PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER DI SURABAYA.

(1)

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT

BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

AINUN CHALIM

0712010014 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER DI SURABAYA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Malicha, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

ii

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Surabaya, Desember 2011 Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Pemasaran... 10

2.2.2. Merek... 13

2.2.3. Ekuitas Merek... 17

2.2.4. Respon Konsumen Terhadap Merek ... 18

2.2.5. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian Konsumen... 20

2.2.6. Minat Beli ... 24

2.2.7. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli ... 26

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

ii

2.3.Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1. Pengukuran Variabel ... 32

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 33

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 34

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 39

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 39

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40

4.2.1. Analisis Deskriptif ... 40

4.2.2. Uji Outlier Multivariate... 41

4.2.3. Uji Reliabilitas ... 43

4.2.4. Uji Validitas ... 44

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted... 45

4.2.6. Evaluasi Normalitas ... 46

4.2.7. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM... 47

4.2.8. Uji Kausalitas ... 49

4.3. Pembahasan... 60

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

iii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52 5.1. Kesimpulan ... 52 5.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(7)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...50

Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ...41

Tabel 4.3. Identitas Responden Menurut Pendidikan ...41

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate ...42

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...43

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas...44

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated ...45

Tabel 4.7. Assessment of Normality ...46

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...48

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...49

Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas ...50

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...48 Gambar 4.2: Model Pengukuran dan Struktural ...49

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(9)

i

DI SURABAYA

Ainun Chalim

ABSTRAK

Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan system perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek dan memahami perilaku merek. Ekuitas merek berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan kualitas, asosiasi merek yang kuat dan asset-asset lainnya seperti paten dan merek dagang. Jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk, harga kenyamanan, dan dengan sedikit mempedulikan merek, kemungkinan ekuitas merek rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan maka merek tersebut memiliki ekuitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli konsumen Coffee Corner.

Jenis data pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Coffe Corner. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengunjung yang datang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap faktor minat beli, tidak dapat diterima. (tidak signifikan negatif).

Keywords : Ekuitas Merek dan minat beli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan sistem perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk mencapai hal itu adalah produk yang dewasa ini berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang konpetitif preferensi dan minat beli adalah kunci kesuksesan. Dengan demikian, pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk.

Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek dan memahami perilaku merek. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang kuat. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk maka semakin kuat daya tariknya untuk mengiring konsumen mengkonsumsi produk tersebut. Itu berarti akan menghantarkan perusahaan meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Karena merek aset amat penting dan bernilai. Maka hal itu merupakan Visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan. Sehingga akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki pabrik. Dan

satu-Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(11)

satunya cara untuk memiliki pasar adalah memiliki yang dominan (Aeker,1997).

Coffee Corner. Kedai kopi yang di Jalan Arief Rahman Hakim ini menyediakan berbagai jenis kopi dengan harga yang terjangkau. Rasanya yang tidak kalah dengan kedai-kedai ternama. Suasana juga terasa ketika memasuki kafe ini. Dengan lighting berwarna kekuningan yang dipadu interior berwarna coklat, menjadikan tempat ini cocok dijadikan tempat hang out bersama teman-teman.

Sebagai café baru yang tentunya mempunyai banyak pesaing, Coffee Corner harus dapat muncul dan berusaha agar dikenal bahkan unggul di pasaran, dan melakukan strategi merek (Brand Strategy). Brand Strategy

adalah suatu manajemen brand yang bertujuan untuk mengatur semua elemen brand dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku konsumen. Brand

yang kuat serta mempunyai value akan dapat menciptakan kekuatan merek

(brand equity) yang kemudian akan dapat menjadi keunggulan dari brand

tersebut bila dibandingkan dengan brand lainnya juga sebagai nilai lebih

yang menjadikan brand tersebut dinilai berbeda oleh konsumen ketika

konsumen melakukan keputusan pembelian (Boone dan Kurtz, 2005).

Untuk dapat memperkenalkan brand Coffee Corner kepada

konsumen, Goota melakukan brand strategy, dan salah satu brand strategy

yang dilakukan adalah mengkomunikasikan brand itu kepada konsumen

(Schultz dan Barnes, 1999). Cara lain yang dapat dilakukan adalah brand

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(12)

positioning, brand identity, brand personality, brand extension, rebranding,

dan brand repositioning (Gelder, 2005).

Berbagai jenis kopi yang disajikan. Seperti espresso, origin coffee, cafe latte, frappuccino, chocolate, dan cappuccino. Cappuccino adalah varian dari kopi yang paling diminati pengunjung.

Selain kopi, cafe ini juga menyajikan 'Shisha' atau lebih dikenal rokok ala Arab. Wadahnya cukup unik dengan aroma buah-buahan. Setiap weekend, Shisha selalu laris manis dipesan anak muda yang datang ke cafe ini. Untuk menghirup aroma buah dari Shisha, pengunjung harus merogoh kantong sebesar Rp 35 ribu.

Sembari menikmati kopi dan Shisha, telinga pengunjung dimanjakan dengan alunan musik pop yang berkumandang. Setiap malam minggu, kedai ini menghadirkan band-band acoustic.

Cafe ini berdiri sejak 2007 dan ide dari dr Sjamsu Budiono seorang spesialis mata. Cafe ini sehari-hari di bawah komando Triadi Setiawan sang keponakan. Cafe ini membidik anak muda dan semua pekerja di cafe itu semua berusia muda. Pemilik beranggapan pelanggan anak muda paling cocok dilayani oleh anak muda juga. Tetapi empat tahun belakangan ini Coffee Corner mengalami penurunan penjualan yang diakibatkan dari penurunan jumlah pelanggan. Berikut adalah laporan penjualan Coffee Corner mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(13)

Tabel 1.1. Data Pengunjung Coffee Corner tahun 2007 sampai 2010 Tahun Persentase

(%)

Total Pengunjung

2007 20.13 2.360

2008 13.89 1.880

2009 4.32 1.620

2010 - 1.550

Sumber : Coffe Corner

Berdasarkan Tabel 1.1. diatas menunjukkan pengunjung Coffee Corner mengalami penurunan yang diindikasikan karena penurunan minat beli konsumen. Sehingga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa "Ekuitas Merek con affect customer's confidence in the purchase decision"

(Aaker 1991:16). Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk

suatu merek, semakin besar keyakinan pelanggan. Kesadaran kualitas menunjukkan keunikan tertentu suatu merek dibanding, merek produk pesaing. Dengan keunikan inilah pelanggan memilliki alasan pembelian (reason to buy) dan membuatnya yakin dan percaya diri. Aaker (1991:1 12)

menyatakan bahwa asosiasi merek dapat mempengaruhi minat beli melalui penciptaan kredibilitas merek yang baik di benak pelanggan. Merek dengan kredibilitas yang balk menciptakan kepercayaan yang besar atas merek tersebut. Asosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan melalui penciptaan benefit association yang positif di benak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(14)

pelanggan. Schiffman & Kanuk (2000:141) menambahkan bahwa brand

association yang postif mampu menciptakan citra merek yang sesuai dengan

keinginan sehingga dapat menciptakan minat beli merek.

Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya di mata konsumen untuk termotivasi memilih produk tersebut. Menurut Rangkuti (2004) apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang pada akhirnya akan menciptakan minat beli.

Karena Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang dan jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Ekuitas merek berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan kualitas, asosiasi merek yang kuat dan asset-asset lainnya seperti paten dan merek dagang. Jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk, harga kenyamanan, dan dengan sedikit mempedulikan merek, kemungkinan ekuitas merek rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan maka merek tersebut memiliki ekuitas yang tinggi. (Aida, 2007:146)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(15)

Dari fenomena dan penjelasan teori di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana penilaian konsumen terhadap perkembangan Coffe Corner diukur dari ekuitas mereknya. Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang dan jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Menurut Aaker, ekuitas merek diukur melalui empat dimensi yaitu brand awareness, brand

association, perceived quality dan brand loyalty

Menurut Aaker dalam Rangkuty (2002:39), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau kepada pelanggan perusahaan. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001:4), ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau menguranginilai yang diberikan oleh sebuah produk baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk menelusuri “PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER DI SURABAYA”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(16)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok pikiran pada latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu :

Apakah ekuitas merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen Coffee Corner ?.

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli konsumen Coffee Corner ?.

1.4.Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini dapat membarikan masukan bagi pemilik Coffe Corner di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh

1. Ponco, Epi, (2007), Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelanggan Telkomnet Instan Terhadap Minat Pembelian Telkomnet Speedy

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh customer base brand eguity terhadap minat pembelian. Berdasarkan hasil penelitian maka ekuitas merek dari basis pelanggan telkomnet instan memiliki pengaruh positif terhadap minat pembelian merek dengan pengaruh sebesar 40.47%. 2. Donna Maryati Panggabean, Amrin Fauzi dan Rismayani (2009) Analisis

Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek Papa Ron’s Terhadap Kepuasaan Konsumen (studi Kasus Pada Restoran Papa Ron’s di Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor ekuitas merek yang terdiri dari loyalitas merek, mutu yang dirasakan, asosiasi merek dan kesadaran merek terhadap konsumen Restoran Papa Ron’s di Medan. Data dikumpulkan melalui survei menggunakan kuesioner. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 115 responden. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini digunakan analisis regresi. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara serempak variable loyalitas merek, mutu yang


(18)

dirasakan, asosiasi merek dan kesadaran merek berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Restoran Papa Ron’s di Medan.

3. Junaedi (2009) dengan judul : Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Toserba Kuningan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen pada toserba kuningan. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis statistik uji korelasi. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa untuk analisis korelasi produk moment dapat diartikan bahwa store atmosphere memiliki hubungan yang kuat dengan minat beli konsumen, hal ini dapat terlihat pada perolehan r sebesar 0,751 yang termasuk kategori kuat.

4. Inneke Qamariah (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dimensi ekuitas merek mana yang berpengaruh lebih signifikan pada merek sepeda motor Honda terhadap Loyalitas Pelanggan. variabel loyalitas merek, kesan kualitas dan asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan sepeda motor merek Honda di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sedangkan variabel kesadaran merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian sepeda motor merek Honda.


(19)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen.


(20)

2.2.1.1. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen. Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler (1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu :

a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan penggunanya.


(21)

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.

Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18) adalah sebagai berikut:

a. Konsep pejualan

1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.

2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai.

b. Konsep pemasaran


(22)

2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk tersebut.

2.2.2. Merek

Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000 : 460) mendefinisikan merek sebagi berikut :

Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasidari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan pengalaman dalam pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh perusahaan tentang produk tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu merek muncul dari presepsi dan asaosiasi positif yang dipegang oleh seseorang dan tidak hanya terdiri dari idwe tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460)

1. Atribut (attributes)

Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagi


(23)

mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, bergengsi tinggi.

2. Manfaat (benefits)

Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.

3. Nilai (Value)

Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen. Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4. Budaya (culture)

Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.

5. Kepribadian (personality)

Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).

6. Pemakai (user)

Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk tersebut.

Suatu merek mempunyai lima komponen (Assael, 1993 : 393-400) 1. Nama merek (brand name)

Nama merek merupakan indicator inti yang mendasar dari merek, basis untuk kesadaran maupun usaha-usaha komunikasi. Bahkan sering kali nama merek bisa menghasilkan asosiasi-asosiasi yang mampu


(24)

menggambarkan merek tersebut. Dengan kata lain, nama merek bisa membentuk esesnsi dari konsep suatu merek (Aaker, 1997: 277).

2. Simbol (symbol)

Simbol adalah bagian yang penting dari suatu merek yang mempunyai bentuk yang unik. Suatu simbol dapat mengkomunikasikan asosiasi-asosiasi atau bahkan atribut-atribut yang spesisfik (Aaker, 1997). Sebuah symbol bisa dengan sendirinya menciptakan kesadaran, asosiasi, dan rasa suka atau perasaan mempengaruhi loyalitas atau kesan kualitas (Aaker, 1997: 294).

3. Pengemasan (the package)

Pengemasan mencakup kegiatan-kegiatan dalam mendesain dan memproduksi kontainer atau pembungkus untuk suatu produk. Fungsi utama kemasan adalah untuk membungkus dan melindungi produk. Selain itu, kemasan juga berfungsi untuk menarik perhatian, menjelaskan produk, hingga membuat penjualan (Aaker. 1997: 287)

4. The warranty

Pernyataan tertulis yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk mengganti atau memperbaiki produk yang rusak / cacat.

5. Citra merek (brand image)

Keseluruhan kesan yang terbuentuk dalam benak konsumen oleh karakteristik fisik merek, nama, symbol, keriaasan, dan reputasi untuk jasa.


(25)

Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan pamberian merek dapat menambah nilai produk tersebut (Kotler dan Amstrong, 1997: 267). Pemberian merek dapat bernilai bagi perusahaan dan pelanggan. Keuntungan pemberian merek bagi perusahaan (Assael, 1993: 400) :

1. Bila nama merek diasosiasikan dengan produk yang sukses, hal ini akan menarik loyalitas pelanggan

2. Merek yang telah membangun dasar loyalitas konsumen telah mempunyai kekuatan.

3. Merek dengan loyalitas konsumen juga memlihara pendukung distribusi lebuih mudah.

4. Merek yang kuat dapat diturunkan dengan menerapkannya pada spin-offs dalam lini produk.

Keuntungan pemberian merek (branding) bagi konsumen

1. Nama merek mengidentifikasi manfaat produk sehingga konsumen mengetahui apa yang akan mereka peroleh.

Konsumen tidak perlu kawatir tentang variasi dalam isi dan kualitas dari satu pembeli ke pembelian berikutnya.

2. Branding memfasilitasi belanja.

Penghargaan nama merek mengijinkan konsumen untuk membeli dengan sedikit waktu yang diperlukan untuk membandingkan dan mencari informasi. 3. Nama merek juga memberikan informasi kepada konsumen


(26)

Konsumen ingat rasa, isi, harga, dan kinerja suatu merek. Konsumen ingat merek mana yang memuaskan mereka dan mana yang tidak. Karena hal inilah branding membentuk kesempatan bagi konsumen untuk menjadi loyal pada merek.

2.2.3. Ekuitas Merek

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004: 2), dalam menghadapi persaingan yang ketat, merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai, dan berkesinambungan, menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat membantu strategi pemasaran . Keller (1993: 43) menyatakan brand equity adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Pengukuran dari brand equity sangatlah berhubungan kuat dengan kesetiaan dan bagian pengukuran dari pengguna baru menjadi pengguna yang setia.

Ada beberapa pengertian brand equity yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang pertama Susanto dan Wijanarko (2004: 127), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.

Ekuitas Merek adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Adapun dimensinya: Qomariah, (2008). Brand awareness merupakan kemampuan konsumen untuk mengingat suatu brand dan yang menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan brand lainnya. Dengan indikator : Pengenalan merek, Media iklan, Kegiatan Promosi. Perceived


(27)

quality persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Indikator empirik: Kesempurnaan produk , Nilai emosional-kenyamanan, Rancangan Produk / Desain. Brand association sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Indikator empirik: Harga produk, Lokasi penjualan

2.2.4. Respon Konsumen Terhadap Merek

Respon memainkan peranan utama dalam mem-bentuk perilaku, dimana respon terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan mem-beli atau tidak. Respon positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembeli-an terhadap merek itu, dan sebaliknya respon negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Swastha dan Handoko (1997: 91): “Respon adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut”. Sedang-kan menurut Engel, Blackwell, Minniard (1994:336) mendefinisikan respon sebagai ”Suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang bertindak dengan cara menguntungkan atau tidak menguntung-kan secara konsisten berkenaan dengan obyek yang diberikan”.

Respon berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sikap ini kerap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat pula membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di dalam


(28)

pasar. Sikap juga berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan memilih target pasar. Menurut Assael (1995 : 267) sikap memiliki tiga komponen yaitu:

1. Komponen kognitif /Berpikir : kepercayaan merek (brand belief)

Komponen ini menunjukkan pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap suatu atribut manfaat (benefit) dan suatu obyek (persepsi). Umumnya persepsi akan membentuk kepercayaan.

2. Komponen Afektif / Perasaan : evaluasi merek (brand evaluation)

Komponen ini akan menunjukan perasaaan dan keseluruhan evaluasi seseorang terhadap suatu merek atau obyek tertentu.

3. komponen Konatif / Tindakan : maksud untuk membeli (intention to buy) Komponen ini menunjukan kecenderungan seseorang atau konsumen untuk bertindak suatu obyek.

Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah karena evaluasi merek merupakn ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Kepercayaan merek datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi merek terutama menentukan perilaku kehendak. Dalam faktanya, evaluasi merek sesuai dengan definisi dari sikap terhadap merek yaitu untuk mengevaluasi merek baik disenagi atau tidak disenagi (Sutisna,2001 : 101).


(29)

2.2.5. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian Konsumen

Menurut Swasta (2000:120) proses konsumen untuk membeli dalam mengambil keputusan merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tahap dalam proses pembelian oleh konsumen untuk membeli suatu produk sebagai berikut:

a. Menganalisa kebutuhan dan keinginan. Analisa untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum dapat terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum terpenuhi atau masih ditunda pemenuhannya serta kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

b. Menilai sumber-sumber. Tahap ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dirasakan.

c. Menetapkan tujuan pembelian. Pada tahap ini konsumen akan menetapkan tujuan pembelian dalam membeli suatu produk atau jasa serta mengadakan seleksi terhadap alternative pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.

d. Keputusan untuk membeli. Adalah proses dalam pembelian yang nyata jadi selain konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

e. Perilaku setelah pembelian. Adalah tahap bersifat operatif selain penting bagi konsumen juga merupakan hal yang penting bagi perusahaan sebab


(30)

perilaku perusahaan dapat mempengaruhi penjualan dan juga mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain tentang produk perusahaan atau memberikan gambaran yang buruk mengenai produk perusahaan tersebut. Untuk memperhatikan hal tersebut hendaknya perusahaan dapat bertindak dengan menekan kepada segi-segi tertentu atau pelayanan tertentu dari produknya.

Sedangkan menurut Kotler (2004; 205) proses perilaku konsumen dalam mengambil keputusan membeli mempergunakan lima tahap yang dilalui konsumen yaitu: pengenalan masalah, mencari informasi, evaluasi alternative, membuat keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Adapun proses dari tahap-tahap tersebut adalah:

a. Pengenalan masalah

Pengenalan masalah adalah tahap ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti halnya kebutuhan normal seseorang seperti lapar, haus, seks akan muncul ketingkat lebih tinggi untuk mencapai dorongan. Kebutuhan juga timbul karena rangsangan eksternal seperti halnya rasa kagum, ketertarikan sebuah tayangan iklan. Pada tahap ini para pemasar perlu meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik mereka dan bagaimana menarik itu membawa konsumen pada produk tertentu.


(31)

B. Pencarian Informasi

Adalah tahap dari proses keputusan membeli yang merangsang untuk menbcari informasi yang lebih banyak. Seorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih banyak Informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan konsumen miungkin akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi lebih lanjut yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Dalam memperoleh informasi, konsu men dapat melalui beberapa sumber seperti: 1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan

2. Sumber Komersial: iklan, wiraniaga, agen, pameran 3. Sumber Publik: media massa, organisasi konsumen 4. Sumber Pengalaman: penggunaan produk, menguji

Mengenai sumber informasi yang digunakan oleh konsumen, pemasar perlu mengidentifikasi sumber-sumber itu dengan cermat dan menilai pentingnya sumber-sumber informasi itu. Konsumen perlu diminta keterangannya tentang nagaimana mereka pertama kali, apakah informasi yang masuk selanjutnya, dan pentingnya beberapa sumber informasi lainnya yang berbeda secara selektif. Pemasar akan memperoleh kesimpulan bahwa informasi ini penting dan mempunyai pengaruh dalam mempersiapkan komunikasi yang efektif terhadap pasar sasaran.


(32)

c. Evaluasi alternative

Pemasar perlu mengetahui tentang penilaian alternative, bagaimana konsumen untuk memperoleh informasi unrtuk sampai pada pilihan mereka. Beberapa konsep dasar akan membantu untuk memperjelas proses penilaian konsumen. 1. Sifat-sifat produk, yaitu bahwa setiap konsumen memandang suatu produk

sebagai himpunan dari sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu.

2. Pemasar perlu memperhatikan ciri produk daripada penonjolan ciri-ciri. Konsumen mungkin mengaitkan pentingnya bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda itu dengan ciri-ciri yang sesuai, sehingga suatu perbedaan dapat dibuat antara pentingnya suatu cirri dengan penonjolanya.

3. Seperangkat kepercayaan dimana konsumen berbeda-beda terhadap cirri-ciri produk yang sebenarnya sesuai dengan pengalamannya, dana dampak dari persepsi selektif, perubahan makna informasi secara selektif, dan kemempuan mengingat kembali secara selektif.

4. Fungsi kemanfaatan untuk setiap cirri-ciri yaitu menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternative yang berbeda-beda dari setiap cirri.

5. Prosedur penilaian, yaitu konsumen terbentuk terhadap beberapa pilihan dari sekian banyak cirri-ciri obyek.

D. Minat Membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan serta membentuk niat pembelian. Konsumen biasanya akan cenderung membeli merek yang paling disukai, namun


(33)

demikian ada dua factor yang dapat mencampuri maksud membeli dan keputusan membeli yaitu:

1. Pendirian atau sikap orang lain 2. faktor situasi yang tidak terantisipasi

Keputusan konsumen untuk mengubah, menangguhkan, atau membatalkan keputusan membeli dipengaruhi oleh pandangan resiko seseorang. Pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya resiko dalam diri konsumen serta memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi resiko yang dirasakan.

E. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian.

Konsumen yang puas akan terus melakukan pembelian sampai menjadi pelanggan. Konsumen yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada teman-teman mereka. Karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.

2.2.6. Minat Beli

Minat beli terjadi dari berbagai tahapan saat iklan masuk pada konsumen, mulai dari rasa perhatian terhadap iklan yang ditampilkan, kemudian membawa


(34)

rasa ketertarikan terhadap produk yang diiklankan tadi, sehingga konsumen akan mulai mencoba dengan apa yang mereka ketahui di iklan tadi, dari tahap mencoba tadi mereka akan melakukan suatu tindakan pembelia (Tjiptono, 1998; 226).

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (1995; 306), minat beli adalah tahap kecenderungan repsonden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Sedangkan minat pembelian ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada masa lalu. (Thamrin, 2003; 142)

Jelas bahwa daya tarik sangat berperan terhadap usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena didalam minat terdapat unsur dan perhatian, sehingga kemauan yang terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa, akan tetapi merupakan kemauan yang disertai perasaan senang. Minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan pada masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang bersifat intrinsic yang mampu membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut dengan dirinya. Dengan kata lain, minat beli ini dapt timbul dari kebutuhan pribadi dan tuntutan masyarakat serta dari pikirandan perasaan terhadap barang atau jasa yang diinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal dari luar dirinya).


(35)

Menurut Junaedi (2009:102) minat beli merupakan suatu perilaku pembelian konsumen terhadap suatu rangsangan yang diberikan para pemaar saat akan melakukan pembelian, dengan dimensi : Attention (menarik perhatian) yang diindikatori : Jenis produk, Produk yang dibutuhkan, Produk utama. Interest (Menimbulkan minat lebih dalam) yang diindikatori : Label harga, Harga sesuai. Desire (keinginan untuk membeli) yang diindikatori : Area toko yang bersih, Tempat yang nyaman, Logo

2.2.7. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli

Pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa "Brand equity con affect customer's confidence in the purchase decision" (Aaker 1991:16). Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk suatu merek, semakin besar keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya. Kesadaran kualitas menunjukkan keunikan tertentu suatu merek dibanding, merek produk pesaing. Dengan keunikan inilah pelanggan memilliki alasan pembelian (reason to buy) dan membuatnya yakin dan percaya diri atas keputusan pembeliannya. Aaker (1991:1 12) menyatakan bahwa asosiasi merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan kredibilitas merek yang balk di benak pelanggan. Merck dengan kredibilitas yang balk menciptakan kepercayaan yang besar atas merek tersebut.


(36)

Asosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan benefit association yang positif di benak pelanggan. Positive beliefit association on mampu memberikan reason to hung yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian Schiffman & Kanuk (2000:141) menambahkan bahwa brand association yang postif mampu menciptakan citra merek yang sesuai dengan keinginan sehingga dapat menciptakan rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian merek tersebut. Aaker ( 1991:40) menyatakan bahwa tingkat brand loyalty tinggi, yaitu komitmen pelanggan yang kuat atas merek dapat menciptakan rasa percaya diri yang besar pada pelanggan saat mengambil keputusan pembelian (Assael, 1992:89).

Karena Brand Equity menunjukkan keunikan tertentu suatu merek dibanding, merek produk pesaing. Dengan keunikan inilah pelanggan memilliki alasan pembelian (reason to buy) dan membuatnya yakin dan percaya diri atas keputusan pembeliannya. Sehingga kesimpulannya Brand Equity berhubungan terhadap minat beli.


(37)

Ekuitas Merek

(X)

Minat Beli (Y)

Kesadaran Merek

(X1)

Asosiasi Merek

(X2)

Persepsi Kualitas

(X3)

2.3. Kerangka Konseptual

Menimbulkan Minat (Y2)

Keinginan untuk Membeli (Y.3) Menarik Perhatian


(38)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bahwa ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen Coffee Corner.


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

I. Ekuitas Merek (X) adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Adapun dimensinya: Qomariah, (2008). 1. Brand awareness (X1), kemampuan konsumen untuk mengingat suatu brand

dan yang menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan brand lainnya. Dengan indikator :

a) Pengenalan merek b) Media iklan c) Kegiatan Promosi

2. Perceived quality (X2); persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Indikator:

a) Kesempurnaan produk b) Nilai emosional-kenyamanan c) Rancangan Produk / Desain

3. Brand association (X3) sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Indikator:


(40)

a) Harga produk b) Lokasi penjualan

II. Minat Beli (Y)

Merupakan suatu perilaku pembelian konsumen terhadap suatu rangsangan (stimulus) diberikan para pemasar saat akan melakukan pembelian Adapun dimensinya: (Junaedi, 2009:102)

Attention (menarik perhatian), dengan indikator : a) Jenis produk

b) Produk yang dibutuhkan c) Produk utama

2. Interest (Menimbulkan minat lebih dalam), dengan indikator : a) Label harga

b) Harga sesuai

3. Desire (keinginan untuk membeli, dengan indikator : a) Area toko yang bersih

b) Tempat yang nyaman c) Logo

3.1.1. Pengukuran Variabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. Skala interval adalah angka yang diberikan untuk membedakan, menunjukkan peringkat dan mempunyai jarak. Sedangkan teknik pengukurannya menggunakan Agree-Dsagree Scale. Skala ini merupakan salah satu bentuk


(41)

lain dari Bipolar Adjective dengan mengembangkan pernyataan yang menghasilkan jawaban setuju – tidak setuju dalam berbagai rentang nilai yang mempunyai skala 10 dengan pola sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

3.2.Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Coffe Corner. b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling,

yaitu pengambilan sampling secara sembarang (kapanpun dan dimanapun menemukannya) asal memenuhi syarat sebagai sampel dan populasi tertentu. Pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengunjung yang datang

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.


(42)

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Karena terdapat 16 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (16 X 6 = 96) yang dibulatkan menjadi 102 responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil langsung dari pengunjung Coffe Corner dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:

a. Interview,

Yaitu mengadakan wawancara kepada pengunjung Coffe Corner b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada pengunjung Coffe Corner.


(43)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit.

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh sebagai berikut :

Persamaan Brand awareness (X1) : X.1. = 1 Brand awareness + er_1 X.2 = 2 Brand awareness + er_2 X.3 = 3 Brand awareness + er_3

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor

analysis, maka model pengukuran dengan contoh variable harga akan

nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Brand awareness

Brand awareness

X1.1 er_1

X1.2 er_2


(44)

Keterangan :

X.1 = pertanyaan tentang Pengenalan merek X.2 = pertanyaan tentang Media iklan X.3 = pertanyaan tentang Kegiatan Promosi

3.4.2. Outliers

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui

munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat kategori.

 Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik 80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah nilai ekstrim.

 Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.


(45)

 Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai ekstrim itu.

 Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.3. Evaluasi atas outliers

Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier

Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar

jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah

multivariate outlier.

3.4.4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of


(46)

significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai pembentukan indikator.

3.4.5. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70 dan variance extracted≥ 0,5 Hair et. al., (1998).

3.4.6. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. Augusty (2002 : 108).


(47)

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan. 3.4.9. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF

FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau  0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar.  0,08 GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

 0,90 AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF.  0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model  2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model.  0,95 CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya

sample dan kerumitan model.  0,95


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan

Menjadi salah satu tempat nongkrong paling asik bagi warga sekitar Surabaya. Tempat yang menghidangkan sajian kopi ini telah terkenal baik di kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Coffee Corner Surabaya berlokasi di Jalan AR. Hakim tepatnya dekat kampus ITATS.

Sebagai salah satu kafe yang terdepan dan ahli dalam dunia kopi, Coffee Corner meracik dari 100% natural roasted kopi Arabica yang dijadikan serbuk micro-ground sehingga membuat rasanya tetap kaya dan full bodied seperti secangkir kopi yang fresh-brewed di Coffee Corner.

Penentuan lokasi perusahaan sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan itu sendiri, maka penentuan lokasi perusahaan ini harus dipertimbangkan secara matang dan juga harus sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi alam serta masyarakat sekitarnya.

Coffee Corner berlokasi di Jl. Jalan AR. Hakim No. 50 Surabaya. Adapun faktor – faktor yang dipertimbangkan antara lain :

a. Transportasi yang cukup lancar mengingat letak perusahaan berada tidak jauh dari jalan raya.


(49)

b. Fasilitas listrik yang memadai.

c. Tidak jauh dari pusat industri di Surabaya.

Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka Jalan AR. Hakim mampu menjalankan operasinya dengan baik.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 102 responden 90 responden (81,8%) adalah laki-laki, 12 responden (18,2%) perempuan.

Tabel 4.1

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 90 81,8 Perempuan 12 18,2

Total 102 100 Sumber : Lampiran.

b. Deskripsi responden berdasarkan Umur

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 19-20 tahun sejumlah 40 orang (40%) selanjutnya, yang berumur sekitar 21–22 tahun sejumlah 60 orang (60%).


(50)

Tabel 4.2

Identitas Responden Menurut Umur

No Umur Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 19 – 20 tahun 40 40 2. 21 – 22 tahun 60 60

Total 100 100

c. Deskripsi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar tingkat pendidikan

No tingkat pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 SD 10 9,6

2 SLTP 40 38

3 SMA 31 32,4

4 S-1 21 20

Total 102 100

Sumber : Data kuisioner Diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 9,6%, SLTP sebanyak 40 orang atau sebesar 38%, SMA sebanyak 34 orang atau sebesar 32,4%, sisanya S-1 sebanyak 21 orang atau 20%.

4.2.2. Uji Outlier Multivariate

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang


(51)

dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N Predicted Value 25.874 82.975 51.500 12.001 102 Std. Predicted Value -2.135 2.623 0.000 1.000 102 Standard Error of Predicted

Value 6.413 19.333 10.591 3.583 102 Adjusted Predicted Value 22.169 108.510 51.726 13.589 102 Residual -66.264 63.860 0.000 27.046 102 Std. Residual -2.274 2.191 0.000 0.928 102 Stud. Residual -2.701 2.301 -0.003 1.000 102 Deleted Residual -93.510 70.395 -0.226 31.569 102 Stud. Deleted Residual -2.806 2.361 -0.004 1.009 102 Mahalanobis Distance [MD] 3.901 4 3 .4 6 7 13.863 10.630 102 Cook's Distance 0.000 0.200 0.012 0.023 102 Centered Leverage Value 0.039 0.430 0.137 0.105 102

Sumber : Lampiran

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan bahwa terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 43,467 ≥ 39,252. Sebanyak 5 case outlier ini harus dieliminasi sehingga N pada analisis selanjutnya 102-5=97


(52)

4.2.3. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran – ukuran dan mengeliminasi butir – butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total Correlation Koefisien Cronbach's Alpha X11 0.767 X12 0.825 Brand Awareness X13 0.829 0.734 X21 0.619 X22 0.627 Brand Association X23 0.748 0.352 X31 0.891 Quaality

Perception X32 0.837 0.656 Y1 0.407 Y2 0.532 Y3 0.525 Y4 0.528 Y5 0.436 Y6 0.557 Y7 0.475 Purchase Intention Y8 0.338 0.449

Sumber : Lampiran

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.


(53)

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

4.2.4. Uji Validitas

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator – indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas

Faktor Loading Konstrak Indikator

1 2 3 4 X11 0.382

X12 0.44 Brand Awareness

X13 0.996

X21 0.587

X22 -0.199 Brand Association

X23 0.155

X31 0.112

Quaality

Perception X32 -0.047

Y2 0.357

Y3 0.362

Y4 0.426

Y6 0.202

Purchase Intention

Y7 0.385


(54)

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator Standardize

Factor Loading

SFL

Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability

Variance Extrated X11 0.382 0.146 0.854

X12 0.440 0.194 0.806 Brand Awareness

X13 0.996 0.992 0.008

0.992 0.992 X21 0.587 0.345 0.655

X22 -0.199 0.040 0.960 Brand Association

X23 0.155 0.024 0.976

0.102 0.136 X31 0.112 0.013 0.987

Quaality

Perception X32 -0.047 0.002 0.998 0.002 0.007 Y2 0.357 0.127 0.873

Y3 0.362 0.131 0.869 Y4 0.426 0.181 0.819 Y6 0.202 0.041 0.959 Purchase

Intention

Y7 0.385 0.148 0.852

0.407 0.126

Sumber : Lampiran

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal


(55)

yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50..

4.2.6. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z lebih besar dari nilai kritis maka distribusi data adalah tidak normal.

Tabel 4.7. Assessment of Normality

Variable min max kurtosis c.r.

X11 4 9 4.940 10.185

X12 4 9 2.378 4.903

X13 4 8 0.195 0.403

X21 4 9 4.971 10.247

X22 4 9 6.414 13.223

X23 4 9 4.774 9.842

X31 4 9 5.701 11.753

X32 4 8 0.918 1.893

Y2 4 10 7.060 14.554

Y3 4 10 9.130 18.821

Y4 4 9 7.260 14.966

Y6 4 10 3.114 6.419

Y7 4 10 7.189 14.820

M u lt iva r ia t e 86.420 2 2 .0 9 8


(56)

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di luar 2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, et,al, 1998).


(57)

Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Equity, & Purchase Intention

Model Specification : One Step Approach - Base Model

Brand Awareness Brand Association 1 Brand Equity d_bw 1 d_ba 1 X11

er_1 1 1

X12

er_2 1

X21

er_4 1 1

X22 er_5 1 Quality Perception d_qp X31 er_7 1 1 1 Purchase Intention d_pi Y1 er_9 Y2 er_10 1 1 1 1

Y3 1er_11

X13 er_3 1 X23 er_6 1 X32 er_8 1

Y4 1er_12

Y5 1er_13

Y6 1er_14

Y7 1er_15

Y8 1er_16

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 1.637 ≤ 2,00 baik Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik

RMSEA 0.079 ≤ 0,08 kurang baik GFI 0.846 ≥ 0,90 kurang baik AGFI 0.790 ≥ 0,90 kurang baik TLI 0.600 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0.666 ≥ 0,94 kurang baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.


(58)

Gambar 4.3. Model Pengukuran dan Struktural

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Equity, & Purchase Intention

Model Specification : One Step Approach - Elimination Modification Model

Brand Awareness Brand Association 1 Brand Equity 0,005 d_bw 1 0,005 d_ba 1 X11

er_1 1 1

X12

er_2 1

X21

er_4 1 1

X22 er_5 1 Quality Perception 0,005 d_qp X31 er_7 1 1 1 Purchase Intention d_pi Y2 er_10 1 1 1

Y3 1er_11

X13 0,005 er_3 1 X23 er_6 1 X32 er_8 1

Y4 1er_12

Y6 1er_14

Y7 1er_15

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 1.102 ≤ 2,00 baik Probability 0.279 ≥ 0,05 baik RMSEA 0.032 ≤ 0,08 baik GFI 0.915 ≥ 0,90 baik AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik TLI 0.954 ≥ 0,95 baik CFI 0.966 ≥ 0,94 baik

4.2.8. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 1.139.755.577 > 0.10 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.


(59)

Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas

Ustd Std

Faktor  Faktor Estimate Estimate Prob. Purchase_Intention  Brand_Equity -0.059 -0.170 0.320 Batas Signifikansi  ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].

4.4 Pembahasan

Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat diterima karena prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif]. Hal ini tidak sesuai dengan jurnal Ponco Sepi (2007) yang menyatakan bahwa ekuitas merek dari basis pelanggan telkomnet instan memiliki pengaruh positif terhadap minat pembelian merek dengan pengaruh sebesar 40.47% .

Dan di cofe corner banyak pengunjung yang berusia masih muda, dan jarang ada yang pecandu kopi. Karena itu mereka tidak mementingkan rasa serta kualitas dari produk tersebut, mereka hanya mementingkan berkumpul bersama teman-teman atau Cuma dibuat nongkrong saja sehingga mereka tidak ada yang mengerti kenikmatan dari coffe


(60)

Meskipun demikian, anak-anak muda betah untuk nongkrong di Coffe Corner dikarenakan selain kopi, Coffe Corner juga menyajikan “Shisa” atau lebih dikenal dengan rokok ala Arab. Wadahnya pun cukup unik dengan aroma buah-buahan sehingga rokok ala Arab atau Shisa bisa dinikmati siapa saja meskipun bukan pecandu kopi.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap Faktor minat beli, tidak dapat diterima. (tidak signifikan negatif)

5.2 Saran

Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat, antara lain agar kesukaan konsumen terhadap merek tersebut tinggi, diharapkan pihak perusahaan lebih meningkatkan kualitas dan mutu dari produk tersebut dan diharapkan pihak perusahaan memanfaatkan keunikan merek, agar menjadikan produknya berbeda dengan produk pesaing. Pihak perusahaan memperhatikan desain yang tampak elegan dan menarik, agar mampu meningkatkan kesukaan terhadap merek tersebut. Pihak perusahaan harus lebih sering mengadakan promosi dan mendatangkan artis-artis ibu kota agar pengunjung tahu akan Coffe Corner dan tertarik untuk menjadikan Coffe Corner sebagai tempat nongkrong yang asik.


(62)

Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang berhubungan dengan ekuitas merek dan minat beli.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker. A, David. 1991, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc.

Assael. 1995. Consumer Behavior. Edisi Bahasa Indonesia. New Jersey: Prentice-Hall Inc

Kotler, Philip. 2005. Manajemen PemasaranIEdisi Kesebelas. Jakarta

___________. (1997). Marketing management: Analysis, planning, implementation and control (9th edn), New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, P. and Armstrong, G. (2006) Principles of marketing (11th edn), New Jersey: Prentice Hall.

Levine, S. K., and Berenson. (2002). Statistics for managers (3rd edn), New Jersey: Prentice Hall.

Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal and L.L. Berry. 1995. A Conceptual Model of Service Quality and It’s Implications for Future Research. Journal of Marketing Service. Vol. 49

Prabu Mangkunegara, Anwar. 2002. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama.

Schiffman dan Kanuk, 2004, Consumer Behavior, Eight Edition, rentice Hall Internasional, New Jersey

Soehadi, A. (2005). Effective branding, Bandung: Quantum.

Suliyanto. (2005). Analisis data dalam aplikasi pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen-Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor : PT. Ghalia Indonesia


(64)

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Liberty : 42.

Widjaja, Maya, Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Coffee Shops Di Surabaya, Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol.3, No.2, September 2007: 89-101


(1)

50

Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas

Ustd Std

Faktor  Faktor Estimate Estimate Prob.

Purchase_Intention  Brand_Equity -0.059 -0.170 0.320

Batas Signifikansi  ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].

4.4 Pembahasan

Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat diterima karena prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif]. Hal ini tidak sesuai dengan jurnal Ponco Sepi (2007) yang menyatakan bahwa ekuitas merek dari basis pelanggan telkomnet instan memiliki pengaruh positif terhadap minat pembelian merek dengan pengaruh sebesar 40.47% .

Dan di cofe corner banyak pengunjung yang berusia masih muda, dan jarang ada yang pecandu kopi. Karena itu mereka tidak mementingkan rasa serta kualitas dari produk tersebut, mereka hanya mementingkan berkumpul bersama teman-teman atau Cuma dibuat nongkrong saja sehingga mereka tidak ada yang mengerti kenikmatan dari coffe


(2)

51

Meskipun demikian, anak-anak muda betah untuk nongkrong di Coffe Corner dikarenakan selain kopi, Coffe Corner juga menyajikan “Shisa” atau lebih dikenal dengan rokok ala Arab. Wadahnya pun cukup unik dengan aroma buah-buahan sehingga rokok ala Arab atau Shisa bisa dinikmati siapa saja meskipun bukan pecandu kopi.


(3)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap Faktor minat beli, tidak dapat diterima. (tidak signifikan negatif)

5.2 Saran

Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat, antara lain agar kesukaan konsumen terhadap merek tersebut tinggi, diharapkan pihak perusahaan lebih meningkatkan kualitas dan mutu dari produk tersebut dan diharapkan pihak perusahaan memanfaatkan keunikan merek, agar menjadikan produknya berbeda dengan produk pesaing. Pihak perusahaan memperhatikan desain yang tampak elegan dan menarik, agar mampu meningkatkan kesukaan terhadap merek tersebut. Pihak perusahaan harus lebih sering mengadakan promosi dan mendatangkan artis-artis ibu kota agar pengunjung tahu akan Coffe Corner dan tertarik untuk menjadikan Coffe Corner sebagai tempat nongkrong yang asik.


(4)

53

Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang berhubungan dengan ekuitas merek dan minat beli.


(5)

39

DAFTAR PUSTAKA

Aaker. A, David. 1991, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc.

Assael. 1995. Consumer Behavior. Edisi Bahasa Indonesia. New Jersey: Prentice-Hall Inc

Kotler, Philip. 2005. Manajemen PemasaranIEdisi Kesebelas. Jakarta

___________. (1997). Marketing management: Analysis, planning, implementation and control (9th edn), New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, P. and Armstrong, G. (2006) Principles of marketing (11th edn), New Jersey: Prentice Hall.

Levine, S. K., and Berenson. (2002). Statistics for managers (3rd edn), New Jersey: Prentice Hall.

Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal and L.L. Berry. 1995. A Conceptual Model of Service Quality and It’s Implications for Future Research. Journal of Marketing Service. Vol. 49

Prabu Mangkunegara, Anwar. 2002. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama.

Schiffman dan Kanuk, 2004, Consumer Behavior, Eight Edition, rentice Hall Internasional, New Jersey

Soehadi, A. (2005). Effective branding, Bandung: Quantum.

Suliyanto. (2005). Analisis data dalam aplikasi pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen-Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor : PT. Ghalia Indonesia


(6)

40

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Liberty : 42.

Widjaja, Maya, Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Coffee

Shops Di Surabaya, Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol.3, No.2,