PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT ENERGI BUNYI (Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN Cibeureum Mandiri 2 Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi).

(1)

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT ENERGI BUNYI

(Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN Cibeureum Mandiri 2 Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RIRIN SEPTIANI 0903216

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

PENGARUH MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING

(CTL) TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV PADA

MATERI SIFAT-SIFAT ENERGI BUNYI

(Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN Cibeureum

Mandiri 2 Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi)

Oleh Ririn Septiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ririn Septiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RIRIN SEPTIANI

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV

PADA MATERI SIFAT-SIFAT ENERGI BUNYI (Penelitian Eksperimen di Kelas IV SDN Cibeureum Mandiri 2

Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Asep Kurnia Jayadinata, M.Pd. NIP.198009292008011023

Pembimbing II,

Julia, M.Pd. NIP. 198205132008121002

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si. NIP. 198011252005012002


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 5

C.

Tujuan Penelitian ... 5

D.

Manfaat Penelitian ... 5

E.

Batasan Masalah ... 6

F.

Definisi Operasional ... 6

BAB II STUDI LITERATUR ... 8

A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD ... 8

1. Pengertian IPA ... 8

2. Tujuan Pembelajaran IPA ... 9

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 9

B. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 10

1. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 10

2. Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 11

3. Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13

4. Langkah-langkah Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 14

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 15

C. Model Pembelajaran Konvensional ... 16


(5)

2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Konvensional ... 17

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 18

E. Sifat-sifat Energi Bunyi... 21

F. Teori Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 23

1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 23

2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 23

3. Teori Belajar Ausubel ... 24

4. Teori Vygotsky ... 24

5. Teori Bruner ... 25

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

H. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Metode dan Desain Penelitian ... 28

1. Metode Penelitian ... 28

2. Desain Penelitian ... 28

B. Subjek Penelitian ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Prosedur Penelitian ... 30

1. Tahap Perencanaan ... 30

2. Tahap Pelaksanaan ... 30

3. Tahap Akhir ... 31

D. Alur Penelitian ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

1. Data Kuantitatif ... 33

a. Tes Evaluasi Siswa ... 33

1) Validitas Instrumen ... 33

2) Reliabilitas Instrumen ... 35

3) Tingkat Kesukaran ... 36

4) Daya Pembeda ... 37

2. Data Kualitatif ... 38

a. Observasi ... 38

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... 42

1. Pemaparan Data Kuantitatif ... 42

a. Analisis Data Hasil Pretest ... 42

1) Uji Normalitas Data ... 46

2) Uji Homogenitas Varians ... 48

3) Perbedaan Rata-rata ... 48

b. Analisis Data Posttest ... 49

1) Uji Normalitas Data ... 52


(6)

3) Uji Perbedaan Rata-rata ... 55

c. Analisis Perbedaan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi ... 54

1) Uji Normalitas Data ... 56

2) Uji Homogenitas Varians ... 58

3) Perbedaan Rata-rata... 59

d. Pengujian Hipotesis ... 60

1) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 61

2) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 62

3) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 62

2. Pemaparan Data Kualitatif ... 65

a. Pemaparan Data Observasi Aktivitas Siswa ... 66

B. Pembahasan Data ... 66

1. Data Proses Pembelajaran ... 66

a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 67

b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 68

2. Data Hasil Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dengan Pembelajaran Tradisional (Konvensional) ... 11

2.2 Langkah-langkah Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 14

2.3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 18

2.4 Kelompok Kemampuan Berpikir Kritis yang Dikembangkan ... 21

3.1 Kriteria Korelasi Koefisien ... 34

3.2 Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 34

3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 35

3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 36

3.5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 36

3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 37

3.7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 38

4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 43

4.2 Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 44

4.3 Distribusi Distribusi Frekuensi Hasil Pretest ... 45

4.4 Statistik Deskriptif Skor Pretest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 46

4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ... 44

4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest ... 48

4.7 Hasil Uji T Data Pretest ... 49

4.8 Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 50

4.9 Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 51

4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest ... 52

4.11 Statistik Deskriptif nilai Posttest ... 52

4.12 Uji Normalitas Data Posttest ... 53

4.13 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ... 55

4.14 Hasil Uji T Data Posttest ... 56

4.15 Uji Normalitas N-gain ... 57

4.16 Hasil Uji Homogenitas N-gain ... 59

4.17 Analisis Uji-T pada Data Nilai N-gain... 60

4.18 Hasil Uji Hipotesis 1 ... 61

4.19 Hasil Uji Hipotesis 2 ... 62

4.20 Rata-rata N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 63

4.21 Hasil uji hipotesis 3 ... 65


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Penelitian ... 32 4.1 Perbandingan Normalitas Data Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 47 4.2 Perbandingan Normalitas Data Posttest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54 4.3 Perbandingan Normalitas Data N-gain pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58


(9)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Rata–rata Nilai Pretest dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 64 4.2 Perbandingan Rata-rata N-gain pada kelas kontrol dan kelas


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A ... 78

Lampiran B ... 91

Lampiran C ... 103

Lampiran D ... 108

Lampiran E ... 122

Lampiran F ... 143


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk dapat mensejahterakan kehidupannya. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh kelebihan yang tentunya dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupannya. Sistem pendidikan yang ada di Indonesia tercantum dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan juga berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memiliki daya saing untuk memajukan Negara Indonesia karena kemajuan suatu negara ditentukan oleh kualitas bangsanya itu sendiri.

Menurut data UNESCO 2009 peringkat pendidikan Indonesia turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Education Development Index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Data tersebut menggambarkan kenyataan bahwa daya saing pendidikan Indonesia sekarang masih jauh dibandingkan negara-negara lain (Handoko: 2013). Sedangkan Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Menurut data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara (Harahap: 2013). Berdasarkan data tersebut terbukti bahwa Indonesia mengalami krisis dalam bidang pendidikan. Banyak faktor-faktor yang menjadi masalah dalam bidang pendidikan di Indonesia.

Berbagai masalah yang dihadapi Indonesia dalam bidang pendidikan tentunya menjadi penyebab tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dibandingkan negara lain. Sarana prasarana yang kurang memadai, mahalnya


(12)

2

biaya pendidikan, hingga rendahnya kualitas guru dan prestasi siswa merupakan hal-hal yang dialami oleh Negara Indonesia selama ini. Hal tersebut menjadikan Indonesia berada di urutan bawah dalam bidang pendidikan sehingga butuh perhatian khusus dari pihak pemerintah.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa

Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakanpendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan formal dimulai sejak dini dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal berupa pembelajaran yang diselenggarakan di masyarakat oleh lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti kursus-kursus keterampilan. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan informal berupa pembelajaran yang dapat dilakukan dan diberikan dalam lingkungan keluarga. Hal yang berperan penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran mengenai cara guru menyampaikan materi dan cara siswa menerima materi yang dijelaskan guru.

Pembelajaran saat ini dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Guru tidak lagi menjadi pusat saat pembelajaran melainkan siswa yang harus menjadi pusat dalam proses pembelajaran sehingga siswa menemukan dan mengalami sendiri materi-materi yang dijelaskan guru. Guru harus kreatif dalam merancang dan merencanakan pembelajaran melalui model-model pembelajaran yang inovatif serta siswa yang harus aktif dan kritis dalam setiap menerima pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran dapat membantu siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Sudah seharusnya seorang guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan menciptakan pembelajaran yang bermakna sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(13)

3

Salah satu pembelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah mata pelajaran IPA. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA bukan hanya berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan praktik. Melalui pembelajaran IPA anak dilatih untuk berpikir secara aktif, kritis, kreatif, dan inovatif, sehingga anak dapat mengembangkan daya cipta sejak dini kepada alam sekitarnya. Siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat melalui kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran IPA akan lebih bermakna jika melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru menyertakan model pembelajaran dan praktek agar siswa lebih aktif dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.

Menurut Ennis (Hassoubah, 2008: 87) „berpikir kritis adalah berpikir secara

beralasan dan relatif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang

harus dipercayai atau dilakukan‟. Kemampuan berpikir kritis dapat bermanfaat

bagi siswa di kehidupan nyata misalnya untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Peran guru sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis akan muncul pada diri siswa apabila guru dapat membangun interaksi dan komunikasi siswa secara aktif pada saat proses pembelajaran. Guru juga dituntut agar dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa mau berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga berperan sebagai fasilitator untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan cara mengembangkan kemampuan awal yang dimiliki siswa mengenai materi yang dipelajari. Kemampuan berpikir kritis tersebut dapat dilatih dengan materi-materi pembelajaran yang dapat dilakukan melalui percobaan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya dalam materi sifat-sifat energi bunyi. Siswa diajak untuk mengetahui berbagai jenis sifat-sifat energi bunyi yang ada di lingkungan sekitar sehingga siswa mengetahui secara langsung penerapan sifat-sifat energi bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan adalah membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya, memfokuskan pertanyaan, memelihara kondisi


(14)

4

dalam keadaan berpikir bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, membuat induksi, dan mempertimbangkan hasil induksi.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang inovatif. Melalui model pembelajaran inovatif siswa didorong untuk mencari tahu, menemukan konsep sendiri dan melakukan observasi. Siswa diarahkan untuk merumuskan masalah (bertanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab). Siswa dilatih untuk berpikir dan mengambil keputusan. Siswa juga diajari untuk dapat bekerja sama melalui diskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Salah satu model pembelajaran inovatif adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL). Model Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang membantu siswa untuk dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. (Sanjaya, 2006:253). Kelebihan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat mengaitkan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, siswa akan lebih mudah memahami materi bukan saja menghafal materi. Selain itu dapat menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dibimbing untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa untuk aktif bertanya dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya konkret untuk membantu siswa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan melibatkan siswa untuk melatih keaktifan siswa dalam menciptakan pembelajaran yang


(15)

5

Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV pada Materi Sifat-Sifat Energi Bunyi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Apakah terdapat pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen?

2. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran konvensional yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen dan kelas kontrol?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran konvensional yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas kontrol.

3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru


(16)

6

materi sifat-sifat energi bunyi.

b. Bertambahnya wawasan tentang model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Meningkatkan kreativitas profesi guru dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat energi bunyi.

d. Untuk perbaikan dan mengembangkan kemampuan, serta merencanakan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Bagi siswa

a. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat energi bunyi.

b. Dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa untuk belajar IPA. c. Dapat menumbuhkan sikap aktif dan kreatif dalam diri siswa.

d. Dapat meningkatkan sosialisasi antar siswa. 3. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesionalisme guru, perbaikan proses dan kemampuan berpikir kritis siswa pada sekolah tersebut.

4. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan peneliti.

b. Untuk meningkatkan kemampuan dalam penyusunan kegiatan penelitian eksperimen.

c. Untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki peneliti selaku calon guru baik untuk peneliti itu sendiri maupun orang lain.

d. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam melakukan penelitian.

E. Batasan Istilah

Penjelasan beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang membantu keterlibatan siswa untuk dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata


(17)

7

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2. Model pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan proses pembelajaran pada metode ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

3. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengambil keputusan terhadap masalah-masalah melalui analisis fakta, argumentasi, menarik kesimpulan, kemudian mengevaluasi argumen untuk memecahkan masalah. Indikator kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya, memfokuskan pertanyaan, memelihara kondisi dalam keadaan berpikir bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, membuat induksi, dan mempertimbangkan hasil induksi.

4. Sifat-sifat energi bunyi dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Bunyi dapat merambat melalui zat padat, cair, dan gas. b. Bunyi dapat dipantulkan.


(18)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencari pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi perambatan bunyi. Oleh sebab itu penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2012: 107) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Ciri khas dari penelitian ini adalah adanya kelas kontrol.

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel bebas yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

b. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis siswa

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian true experimental design, karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Desain ini memiliki ciri adanya kelas kontrol dan sampel dipilih secara random.

Bentuk design yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

R O1 X O2

R 03 O4

Sumber : Sugiyono (2012, 112) Keterangan :

R = kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa SD yang diambil secara random.


(19)

29

O1 dan O3 = kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa

X = treatment, yaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada kelompok eksperimen.

O2 = posttest pada kelompok eksperimen setelah diberi pembelajaran model CTL.

O4 = posttest pada kelompok control yang tidak diberi model pembelajatn CTL.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Cibeureum Mandiri 2 Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah seluruh siswa sebanyak 120 orang. Alasan pengambilan populasi ini adalah karena jumlah seluruh kelas yang memungkinkan untuk dilakukan penelitian eksperimen yaitu empat kelas dengan jumlah seluruh siswa 120 orang.

2. Sampel penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik simple random sampling dimana setiap anggota dari populasi memiliki peluang yang sama untuk terambil.(Sugiyono, 2012:120) Sampel penelitian diperoleh dengan cara mengundi seluruh kelas yang ada di SDN Cibeureum Mandiri 2 yang berjumlah empat kelas. Setelah diundi didapat sampel penelitian yaitu siswa kelas SDN Cibeureum Mandiri 2 yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah seluruh siswa sebanyak 60 orang. Setelah itu dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas IV C sedangkan kelas kontrol yaitu kelas IV A.


(20)

30

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap persiapan penelitian

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Menentukan aspek kajian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini aspek kajian

yang akan diteliti yaitu kemampuan berpikir kritis. 2) Menentukan populasi dan sampel.

3) Menetapkan materi yang akan diberikan.

4) Melakukan observasi ke sekolah dan mewawancarai pihak sekolah. 5) Membuat instrumen penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah tahap perencanaan selesai, dilakukan tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan meliputi:

1) Memberikan test awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis pada siswa kelompok control dan kelompok eksperimen.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CTL pada kelas eksperimen dengan tahapan sebagai berikut. a) Tahap Invitasi

(1) Mengucapkan salam

(2) Mengajak semua siswa berdo’a untuk mengawali pembelajaran (3) Mengecek kehadiran siswa

(4) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

(5) Apersepsi (melakukan tanya jawab) mengenai salah satu sifat energi bunyi. Mengapa kita dapat mendengar suara petir ketika hujan?

b) Tahap eksplorasi

(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok (2) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.

(3) Guru membagikan alat dan bahan kepada masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan pada LKS melalui percobaan.


(21)

31

c) Tahap penjelasan dan solusi

(1) Guru menyuruh perwakilan setiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya.

(2) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil kelompok temannya.

d) Tahap pengambilan tindakan

(1) Guru memberikan penguatan dan tanggapan terhadap hasil diskusi setiap kelompok.

(2) Guru membantu siswa menyimpulkan hasil diskusi.

3) Memberikan test akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah proses pembelajaran.

4) Memberikan angket kepada setiap siswa di kelas eksperimen. c. Tahap akhir

Setelah tahap pelaksanaan dilakukan, tahap terakhir yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Pengumpulan data hasil penelitian

2) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian 3) Penarikan kesimpulan


(22)

32

Pembelajaran di kelas kontrol (konvensional)

Pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan model CTL

Pengumpulan data D. Alur penelitian

Merumuskan masalah

Uji coba instrumen

Revisi instrumen

Pretest

Posttest

Pengolahan dan analisis data

Hasil dan kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian Analisis model Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Analisis kemampuan berpikir kritis siswa

Analisis materi gaya gesek


(23)

33

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif seperti sebagai berikut.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif pada penelitian ini menggunakan instrumen tes berupa tes evaluasi siswa yang mencakup indikator-indikator kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut dijelaskan mengenai data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini.

a. Tes Evaluasi Siswa

Tes Evaluasi Siswa yang digunakan meliputi tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan bentuk soal uraian. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, soal-soal bentuk uraian baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi yang telah dijelaskan guru sebelumnya.

Tes awal (pretest) diberikan untuk mengukur hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis awal pada masing-masing kelas. Tes akhir (posttest) diberikan setelah pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Tes Evaluasi Siswa ini berisi sembilan butir soal uraian. Soal meliputi indikator hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis.

Sebelum instrument tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap validasi, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen test tersebut yaitu sebagai berikut.

1) Validasi instrumen

Untuk mengetahui tingkat (indeks) validitas suatu tes (dalam hal ini validitas banding) dapat dihitung Koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi. Cara mencari koefisien validitas dapat digunakan rumus korelasi produk moment corelation memakai angka kasar (Arifin, 2012: 254) sebagai berikut:


(24)

34

� = − ( )

2− 2 2− 2

Keterangan:

� = koefisien korelasi N = banyaknya siswa

X = nilai dari soal yang diuji cobakan

Y = nilai dari tujuan atau tes lain yang dibandingkan

Koefisien korelasi yang telah diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria koefisien korelasi sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Kriteria

0,00-0,20 Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Cukup

0,61-0,80 Tinggi

0,81- 1,00 sangat tinggi

Sumber : Arifin, 2012: 257 Setelah dilakukan uji coba terhadap 33 siswa, hasil uji coba menunjukkan bahwa koefisien korelasi secara keseluruhan soal yang dibuat dalam penelitian ini mencapai 0,63 dan termasuk ke dalam validitas yang tinggi berdasarkan tabel 3.1. Validitas instrument tes evaluasi siswa setiap soal diuraikan pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar No.

Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

1. 0,52 Validitas cukup

2. 0,63 Validitas tinggi

3. 0,62 Validitas tinggi

4. 0,65 Validitas tinggi

5. 0,66 Validitas tinggi

6. 0,47 Validitas cukup

7. 0,40 Validitas cukup

8. 0,64 Validitas tinggi


(25)

35

2) Reliabilitas Instrumen

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sehingga reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dengan tetap memberikan data sesuai kenyataan. (Arikunto, 2009:86).

Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen digunakan reliabilitas metode untuk tes dalam bentuk uraian karena instrumen yang digunakan berbentuk uraian. Rumus yang digunakan yaitu rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2009: 109).

r

11

=

�−1

1

��2

2

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

��2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

��2 = varians total

Koefisien korelasi yang telah diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria koefisien korelasi sebagai berikut menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,00-0,20 Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Cukup

0,61-0,80 Tinggi

0,81- 1,00 sangat tinggi

Sumber : Suherman dan Sukjaya, 1990: 177

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,66. Berdasarkan tabel 3.3 soal yang telah diujikan memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga layak untuk digunakan saat pretest.


(26)

36

3) Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal, dapat digunakan formula sebagai berikut.

��=

� � Keterangan :

IK = Tingkat/indeks kesukaran = Rata-rata skor setiap butir soal SMI = Skor maksimum ideal

Tingkat kesukaran yang telah diperoleh, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Koefisien Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat kesukaran

IK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah

Sumber : Suherman dan Sukjaya, 1990: 213

Berdasarkan tabel 3.4 tingkat kesukaran soal yang telah diuji cobakan diuraikan dalam tabel 3.5 berikut ini (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal No.

Soal Skor Rata-rata Skor Maksimal Tingkat kesukaran Keterangan

1. 0,53 1 0,53 sedang

2. 0,75 2 0,38 mudah

3. 2,63 4 0,66 sedang

4. 1,25 2 0,63 sedang

5. 0,28 1 0,28 sukar

6. 0,53 2 0,27 sukar

7. 0,63 2 0,31 sedang

8. 0,75 1 0,75 mudah


(27)

37

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa soal dengan kriteria mudah terdapat 3 soal atau 33% dari keseluruhan soal. Soal dengan kriteria sedang terdapat 4 soal atau 44% dari jumlah keseluruhan soal. Sedangkan soal dengan kriteria sukar terdapat 2 soal atau 22% dari jumlah keseluruhan soal yang ada.

4) Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut.

�� = −

� � Keterangan:

DP = daya pembeda

= rata-rata skor kelompok atas = rata-rata skor kelompok bawah � � = skor maksimum ideal

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Koefisien Korelasi Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

(Suherman dan Sukjaya, 1990: 202) Berdasrkan tabel 3.7 daya pembeda dari soal yang telah diuji cobakan diuraikan dalam tabel 3.8 berikut ini.


(28)

38

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal No. Soal Daya Pembeda Keterangan

1. 0,38 cukup

2. 0,25 cukup

3. 0,47 baik

4. 0,50 baik

5. 0,31 cukup

6. 0,06 rendah

7. 0,13 rendah

8. 0,19 rendah

9. 0,08 rendah

2. Data Kualitatif

Dalam penelitian ini data kualitatif yang digunakan berupa hasil observasi. Data ini digunakan untuk mendukung hasil data kuantitatif. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi berupa daftar cek (checklist) yang diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung dan digunakan untuk mengukur sejauh mana pembelajaran tersebut sesuai dengan ketentuan–ketentuan pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning. Data hasil observasi ini menggunakan format observasi aktivitas siswa.

Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu, partisipasi, kerjasama, dan motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa beserta indikatornya terlampir). Setelah dijumlahkan, skor tersebut dikategorikan dalam bentuk perilaku seperti di bawah ini.

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3 Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6 Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9

F. Pengolahan dan analisis data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan bantuan program komputer Microsoft Excel dan software SPSS versi 16 for windows. Secara rinci teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(29)

39

Data yang telah diperoleh berupa tes tertulis dari pretest dan posttest kemudian diolah dengan memberikan skor mentah pada setiap jawaban siswa. Hasil skor mentah yang telah diperoleh dari pretest dan posttest kemudian dihitung totalnya memperoleh nilai akhir.

1. Untuk soal tes berbentuk esai yang digunakan untuk mengukur hasil tes evaluasi siswa.

NP = R

SM x 100

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap

2. Menghitung rata-rata skor pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Masukan data berupa nilai tersebut ke dalam program SPSS versi 16, dengan cara sebagai berikut.

Aktifkan program SPSS versi 16. Pada lembar Variable view ketik

“kelompok” pada kolom Name di nomor 1. Pada kolom Decimals ubah sesuai kebutuhan. Pada kolom Label isi dengan ketik “kelompok yang diteliti”. Pada Values isi dengan keterangan Value: 1 dan Label: Kelompok eksperimen, kemudian klik add, kemudian isi kembali dengan keterangan Value: 2 dan Label: Kelompok kontrol, kemudian klik add, lalu continue. Pada kolom Name di nomor 2 ketik “pretest”, ketik “posttest” pada nomor 3 dan

“N_Gain” pada nomor 4, masing-masing hanya mengubah kolom Decimals sesuai kebutuhan. Untuk lembar kerja Data View pada kolom Kelompok di isi dengan angka 1 sebanyak jumlah siswa di kelas eksperimen dan dilanjutkan dengan angka 2 sebanyak jumlah siswa di kelas kontrol. Pada kolom Pretest diisi dengan nilai pretest, sedangkan pada kolom Posttest diisi dengan nilai posttest, dan kolom N_Gain diisi dengan hasil perhitungan N-Gain.


(30)

40

4. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Cara uji normalitas pada program SPSS versi 16, yaitu klik menu Analyze, klik Descriptive Statistic, klik Explore. Kelompok yang diteliti diletakkan di Faktor List, sedangkan pretest, posttest, dan N_Gain diletakkan di Dependent List. Klik Plots, cheklist (√) Normality Plots With Tests, klik continue. Lalu klik ok. Maka hasil atau keterangan tentang normalitas data akan tersajikan. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametik, dalam penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney U.

Rumusan hipotesis untuk uji normalitas:

H0 = data berasal dari sampel yang berdistribusi normal H1 = data tidak berasal dari sampel yang berdistribusi normal Dengan: Jika P-Value < �, maka H0 ditolak

Jika P-Value ≥ �, maka H0 diterima Keterangan: tingkat keberartian � = 0,05

5. Uji homogenitas untuk mengetahui apakah varian sampel yang diperoleh homogen atau tidak. Cara uji homogenitas pada program SPSS versi 16, yaitu klik menu Analyze, klik Compare Means, klik Independent Sample t-test. Kelompok yang diteliti diletakkan di grouping, sedangkan pretes, postes, dan N_Gain diletakkan di test variabel. Klik Define Group, isi dengan Group 1: 1 dan Group 2: 2, klik continue, lalu ok. Maka hasil atau keterangan tentang normalitas data akan tersajikan. Jika homogen maka dilanjutkan dengan uji t.

Jika data tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t’. Untuk menentukan

homogenitas suatu sampel digunakan rumus sebagai berikut. Rumusan hipotesis untuk uji homogenitas:

H0 = tidak terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok sampel (homogen)

H1 = terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok sampel (tidak homogen)

Dengan: Jika P-Value < �, maka H0 ditolak Jika P-Value ≥ �, maka H0 diterima


(31)

41

Keterangan: tingkat keberartian � = 0,05

6. Uji perbedaan rata-rata. Jika data tidak berdistribusi dengan normal, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik yaitu dengan uji Mann-Whitney U (uji-U) yang digunakan untuk menghitung perbedaan rata-rata kemampuan siswa. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji perbedaan rata-rata menggunakan uji-t dua sampel independen. Cara menghitung uji-U dengan menggunakan program SPSS versi 16, yaitu dengan cara klik menu Analyze, klik Nonparametrics Tests, klik 2-Independent Samples Tests. Kelompok yang diteliti diletakkan di grouping, sedangkan pretest, posttest, dan N_Gain diletakkan di test variabel. Klik Define Group, isi dengan Group 1: 1 dan Group 2: 2, klik continue, lalu ok. Maka hasil atau keterangan tentang normalitas data akan tersajikan.

Rumusan hipotesis untuk uji-t atau perbedaan rata-rata:

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

H1 = terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Dengan: Jika sig. < �, maka H0 ditolak Jika sig. ≥ �, maka H0 diterima Keterangan: tingkat keberartian � = 0,05

7. Menghitung N-gain, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Menurut Hake (Yulianti, 2012:43) untuk menghitung N-gain menggunakan rumus:

N−gain = skor tes akhir−skor tes awal skor maksimal−skor tes awal


(32)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan uji T dan � = 0,05 yang menunjukkan nilai signifikansi (Sig.2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen secara signifikan. 2. Hasil penelitian di kelas kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran secara

konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi. Hal ini terlihat dari perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji T dan � = 0,05 yang menunjukkan nilai signifikansi (Sig.2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas kontrol.

3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran


(33)

73

secara konvensional dengan nilai signifikansi perbedaan rata-rata N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,043. Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa di kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis pada siswa di kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional (kelompok kontrol). Penggunaan model Contextual Teaching And Learning (CTL) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan pada materi sifat-sifat energi bunyi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Guru dapat lebih termotivasi untuk menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran di dalam kelas untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru juga hendaknya dapat lebih membantu siswa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari agar siswa dapat mengalami langsung materi yang telah dipelajari. Selain itu, apabila guru mengalami kesulitan dalam membantu siswa mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, guru dapat terus mencoba memotivasi dan mengembangkan kemampuan siswa melalui pertanyaan lanjutan yang lebih mendalam, sehingga siswa dapat lebih mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Hal ini juga dapat dilakukan agar siswa lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari agar dapat memecahkan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.


(34)

74

Selain itu siswa juga sebaiknya melatih diri untuk dapat lebih berinteraksi dengan teman sebayanya agar dapat bersosialisasi dengan baik.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bandingan untuk penelitian yang berhubungan dengan sifat-sifat energi bunyi dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teori-teori yang ada mengenai model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

4. Bagi Sekolah

Sekolah dapat memfasilitasi guru dalam mengembangkan pembelajaran, sekaligus untuk mengembangkan potensi siswanya. Selain itu, pihak sekolah dianjurkan mengikutsertakan guru-gurunya pada acara-acara seperti seminar atau lokakarya untuk menambah wawasan tentang metode-metode pembelajaran atau inovasi-inovasi yang ada dalam dunia pendidikan.


(35)

76

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). UU No.20 tahun 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Foksmedia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga.

Fadilla,S. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Kelas Untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Minyak Bumi Menggunakan Model Contextual Teaching And Learning. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Handoko,B.T. (2013). Potret Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://20531634.siap-sekolah.com/2013/05/27/potret-pendidikan-indonesia/. (30 Mei 2013)

Hassoubah, I. Z. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Harahap, R.F. (2013). Astaga, RI Peringkat ke 64 untuk Pendidikan. [Online].

http://kampus.okezone.com/read/2013/06/01/373/816065/astaga-ri-peringkat-ke-64-untuk-pendidikan. (2 Juni 2013)

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning center.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan Dengan Benar. Bandung : Learn2Live „n Live2Lern.


(36)

77

Moestofa, M. dan Sondang, M. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Standar Kompetensi Memperbaiki Radio Penerima Di SMK Negeri 3 Surabaya”. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 02, (1), 255-261.

Nurdiansyah, B. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutardi, D. dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syihabudin, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Mengenal Komponen Sambungan. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Triyanto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wijayanto, R.R. (2011). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDIT Nurul Fallah Pagi Cilincing Jakarta Utara. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Yulianti. (2010). Penerapan Model POE (Predict-Observe-Explain) untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada sub konsep pencemaran air. Bandung: Tidak diterbitkan


(1)

41

Keterangan: tingkat keberartian � = 0,05

6. Uji perbedaan rata-rata. Jika data tidak berdistribusi dengan normal, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik yaitu dengan uji Mann-Whitney U (uji-U) yang digunakan untuk menghitung perbedaan rata-rata kemampuan siswa. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji perbedaan rata-rata menggunakan uji-t dua sampel independen. Cara menghitung uji-U dengan menggunakan program SPSS versi 16, yaitu dengan cara klik menu Analyze, klik Nonparametrics Tests, klik 2-Independent Samples Tests. Kelompok yang diteliti diletakkan di grouping, sedangkan pretest, posttest, dan N_Gain diletakkan di test variabel. Klik Define Group, isi dengan Group 1: 1 dan Group 2: 2, klik continue, lalu ok. Maka hasil atau keterangan tentang normalitas data akan tersajikan.

Rumusan hipotesis untuk uji-t atau perbedaan rata-rata:

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

H1 = terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Dengan: Jika sig. < �, maka H0 ditolak Jika sig. ≥ �, maka H0 diterima Keterangan: tingkat keberartian � = 0,05

7. Menghitung N-gain, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Menurut Hake (Yulianti, 2012:43) untuk menghitung N-gain menggunakan rumus:

N−gain = skor tes akhir−skor tes awal


(2)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan uji T dan � = 0,05 yang menunjukkan nilai signifikansi (Sig.2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas eksperimen secara signifikan. 2. Hasil penelitian di kelas kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran secara

konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi. Hal ini terlihat dari perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji T dan � = 0,05 yang menunjukkan nilai signifikansi (Sig.2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat energi bunyi di kelas kontrol.

3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran


(3)

73

secara konvensional dengan nilai signifikansi perbedaan rata-rata N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,043. Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikansi (Sig.2-tailed) < �, maka H0 ditolak atau H1 diterima.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa di kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis pada siswa di kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional (kelompok kontrol). Penggunaan model Contextual Teaching And Learning (CTL) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan pada materi sifat-sifat energi bunyi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Guru dapat lebih termotivasi untuk menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran di dalam kelas untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru juga hendaknya dapat lebih membantu siswa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari agar siswa dapat mengalami langsung materi yang telah dipelajari. Selain itu, apabila guru mengalami kesulitan dalam membantu siswa mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, guru dapat terus mencoba memotivasi dan mengembangkan kemampuan siswa melalui pertanyaan lanjutan yang lebih mendalam, sehingga siswa dapat lebih mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Hal ini juga dapat dilakukan agar siswa lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari agar dapat memecahkan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.


(4)

74

Selain itu siswa juga sebaiknya melatih diri untuk dapat lebih berinteraksi dengan teman sebayanya agar dapat bersosialisasi dengan baik.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bandingan untuk penelitian yang berhubungan dengan sifat-sifat energi bunyi dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teori-teori yang ada mengenai model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

4. Bagi Sekolah

Sekolah dapat memfasilitasi guru dalam mengembangkan pembelajaran, sekaligus untuk mengembangkan potensi siswanya. Selain itu, pihak sekolah dianjurkan mengikutsertakan guru-gurunya pada acara-acara seperti seminar atau lokakarya untuk menambah wawasan tentang metode-metode pembelajaran atau inovasi-inovasi yang ada dalam dunia pendidikan.


(5)

76

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). UU No.20 tahun 2003.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Foksmedia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga. Fadilla,S. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Kelas Untuk

Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Minyak Bumi Menggunakan Model Contextual Teaching And Learning. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Handoko,B.T. (2013). Potret Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://20531634.siap-sekolah.com/2013/05/27/potret-pendidikan-indonesia/. (30 Mei 2013)

Hassoubah, I. Z. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Harahap, R.F. (2013). Astaga, RI Peringkat ke 64 untuk Pendidikan. [Online].

http://kampus.okezone.com/read/2013/06/01/373/816065/astaga-ri-peringkat-ke-64-untuk-pendidikan. (2 Juni 2013)

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning center.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan Dengan Benar. Bandung : Learn2Live „n Live2Lern.


(6)

77

Moestofa, M. dan Sondang, M. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Standar Kompetensi Memperbaiki Radio Penerima Di SMK Negeri 3 Surabaya”. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 02, (1), 255-261.

Nurdiansyah, B. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media. Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutardi, D. dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syihabudin, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Mengenal Komponen Sambungan. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Triyanto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wijayanto, R.R. (2011). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDIT Nurul Fallah Pagi Cilincing Jakarta Utara. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Yulianti. (2010). Penerapan Model POE (Predict-Observe-Explain) untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada sub konsep pencemaran air. Bandung: Tidak diterbitkan


Dokumen yang terkait

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi

2 12 149

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas iv SDN Cikarang Kota 04

0 9 0

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN ENERGI PANAS (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan Kecamatan Situraja

0 5 41

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI (Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 39

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 2 42

PENGARUH MODEL KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV SD PADA MATERI ENERGI PANAS (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Jagatapa dan SDN Kirisik di Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang).

0 1 38