yaitu :

(1) Sejarah Singkat Volleyball, (2) Peraturan-peraturan, dan (3) Teknik bermain. Informasi yang akan disampaikan pada bab ini merupakan sesuatu yang standar dan baku, yang seluruhnya penulis kutipkan/ download/ unduh dari SITUS PENGGEMAR BOLAVOLI


(15)

commit to user

YMCA, menciptakan permainan Mintonette ini empat tahun setelah diciptakannya olahraga permainan basketball oleh James Naismith.

Gambar 2.1. Wiliam G. Morgan (Sumber: http://www.govolley.com) Olahraga permainan Mintonette sebenarnya merupakan sebuah permainan yang diciptakan dengan mengkombinasikan beberapa jenis permainan. Tepatnya, permainan Mintonette diciptakan dengan mengadopsi empat macam karakter olahraga permainan menjadi satu, yaitu bola basket, baseball, tenis, dan yang terakhir adalah bola tangan (handball). Pada awalnya, permainan ini diciptakan khusus bagi anggota YMCA yang sudah tidak berusia muda lagi, sehingga permainan ini-pun dibuat tidak seaktif permainan bola basket. Perubahan nama Mintonette menjadi volleyball (bola voli) terjadi pada pada tahun 1896, pada demonstrasi pertandingan pertamanya di International YMCA Training School.

Pada awal tahun 1896 tersebut, Dr. Luther Halsey Gulick (Director of the Professional Physical Education Training School sekaligus sebagai Executive Director of Department of Physical Education of the International


(16)

commit to user

BAB III

VOLLEYBALL DAN DESAIN BUDAYA PRESTASI: ASPEK

TEORETIS

A. Ikhtiar Penciptaan Prestasi

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, khususnya pada Bab II, telah dijelaskan mengenai Dasar, Fungsi, dan Tujuan Keolahragaan Nasional sebagai berikut: (1) keolahragaan nasional diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (2) keolahragaan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat, (3) keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina perstuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Pembinaan olahraga bolavoli di masyarakat tidak boleh berhenti pada tahap keberhasilan pembudayaan olahraga tersebut di masyarakat, melainkan harus lebih mengarah lagi

pada upaya pembudayaan prestasi masyarakat. Pembudayaan prestasi masyarakat ditempuh melalui usaha

kongkret untuk mengembang-suburkan substansi budaya prestasi yang meliputi: (1) Kedisiplinan, (2) Kerjakeras, (3) sikap penghargaan terhadap prestasi, dan (4) sikap kompetitif

dalam masyarakat kita. Artinya bahwa pengembangan olahraga bolavoli tidak boleh hanya memfokus untuk sekadar

membentuk tim yang tangguh, melainkan harus dirancang untuk dijadikan instrumen membentuk masyarakat tangguh.


(17)

commit to user

Berbagai strategi dan upaya keras telah ditempuh untuk meningkatkan prestasi olahraga nasional, termasuk prestasi Cabang Olahraga Bolavoli. Mulai dari upaya pemassalan olahraga, pembibitan dan pemanduan bakat, sampai pada penerapan IPTEK yang menunjang pencapaian prestasi tinggi. Upaya-upaya tersebut sedikit banyak telah menunjukkan kontribusi bagi kemajuan prestasi olahraga nasional. Namun demikian, prestasi yang dicapai selalu mengalami pasang-surut, terlebih bila dibandingkan dengan kemajuan pesat yang dicapai oleh bangsa lain. Kemajuan kita tampak seperti jalan di tempat.

Pasang-surutnya prestasi olahraga bolavoli nasional juga tampak pada lemahnya kesinambungan prestasi antar lapis. Tampak jelas bahwa ada rantai yang putus di antara lapis utama dengan lapis di bawahnya. Keterputusan rantai antar lapis mengkondisikan adanya pemaksaan atlet lapis utama untuk tampil melebihi batas masa berlaga yang seharusnya. Sementara itu pada lapis bawah mengalami suatu stagnasi. Akibamya proses regenerasi atlet tidak berjalan baik, sehingga sepertinya timbul kecenderugan terjadi "masa kehabisan stock" atlet berprestasi tatkala lapis utama sudah mulai uzur prestasi.

Terganggunya proses regenerasi atlet bolavoli berprestasi merupakan sesuatu yang sangat ironis, apalagi bila dikaitkan dengan telah berhasilnya program pemassalan olahraga di tanah air kita Sebagai ilustrasi dari keberhasilan itu dapat dilihat pada tabel 1. Cukup besamya prosentase penduduk yang gemar olahraga merupakan indikator bahwa olahraga telah memasyarakat. Hal ini seharusnya merupakan modal dasar bagi upaya penciptaan prestasi olahraga nasional.


(18)

commit to user

BAB IV

ASPEK REKREASI VOLLEYBALL

A. Kebutuhan Rekreasi dan Komunikasi Sosial

Ketika kita membahas Volleyball sebagai sebuah cabang olahraga yang cukup popular di negara kita, maka sebagian besar masyarakat kita akan tertujua dan mencari penjelasan tentang catatan prestasi. Kebanyakan orang memandang cabang olahraga yang dimainkan oleh enam orang tiap timnya tersebut, sebagai olahraga atraktif yang berujung pada prestasi. Ya, begitulah prestasi dan prestasi. Sepertinya indikator penting dari setiap aktivitas olahraga selalu berujung pada pencapaian prestasi. Itulah kenyataannya bahwa masyarakat kita selalu menggunakan tolok ukur prestasi ketika membahas dan memperbincangkan persoalan olahraga, tanpa terkecuali olahraga volleyball.

Sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab VI Pasal

Permainan olahraga volleyball sebenarnya merupakan sebuah medium yang memiliki filosofi lengkap. Kelengkapan filosofi terkait dengan nilai pendidikan, nilai

sosial, dan nilai-nilai lain yang dapat berkembang luas yang keluasannya sesuai dengan apa yang bisa kita kembangkan. Salah satu hal yang belum dikembangkan

secara optimal adalah berkenaan dengan bagaimana mendesain dan meng-create bolavoli sebagai sarana komunikasi sosial yang memiliki nilai rekreatif yang tinggi

di masyarakat. Mengapa sisi tersebut yang perlu digali? Jawabnya: bahwa masyarakat kita memang selalu haus

akan bentuk-bentuk sarana komunikasi sosial yang dinamis, edukatif, menyehatkan, dan membugarkan.


(19)

commit to user

17, bahwa ruang lingkup olahraga meliputi: (1) olahraga pendidikan, (2) olahraga rekreasi, dan (3) olahraga prestasi. Dengan demikian, mengembangkan olahraga sudah seharusnya tidak sekadar mengarah pada pemahaman tentang olahraga prestasi, melainkan harus mencakup pengembangan nilai olahraga dalam tataran simultan untuk tujuan yang lebih luas dari sekedar prestasi. Pemahaman yang demikian akan mengarahkan kepada siapapun untuk bergerak mengembangkan olahraga melalui makna yang komplit bagi membangun masyarakat secara lahir dan batin.

Permainan olahraga volleyball sebenarnya merupakan sebuah medium yang memiliki filosofi lengkap. Kelengkapan filosofi terkait dengan nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai-nilai lain yang dapat berkembang luas yang keluasannya sesuai dengan apa yang bisa kita kembangkan. Salah satu hal yang belum dikembangkan secara optimal adalah berkenaan dengan bagaimana mendesain dan meng-create bolavoli sebagai sarana komunikasi sosial yang memiliki nilai rekreatif yang tinggi di masyarakat. Mengapa sisi tersebut yang perlu digali? Jawabnya: bahwa masyarakat kita memang selalu haus akan bentuk-bentuk sarana komunikasi sosial yang dinamis, edukatif, menyehatkan, dan membugarkan. Sehat dan bugar menjadi kata kunci yang harus dikembangkan.

Pada zaman sekarang, kebanyakan orang telah menganggap bahwa pengisian waktu luang merupakan sebuah kebutuhan yang perlu dipenuhi. Sesibuk apapun seseorang, pasti akan memiliki waktu luang untuk beraktivitas di luar aktivitas pokok-rutin sehari-hari. Secara ideal, waktu senggang atau waktu bebas adalah waktu yang harus dinikmati. Waktu senggang merupakan sebuah periode strategis bagi siapapun untuk melakukan recharge. Pemanfaatan waktu luang merupakan persoalan privasi untuk setiap orang, yang pengisiannya tentunya tidak dapat diatur oleh orang lain. Artinya, pengisian waktu luang yang sebenarnya adalah sebuah pilihan bebas yang sangat individual.


(20)

commit to user

BAB V

RUANG PUBLIK UNTUK VOLLEYBALL REKREASI

A. Ruang Publik dan Aktivitas Bermain

Dalam sebuah seminar; salah seorang Arsitek yang juga pakar Tata Ruang Kota memberikan statement : Bila penataan ruang kota ditentukan oleh penguasa maka kota tersebut adalah marxopolis. Bila tata ruang didikte oleh investor atau developer maka kota akan menjadi profitopol. Bila yang berperan sekadar profesional, maka kota yang terbentuk adalah technopolis. Dan bila segenap lapisan masyarakat beserta seluruh aktor pembangunan bersama-sama secara demokratis merencanakan tata ruang kota, maka akan tercipta humanopolis, yakni ruang kota manusiawi.

Korelasi antara ruang publik dengan aktivitas olahraga rekreasi adalah secara timbal balik dan saling memperkuat. Artinya,Tersedianya ruang publik yang cukup memadai dapat memicu motivasi aktivitas olahraga rekreasi. Sebaliknya, animo dan prakarsa kuat dari masyarakat untuk beraktivitas olahraga rekreasi akan melahirkan kreativitas dalam pemanfaatan ruang yang terbatas.. Desain ruang publik untuk aktivitas Volleyball rekreasi amat berbeda dengan mendesain ruang publik untuk Volleyball prestasi. Persyaratan lapangan untuk Volleyball Rekreasi tidak dalam ketentuan yang baku, sehingga dapat dikembangkan secara lebih kreatif. Walaupun berbeda, ternyata keduanya dapat didesain secara bersama-sama. Volleyball rekreasi dapat memanfaatkan lapangan Volleyball formal/ Volleyball prestasi/ Indoor, selama sedang tidak digunakan. Namun untuk kepentingan rekreasi atau relaksasi program latihan, setiap pemain Volleyball prestasi dapat menggunakan lapangan modifikasi untuk mengisi waktu luang mereka.


(21)

commit to user

Terciptanya kota manusiawi adalah idaman semua orang. Salah satu indikator kota yang manusiawi adalah terdapatnya ruang privacy komunal yang layak bagi warganya untuk berbagi rasa melalui kontak sosial. Sebuah kota; besar atau kecil, tidak manusiawi jika didalamnya tidak memiliki ruang publik. Pemunahan ruang publik, disadari atau tidak, kini sedang berlangsung. Pertumbuhan perkotaan secara kejam mengalihfungsikan lapangan dan tempat-tempat bermain menjadi bangunan-bangunan besar profit-orientaed. Alun-alun kota yang dulu digunakan warga untuk bercengkerama dan beraktivitas olahraga rekreasi, banyak yang kini berubah menjadi Super mall. Kita semua yang dihadapkan pada situasi pemiskinan ruang publik.

Kita semua sadar betul bahwa ruang publik yang layak merupakan tempat interaksi, manifestasi, sekaligus ekosistem pertumbuhan kematangan sosial warga. Ruang publik bukan sekadar tempat kosong untuk berkumpul tanpa makna, tetapi dapat menjadi ajang bagi segenap anggota masyarakat untuk dapat memanusia dan memasyarakat, melalui aktivitas “bermain produktif” yang kemudian dinamakan olahraga rekreasi.

Konsep Mengenai ruang publik (public space) bersifat dinamis, artinya bahwa pengertiannya dapat saja bergeser secara relatif tergantung pada pola dinamika pertumbuhan mobilitas sosial dan persoalan pemukiman. Pergeseran konsep tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan persepsi masyarakat dan pengambil keputusan (Decision maker) publik atas pemanfaatan tata ruang secara keseluruhan.

Secara hakiki, ruang publik (public space) diartikan sebagai tempat atau wahana para warga untuk melakukan kontak sosial mulai dari pekarangan komunal, lapangan desa, lapangan di lingkungan Rukun Tetangga, sampai ke alun-alun yang berskala kota (Eko Budiharjo, 1997 : 29).


(22)

commit to user

BAB VI

MENDESAIN MINI VOLLEYBALL

A. Volleyball untuk Anak-anak

Permainan bolavoli formal standar indoor pada hakikatnya merupakan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa. Bayangkan saja, ketinggian net 2,43 centimeter untuk pria, dan 2,24 centimeter untuk wanita merupakan sebuah bukti bahwa permainan itu sebenarnya hanya layak dinikmati oleh orang yang memiliki ukuran antropometrik dewasa. Bahwa permainan tersebut untuk orang dewasa, juga dibuktikan dengan ukuran lapangan 9 x 18 meter, ukuran bola, serta berbagai teknik-teknik dasar yang harus terkuasai oleh siapapun yang akan bermain bolavoli. Persoalannya adalah: apakah pilihan atas permainan bolavoli harus menunggu datangnya

Secara mental, anak-anak sebenarnya tidak ada hambatan dalam bermain bolavoli, karena bolavoli merupakan olahraga permainan yang sangat sesuai dengan dunia anak, yaitu dunia untuk bermain dan bermain. Aplikasi dalam pemberian sebentuk permainan olahraga menurut hukum belajar (Law of Readiness),

dilakukan dengan cara memodifikasi permainan, bukan menunggu agar anak tumbuh berkembang menjadi besar baru

boleh melakukan permainan bolavoli. Pengenalan bola merupakan sebuah cara yang efektif untuk menanamkan

kecintaan anak dengan permainan bolavoli. Pengenalan tersebut harus dilakukan sejak awal latihan. Pada anak-anak,

kesan pertama merupakan pengalaman yang amat menentukan. Kesan pertama yang kurang menyenangkan akan

menjadi sebuah keadaan yang memicu ketiadaan minat. Sebaliknya, kesan pertama yang menyenangkan, bagi anak

akan merupakan pengalaman yang membangkitkan minat. Pada anak, minat tentang sesuatu, kualitasnya amat bergantung


(23)

commit to user

masa dewasa di mana kita sudah cukup ukuran tinggi badan untuk layak memainkannya? Jawabannya tentu saja tidak.

Bagaimanakah agar anak-anak sudah dapat mulai bermain bolavoli sejak usia dini?. Melalui modifikasi tentunya, permainan bolavoli akan menjadi sebuah permainan yang menarik bagi anak-anak. Modifikasi yang dimaksudkan adalah berkenaan dengan penyederhanaan kharakteristik permainan bolavoli. Penyederhanaan dilakukan dengan melakukan penyesuaian ukuran lapangan dan peralatan dengan ukuran fisik anak-anak. Penyederhanaan juga dapat dilakukan dengan memodifikasi peraturan. Dengan demikian, esensi pembinaan olahraga dini dapat dilakukan dengan cara melakukan modifikasi kharakteristik permainan bolavoli dengan adaptasi perkembangan anak.

Dalam hukum kesiapan belajar (law of readiness) telah amat jelas ditekankan bahwa : ”Belajar (termasuk berlatih di dalamnya), akan berlangsung sangat efektif jika siswa/seseorang telah SIAP untuk memberikan respon ”. Kesiapan yang dimaksudkan adalah kesiapan untuk adaptasi dengan stimulus, termasuk juga kesiapan dari sisi kematangan secara fisik–biologis-antropometrik anak. Secara mental, anak-anak sebenrnya tidak ada hambatan, karena bolavoli merupakan olahraga permainan yang sangat sesuai dengan dunia anak, yaitu dunia untuk bermain dan bermain. Aplikasi dalam pemberian sebentuk permainan olahraga menurut hukum belajar tersebut, dilakukan dengan cara memodifikasi permainan, bukan menunggu agar anak tumbuh berkembang menjadi besar baru boleh melakukan permainan bolavoli.


(24)

commit to user

BAB VII

PENGEMBANGAN BEACH VOLLEYBALL

A. Pengertian Beach Volleyball

Beach Volleyball dikenal luas oleh masyarakat sebagai sebuah modifikasi permainan bolavoli yang dimainkan di pantai. Oleh karena itu permainan tersebut dikenal dengan voli pantai (Beach Volleyball). Salah satu jenis permainan yang lahir setelah adanya permainan bola voli di dalam ruangan adalah bola voli pantai. Bola voli pantai merupakan olahraga permainan yang diadopsi dari permainan bola voli dalam ruangan. Jika pemain pada pada setiap tim bola voli dalam ruangan berjumlah 6 orang, maka jumlah pemain pada setiap tim bola voli pantai hanya terdiri atas 2 orang.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki pantai sangat luar biasa panjangnya. Pantai yang ada memiliki pesona yang amat memukau terutama bagi para

turis asing. Pantai bagi para turis merupakan tempat berjemur yang sangat mengasikkan, terutama bagi turis

yang berasal dari negara-negara Eropa. Lebih dari itu, pantai ternyata merupakan Ruang Publik yang sangat alamiah untuk mengembangkan aktivitas olahraga. Salah

satu yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Voli Pantai atau Beach Volleyball. Menggunakan pantai sebagai habitat aktivitas bolavoli memiliki nilai strategis pengembangan prestasi, rekreasi, dan industri pariwisata

nasional. Substansi dalam bab ini mengenai Voli Pantai, penulis download informasinya dari Situs Penggemar


(25)

commit to user

Permainan ini biasanya dimainkan di atas lapangan berpasir. Meskipun dinamakan permainan bola voli pantai, namun permainan inipun kemudian berkembang menjadi sebuah permainan yang tidak hanya dapat dimainkan di lapangan sekitar pantai saja. Seiring dengan perkembangannya yang terus berjalan, permainan bola voli pantai akhirnya juga dimainkan di dataran yang tidak terdapat pantai. Namun, permainan ini tetap dimainkan di atas lapangan berpasir. Pada sebagian besar pantai di seluruh dunia, permainan bola voli pantai ini telah menjadi salah satu sarana rekreasi yang sangatpopuler. Sebagai sebuah permainan yang merupakan perkembangan dari permainan bola voli, sebagian besar karakter pada permainan bola voli pantai hampir sama dengan permainan bola voli dalam ruangan.

B. Sejarah Singkat

Berawal dari sebuah kota yang bernama Santa Monica, yang terletak di wilayah California, permainan bola voli pantai pertama kali dimulai pada tahun 1920-an. Permainan yang merupakan perkembangan dari permainan bola voli ini mulai mengembangkan sayapnya di wilayah Eropa dengan lamban. Penyebarannya ke wilayah- wilayah yang terdapat di benua Eropa mulai terlihat pada sekitar tahun 1930-an, sepuluh tahun setelah pertama kali diciptakan. Perkembangan permainan ini betul-betul berjalan dengan lamban. Hal ini dapat dilihat pada masa kepopulerannya. Permainan bola voli pantai ini baru mulai terkenal pada sekitar tahun 1980-an.

Brazil dan Amerika Serikat adalah dua negara yang selama

berpuluh-puluh tahun telah berkecimpung dan mendominasi permainan bola voli pantai pada kelas internasional. Selain Brazil dan Amerika Serikat, belakangan ini Australia juga telah muncul sebagai negara terkuat yang ketiga dalam permainan bola voli ini. Beberapa negara yang lain, yang


(26)

commit to user

BAB VIII

MENTAL TRAINING DALAM VOLLEYBALL

A. Definisi Mental Training

Sasaran utama yang ingin dicapai melalui perencanaan latihan pada atlet/ Tim Bolavoli adalah tercapainya penampilan puncak atau peak performance atlet pada saat yang diperlukan. Tercapainya kondisi puncak tersebut diupayakan melalui serangkaian usaha sistematis dalam penatalaksanaan volume, intensitas dan istirahat latihan. Persiapan fisik, teknik, dan taktik dalam olahraga menjadi sangat penting bahkan merupakan keharusan. Hal tersebut memang seharusnya dituangkan dalam sebuah perencanaan latihan melalui siklus latihan makro maupun mikro. Penampilan puncak atlet bolavoli merupakan konsekwensi logis dari usaha berlatih sesuai program latihan yang diaplikasikan.

Untuk sampai pada pencapaian performan puncak (peak performance), atlet harus berlatih secara komprehensif. Artinya, kita harus menempatkan atlet sebagai manusia yang utuh, sebagai pribadi yang utuh dengan segenap potensi dan keterbatasan yang dimiliki, serta sebagai individu yang memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingkan dengan individu yang lain. Ketika kemampuan fisik telah mampu dibangun, berbagai teknik telah terkuasai, maka faktor mental merupakan penentu yang mampu

Mental training bagi atlet bolavoli memiliki nilai edukasi yang sangat tinggi, karena di dalamnya terdapat keharusan jalinan komunikasi dan relasi yang baik antara pelatih dan atlet, antara sesama atlet, bahkan antara atlet dengan para penonton dan penggemarnya. Hal inilah yang dapat mengkondisikan

terbentuknya atlet mumpuni, sebagai outcome dari latihan mental yang baik.


(27)

commit to user

mengejawantahkan pada penampilan puncak. Peningkatan kemampuan fisik, teknik dan taktik tanpa disertai pembinaan mental yang baik akan menimbulkan efek negatif dalam pencapaian peak performance. Oleh karena itu, latihan mental (mental training) menjadi sesuatu yang sangat penting dan menjadi penentu dalam mengantarkan atlet mencapai peak performance.

Mental training memiliki kesamaan arti dengan istilah mental practice, mental rehearsal, atau cognitive rehearsal. Singer (1980) menjelaskan mental training sebagai konseptualisasi yang menunjukkan pada latihan tugas di mana gerakan-gerakannya tidak dapat diamati. Oxendine (1984) mengilustrasikan mental training sebagai proses konseptualisasi fungsi gagasan, introspeksi, dan latihan-latihan imajiner. Sedangkan Drowatzky (1991) menyebut mental training sebagai suatu metode latihan di mana penampilan pada suatu tugas diimajinasikan atau divisualisasikan tanpa latihan fisik yang tampak. Sudibyo Setyobroto (2001) mendefinisikan mental training adalah latihan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis untuk menguatkan kemauan, mengontrol stabilitas emosional, mengembangkan pemikiran, sikap dan tingkah laku, serta meningkatkan proses-proses jasmaniah dan kinerja atlet.

Latihan mental (Mental Training) telah digunakan dalam berbagai cara dan digunakan untuk: (1) mempelajari keterampilan yang baru, (2) meninjau kembali performan dari suatu keterampilan, (3) mengkombinasi dengan latihan fisik, dan (4) merevisi dan mengembangkan strategi (Drowatzky, 1981).

Kendatipun mental training merupakan sesuatu yang cukup vital, aplikasinya dalam rangkaian program latihan masih menjadi sesuatu yang tidak mudah dilakukan. Persoalannya terletak pada ketatnya program latihan yang lebih berorientasi pada membangun fisik dan membekali kemampuan teknik. Hal tersebut memang sangat beralasan, karena waktu yang tersedia untuk pelaksanaan latihan juga sangat terbatas. Mental training sebagai inti


(28)

commit to user

BIODATA PENULIS

Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd lahir di Wonogiri pada tanggal 28 Nopember 1965. Lulus S1 FKIP UNS Tahun 1989. Lulus Magister Pendidikan (S2) PPs IKIP Jakarta Tahun 1996. Lulus Program Doktor di PPs Universitas Negeri Jakarta 2010. Mengawali karier sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 1990. Sekarang adalah Lektor Kepala dengan pangkat Pembina Tingkat I Golongan IV/b (Proses pengajuan ke IV/c) di Jurusan POK FKIP UNS

Tahun 2003 – 2007 bertugas menjadi Ketua Program Studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP UNS. Tahun 2005 – 2006 menjadi Ketua Pelaksana SP4 Pengembangan Jurusan Batch II. Sejak 2005 mendapat tambahan tugas sebagai Anggota Tim Ahli Sport Development Index (SDI) Pusat di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI. Tercatat sebagai salah satu penggagas model penggalangan dana olahraga nasional. Sampai sekarang masih terus memperjuangkan terwujudnya penggalangan dana olahraga nasional melalui model Sportlabeling, yakni alternatif penggalangan dana kolaborasi produsen-konsumen Indonesia yang memiliki kecukupan dana multipotensial yang tidak mengandung unsur perjudian.

Topik utama Skripsi (S1) dan Thesis (S2) menelaah tentang kecabangan Olahraga Bolavoli. Pernah mengikuti beberapa Course dan Training of Trainer (TOT) tentang Bolavoli, diantaranya adalah TOT Pelatih Bolavoli Mahasiswa Dasar Tingkat Nasional yang diselenggarakan Diklusepora Depdikbud-Tahun 1995 di Padepokan Bolavoli Sentul Bogor, Jawa Barat.

Karya ilmiah publikasi kurun lima tahun terakhir telah dipresentasikan dalam seminar nasional dan internasional tidak kurang dari 30 judul makalah, beberapa tulisan dimuat di Surat Kabar. Sedangkan beberapa artikel telah dipublikasikan dalam Jurnal terakreditasi dan Procceeding antara lain: (1) “ Pendeteksian Bakat

Olahraga dalam Perspektif Teori Umum Keberbakatan”, (2) “ Aplikasi Model

Pembelajaran Sibernetika Pendidikan Jasmani”, (3) “Euforia Olahraga dan Penciutan

Ruang Publik”, (4) “Peningkatan Kompetensi Mengajar Pendidikan Jasmani melalui

Perbaikan Pilihan Spektrum Gaya Mengajar Model Mosston”, (5) “An Analysis on

Sport Fund Collection in Indonesia ( an Academic Study on Sport Economics-Sport

Industries in Indonesia)”, dan (6) ” Ekspektasi Dan Kesiapan Mahasiswa Dalam

Program Magang Profesi Guru Pendidikan Jasmani”, (7) “Multidesain Pengembangan Volleyball”.


(29)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Agus Kristiyanto, 2008. Multidesain Pengembangan Volleyball. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Bertucci, Bob. 1993. Championship Volleyball: By The Experts. New York: Leisure Press.

Beutelstahl, Dieter. 1994. Belajar Bermain Bolavoli. Bandung: Penerbit Pioneer.

Bompa, Tudor O., 1990. Theory and Metodology of Training. Dubuque, Iowa : Kendall/Hunt Publishing Company.

Cox, Richard H. 1993. Teaching Volleyball. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.

Jenis-jenis Permainan Bolavoli 1995. Jakarta: Sekretaris Umum Pimpinan Pusat PBVSI

Kiraly, Karch. Editor: John Hastings. 1993. Championship Volleyball. New York: Simon & Schuster.

RUJUKAN INTERNET:


(1)

BAB VII

PENGEMBANGAN

BEACH VOLLEYBALL

A. Pengertian Beach Volleyball

Beach Volleyball dikenal luas oleh masyarakat sebagai sebuah modifikasi permainan bolavoli yang dimainkan di pantai. Oleh karena itu permainan tersebut dikenal dengan voli pantai (Beach Volleyball). Salah satu jenis permainan yang lahir setelah adanya permainan bola voli di dalam ruangan adalah bola voli pantai. Bola voli pantai merupakan olahraga permainan yang diadopsi dari permainan bola voli dalam ruangan. Jika pemain pada pada setiap tim bola voli dalam ruangan berjumlah 6 orang, maka jumlah pemain pada setiap tim bola voli pantai hanya terdiri atas 2 orang.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki pantai sangat luar biasa panjangnya. Pantai yang ada memiliki pesona yang amat memukau terutama bagi para

turis asing. Pantai bagi para turis merupakan tempat berjemur yang sangat mengasikkan, terutama bagi turis

yang berasal dari negara-negara Eropa. Lebih dari itu, pantai ternyata merupakan Ruang Publik yang sangat alamiah untuk mengembangkan aktivitas olahraga. Salah

satu yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Voli Pantai atau Beach Volleyball. Menggunakan pantai sebagai habitat aktivitas bolavoli memiliki nilai strategis pengembangan prestasi, rekreasi, dan industri pariwisata

nasional. Substansi dalam bab ini mengenai Voli Pantai, penulis download informasinya dari Situs Penggemar


(2)

Permainan ini biasanya dimainkan di atas lapangan berpasir. Meskipun dinamakan permainan bola voli pantai, namun permainan inipun kemudian berkembang menjadi sebuah permainan yang tidak hanya dapat dimainkan di lapangan sekitar pantai saja. Seiring dengan perkembangannya yang terus berjalan, permainan bola voli pantai akhirnya juga dimainkan di dataran yang tidak terdapat pantai. Namun, permainan ini tetap dimainkan di atas lapangan berpasir. Pada sebagian besar pantai di seluruh dunia, permainan bola voli pantai ini telah menjadi salah satu sarana rekreasi yang sangatpopuler. Sebagai sebuah permainan yang merupakan perkembangan dari permainan bola voli, sebagian besar karakter pada permainan bola voli pantai hampir sama dengan permainan bola voli dalam ruangan.

B. Sejarah Singkat

Berawal dari sebuah kota yang bernama Santa Monica, yang terletak di wilayah California, permainan bola voli pantai pertama kali dimulai pada tahun 1920-an. Permainan yang merupakan perkembangan dari permainan bola voli ini mulai mengembangkan sayapnya di wilayah Eropa dengan lamban. Penyebarannya ke wilayah- wilayah yang terdapat di benua Eropa mulai terlihat pada sekitar tahun 1930-an, sepuluh tahun setelah pertama kali diciptakan. Perkembangan permainan ini betul-betul berjalan dengan lamban. Hal ini dapat dilihat pada masa kepopulerannya. Permainan bola voli pantai ini baru mulai terkenal pada sekitar tahun 1980-an.

Brazil dan Amerika Serikat adalah dua negara yang selama

berpuluh-puluh tahun telah berkecimpung dan mendominasi permainan bola voli pantai pada kelas internasional. Selain Brazil dan Amerika Serikat, belakangan ini Australia juga telah muncul sebagai negara terkuat yang ketiga dalam permainan bola voli ini. Beberapa negara yang lain, yang


(3)

BAB VIII

MENTAL TRAINING DALAM

VOLLEYBALL

A. Definisi Mental Training

Sasaran utama yang ingin dicapai melalui perencanaan latihan pada atlet/ Tim Bolavoli adalah tercapainya penampilan puncak atau peak performance atlet pada saat yang diperlukan. Tercapainya kondisi puncak tersebut diupayakan melalui serangkaian usaha sistematis dalam penatalaksanaan volume, intensitas dan istirahat latihan. Persiapan fisik, teknik, dan taktik dalam olahraga menjadi sangat penting bahkan merupakan keharusan. Hal tersebut memang seharusnya dituangkan dalam sebuah perencanaan latihan melalui siklus latihan makro maupun mikro. Penampilan puncak atlet bolavoli merupakan konsekwensi logis dari usaha berlatih sesuai program latihan yang diaplikasikan.

Untuk sampai pada pencapaian performan puncak (peak performance), atlet harus berlatih secara komprehensif. Artinya, kita harus menempatkan atlet sebagai manusia yang utuh, sebagai pribadi yang utuh dengan segenap potensi dan keterbatasan yang dimiliki, serta sebagai individu yang memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingkan dengan individu yang lain. Ketika kemampuan fisik telah mampu dibangun, berbagai

Mental training bagi atlet bolavoli memiliki nilai edukasi yang sangat tinggi, karena di dalamnya terdapat keharusan jalinan komunikasi dan relasi yang baik antara pelatih dan atlet, antara sesama atlet, bahkan antara atlet dengan para penonton dan penggemarnya. Hal inilah yang dapat mengkondisikan

terbentuknya atlet mumpuni, sebagai outcome dari latihan mental yang baik.


(4)

mengejawantahkan pada penampilan puncak. Peningkatan kemampuan fisik, teknik dan taktik tanpa disertai pembinaan mental yang baik akan menimbulkan efek negatif dalam pencapaian peak performance. Oleh karena itu, latihan mental (mental training) menjadi sesuatu yang sangat penting dan menjadi penentu dalam mengantarkan atlet mencapai peak performance.

Mental training memiliki kesamaan arti dengan istilah mental practice,

mental rehearsal, atau cognitive rehearsal. Singer (1980) menjelaskan mental training sebagai konseptualisasi yang menunjukkan pada latihan tugas di mana gerakan-gerakannya tidak dapat diamati. Oxendine (1984) mengilustrasikan mental training sebagai proses konseptualisasi fungsi gagasan, introspeksi, dan latihan-latihan imajiner. Sedangkan Drowatzky (1991) menyebut mental training sebagai suatu metode latihan di mana penampilan pada suatu tugas diimajinasikan atau divisualisasikan tanpa latihan fisik yang tampak. Sudibyo Setyobroto (2001) mendefinisikan mental training adalah latihan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis untuk menguatkan kemauan, mengontrol stabilitas emosional, mengembangkan pemikiran, sikap dan tingkah laku, serta meningkatkan proses-proses jasmaniah dan kinerja atlet.

Latihan mental (Mental Training) telah digunakan dalam berbagai cara dan digunakan untuk: (1) mempelajari keterampilan yang baru, (2) meninjau kembali performan dari suatu keterampilan, (3) mengkombinasi dengan latihan fisik, dan (4) merevisi dan mengembangkan strategi (Drowatzky, 1981).

Kendatipun mental training merupakan sesuatu yang cukup vital, aplikasinya dalam rangkaian program latihan masih menjadi sesuatu yang tidak mudah dilakukan. Persoalannya terletak pada ketatnya program latihan yang lebih berorientasi pada membangun fisik dan membekali kemampuan teknik. Hal tersebut memang sangat beralasan, karena waktu yang tersedia untuk pelaksanaan latihan juga sangat terbatas. Mental training sebagai inti


(5)

BIODATA PENULIS

Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd lahir di Wonogiri pada tanggal 28 Nopember 1965. Lulus S1 FKIP UNS Tahun 1989. Lulus Magister Pendidikan (S2) PPs IKIP Jakarta Tahun 1996. Lulus Program Doktor di PPs Universitas Negeri Jakarta 2010. Mengawali karier sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 1990. Sekarang adalah Lektor Kepala dengan pangkat Pembina Tingkat I Golongan IV/b (Proses pengajuan ke IV/c) di Jurusan POK FKIP UNS

Tahun 2003 – 2007 bertugas menjadi Ketua Program Studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP UNS. Tahun 2005 – 2006 menjadi Ketua Pelaksana SP4 Pengembangan Jurusan Batch II. Sejak 2005 mendapat tambahan tugas sebagai Anggota Tim Ahli Sport Development Index (SDI) Pusat di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI. Tercatat sebagai salah satu penggagas model penggalangan dana olahraga nasional. Sampai sekarang masih terus memperjuangkan terwujudnya penggalangan dana olahraga nasional melalui model Sportlabeling, yakni alternatif penggalangan dana kolaborasi produsen-konsumen Indonesia yang memiliki kecukupan dana multipotensial yang tidak mengandung unsur perjudian.

Topik utama Skripsi (S1) dan Thesis (S2) menelaah tentang kecabangan Olahraga Bolavoli. Pernah mengikuti beberapa Course dan Training of Trainer (TOT) tentang Bolavoli, diantaranya adalah TOT Pelatih Bolavoli Mahasiswa Dasar Tingkat Nasional yang diselenggarakan Diklusepora Depdikbud-Tahun 1995 di Padepokan Bolavoli Sentul Bogor, Jawa Barat.

Karya ilmiah publikasi kurun lima tahun terakhir telah dipresentasikan dalam seminar nasional dan internasional tidak kurang dari 30 judul makalah, beberapa tulisan dimuat di Surat Kabar. Sedangkan beberapa artikel telah dipublikasikan dalam Jurnal terakreditasi dan Procceeding antara lain: (1) “ Pendeteksian Bakat

Olahraga dalam Perspektif Teori Umum Keberbakatan”, (2) “ Aplikasi Model

Pembelajaran Sibernetika Pendidikan Jasmani”, (3) “Euforia Olahraga dan Penciutan

Ruang Publik”, (4) “Peningkatan Kompetensi Mengajar Pendidikan Jasmani melalui

Perbaikan Pilihan Spektrum Gaya Mengajar Model Mosston”, (5) “An Analysis on

Sport Fund Collection in Indonesia ( an Academic Study on Sport Economics-Sport

Industries in Indonesia)”, dan (6) ” Ekspektasi Dan Kesiapan Mahasiswa Dalam

Program Magang Profesi Guru Pendidikan Jasmani”, (7) “Multidesain


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kristiyanto, 2008. Multidesain Pengembangan Volleyball. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Bertucci, Bob. 1993. Championship Volleyball: By The Experts. New York: Leisure Press.

Beutelstahl, Dieter. 1994. Belajar Bermain Bolavoli. Bandung: Penerbit Pioneer.

Bompa, Tudor O., 1990. Theory and Metodology of Training. Dubuque, Iowa : Kendall/Hunt Publishing Company.

Cox, Richard H. 1993. Teaching Volleyball. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.

Jenis-jenis Permainan Bolavoli 1995. Jakarta: Sekretaris Umum Pimpinan Pusat PBVSI

Kiraly, Karch. Editor: John Hastings. 1993. Championship Volleyball. New York: Simon & Schuster.

RUJUKAN INTERNET: