Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Pemasaran Sosial Lsm Mitra Alam Dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Solo T1 362007061 BAB IV

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Kota Surakarta

Kota Surakarta atau yang sering di sebut dengan Kota Solo merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah setelah Kota Semarang. Kota Surakarta terletak di perlintasan utama jalur Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kota Surakarta adalah kota penyangga kehidupan sosial ekonomi masyarakat dari beberapa daerah seperti Boyolali, Karanganyar, Klaten, Wonogiri dan Sukoharjo serta Sragen. Kota Surakarta memiliki luas 44 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 504.421 jiwa dengan kepadatan penduduk 13.636 per kilometer persegi.

Pada masa kolonial, pemerintah Kota Surakarta terbagi ke dalam wilayah kekuasaan yakni Kasunanan dan Mangkunegaran. Keberadaan rel kereta api yang membelah kota sepanjang Poerwosari Weg (sekarang jalan Slamet Riyadi) menjadi semacam “batas psikologis” dua kekuasaan tradisional tersebut. Mulai tahun 1927 Kota Surakarta dibagi menjadi 2 daerah kekuasaan yakni Kawedanan Distrik Kota Surakarta dan Kawedanan Distrik Kota Mangkunegaran.

Pembagian wilayah dalam suatu kota tersebut menggambarkan adanya dua penguasa tradisional dibawah koordinasi seorang residen yang merupakan representasi pemerintah kolonial India Belanda. Hal itu tercermin pada tata letak Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang berada diantara kdiaman residen / gubernur, dalam jarak yang tidak berjauhan, begitu pula halnya dengan keberadaan Kepatihan yang menjalankan pemerintahan sehari – hari. Pembagian wilayah kekuasaan dalam satu kota,telah membuat tata kota Surakarta memiliki dua corak. Corak tradisional terletak di sebelah selatan rel kereta api (wilayah Kasunanan) dan corak tata kota bergaya Eropa


(2)

terletak di belahan utara rel kereta api (utamanya yang termasuk dalam onder distrik Banjarsari, Kawedanan kota Mangkunegaran).

Tata letak bangunan kota Surakarta masa lampau terpusat pada Keraton sebagai pusat kekuasaan (kuthagara), kota dan sekitarnya disebut sebagai Negara gung dan luar wilayah kota sebagai manca negara. Kompleks keraton disebut baluwarti (dalam bahasa Portugis, baluwarte mempunyai arti benteng).Di dalam baluwarti terdapat Keraton dan tempat tinggal para kerabat dan pembantu Raja (sentana dalem dan abdi dalem). Tata ruang dan tata letak pemukiman di kawasan Mangkunegaran lebih bercorak kota Eropa dan lebih banyak disesuaikan bagi kepentingan militer. Tata ruang wilayah Mangkunegaran memisahkan wilayah hunian, rekreasi, pelayanan publik, komersial, dan ruang terbuka hijau.

Dilihat dari aspek lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi Kota Surakarta tersebut berada pada jalur strategis yaitu pertemuan atau simpul yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta (Joglosemar), dan jalur Surabaya dengan Yogyakarta. Dengan posisi yang strategis ini maka tidak heran kota Surakarta menjadi pusat bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya.

Jika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi oleh 3 kabupaten.Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur dibatasi dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Sementara itu secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT).


(3)

Perkembangan Kota Surakarta semakin didukung dengan adanya beberapa universitas besar yang berada di sejumlah wilayah di Solo. Beberapa universitas diantaranya Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Institut Seni Indonesia (ISI), Unisri, Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik dan lainnya.

Kota Surakarta juga terkenal dengan kota yang ramah investasi. Sehingga tidak mengherankan apabila pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan rekreasi kian menjamur terutama di kawasan Jl Slamet Riyadi menuju Gladag. Kota Solo memiliki karakteristik mayarakat yang majemuk, berbagai etnis dari berbagai daerah bermukim di Solo. Pembauran masyarakat melalui perkawinan sering terjadi antar berbagai warga masyarakat dari etnis yang berbeda.Keberagaman serta kemajuan kehidupan sosial masyarakat tidak serta merta terhindar dari dampak negatif. Pembauran budaya yang terjadi terutama di kalangan remaja seringkali menimbulkan masalah sosial yang sulit untuk dicegah dan diatasi. Salah satu masalah sosial yang muncul adalah ancaman mengeai adanya penyebaran virus HIV/AIDS yang mewabah di semua lapisan masyarakat.

4.2.Penyebaran HIV/AIDS di Surakarta

Kasus penyebaran virus HIV / AIDS di Kota Solo termasuk salah satu kasus terbesar di Indonesia. Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Surakarta mencatat angka kematian akibat virus mematikan tersebut sebanyak 249 orang dari 742 penderitanya. (Data LSM Mitra Alam)

Angka kematian ODHA yang mencapai 36 persen tersebut menjadikan perhatian khusus bagi pemerintah Kota Surakarta. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah timbulnya korban-korban jiwa lainnya akibat virus tersebut.


(4)

Penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah melalui klinik tes HIV dengan konseling secara gratis (dikenal dengan sebutan Klinik VCT), perawatan, dan pengobatan. Termasuk di Kota Solo, kegiatan ini kemudian dilakukan secara masiv di bawah kepemimpinan Walikota Joko Widodo sejak 2008 lalu.

Namun, di saat yang bersamaan dengan pelaksanaan program tersebut, insiden penularan HIV terus menerus terjadi, terutama pada priayang tidak memakai kondom jika melakukan hubungan seksual dengan para penjaja seks komersial (PSK). Hubungan dengan sesama jenis yang kini marak tejadi juga menjadi pemicu munculnya penyebaran HIV. Celakanya, pendekatan terhadap komunitas penyuka sesama jenis ini cenderung tertutup sehingga sulit untuk dilakukan pengawasan.

Penyebaran virus ini dapat terjadi karena tidak adanya pemakaian kondom jika melakukan hubungan sexual dengan PSK, hubungan sesama jenis juga menjadi pemicu, dan juga karena pengonsumsian narkoba dengan cara suntik terutama pada para IDU yang menggunakan jarum suntik bergantian tanpa penyucihamaan secara tepat.1

Berdasarkan data yang dihimpun dari pengurus KPA Surakarta. KPA telah menerjunkan petugas sukarelawan di setiap RW untuk melakukan sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS serta melakukan pemetaan temuan penderita di wilayahnya masing-masing.

Salah satu kasus yang mencengangkan mengenai HIV di Surakarta adalah adanya penularan HIV yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa para suami seringkali melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan berganti pasangan baik di dalam maupun di luar pernikahan.


(5)

Hingga 2014, tercatat ada 269 kasus HIV/ AIDS baru kembali ditemukan di Kota Surakarta. Hingga Mei tahun ini, ditemukan 21 kasus baru. Dari total penderita tersebut, jumlah penderita laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang seimbang.

Pemerintah Kota Surakarta, pada 2008 lalu telah menerbitkan Peraturan Walikota Surakarta No 4-A Tahun 2008 mengenai Penanggulangan HIV dan AIDS. Saatperaturan walikota (Perwali) itu disahkan, kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Solo dilaporkan tahun 2008, tercatat ada 107 kasus penyakit HIV/AIDS. (Data LSM )

Berbagai upaya yang bersifat regulatif yang dilakukan oleh Pemkot Solo, tampaknya belum membuahkan hasil yang maksimal karena terbukti belum mampu memutus mata rantai penularan HIV/AIDS yang masih saja terus terjadi. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan berbasis komunitas dengan menggandeng lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang menaruh perhatian terhadap mewabahnya virus HIV/AIDS.

Masalah yang menjadi focus kami adalah mewabahnya virus HIV/AIDS. Seperti yang kita ketahui pada waktu itu upaya yang dilakukan Pemkot dalam memutus mata rantai penularan HIV/AIDS belum membuahkan hasil maksimal.Keikutsertaan kami adalah untuk membangun kerjasama yang baik agar bisa mewujudkan tujuan pemerintah.2

Sejak 2008, pergerakan komunitas pemerhati HIV/ AIDS di Solo kian masiv. Berbagai acara mulai dari sosialisasi bahaya HIV/AIDS hingga penggalangan dana untuk memberdayakan para ODHA dilakukan secara rutin hingga ke kelas apartur wilayah paling bawah yakni tingkat RT. Dukungan pemerintah kota Surakarta terkait hal ini sudah mulai terlihat dengan diselenggarakannya berbagai acara untuk mensosialisasikan mewabahnya HIV/AIDS di Surakarta. Seluruh lapisan masyarakat digandeng, mulai dari


(6)

LSM, sekolah menengah hingga mahasiswa dan kalangan profesional digerakkan untuk melakukan upaya memutuskan mata rantai HIV/AIDS.

Gerakan pemerintah kota Surakarta dalam penanggulangan HIV/AIDS disambut baik oleh semua pihak termasuk salah satunya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ada di Kota Surakarta. Berbagai LSM kemudian muncul seiring dengan pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS oleh pemkot Surakarta melalui berbagai peraturan daerah dan Perwali.

Salah satu LSM yang aktif melakukan pendampingan terhadap ODHA adalah LSM Mitra Alam yang sejak dekade lalu telah melakukan kegiatan sosial untuk pencegahan wabah HIV/AIDS di wilayah eks karesidenan Surakarta (Solo. Boyolali, Klaten, Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri).

Keberadaan LSM Mitra Alam merupakan wujud dari keprihatinan sekelompok masyarakat mengenai mewabahnya virus HIV/AIDS yang diakibatkan oleh berbagi hal seperti penggunaan jarum suntik dalam penyalahgunaan narkoba, hubungan seksual dengan berganti pasangan dan sebagainya.

LSM Mitra Alam terbentuk karena wujud keprihatinan sekelompok masyarakat terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat.Salah satu masalah yang serius itu adalah mewabahnya virus HIV/AIDS di Kota Solo khususnya.3

4.3.Gambaran Umum LSM Mitra Alam

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Alam merupakan lembaga non profit yang berdiri sejak tahun 2008 tepatnya pada tanggal 8 Juli 2008. LSM tersebut memiliki perhatian khusus terhadap penanganan penyalah gunaan narkotika serta penanggulangan HIV/AIDS yang memiliki wilayah pelayanan di Surakarta, Batang, Salatiga, Temanggung, Banyumas, Cilacap, Tegal dan beberapa kota lainnya.


(7)

Sebenarnya, LSM tersebut sudah mulai aktif berkegiatan pada 1998 lalu. Namun, untuk meningkatkan pelayanan serta mengedepankan akuntabilitas, profesionalitas serta transparansi, LSM tersebut secara resmi tercatat berbadan hukum melalui akta notaris pada 8 Juli 2008.

Program Harm Reduction untuk penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan oleh

LSM Mitra Alam terbagi ke dalam 5 strategi kegiatan, yaitu; (1) strategi persiapan dan penguatan kapasitas lembaga; (2) strategi membuka akses PENASUN (Pecandu Narkoba Suntik) di komunitas; (3) strategi meningkatkan pengetahuan dan kepedulian PENASUN terhadap HIV dan AIDS; ; (4) strategi menawarkan kepada PENASUN untuk melakukan penilaian resiko pribadi dan penilaian resiko kelompok serta memberikan alternatif pengurangan resiko; dan (5) strategi melibatkan pengguna narkoba suntik dalam upaya advokasi pencegahan.

LSM Mitra Alam menaruh perhatian pada kegiatan pengembangan masyarakat yang berorientasi pada pelayanan terhadap masyarakat rentan tanpa profit. LSM tersebut lebih banyak melakukan proses-proses pendampingan bagi para warga masyarakat yang sudah mengalami masalah sosial akibat terjerumus dalam ketergantungan obat terlarang serta menderita HIV.AIDS atau ODHA. Dalam strateginya, LSM ini melakukan berbagai cara pendekatan baik secara interpersonal, organisasi maupun kelompok dengan mengedepankan komunikasi yang bisa diterima oleh semua golongan masyarakat. Seperti pada wawancara berikut ini :

Komunikasi menjadi dasar paling utama dalam melakukan setiap kegiatan, karena dengan komunikasi baik interpersonal, kelompok maupun organisasi kita dapat secara langsung mempengaruhi, mendidik, dan menginformasikan suatu gagasan kita kepada masyarakat.4


(8)

LSM Mitra Alam sendiri bergerak di berbagai bidang kegiatan yaitu bidang pertanian dan lingkungan, bidang penanggulangan bencana serta bidang kesehatan masyarakat (Kesmas). Dalam menjalankan tiga bidang tersebut, Mitra Alam melakukannya secara bersinergi diantara ketiga bidang dan menjalin kemitraan dengan berbagai kalangan baik pemerintah maupun korporasi swasta. Namun demikian LSM ini lebih mengutamakan keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan yang seringkali memiliki konflik sosial dengan para penyandang status victim baik narkoba maupun HIV/AIDS.

Hingga kini, ratusan penderita HIV/AIDS dan para pecandu narkotika telah didampingi oleh para aktivis Mitra Alam. Mereka aktif melakukan kegiatan sosial yang berfungsi untuk merehabilitasi mental bagi para binaannya yang mengalami masalah sosial akibat terjangkit virus HIV/AIDS maupun ketergantungan terhadap narkotika. 4.4.1.Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya LSM Mitra Alam

a. Visi

Terwujudnya kelembagaan yang mandiri dengan mengembangkan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, dan sustainabilitas dalam pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat rentan.

b. Misi

1.Membangun keswadayaan masyarakat rentan dengan meningkatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan. 2. Pelibatan kelompok-kelompok masyarakat secara aktif dan partisipatif

dalam proses analisis, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasi program.

3. Menjalin kemitraan dan membangun jaringan kerja dengan pihak-pihak lain dalam mengembangkan layanan program kepada masyarakat rentan c. Tujuan :


(9)

Melakukan proses pendampingan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat rentan baik di perkotaan maupun di pedesaan melalui berbagai aktivitas keswadayaan.

4.4.2.Struktur Organisasi LSM Mitra Alam Bagan

Struktur Organisasi LSM Mitra Alam Surakarta

Gambar 4.1

Struktur Organisasi LSM Mitra Alam

Susunan Kepengurusan

1) Dewan Pengawas : Aloysius Eka Wardaya, SP

2) Dewan Pembina : Idi Bantara, MSc

3) Dewan Pengurus :

Ketua Badan Pengurus : Yunus Prasetyo, SP

Sekretaris : Ir. Taholi Laia

Bendahara : Widi Nugroho, SE

Badan Pengurus

Direktur

Bag. Adm dan Keu

Koord. Bidang MED Koord. Bidang

Kesehatan Masy Koord. Bidang Lingk.

Dan PRB


(10)

4.4.3. Program LSM Mitra Alam

Adapun yang menjadi program dari Lembaga Swadaya Masyarakat Mitra Alam berdasarkan bidangnya masing-masing adalah:

a. Bidang Pertanian dan Lingkungan

a) Peningkatan SDM Petani melalui Pertanian Organik

b) Pengembangan Ternak Kecil bagi Petani Lahan Kering

c) Pengembangan Hutan Rakyat dan Konservasi Lahan

b. Bidang MED (Microenterprise Development)

- Layanan Pengembangan Usaha Kecil Produktif

c. Bidang Kesehatan Masyarakat

1) Program Harm Reduction untuk Penanggulangan HIV/AIDS pada IDU di

Kota Surakarta dan Kota Salatiga

2) Program Awareness untuk Pencegahan HIV/AIDS

Untuk melaksanakan kegiatan dalam bidang kesehatan tersebut diperlukan beberapa staf khusus yang menangani diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Staff Program

1) Direktur Program

Bertanggung jawab secara umum atas bidang yang ditangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan proyek. Secara operasional pimpinan proyek bertanggung jawab sebagai berikut :

a) Menyusun dan mengembangkan perencanaan kegiatan program

b) Mengembangkan dan mengadakan koordinasi dengan stakeholder


(11)

c) Mengadakan kunjungan lapangan untuk kepentingan lapangan supervisi dan monitoring

d) Mengadakan evaluasi secara internal maupun untuk kepentingan

donor

e) Menyampaikan dan mengirimkan laporan kegiatan dan keuangan ke Lembaga Donor dan Badan Pengurus

2) Manager Program

Bertanggung jawab membantu Direktur Program atas bidang yang ditangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan program

Adapun operasional tanggung jawab Manager Program antara lain :

a) Menyusun dan mengembangkan rencana kegiatan bulanan program

b) Memimpin operasional seluruh kegiatan program

c) Melakukan supervisi pada petugas outreach dan staf program lainnya di kantor maupun di lapangan

d) Menyusun laporan kegiatan program secara periodik kepada lembaga

donor

e) Menjalin dan mengembangkan kerja sama dengan masyarakat sasaran

program

3) Manager Data

Bertanggung jawab membantu Manager Program atas bidang yang berkaitan dengan dukungan data untuk menyusun analisis perkembangan program.


(12)

a) Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari lapangan maupun data sekunder yang berhubungan dengan implementasi program

b) Melakukan analisis situasi lembaga dengan data-data yang diperoleh tersebut

c) Melakukan olah data untuk pengembangan program dan melakukan

entry data cakupan Outreach secara Online ke lembaga donor (FHI) d) Melakukan filling data-data dari Petugas Outreach untuk membantu

penyusunan pelaporan Manager Program

4) Manager Kasus

a) Bertanggung jawab penuh terhadap tindak lanjut mendampingi

pengguna narkoba suntik yang status HIV-nya positif dari hasil VCT yang dilakukan.

b) Case Manager berperan mendampingi ODHA untuk dapat memperoleh layanan SCT dengan statusnya dalam pendampingannya. c) Case Manager berperan memfasilitasi ODHA dengan merujuk pada

penyedia layanan kesehatan yang bekerjasama dalam program ini d) Dalam tahap awal 1 orang Case Manager akan mengcover 2 drop in

center di Kota Salatiga

e) Manager Kasus akan mulai bulan 1 program berjalan

Peran Manager Kasus :

a) Manager Kasus dapat bekerja dengan orang dari berbagai macam latar

belakang

b) Manager Kasus perlu mengetahui dan menerima bahwa setiap orang mempunyai sikap, tata nilai dan keyakinan yang berbeda.


(13)

c) Konseling bukanlah menekan orang untuk menganut standar tertentu yang diterima masyarakat

d) Konseling yang efektif mampu memperhatikan tata nilai, sikap, dan kebudayaan klien

e) Manager Kasus yang baik tidak memaksakan sikap, tata nilai dan keyakinannya mempengaruhi proses konseling

f) Kesulitan dan konflik yang terjadi antara Manager Kasus – Klien akan sikap, tata nilai dan keyakinan harus diselesaikan melalui supervisi, konsultasi dengan Senior Manager Kasus dan jika perlu dirujuk.

5) Konselor

a) Bertanggung jawab penuh dalam proses Voluntary Counseling and Testing (VCT), mulai dari pre test, post test dan penyampaian hasil status HIV peserta Voluntary Counseling and Testing (VCT).

b) Menerima rujukan klien yang akan memeriksakan status HIV-Nya di

drop in center di Kota Surakarta dan kota Salatiga, untuk selanjutnya mendampingi dalam proses tes status HIV-nya dari konseling sebelum tes, proses dan pengambilan dan penyerahan hasil test yang dilakukan.

6) Staf Keuangan dan Administrasi

Bertanggung jawab atas semua kegiatan administrasi dan keuangan untuk menunjang keberhasilan program. Adapun operasional tanggung jawabnya adalah :

a) Melakukan kegiatan kearsipan serta mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan proyeknya

b) Merealisasikan kebutuhan dana sesuai anggaran yang sudah disusun dalam cashflow


(14)

c) Menyiapkan kelengkapan administrasi pendukung kebutuhan proyek (alat tulis, meterai)

d) Mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan secara teratur dengan

diketahui Manager Program

e) Menyimpan bukti-bukti transaksi

f) Bersama Manager Program Proyek, menyusun laporan keuangan

sesuai standar lembaga donor dan mengirimkan ke lembaga donor dengan tepat waktu.

7) Koordinator Petugas Outreach

Bertanggung jawab penuh terhadap koordinasi pelaksanaan

penjangkauan yang dilaksanakan oleh Petugas Outreach (PO).

Operasional tanggung jawab adalah :

a) Melakukan koordinasi dengan PO untuk perencanaan penjangkauan

dan pengaturan jadwal kerja PO

b) Bersama dengan PO melakukan penjangkauan kepada kelompok

dampingan

c) Membantu PO dalam melakukan pelaporan pelaksanaan penjangkauan

kepada Manager Program

d) Membantu PO dalam mengatasi permasalahan teknis di lapangan

8) Petugas Outreach (PO)

Bertanggung jawab penuh dalam penjangkauan sasaran dan pendampingan kelompok sasaran dan kegiatan program di lapangan. Adapun tanggung jawab operasionalnya antara lain :

a) Mendampingi kelompok sasaran

b) Melakukan kunjungan lapangan dan observasi sesuai jadwal


(15)

d) Sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan program

e) Memberikan laporan intervensi pelaksanaan program

f) Menghadiri pertemuan mingguan dan bulanan

9) Janitor (2 orang – bekerja 100%)

a) Membantu aktivitas pelaksanaan progam di drop in center dan kantor b) Mengantar kenyamanan drop in center dan kantor

c) Bertanggung jawab kepada Manager Program

Dalam pelaksanaan Program Pendampingan dan Penjangkauan pada komunitas pengguna Napsa Suntik, yang paling penting adalah adanya :

a. Kelompok Dampingan (Pengguna Napza Suntik)

Kelompok dampingan adalah pengguna napza suntik menjadi sasaran utama sedangkan pengguna napza yang lain dan pasangan seks IDU menjadi sasaran sekunder. Selain itu masyarakat sekitar IDU baik keluarga, orang kunci dan teman-temannya menjadi sasaran tersier.

b. Petugas Lapangan

Petugas lapangan adalah sebuah tim yang terdiri dari petugas lapangan dan koordinator penjangkauan. Petugas lapangan dapat mempunyai lattar belakang mantan IDU atau individu yang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk masuk dalam komunitas IDU. Sedangkan koordinator penjangkauan berperan dalam memberikan dukungan dan pemantauan terhadapa proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan sehingga searah dengan tujuan program yang dikembangkan oleh LSM Mitra Alam, yaitu memberikan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan memberikan dukungan terhadap perubahan perilaku di kalangan komunitas pengguna napza suntik dari perilaku tidak aman menjadi perilaku aman. Seperti hasil wawancara peneliti kepada manager program berikut ini:


(16)

Nahh...dalam kegiatan penjangkauan dan pendampingan itu nanti ada seorang petugas lapangannya yang akan memberikan informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS pada komunitas IDU yang bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku misalnya dari menyuntik beresiko menjadi tidak beresiko.5

Kriteria khusus menjadi petugas lapangan sih tidak ada, yang pasti mereka yang benar-benar mengerti dan berpengetahuan tentang HIV/AIDS , bahkan disini ada lho mbak petugas lapangan yang lattar belakang mereka adalah mantan IDU.6

Komunikasi interpersonal yang terjadi anatara petugas lapangan dengan pengguna Napza Suntik bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik dan maksimal. Artinya, setiap individu yang terlibat di dalamnya membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik untuk membina suatu hubungan yang harmonis dengan para IDU. Komunikasi yang terjalin anatara petugas lapangan dan pengguna Napza Suntik diawali dengan membangun komunikasi yang baik, duwujudkan dengan cara melibatkan IDU dan pasangan seksualnya, keluarga, ataupun teman IDU dalam upaya advokasi pencegahan HIV/AIDS.

Komunikasi interpersonal dalam Program penjangkauan dan pendampingan yang dilaksanakan oleh petugas lapangan yaitu sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk IDU, dalam meningkatkan pengetahuan serta sikap yang mendorong perubahan perilaku dalam mengurangi resiko terinfeksi HIV. Selainitu juga peran komunkasi interpersonal juga membuka akses pendampingan pada komunitas IDU. Melalui tahap awal diterimanya petugas lapangan untuk masuk ke dalam komunitas IDU. Secara garis besar,

5Wawancara pada tanggal 20 November 2014, Informan Ligik, Manager Program 6Op. Cit


(17)

maka hubungan antara petugas lapangan dengan IDU akanterjalin lebih akrab,

sehingga dapat mempermudah dalam proses penjangkauan dan

pendampingan.

Sedangkan komunikasi kelompok dalam program Penjangkauan dan Pendampingan dilakukan melalui diskusi. Diskusi kelompok bertujuan untuk mengembangkan dialog tentang upaya pengurangan resiko penularan HIV/AIDS di anatara IDU, sehingga bisa terbangun pengetahuan dan pemahaman yang bbaik diantara mereka. Dengan adanya distribusi informasi dan pengetahuan diantara IDU, diharapkan muncul sebuah norma yang mengatur mereka menuju pengguna Napza dan perilaku seks yang lebih aman. Melalui diskusi diharapkan dapat membangun kesadaran IDU atas situasi yang mereka alami sehingga mereka mampu mengartikan kebutuhan dan kepentingan secara bersama.


(1)

a) Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari lapangan maupun data sekunder yang berhubungan dengan implementasi program

b) Melakukan analisis situasi lembaga dengan data-data yang diperoleh tersebut

c) Melakukan olah data untuk pengembangan program dan melakukan

entry data cakupan Outreach secara Online ke lembaga donor (FHI) d) Melakukan filling data-data dari Petugas Outreach untuk membantu

penyusunan pelaporan Manager Program 4) Manager Kasus

a) Bertanggung jawab penuh terhadap tindak lanjut mendampingi pengguna narkoba suntik yang status HIV-nya positif dari hasil VCT yang dilakukan.

b) Case Manager berperan mendampingi ODHA untuk dapat memperoleh layanan SCT dengan statusnya dalam pendampingannya. c) Case Manager berperan memfasilitasi ODHA dengan merujuk pada

penyedia layanan kesehatan yang bekerjasama dalam program ini d) Dalam tahap awal 1 orang Case Manager akan mengcover 2 drop in

center di Kota Salatiga

e) Manager Kasus akan mulai bulan 1 program berjalan Peran Manager Kasus :

a) Manager Kasus dapat bekerja dengan orang dari berbagai macam latar belakang

b) Manager Kasus perlu mengetahui dan menerima bahwa setiap orang mempunyai sikap, tata nilai dan keyakinan yang berbeda.


(2)

c) Konseling bukanlah menekan orang untuk menganut standar tertentu yang diterima masyarakat

d) Konseling yang efektif mampu memperhatikan tata nilai, sikap, dan kebudayaan klien

e) Manager Kasus yang baik tidak memaksakan sikap, tata nilai dan keyakinannya mempengaruhi proses konseling

f) Kesulitan dan konflik yang terjadi antara Manager Kasus – Klien akan sikap, tata nilai dan keyakinan harus diselesaikan melalui supervisi, konsultasi dengan Senior Manager Kasus dan jika perlu dirujuk. 5) Konselor

a) Bertanggung jawab penuh dalam proses Voluntary Counseling and Testing (VCT), mulai dari pre test, post test dan penyampaian hasil status HIV peserta Voluntary Counseling and Testing (VCT).

b) Menerima rujukan klien yang akan memeriksakan status HIV-Nya di

drop in center di Kota Surakarta dan kota Salatiga, untuk selanjutnya mendampingi dalam proses tes status HIV-nya dari konseling sebelum tes, proses dan pengambilan dan penyerahan hasil test yang dilakukan. 6) Staf Keuangan dan Administrasi

Bertanggung jawab atas semua kegiatan administrasi dan keuangan untuk menunjang keberhasilan program. Adapun operasional tanggung jawabnya adalah :

a) Melakukan kegiatan kearsipan serta mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan proyeknya

b) Merealisasikan kebutuhan dana sesuai anggaran yang sudah disusun dalam cashflow


(3)

c) Menyiapkan kelengkapan administrasi pendukung kebutuhan proyek (alat tulis, meterai)

d) Mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan secara teratur dengan diketahui Manager Program

e) Menyimpan bukti-bukti transaksi

f) Bersama Manager Program Proyek, menyusun laporan keuangan sesuai standar lembaga donor dan mengirimkan ke lembaga donor dengan tepat waktu.

7) Koordinator Petugas Outreach

Bertanggung jawab penuh terhadap koordinasi pelaksanaan penjangkauan yang dilaksanakan oleh Petugas Outreach (PO). Operasional tanggung jawab adalah :

a) Melakukan koordinasi dengan PO untuk perencanaan penjangkauan dan pengaturan jadwal kerja PO

b) Bersama dengan PO melakukan penjangkauan kepada kelompok dampingan

c) Membantu PO dalam melakukan pelaporan pelaksanaan penjangkauan kepada Manager Program

d) Membantu PO dalam mengatasi permasalahan teknis di lapangan 8) Petugas Outreach (PO)

Bertanggung jawab penuh dalam penjangkauan sasaran dan pendampingan kelompok sasaran dan kegiatan program di lapangan. Adapun tanggung jawab operasionalnya antara lain :

a) Mendampingi kelompok sasaran

b) Melakukan kunjungan lapangan dan observasi sesuai jadwal c) Menindaklanjuti masalah yang bisa diatasi di lapangan


(4)

d) Sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan program e) Memberikan laporan intervensi pelaksanaan program f) Menghadiri pertemuan mingguan dan bulanan

9) Janitor (2 orang – bekerja 100%)

a) Membantu aktivitas pelaksanaan progam di drop in center dan kantor b) Mengantar kenyamanan drop in center dan kantor

c) Bertanggung jawab kepada Manager Program

Dalam pelaksanaan Program Pendampingan dan Penjangkauan pada komunitas pengguna Napsa Suntik, yang paling penting adalah adanya :

a. Kelompok Dampingan (Pengguna Napza Suntik)

Kelompok dampingan adalah pengguna napza suntik menjadi sasaran utama sedangkan pengguna napza yang lain dan pasangan seks IDU menjadi sasaran sekunder. Selain itu masyarakat sekitar IDU baik keluarga, orang kunci dan teman-temannya menjadi sasaran tersier.

b. Petugas Lapangan

Petugas lapangan adalah sebuah tim yang terdiri dari petugas lapangan dan koordinator penjangkauan. Petugas lapangan dapat mempunyai lattar belakang mantan IDU atau individu yang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk masuk dalam komunitas IDU. Sedangkan koordinator penjangkauan berperan dalam memberikan dukungan dan pemantauan terhadapa proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan sehingga searah dengan tujuan program yang dikembangkan oleh LSM Mitra Alam, yaitu memberikan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan memberikan dukungan terhadap perubahan perilaku di kalangan komunitas pengguna napza suntik dari perilaku tidak aman menjadi perilaku aman. Seperti hasil wawancara peneliti kepada manager program berikut ini:


(5)

Nahh...dalam kegiatan penjangkauan dan pendampingan itu nanti ada seorang petugas lapangannya yang akan memberikan informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS pada komunitas IDU yang bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku misalnya dari menyuntik beresiko menjadi tidak beresiko.5

Kriteria khusus menjadi petugas lapangan sih tidak ada, yang pasti mereka yang benar-benar mengerti dan berpengetahuan tentang HIV/AIDS , bahkan disini ada lho mbak petugas lapangan yang lattar belakang mereka adalah mantan IDU.6

Komunikasi interpersonal yang terjadi anatara petugas lapangan dengan pengguna Napza Suntik bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik dan maksimal. Artinya, setiap individu yang terlibat di dalamnya membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik untuk membina suatu hubungan yang harmonis dengan para IDU. Komunikasi yang terjalin anatara petugas lapangan dan pengguna Napza Suntik diawali dengan membangun komunikasi yang baik, duwujudkan dengan cara melibatkan IDU dan pasangan seksualnya, keluarga, ataupun teman IDU dalam upaya advokasi pencegahan HIV/AIDS.

Komunikasi interpersonal dalam Program penjangkauan dan pendampingan yang dilaksanakan oleh petugas lapangan yaitu sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk IDU, dalam meningkatkan pengetahuan serta sikap yang mendorong perubahan perilaku dalam mengurangi resiko terinfeksi HIV. Selainitu juga peran komunkasi interpersonal juga membuka akses pendampingan pada komunitas IDU. Melalui tahap awal diterimanya petugas lapangan untuk masuk ke dalam komunitas IDU. Secara garis besar,

5Wawancara pada tanggal 20 November 2014, Informan Ligik, Manager Program


(6)

maka hubungan antara petugas lapangan dengan IDU akanterjalin lebih akrab, sehingga dapat mempermudah dalam proses penjangkauan dan pendampingan.

Sedangkan komunikasi kelompok dalam program Penjangkauan dan Pendampingan dilakukan melalui diskusi. Diskusi kelompok bertujuan untuk mengembangkan dialog tentang upaya pengurangan resiko penularan HIV/AIDS di anatara IDU, sehingga bisa terbangun pengetahuan dan pemahaman yang bbaik diantara mereka. Dengan adanya distribusi informasi dan pengetahuan diantara IDU, diharapkan muncul sebuah norma yang mengatur mereka menuju pengguna Napza dan perilaku seks yang lebih aman. Melalui diskusi diharapkan dapat membangun kesadaran IDU atas situasi yang mereka alami sehingga mereka mampu mengartikan kebutuhan dan kepentingan secara bersama.


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Siapakah "Fulanan" Dalam Surah Al-Furqan Ayat 28?

5 75 2