PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPAI BATAVIA AIR RUTE JAKARTA-PADANG : Survei pada pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB.

(1)

NO. 88/UN. 40.FPEB.I.PL/2013

PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPAI BATAVIA AIR RUTE

JAKARTA-PADANG

(Survei Terhadap Pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh : Lovely Nanda Putra

(0707867)

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPAI BATAVIA AIR RUTE

JAKARTA-PADANG

(Survey Terhada Pengguna Maskapai Batavia di UPI, UNPAD dan ITB)

Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M Dekan Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis


(3)

PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPI BATAVIA AIR RUTE JAKARTA-PADANG (SurveiTerhadap Pengguna Maskapai Batavia Air

di UPI,UNPAD dan ITB)

Oleh : Lovely Nanda Putra

0707867

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Manajemen Bisnis

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Lovely Nanda Putra Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotocopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(4)

Lovely Nanda Putra (0707867), “pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan

Menggunakan Maskapai Batavia Air Rute Jakarta-Padang” (Survei pada pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB), dibawah bimbingan Drs. Girang Razati, M.Si. dan Ayu Krishna Y., S.Sos., M.M.

Setiap perusahaan jasa dituntut melakukan strategi yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan dalam rangka menghadapi persaingan yang tinggi, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan usaha dari perusahaan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang baik sehingga mempengaruhi keputusan membeli oleh konsumen.

Batavia Air harus memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Rendahnya jumlah penumpang Maskapai Batavia Air di Indonesia adalah merupakan indikasi dari cukup banyaknya para penumpang memilih menggunakan maskapai lain khususnya untuk rute Jakarta-Padang, penurunan jumlah penumpang disebabkan oleh sarana yang diberikan oleh Batavia Air tidak mendukung kenyamanan penumpang, physical evidence menjadi alasan para penumpang maskapai penerbangan untuk mengambil keputusan menggunakan.

Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui bagaimana penerapan physical evidence yang dilaksanakan oleh Batavia Air, 2) Bagaimana keputusan konsumen dalam memilih dan menggunakan maskapai Batavia Air, 3) Mengetahui keputusan menggunakan penerbangan yang terdiri dari facility design, equipment, signage, employe dress atau dari guarantee. Objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari padang di UPI, UNPAD, ITB dan pernah menggunakan maskapai Batavia Air. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

physical evidence (X) keputasan menggunakan (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif verifikatif, dan metode yang digunakan adalah explanatory survey dengan teknik sampel jenuh dengan jumlah sampel 75 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan alat bantu software komputer SPSS 16.0 for windows


(5)

ABTSRACT

Lovely Nanda Putra (0707867), “The Influence of Physical Evidence Againts Costumer Decisions Using Batavia Air From Jakarta to Padang” (Survey on Users Airline At UPI, UNPAD dan ITB), Under Guidance of Drs. Girang Razati, M.si. dan Ayu Krishna Y, S.Sos., M.M.

Each service companies charged with a good strategy to achieve corporate objective in order to face high competition, to achieve that goal requires effort from the company to provide better facilities and infrastructure that influence buying decision by consumer.

Batavia Air had to give the best service to consumer, low number of passenger Batavia Air, an indication of sufficient number passenger choosing to use other airline particular for Jakarta-Padang, caused by decrease in the number of passenger vehicle provide by Batavia Air does not support passenger comfort, physical evidence, the reason for airline, passengers flight to make decisions using.

This study aims to 1) Determine how to application of physical evidence undertaken by Batavia Air, 2) How can consumer’s decision to choose and use the airline Batavia Air, 3) knowing the decision to use the flight consisting of facility design, equipment, signage, employe dress and guarantee. Object in this study were student from field in UPI, UNPAD and ITB, and never use Batavia Air. The independent variable in this study is Physical Evidence (X), Costumer Decision (Y). This type of research is descriptive verification, and the method used in explanatory saturated sample survey technique with a sample of 75 respondents. The data analysis technique used is simple liner regression with computer software tools SPSS 16.0 for windows.


(6)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ...1

1.2Identifikasi Masalah ...18

1.3Rumusan Masalah ...19

1.4Tujuan Penelitian ...19

1.5Kegunaan Penelitian ...20

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1Kajian Pustaka ...21

2.1.1 Konsep Physical Evidence ...21

2.1.1.1Konsep Physical Evidence Dalam Bauran Pemasaran ....21

2.1.1.2Definisi Physical Evidence ...34

2.1.1.3Dimensi Physical Evidence...36

2.1.2Keputusan Menggunakan Jasa ...38


(7)

2.1.3Pengaruh Physical Evidence terhadap Keputusan Menggunakan ...58

2.1.4Orisinalitas Penelitian ...59

2.1.5Kerangka Pemikiran ...61

2.1.6Hipotesis ...69

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian ...70

3.2Metode Penelitian ...71

3.2.1Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan ...71

3.2.2Operasionalisasi Variabel ...72

3.2.3Jenis dan Sumber Data ...76

3.2.4Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...77

3.2.4.1Populasi ...77

3.2.4.2Sampel ... 78

3.2.4.3Teknik Sampling ...79

3.2.5Teknik Pengumpulan Data ...81

3.2.6Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ...84

3.2.6.1Hasil Pengujian Validitas ...84

3.2.6.2Hasil Pengujian Reliabilitas ...89

3.2.7 Uji Normalitas ...91

3.3 Rancangan Teknik Analis Data ...93

3.3.1 Teknik Analisi Data ...93


(8)

3.3.3.1 Menguji β Melalui Uji t ...97

3.3.3.2 Diagram Pencar ...98

3.3.3.3 Uji Titik Terpencil ...98

3.3.3.4 Analisi Korelasi ...99

3.3.3.5 Regresi Linier Sederhana ...100

3.3.3.6 Koefisien Determinasi ...101

3.3.4 Pengujian Hipotesis ...102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Profil Perusahaan dan Pengguna Batavia Air ...104

4.1.1Profil Perusahaan ...104

4.1.1.1Visi dan Misi Perusahaan ...105

4.1.1.2Identitas Perusahaan ...105

4.1.2Profil Pengguna Maskapai Batavia Air ...110

4.1.3Pengalaman Responden ...112

4.1.3.1 Maskapai Penerbangan Yang Pernah Digunakan ...113

4.1.3.2 Lama Menggunakan Maskapai Penerbangan Yang Digunakan Terakhir Kali ...113

4.1.3.3 Frekwensi menggunakan maskapai penerbangan dengan rute jakarta-Padang Dalam Satu Tahun ...114

4.1.3.4 Alasan Menggunakan Maskapai Penerbangan ...115

4.1.3.5 Waktu Pembelian ...116


(9)

4.2Tanggapan Pengguna Maskapai Batavia Air Terhadap Physical

evidence dan Dimensi –Dimensinya ...119

4.2.1 pelaksanaan dimensi-dimensi Physical Evidence ... 119

4.3Tanggapan Pengguna Maskapai Batavia Air Terhadap Keputusan Menggunakan ...133

4.3.1 pelaksanaan dimensi –dimensi keputusan menggunakan Makspai Batavia air ...133

4.4Pengujian Hipotesis Pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan Menggunakan ...143

4.4.1 Analisisi Korelasi ...144

4.4.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ...146

4.4.3 Koefisien Determinasi ... 148

4.5 Implikasi Hasil Temuan ...149

4.5.1 Temuan Penelitian Bersifat Teoritis ...149

4.5.2 Temuan Penelitian Bersifat Empiris ...150

4.6 Implikasi Hasil Penelitian Physical Evidence di Lingkungan Universitas ...152

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan ...160

5.2Rekomendasi ...161

DAFTAR PUSTAKA ...164


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan arus informasi dan ekonomi mendorong timbulnya laju persaingan didalam dunia usaha hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa, sehingga menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Keadaan ini memaksa perusahaan untuk lebih tanggap terhadap terjadinya perubahan pasar yang sangat cepat dan dinamis.

Begitu juga dengan sektor jasa yaitu transportasi, di Indonesia transportasi dibagi atas tiga bagian yaitu sektor darat, laut dan udara, dengan meningkatnya perekonomian berpengaruh terhadap mobilitas masyarakat, apalagi dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan Negara kepulauan sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya transportasi udara, Berikut Gambar 1.1 menunjukkan pertumbuhan jumlah pengguna transportasi udara Indonesia tahun 2011.

PERTUMBUHAN PENERBANGAN DI INDONESIA

(Juta Jiwa)

37.4 43.5

48.7 53.5

2008 2009 2010 2011

Sumber : http://www.seputar indonesia.com/edisicetak/content/view/376114/ GAMBAR 1.1


(11)

Peningkatan jumlah pengguna jasa transportasi udara disebabkan oleh lebih efisien dibandingkan dengan sarana transportasi lainnya yang lebih memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan transportasi udara, apalagi didukung oleh perubahan persepsi konsumen dalam menggunkan sarana transportasi, yang dulu hanya untuk segment pasar kalangan menengah ke atas sedangkan sekarang beberapa maskapai penerbangan sudah masuk ke kalangan menengah ke bawah.

Indonesia memiliki jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah Cina, Amerika dan India, sehingga banyak perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia, apalagi kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga meningkatkan kebutuhan akan transportasi antar pulau yang sangat dibutuhkan. Sehingga bisnis penerbangan sangat potensial untuk terus berkembang sehingga perusahaan penerbangan nasional melakukan perluasan pasar untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi udara.

Seiring dengan peningkatan minat masyarakat dalam menggunakan sarana transportasi udara maka penyedia layanan transportasi udara di Indonesia memperluas target pasar dalam mendapatkan konsumen. Berikut gambar 1.2 menunjukkan estimasi market size penerbangan di Indonesia


(12)

ESTIMASI MARKET SIZE PENERBANGAN DI INDO NESIA

(pe rse ntase )

12.3

19.1823.76 28.81

34.02

39.1643.1 47.3

52.154.5

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : Estimasi market size (swa 10/XXIV/15-28 mei 2010)

GAMBAR 1.2

ESTIMASI MARKET SIZE PENERBANGAN DI INDONESIA

Pada Gambar 1.2 dapat kita ketahui market size penerbangan di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, pengguna jasa penerbangan domestik peningkatan yang sangat tinggi terjadi antara 2008–2009 dari 43.10 menjadi 47.30 hal ini tentunya dipengaruhi beberapa keunggulan yang dapat dirasakan oleh konsumen.

Perluasan pasar yang dilakukan oleh penyedia transportasi udara seiring dengan pertumbuhan jumlah pengguna sarana transportasi udara yang tinggi. Apalagi dengan adanya persepsi dari masyarakat dalam menggunakan sarana transportasi udara identik dengan harga yang mahal sedangkan pada tahun 2005 terjadi perkembangan Market Size yang sangat tinggi dari 23.76 pada tahun 2004 menjadi 28.81 pada tahun 2005 yang artinya terjadi lonjakan Market Size


(13)

persepsi dari masyarakat dalam menilai angkutan transportasi udara yang dulunya mahal menjadi lebih terjangkau untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah

Seiring dengan meningkatnya market size dan jumlah pengguna tentu mempengaruhi setiap maskapai yang beroperasi di Indonesia dalam mensiasati strategi bisnis yang mereka jalani dalam mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya, berikut ini Tabel 1.1 daftar maskapai yang beroperasi untuk penerbangan di Indonesia.

TABEL 1.1

DAFTAR MASKAPAIPENERBANGAN DI INDONESIA

NO Maskapai Penerbangan

1 Garuda Indonesia

2 Merpati Nusantara Airlines

3 Lion Air

4 Indonesia Air Asia

5 Kartika Airlines

6 Batavia Air

7 Riau Airlines

8 Wings Air

9 Trigana Air Service

10 Travel Experss

11 Sriwijaya Air

12 Sky Aviation

13 Citilink

14 Express Air

Sumber : http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_maskapai_penerbangan_indonesia

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa di Indonesia beroperasi empat- belas maskapai, menurut Departemen Perhubungan Udara dari semua maskapai yang beroperasi di Indonesia dibagi menjadi tiga layanan.


(14)

Penetapan dan penentuan harga dan layanan merupakan kebijakan yang sangat signifikan dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, didalam industri penerbangan kebijakan penetapan harga dan layanan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Full Services

Carrier, Middle Cost Carrier dan Low Cost Carrier,

Penetapan kriteria layanan dan harga mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan industri penerbangan, konsumen diberikan pilihan dalam menggunakan maskapai penerbangan.

Berikut ini Tabel 1.2 tarif layanan penerbangan yang berlaku di Indonesia: TABEL 1.2

TARIF LAYANAN PENERBANGAN DI INDONESIA

No Full Service Carrier Middle Cost Carrier Low Cost Carrier

1 Garuda Indonesia Merpati Nusantara Airlines Batavia Air

2 Sriwijaya Air Indonesia Air Asia

3 Trigna Air Service Lion Air

4 Express Air Wings Air

Sumber : diolah dari beberapa sumber di internet dan majalah

Menurut Saha and Theingi (2009:15) dalam memberikan layanan industri penerbangan dibagi menjadi tiga layanan yaitu Full service carrier merupakan

penerapan layanan yang menyediakan layanan penuh seperti kelas penerbangan premium, penyediaan makanan dan minuman dalam perjalanan, dan penerbangan yang dilengkapi sarana prasarana hiburan.

Middle Cost Carrier merupakan penerbangan dengan penerapan layanan

menengah dengan tingkat harga lebih murah dibandingkan full service carrier akan tetapi tidak menyediakan sarana hiburan sedangkan Low Cost Carrier layanan ini tarifnya bersaing dengan moda transportasi lain seperti kereta api dan


(15)

kapal laut akan tetapi konsumen hanya diberikan layanan transportasi saja maskapai dan menghilangkan layanan lainya.

Penetapan penawaran layanan dengan harga tiket yang minimum membuat tingkat layanan maskapai diminimalisir, sehingga akan berdampak kepada peralihan konsumen yang biasanya sebagai pengguna transpotasi darat dan laut menjadi konsumen transportasi udara.

Peningkatan jumlah penumpang pada 2010 dan 2011 dinilai karena maskapai yang ada digolongan berpelayanan minimum (no frill) semakin sering menawarkan tarif tiket yang terjangkau, dan cukup bersaing dengan kapal atau kereta api sehingga konsumen tidak lagi beranggapan bahwa menggunakan transportasi udara tidak semahal dulu lagi.

Dengan peningkatan jumlah konsumen pengguna jasa penerbangan tentu menimbulkan kepuasan atau ketidak puasan konsumen atas jasa yang diberikan maskapai penerbangan, berikut Tabel 1.3 menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan pengguna jasa penerbangan.

TABEL 1.3

INDEX KEPUASAN PELANGGAN MASKAPAI PENERBANGAN

No 2008 2009 2010

1 Garuda Indonesia Garuda Indonesia Garuda Indonesia

2 Sriwijaya Air Lion Air Lion Air

3 Mandala Batavia Air Merpati

4 Air Asia Air Asia Mandala

5 Lion Air Mandala Batavia Air

6 Merpati Merpati Air Asia

7 Batavia Air Sriwijaya Sriwijaya


(16)

Berdasarkan Tabel 1.3 dijelaskan bahwa setiap maskapai penerbangan mengalami pergeseran dan perubahan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Buchari Alma (2009:59) setelah melakukan penilaian maka diambilah keputusan membeli atau tidak membeli. Ketika konsumen sudah melakukan keputusan pembelian, maka kemungkinan perusahaan berhasil menghantarkan kepuasan konsumen, pergeseran kepuasan pelanggan setiap maskapai penerbangan dikarenakan oleh pelayanan yang diberikan oleh perusahaan terhadap konsumen.

Posisi pertama terdapat Garuda sebagai penyedia layanan full service

carrier sebagai leader dan pada posisi kedua diraih oleh Lion Air dengan layanan low cost carrier yang pada tahun 2008 hanya menempati posisi ke lima dan pada

tahun berikutnya 2009-2010 menempati posisi kedua setelah Garuda Airline akan tetapi pada tahun 2009-2010 Lion Air sering mengalami kecelakaan, pada posisi ke tiga di raih oleh Merpati Airline dengan layanan middle cost carrier yang mengalami peningkatan indeks kepuasan pelanggan dari tahun sebelumnya. Posisi ke empat adalah Mandala Airline dengan layanan middle cost carrier yang pada tahun sebelumnya mengalami penurunan kepuasan pelanggan, dan pada posisi ke lima ditempati oleh Batavia Air dengan layanan low cost carrier yang mengalami penurunan kepuasan konsumen yang pada tahun sebelumnya berada pada posisi ke 3 pada tahun 2009 dan ke tujuh pada tahun 2008.

Berikut tabel 1.6 menunjukkan index kepuasan pelanggan maskapai penerbangan dengan konsep layanan low cost carrier.


(17)

TABEL 1.4

INDEX KEPUASAN PELANGGAN MASKAPAI PENERBANGAN LOW COST CARRIER

NO 2008 2009 2010 2011

1 Air Asia Lion Air Lion Air Lion Air

2 Lion Air Batavia Air Batavia Air Batavia Air

3 Batavia Air Air Asia Air Asia Air Asia

Sumber : ICSA index transportasi (swasembada no 21/XXV!/4-13 oktober 2011)

Berdasarkan tabel 1.4 dapat kita ketahui pada tahun 2008 Air Asia menempati urutan pertama sedangkan pada tahun 2009, Air Asia mengalami penurunan kepuasan pelanggan begitu juga pada tahun 2010, sedangkan Lion Air pada tahun 2008 menempati urutan ke dua setelah Air Asia, pada tahun 2009 lion menempati peringkat pertama index kepuasan pelanggan begitu juga pada tahun 2010, sedangkan Batavia Air pada tahun 2008 menduduki peringkat paling bawah, pada tahun 2009 menjadi posisi kedua setelah Lion Air begitu juga pada tahun 2010.

Keputusan konsumen dalam menggunakan jasa transportasi dinilai dari kualitas layanan, harga, tempat, promosi, people, physichal envidance dan

process, situasi penerbangan saat ini kualitas layanan dibedakan atas tiga bagian

yaitu full service carrier, middle service carrier dan low cost carrier, Secara umum, sebuah maskapai penerbangan akan mendapatkan tingkat OTP (On Time

Performance) yang baik jika pesawat yang dioperasikannya rata-rata masih baru

dan perawatannya memadai. Meskipun demikian, keberadaan pesawat yang baru bukan satu-satunya faktor penentu ketepatan waktu. Menurut (Banfe, 2005:32). Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya delay antara lain


(18)

1. Force Majeure : Suatu kejadian yang tidak dapat dielakkan dan

diperhitungkan sebelumnya atau diluar kekuasaan manusia contoh : bad

weather (cuaca buruk), banjir,gempa bumi,

2. Technical Reason : Diakibatkan oleh kerusakaan yang terjadi pada

pesawat contoh: mesin, baling-baling rusak.

3. Commersial Reason : diakibatkan oleh alasan komersial contoh: pesawat

kecil diganti oleh pesawat besar sehingga butuh waktu lama untuk

check-in, atau sebaliknya adanya pax yang belum check-in.

4. Security Reason : dilakukan oleh tindakan demi keamanan pesawat dan

keselamatan pax contoh: adanya pax VIP movement.

Batavia Air, Lion Air, dan Indonesia Air Asia merupakan penerbangan yang menerapkan layanan low cost carrier, yang merupakan maskapai penerbangan yang memberikan tarif rendah dengan gantinya menghilangkan beberapa layanan, sehingga menghemat biaya operasional dari perusahaan tersebut sehingga menjadikan harga tiket penerbangan menjadi lebih murah, di Indonesia ada beberapa maskapai penerbangan yang menggunakan tarif layanan

low cost carrier dalam penetapan harganya yaitu Batavia Air, Lion Air dan

Indonesia Air Asia, ketiga maskapai tersebut melayani penerbangan domenstik maupun internasional,

Penerbangan domestik pada tahun 2010 tercatat bahwa ada peraturan Keputusan Menteri Perhubungan No. 26/2010 menegaskan, maskapai yang berada dalam kelompok layanan full service (pelayanan penuh) boleh menetapkan tarif 100 persen dari tarif jarak maksimum. Adapun kelompok medium service 90


(19)

persen dari tarif jarak maksimum, dan no frill service atau berbiaya rendah 85 persen dari tarif jarak maksimum.

berikut ini Tabel 1.6 menunjukkan jumlah penumpang dari beberapa maskapai yang menerapkan strategi low cost carrier pada tahun 2008-2011.

9,213

6,107

1,454

13,377

6,107

1,454

20,520

6,950

3,460

24,597

6,754

4,025

2008

2009

2010

2011

JUMLAH PENUMPANG MASKAPAI PENRBANGAN LOW COST CARRIER PADA TAHUN 2008-2011 (JUTA ORANG)

Lion Air

Batavia Air

Air Asia

Sumber : diolah dari litpus kompas, detik news, tribune news.

GAMBAR 1.3

JUMLAH PENUMPANG MASKAPAI PENRBANGAN LOW COST CARRIER PADA TAHUN 2008-2011

Lion air sebagai maskapai penerbangan yang menerapkan strategi low cost

carrier terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya pada tahun 2008 jumlah

penumpang lion air adalah 9.213.000 orang dan mengalami kenaikan sebanyak 30% yakni 13.377.000 orang terlebih pada tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan yang sangat drastis dari 20.500.000 orang menjadi 24.597.000 orang yang berarti mengalami kenaikan sebanyak 20%.


(20)

Batavia Air sebagai meskapai penerbangan yang juga menerapkan strategi

low cost carrier mengalami fluktuatif perkembangan jumlah penumpang antara

tahun 2008 ke 2009 terjadi penurunan jumlah penumpang dari 6.107.000 orang menjadi 5.620.000 orang yang berarti mengalami penurunan sebesar 487.000 orang atau sebanyak 8.7 % pada tahun 2010 terjadi kenaikan dengan selisih peningkatan jumlah penumpang 1.280.000 orang yang berarti mengalami peningkatan sebanyak 22.7%, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan jumlah penumpang menjadi 6.754.000 dari 6.900.000 orang yang berarti mengalami penurunan sebanyak 2.1 %.

Air Asia maskapai yang menerapkan layanan Low cost carrier pada tahun 2008 menerbangkan 1.454.000 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 manjadi 3.460.00 sehingga mengalami kenaikan sebanyak 58%, pada tahun 2010 mengalami jumlah kenaikan sebanyak 13% menjadi 3.980.000 orang, pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan sebanyak 10% manjadi 4.020.000 orang.

Pada Tabel 1.6 bisa kita lihat konsumen relatif memilih berdasarkan harga paling murah karena pada peringkat pertama Lion Air merupakan penerbangan yang brand image nya merupakan pesawat dengan harga terjangkau begitu juga dengan Batavia Air (penerbangan dengan biaya rendah), walaupun Batavia Air merupakan penerbangan dengan biaya rendah akan tetapi Batavia Air masih di peringkat tiga.

Sementara pelanggan yang lain mempertimbangkan faktor mutu layanan (service quality) dari jasa yang ditawarkan. Bagi mereka, harga tidak menjadi pertimbangan, dibandingkan manfaat dan layanan yang ditawarkan.


(21)

Dalam hal ini Batavia Air dan Lion Air menggunakan strategi yang sekarang banyak digunakan oleh perusahaan penerbangan dalam meraih konsumen lebih banyak lagi yaitu dengan menerapkan sisitem layanan perusahaan berdasarkan pada penetapan biaya yang murah bagi penumpang atau konsumen tetapi tetap menerapkan pelayanan yang terbaik atau lebih dikenal dengan Low

Cost Carrier (LCC), istilah Low cost carrier (LCC) sering juga disebut sebagai budget airlines atau no frills flight merupakan model penerbangan dengan strategi

penurunan operation cost.

Untuk tujuan Jakarta-Padang Lion Air merupakan penerbangan yang paling sibuk hal ini dapat kita lihat dari jumlah jadwal penerbangan dengan tujuan bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) ke Bandara International Minangkabau (Padang), berikut Tabel 1.5 jadwal penerbangan tujuan Jakarta-Padang pada 2011

Tabel 1.5

Jadwal Penerbangan Tujuan Jakarta Padang Pada Tahun 2012

No Maskapai Frekwensi Penerbangan

1 Lion Air 7 kali dalam sehari

2 Batavia Air 3 kali dalam sehari

3 Garuda Indonesia* 2 kali dalam sehari

4 Sriwijaya Air* 2 kali dalam sehari

Sumber : situs resmi setiap maskapai.

Pada tabel 1.5 dapat kita ketahui bahwa Garuda Indonesia dengan frekwensi jadwal penerbangan sebanyak dua kali dalam sehari dan pada urutan terakhir ditempati oleh Sriwijaya Air dengan frekwensi penerbangan sebanyak dua kali dalam sehari akan tetapi hari jumat hanya satu kali penerbangan begitu juga dengan Garuda Indonesia


(22)

Maskapai Lion Air merupakan penerbangan yang paling tinggi frekwensi jadwal penerbangannya dengan rute Jakarta-Padang yaitu 7 kali dalam sehari, pada urutan ke dua Batavia Air dengan jumlah frekwensi penerbangan sebanyak tiga kali dalam sehari, untuk layanan penerbangan low cost carrier dengan rute Jakarta-Padang hanya disediakan oleh maskapai Batavia Air dan Lion Air.

Meningkatnya persaingan didalam dunia transportasi maka Batavia Air sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi khususnya penerbangan dituntut untuk terus berupaya melakukan strategi-strategi pemasaran dalam menghadapi ancaman pesaing. Salah satunya dengan memberikan pelayanan yang memberikan nilai tambah terhadap konsumen.

Pelayanan oleh perusahaan merupakan strategi yang sangat penting diterapkan oleh setiap perusahaan dengan adanya pelayanan yang bagus dapat meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut, tentunya setiap perusahaan menerapkan layanan yang berbeda satu sama lainnya berikut ini tabel 1.6 menjelaskan perbandingan layanan yang diterapkan oleh maskapai Batavia Air dan Lion Air


(23)

TABEL 1.6

PERBANDINGAN LAYANAN YANG DITERAPKAN OLEH MASKAPAI BATAVIA AIR DAN LION AIR

Batavia Air a) Penerapan strategi pelayanan bertarif murah (Low Cost Carrier/LCC)

b) Strategi Penetapan harga produk mix, dengan product line pricing, juga ada optional product pricing, captive product pricing dan product bundle pricing.

c) Strategi penyesuaian harga melalui diskon (discount pricing), psychological pricing, maupun promotional pricing dan dynamic pricing.

d) Penggunaan maskapai baru Airbus 320

e) Memiliki keseluruhan 100 armada A320 yang melayani berbagai rute penerbangan yg disediakan Batavia Air

f) Kemudahan dalam pembelian tiket melalui website resmi Batavia Air

g) Kemudaha saat Check-in penumpang dan bagasi h) Pelayanan ramah pramugari dan pramugara

i) Pelayanan pada saat Pre-flight, In-Flight dan Post-Flight j) Tidak sering terjadi “delay” di setiap penerbangannya

k) Untuk penumpang yang memiliki ke anggotaan khusus, Batavia Air bekerja sama dengan HSBC memberikan pelayanan khusus bagi anggota pemagang kartu BIG dan pemegang kartu kredit HSBC

l) Batavia Air megedepankan pelayanan pada kategori pre-flight dan in-flight kepada para penumpangnya

Lion Air/Wings

Air

a) Penerapan strategi pelayanan bertarif murah (Low Cost Carrier/LCC)

b) Mengokohkan armada untuk meningkatkan pelayanan dengan menggunakan armada Boeing 737-900ER

c) Memiliki armada Boeing 747-400 untuk tujuan internasional dan juga digunakan untuk melayani rute penerbangan umroh dan haji d) Wings Air memesanan 15 unit pesawat jenis ATR 72-500 kepada


(24)

An Alenia Aeronoutica and EADS Joint Venturesebagai strategi peningkatan pelayanan

e) Kemudahan dalam pembelian tiket melalui website resmi Lion Air

f) Pelayanan pada saat Pre-flight, In-Flight dan Post-Flight g) Kemudahan saat Check-in penumpang dan bagasi

h) Wings Air bekerja sama dengan Bank BNI dan Bank CACIB Perancis

Sumber: Diolah dari eprints.lib.ui.ac.id, batavia.co.id, dan beberapa literatur lain 2011 Peningkatan jumlah penumpang sarana transportasi udara terlebih masyarakat pengguna penerbangan yang menerapkan layanan low cost carrier serta kemampuan perusahaan untuk menciptakan image baru dibenak pelanggan mengenai transportasi udara, berikut Tabel 1.7 perbandingan harga maskapai penerbangan Low Cost Carrier (LCC) dan Full Service Carrier (FSC) dengan rute Jakarta-Padang pada tanggal 30 Oktober 2011.

TABEL 1.7

PERBANDINGAN HARGA TIKET MASKAPAI PENERBANGAN RUTE JAKARTA-PADANG PADA 30 OKTOBER 2011

NO Low Cost Carrier Medium service carrier

Full service carrier Harga

1 Lion Air - - Rp. 430.000.00

2 Batavia Air - - Rp. 400.000.00

3 - Sriwijaya Air - Rp. 600.000.00

4 - - Garuda Airline Rp. 900.000.00

Sumber: Bimex Tour and Travel

Berdasarkan Tabel 1.7 pada kelompok Low Cost Carrier (LCC) Batavia Air merupakan penerbangan dengan harga yang paling rendah yaitu Rp. 400.000.00, Lion Air dengan harga Rp. 430.000.00, sedangkan Sriwijaya Air Rp.


(25)

600.000.00. Sedangkan dalam layanan Full Service Carrier (FSC) Garuda Airline menetapkan harga Rp. 900.000.00

Penerapan layanan low cost carrier maskapai Batavia Air dapat dilihat dari strategi layanan yang di terapkannya, berikut Tabel 1.8 strategi-strategi yang dilakukan Batavia Air.

TABEL 1.8

STRATEGI - STRATEGI LAYANAN YANG DILAKUKAN OLEH BATAVIA AIR

Batavia Air

Ticketless Persedian tiket untuk calon penumpang dibatasi hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko

Kekurangan penumpangn

Single class Memudahkan dan menyederhanakan sistem boardin Short haul Difokuskan pada penerbangan yang pendek dan turn

around yang juga pendek agar dapat mengoptimalkan penggunaan pesawat;

No free meals or drink Penghapusan service ekstra seperti: makanan/minuman untuk penumpang, dan digantikan dengan penjualan makanan kecil atau minuman atau gift, yang harus dibayar oleh penumpang yang menghendaki. Hasil penjualan ini digolongkan sebagai penghasilan tambahan oleh operator penerbangan

Penjualan tiket secara langsung

Penjualan tiket secara langsung (umumnya dipermudah lewat internet secara online), sehingga dapat memangkas biaya kantor cabang dan komisi kepada agen perjalanan Skema reservasi dini Dimana harga tiket akan naik saat tempat duduk pesawat

makin terbatas atau makin penuh. Hal ini akan memaksa penumpang untuk melakukan reservasi dini dimana makin dini kita memesan maka harga tiket akan semakin murah. Biasanya pembatalan reservasi akan

mengakibatkan hilangnya sebagian besar harga tiket


(26)

Tabel 1.8 menunjukkan strategi yang digunakan oleh Batavia Air dengan penerapan strategi layanan seperti Tabel 1.8 membuktikan bahwa Batavia Air target segmentasi pasar maskapai ini adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah

Kunci sukses dari bisnis penerbangan tidak hanya dinilai dari segi layanan saja akan tetapi banyak factor yang menjadi penentu konsumen dalam memilih layanan penerbangan seperti product, price, place, promotion, people, physical

evidence,dan process.

Physical evidence sangat penting untuk posisi dan memperkuat image,

karena dengan bukti fisik konsumen siap untuk mengidentifikasi dan membandingkan dengan penyedia jasa lainnya, meningkatnya volume pengguna sarana transportasi udara sedangkan jumlah penumpang Batavia Air hanya menempati urutan ketiga sedangkan kepuasan pengguna terus mengalami penurunan. sehingga penulis tertarik untuk meneliti perusahaan penerbangan yakni Batavia Air.

Pada penelitian ini, penulis meneliti keputusan menggunakan jasa transportasi udara Batavia Air dengan tujuan domestik yang merupakan penerbangan dengan tujuan antara satu bandara dengan bandara lainnya di satu negara saja, salah satu penerbangan yang berkatagori penerbangan domestik adalah penerbangan dengan rute Jakarta–Padang.

Sasaran penelitian ini dilaksanakan di tiga Universitas yaitu Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Padjajaran dan Institute Teknologi Bandung populasi berdasarkan kepada mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat untuk


(27)

menentukan populasi dari mahasiswa yang berasal dari Sumatra barat, berdasarkan kepada UKM FOSMI (UPI), UPBM (UNPAD) dan UKM (ITB) diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang terdata sebanyak 505 orang dan pernah menggunakan sarana transportasi udara dengan tujuan Jakarta-Padang .

Prapenelitian yang dilakukakan di Universitas Pendidikan Indonesia 38 orang memilih menggunakan Lion Air dan 12 orang memilih menggunakan Batavia Air dari 50 orang (Prapenelitian pada 50 pengguna jasa penerbangan Batavia Air dan Lion Air di Universitas Pendidikan Indonesia pada 30 Maret 2012).

Penjelasan dan uraian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif physical evidence terhadap keputusan pembelian pengguna jasa penerbangan Batavia Air maka perlu dilakukan penelitian tentang : “Pengaruh

physical evidence terhadap Keputusan Menggunakan maskapai Batavia Air rute

Jakarta-Padang “(Survei terhadap pengguna maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Perusahaan Batavia Air sebagai perusaahaan penerbangan berbiaya rendah domestik di Indonesia yang menggunakan tarif layanan low cost carrier mengalami penurunan pengguna.


(28)

2. Batavia Air sebagai maskapai penerbangan yang menerapkan tarif layanan

low cost carrier terus mengalami penurunan tingkat kepuasan pelanggan

walaupun jumlah konsumennya meningkat.

3. Pengaruh layanan physical evidence yang diterapkan oleh maskapai Batavia Air terhadap keputusan penggunaan jasa maskapai Batavia Air.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut.

1. Bagaimana tanggapan pengguna maskapai penerbangan Batavia Air terhadap physical evidence (Survei pada pengguna jasa penerbangan Batavia Air tujuan Jakarta- Padang ).

2. Bagaimana keputusan menggunakan maskapai Batavia Air dengan rute Jakarta-Padang.

3. Seberapa besar pengaruh physical evidence terhadap keputusan menggunakan maskapai penerbangan Batavia Air dengan rute Jakarta-Padang

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut.

1. Mengetahui bagaimana penerapan physical evidence yang dilaksanakan oleh Batavia Air.

2. Bagaimana keputusan konsumen dalam memilih dan menggunakan maskapai Batavia Air .


(29)

3. Mengetahui besarnya pegaruh physical evidence yang terdiri dari facility

design, equipment, signage, employe dress atau dari guarantee terhadap

keputusan menggunakan maskapai penerbangan Batavia Air dengan rute Jakarta-Padang.

1.5 Kegunaan penelitian

1. Secara Teoritis/Akademik

Mengembangkan ilmu Manajemen Pemasaran khususnya pemasaran jasa, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek strategi pemasaran yang penggunaan physical evidence terhadap keputusan menggunakan maskapai Batavia Air sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori pemasaran jasa.

2 Secara Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi seluruh pihak maskapai penerbangan Batavia Air dalam meningkatkan bukti fisik (physical


(30)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran jasa khususnya mengenai pengaruh physical evidence terhadap Keputusan Menggunakan maskapai Batavia Air. Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah physical evidence (X) yang meliputi facility design, equipment, employee dress, signage,dan, guarantee.

Kemudian objek penelitian yang menjadi variabel terikat (dependent

variable) adalah Keputusan menggunakan (Y) yang terdiri dari Memilih Merek,

Memilih Pemasok, Memilih Waktu Pembelian, Jumlah Pembelian, dan Metode Pembayaran

Menurut Sugiyono (2010:59), “Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubah atau timbulnya variabel

dependent (terikat), sedangkan Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Pada penelitian ini, objek yang dijadikan responden adalah pelanggan maskapai penerbangan Batavia Air, Oleh karena itu akan diteliti pengaruh kualitas

Physical Evidence terhadap Keputusan menggunakan maskapai Batavia Air.

Selain itu, karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun yaitu dari bulan Juni sampai bulan Juli, maka menurut Husein Umar (2008:45) metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu


(31)

(tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang) dalam penelitian yang menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti di lapangan penelitian dimulai pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2012.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Husein Umar (2008:21) menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.

Berdasarkan keterangan para ahli di atas, maka penelitian deskriptif dapat disimpulkan sebagai penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena apa adanya. Penelitian deskriptif disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai pelaksanaan strategi physical evidence. Dan bagaimana konsumen memilih keputusan menggunakan jasa penerbangan maskapai Batavia Air.

Adapun penelitian verifikatif diterangkan oleh Husein Umar (2008:21)

sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya bermaksud untuk menguji

kebenaran dari suatu hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan.” Dalam penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui pengumpulan data


(32)

di lapangan, mengenai pengaruh strategi physical evidence terhadap keputusan menggunanakan maskapai penerbangan Batavia Air.

Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Maholtra (2009:96) menyatakan bahwa:

Explanatory survey dilakukan untuk mengeksplorasi situasi masalah, yaitu untuk mendapatkan ide-ide dan wawasan ke dalam masalah yang dihadapi manajemen atau para peniliti tersebut. Penjelasan penelitian dalam bentuk wawancara mendalam atau kelompok fokus dapat memberikan wawasan yang berharga.

Survei informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke dalam konsep teori dari variabel yang diteliti, indikator, ukuran dan skala yang bertujuan untuk mendefinisikan dan mengukur variabel. Berdasarkan objek penelitian yang telah dikemukakan di atas diketahui bahwa variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh strategi physical evidence sebagai variabel independen/variabel bebas Variabel tersebut dicari bagaimana pengaruhnya terhadap keputusan menggunakan sebagai variabel dependen/variabel terikat. Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.


(33)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel

Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No

Item Physical evidance (X) Merupakan saluran komunikasi antara perusahaan kepada konsumen dalam membentuk sebuah citra perusahaan jasa karena bukti fisik dapat mengirimkan pesan-pesan kepada konsumen Valarie zeithaml (2006:27) Facility design Fisik eksterior dalam fasilitas layanan

 Kenyamanan in terior pesawat

 Kebersihan kabin pesawat dan kebersihan toilet

 Kebaruan pesawat terbang  Daya tarik interior pesawat

 Tingkat kenyamanan interior pesawat  Tingkat

kebersihan kabin dan toilet pesewat  Tingkat kebaruan

pesawat terbang  Tingkat daya tarik

interior pesawat  Interval  Interval  Interval  Interval 1 2 3 4 5

Equipment Jenis fisik lain yang merupakan bagian dari bukti fisik (perlengkapan)

Ketersedian perlengkapan keselamatan penerbangan

Kondisi perlengkapan keselamatan penerbangan

Kenyamanan kursi penumpang  Tingkat ketersedian perlengkapan kesealamatan penerbangan  Tingkat kondisi

perlengkapan keselamatan penerbangan  Tingkat kenyamanan kursi penumpang  Interval  Interval  Interval 6 7 8 Employee dress Pakaian seragam yang digunakan oleh karyawan

 Kesopanan pakaian  Kerapihan pakaian  Kebersihan pakaian

 Tingkat kesopanan pakaian

 Tingkat kerapihan pakaian  Tingkat kebersihan pakaian  Interval  Interval  Interval 9 10 11


(34)

Variabel Sub Variabel

Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No

Item Signage Pesan yang

digunakan untuk melambangkan perusahaan dengan menggunakan media

 Kejelasan logo  Kecocokan logo dengan

jasa yang ditawarkan

 Kesesuaian logo dengan visi & misi perusahaan

 tingkat kejelasan logo

 tingkat kecocokan logo dengan jasa yang ditawarkan  tingkat kesesuaian

logo dengan visi dan misi perusahaan  Interval  Interval  Interval 12 13 14 Guarantee jaminan yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen

 ketepatan waktu penerbangan

 kemanan bagasi keselamatan dan  keamanan penerbagan

 pengembalian uang kalau ada pembatalan mendadak

 tingkat ketepatan waktu

penerbangan  tingkat kemanan

bagasi  tingkat keselamatan dan keamanan penerbangan  tingkat pengembalian uang kalau ada pembatalan mendadak  Interval  Interval  Interval  Interval 15 16 17 18 Keputusan Menggunakan (Y)

tahap dalam proses pengambilan

keputusan

menggunakan di mana konsumen benar-benar membeli.

Kotler & koller (2009:240)

Pemilihan jasa

Konsumen dapat mengambil

keputusan untuk memilih jasa yang mereka inginkan sesuar dengan kebutuhan mereka

 Pembelian berdasarkan manfaat jasa

 Pembelian berdasarkan harga jasa  pembelian berdasarkan manfaat jasa  Tingkat pembelian berdasarkan harga jasa  Interval  Interval 19 20 Pemilihan merek

Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri.

 Ketertarikan terhadap merek

 Pembelian berdasarkan kepercayaan terhadap merek

 Pembelian berdasarkan popularitas merek  Tingkat ketertarikan terhadap merek  Tingkat pembelian berdasarkan kepercayaan terhadap merek  Tingkat pembelian berdasarkan popularitas merek  Interval  Interval  Interval 21 22 23


(35)

Variabel Sub Variabel

Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No

Item

Pemilihan saluran pembelian

Konsumen harus mengambil

keputusan tentang penyalur mana yang dikunjungi

 Pembelian berdasarkan kemudahan lokasi pembelian

 Pembelian berdasarkan kemudahan dalam mendapatkan jasa

 Pembelian berdasarkan kenyamanan dalam mendapatkan jasa tersebut  Tingkat pembelian berdasarkan kemudahan lokasi pembelian  Tingkat pembelian berdasarkan kemudahan dalam mendapatkan jasa  Tingkat pembelian berdasarkan kenyamanan dalam mendapatkan jasa tersebut Interval Interval Interval 24 25 26 Waktu pembelian Waktu pembelian merupakan kapan konsumen akan melakukan proses pembelian

 Penyesuaian dengan tingkat harga jasa

 Pembelian berdasarkan timing Products

 Tingkat penyesuaian dengan harga jasa

 Tingkat pembelian berdasarkan timing product Interval Interval 27 28 Jumlah pembelian Konsumen dapat memutuskan seberapa banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dengan proses pembelian

 Berdasarkan banyak produk jasa yang dibeli

 tingkat pembelian berdasarkan banyak produk jasa yang dibeli.

Interval 29

Metode atau cara pembayaran Konsumen dapat mengambil keputusan dengan cara seperti apa mereka melakukan pembayaran dalam proses pembelian

pembayaran secara cash  pembayaran dengan cara

menyicil

 pembayaran dengan menggunakan kartu kredt

 tingkat pembayaran secara cash  tingkat pembayaran dengan cara menyicil  tingkat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit Interval Interval Interval 30 31 32


(36)

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data merupakan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel yang diteliti. Sumber data adalah subjek dari mana data yang diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2010: 129). Berdasarkan jenis dan sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Menurut Asep Hermawan (2006:168) mengatakan bahwa:

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan menggunakan metode pengumpulan data beberapa survei ataupun observasi.

Data Sekunder menurut Husein Umar (2002:84), “Data yang diperoleh

dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya yang diperoleh dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, literatur,

artikel dan jurnal ilmiah.”

Sedangkan menurut Asep Hermawan (2006:168) data sekunder adalah

”Struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain”. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui jenis dan sumber data yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sumber Data Kategori

Data

Pertumbuhan Penerbangan Indonesia http://seputarindonesia.com/edisicetak/c ontent/voew/376114

Sekunder Estimasi Market Size Penerbangan Di

Indonesia

Modifikasi dari swa 10/XXIV/15-28 mei 2010

Sekunder Daftar Maskapai Penerbangan Di Indonesia http://id.m.wikipedia.org.Daftar_maskap

ai_penerbangan_indonesia

Sekunder Index Kepuasan Pelanggan Maskapai

Penerbangan

ICSA index transportasi (swasembada no 21/XXV!/4-13 oktober 2010

Sekunder jumlah penumpang maskapai penerbangan Lipsuskompas.com Sekunder


(37)

pada tahun 2008-2010

Jenis Data Sumber Data Kategori

Data

perbandingan Harga Tiket Maskapai Penerbangan Rute Jakarta-padang

Pra penelitian Bimex tour and travel Primer

Jumlah populasi di Bandara Soekarno-Hatta Pra Penelitian di UPI,UNPAD dan ITB Primer Sumber: Berdasarkan Hasil Pengolahan Data 2011

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi

Didalam melakukan penelitian, kegiatan pengumpulan data merupakan langkah penting guna mengetahui karakteristik dari populasi yang merupakan elemen-elemen dalam objek penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan untuk menguji hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:115) mengemukakan pengertian populasi yaitu:

Populasi adalah tingkat wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam lainnya.

Berdasarkan pengertian diatas, populasi dalam penelitian ini adalah penumpang Batavia Air, untuk mendapatkan populasi pengguna maskapai batavia dengan rute Jakarta-Padang maka diambil sampel berdasarkan jumlah mahasiswa yang berasal dari Padang yang terdaftar di FOSMI UPI, UKM ITB, dan UPBM UNPAD

Tabel 3.3

Jumlah Mahasisiwa Yang Berasal Dari Sumatra Barat Disetiap Universitas Negri Di Bandung

No Universitas Nama

Organaisasi

jumlah Pengguna

Batavia Air

1 UPI FOSMI 130 orang 50

2 UNPAD UPBM 125 orang 70

3 ITB UKM 250 orang 125


(38)

Jumlah mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat terdaftar sebanyak 505 orang dari jumlah tersebut diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut:

a. Dari 130 orang mahasiswa UPI yang terdaftar di FOSMI ternyata yang pernah menggunakan jasa penerbangan Batavia Air sebanyak 50 orang . b. Dari 120 orang mahasiswa UNPAD yang terdaftar di UPBM ternyata yang

pernah menggunakan jasa penerbangan Batavia Air sebanyak 70 orang. c. Dari 250 orang mahasiswa ITB yang terdaftar di UKM sebanyak ternyata

yang pernah menggunakan jasa penerbangan Batavia Air sebanyak 125 orang

d. Untuk ukuran populasi diperoleh dari jumlah penumpang maskapai Batavia Air dengan rute Jakarta – Padang, maka diperoleh populasi sebesar:

N= X UPI + X UNPAD + X ITB N= (50+70+125)

N= 245

3.2.4.2 Sampel

Untuk mengambil sampel dari populasi sampel yang presentatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2010:73) sampel adalah:

Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.


(39)

Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2008:141), yakni ukuran sampel yang merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentasi kelongaran ketidaktelitian, karena dalam pengambilan sampel dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan sebesar 10%. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

2

1 Ne N n

  Dimana :

n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karen kesalahan sampel yang dapat ditolerir Adapun perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: e = 0.1

N = 245 Maka : n = 245

1+(245.(0,1)2) n = 245 = 71.017 3.45

n = 71.014≈ 75 Orang (Hasil Pembulatan)

3.2.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat


(40)

diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Menurut Sugiyono

(2010:116) “Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel”. Teknik

sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik tertentu.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:111) teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, maka harus diupayakan subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi unsur sampel. Sehingga digunakan teknik purposive sampling atau sampling pertimbangan.

Setelah memperoleh data dari responden yang merupakan populasi penelitian, penulis mengambil sampel berdasarkan teknik purposive sampling, menurut Riduwan (2008:63) teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam mengambil sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Selain itu, dalam penelitian ini dimaksudkan agar tiap penumpang yang ada dapat terwakili, berikut ini tabel 3.4 jumlah sampel.


(41)

Tabel 3.4 Jumlah Sampel

NO UNIVERSITAS POPULASI SAMPEL

1 UPI 50 15

2 ITB 125 35

3 UNPAD 70 25

TOTAL 245 75

Langkah-langkah teknik purposive sampling adalah sebagai berikut:

1. Banyak dan beragamnya jumlah penumpang Batavia Air maka penulis hanya menentukan sampel penumpang yang berprofesi sebagai Mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat.

2. Mengambil 3 Universitas di ambil menjadi sampel. Hal ini dikarenakan karakteristik penumpang heterogen sehingga tidak dilakukan penelitian kepada seluruh Penumpang untuk rute Jakarta-Padang, selain itu juga keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang tersedia dalam melaksanakan penelitian.

3. Membagi populasi sasaran penumpang ke dalam sub populasi atau kelompok, yaitu mahasiswa .

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :

1. Studi kepustakaan,

yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, makalah, situs


(42)

teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari physical evidence dan keputusan mengunakan.

2. Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Pada penelitian ini, teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi partisipatif dimana pengamat terlibat langsung pada kegiatan. Dan melalui kegiatan observasi ini pula penulis melakukan studi pendahuluan dimana melalui teknik ini dapat melihat, mengenal, mengidentifikasikan masalah yang diteliti khususnya mengenai pengaruh physical evidence terhadap keputusan menggunakan maskapai Batavia Air rute Jakarta-Padang survey terhadap pengguna maskapai Batavia Air di UPI ITB dan UNPAD.

3. Kuesioner (angket)

Angket adalah alat pengumpul data yang berisi sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Suharsimi Arikunto (2009:151) yang menyatakan bahwa

”Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”

Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai karakteristik responden, pengalaman responden pada maskapai Batavia Air. Langkah-langkah pengusunan angket adalah sebagai berikut:


(43)

4. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan.

5. Merumuskan item-item pertanyaan alternatif jawabannya. Jenis instrumen yang digunakan dalam angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan disertai alternatif jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya memilih alternatif jawab yang tersedia.

6. Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. Pada penelitian ini setiap pendapat responden atas pertanyaan diberi nilai dengan skala 1-5.

7. Studi Literatur

Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari informasi serta data baik berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian dengan cara mempelajari buku-buku, makalah, situs, website dan majalah sebagai landasan teoritis khususnya mengenai masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari physical evidence dan keputusan menggunakan.

Wawancara

Wawancara yaitu dengan melakukan pertanyaan secara lisan dalam pertemuan tatap muka langsung terhadap individu atau kelompok yang sedang diteliti, dalam hal ini wawancara dibedakan menjadi dua macam yaitu:

9. Wawancara terstruktur, yang digunakan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh


(44)

10.Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap dengan pengumpulan datanya.

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian karena menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai pembentuk hipotesis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian data untuk mendapatkan mutu yang baik. Benar tidaknya data tergantung dari instrumen pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu Validitas dan Reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS

(Statistical Product for Service Solutions) 16.0 dan dibantu software microsoft excel.

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Sugiyono (2008:171), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Suharsimi Arikunto (2009:168) mengemukakan bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah.


(45)

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban responden yang mempunyai skala pengukuran ordinal. Adapun rumus yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

 

  )} ( ( }{ ) ( ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy (Sugiyono, 2010:248) Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari

X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total

X = Jumlah skor dalam distribusi X

Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

2

X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

2

Y = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikansi sebagai berikut:

1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel atau rhitung > rtabel.

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel atau rhitung≤ rtabel.

Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Besarnya koefisien korelasi diinterprestasikan dengan menggunakan Tabel 3.5 dibawah ini:


(46)

TABEL 3.5

INTERPRESTASI BESARNYA KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0,700 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,500 Tinggi Antara 0,500 sampai dengan 0,400 Agak Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,300 Sedang Antara 0,300 sampai dengan 0,200 Agak Tidak Tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,100 Tidak Tinggi Antara 0,100 sampai dengan 0,000 Sangat Tidak Tinggi

Sumber: Suharsimi Arikunto (2009:245)

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini adalah teknik korelasional biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf kesalahan tertentu, artinya adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistik t sebagai berikut :

2

1 2

r n r t

 

 (Sugiyono 2010:178)

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Nilai t dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = n-2 dan taraf

signifikasi α = 0,05.

2. Jika thitung > ttabel maka soal tersebut valid. 3. Jika thitung ≤ ttabel maka soal tersebut tidak valid.

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mencari data primer dalam sebuah penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya terukur. Dari penelitian ini yang akan diuji adalah validitas dari instrumen Physical Evidence variabel X dengan jumlah pertanyaan 18 item dan Keputusan Menggunakan sebagai variabel Y dengan


(47)

jumlah pertanyaan 16 item berikut ini tabel 3.6 hasil pengujian validitas physical

evidence.

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Physical Evidence.

No Pertanyaan rhitung rtabel KET

Physical evidence

1. Facility design

1 Disain interior pesawat sangat nyamam 0,760 0,374 Valid

2 Kabin pesawat sangat bersih 0,504 0,374 Valid

3 Toilet pesawat sangat bersih 0,836 0,374 Valid

4 Pesawat yang digunakan baru 0,752 0,374 Valid

5 Kursi pesawat sangat nyaman 0,797 0,374 Valid

2. Equipment

6 Perlengkapan keselamatan yang disediakan memenuhi standar penerbangan di Indonesia

0,591 0,374 Valid 7 Kondisi perlengkapan keselamatan masih sangat

bagus

0,755 0,374 Valid 8 Pramugari sangat jelas memberikan demontrasi

penggunaan perlengkapan keselamatan

0,606 0,374 Valid 3. Employee dress

9 Pakaian yang digunakan pramagari sangat sopan 0,766 0,374 Valid 10 Pakaian yang digunakan pramugari dan kru

penerbangan rapi

0,562 0,374 Valid 11 Penggunaan make up sangat sesuai 0,832 0,374 Valid

4. Signage

12 Logo dan jasa yang ditawarkan sangat menggambarkan industri penerbangan

0,441 0,374 Valid 13 Logo maskapai sangat jelas dan menarik 0,492 0,374 Valid 14 Logo maskapai menggambarkan visi dan misi

maskapai

0,836 0,374 Valid 5. Guarantee

15 Penerbangan yang dilakukan selalu tepat waktu 0,577 0,374 Valid 16 Bagasi penumpang selalu diterima dalam keadaan

sangat baik dan tidak ada masalah

0,400 0,374 Valid 17 Keselamatan dan keamanan selalu terjaga selama

penerbangan

0,571 0,374 Valid 18 Pengembalian uang kalau ada pembatalan mendadak 0,594 0,374 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)

Berdasarkan Tabel 3.6 pada instrumen variabel phisical evidence dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi facility design dan signage yaitu toilet pesawat sangat bersih dan logo maskapai menggambarkan visi dan misi penerbangan jakarta padang yang bernilai 0,836. Sedangkan nilai terendah


(48)

terdapat pada dimensi guarantee dengan item pernyataan Bagasi penumpang selalu diterima dalam keadaan sangat baik dan tidak ada masalah yang bernilai 0,400 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya sedang.

Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada sebanyak 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka didapat nilai rtabel sebesar 0,374. Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel physical evidence berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang

dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows, menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel.

Berikut ini Tabel 3.7 mengenai hasil uji validitas variabel Keputusan Menggunakan yang pada penelitian ini dijadikan sebagai variabel Y.

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Keputusan Menggunakan

No Pertanyaan rhitung rtabel KET

Keputusan Menggunakan

6. Pemilihan Jasa

19 Anda memilih jasa penerbangan Batavia Air 0,806 0,374 Valid 20 bagaimana harga jasa penerbangan yang anda gunakan

sekarang

0,820 0,374 Valid 7. Pemilihan Merek

21 Kesenangan terhadap merek yang anda gunakan 0,684 0,374 Valid 22 Kepercayaan terhadap merek penerbangan yang anda

gunakan sekarang

0,806 0,374 Valid 23 popularitas merek penerbangan yang anda gunakan pada

saat ini

0,823 0,374 Valid 8. Pemilihan Saluran Distribusi

24 Kemudahan lokasi pembelian tiket 0,806 0,374 Valid 25 Kemudahan dalam mendapatkan jasa penerbangan 0,804 0,374 Valid 26 Kenyamanan dalam mendapatkan jasa tersebut 0,737 0,374 Valid

9. Waktu Pembelian

27 Keuntungan yang dirasakan oleh konsumen 0,726 0,374 Valid 28 Popularitas maskapai pada waktu pembelian 0,443 0,374 Valid


(49)

No Pertanyaan rhitung rtabel KET Keputusan Menggunakan

10. Jumlah Pembelian

29 Menggunakan ulang jasa masakapai penerbangan dengan merek yang sama

0,493 0,374 Valid 30 selalu menggunakan maskapai penerbangan yang saya

gunakan sekarang

0,806 0,374 Valid 11. Metode Atau Cara Pembayaran

31 Pembayaran secara cash 0,822 0,374 Valid

32 Pembayaran dengan cara menyicil 0,684 0,374 Valid

33 Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit 0,806 0,374 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)

Tabel 3.7 pada instrumen variabel keputusan menggunakan dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi pemilihan merek dengan item petanyaan, popularitas merek penerbangan yang anda gunakan pada saat ini 0,823. Sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi Waktu Pembelian dengan pertanyaan Popularitas maskapai pada waktu pembelian dengan nilai 0,443 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya menengah.

Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada sebanyak 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka didapat nilai rtabel sebesar 0,374. Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel loyalitas pelanggan berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows, menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel .

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data yang digunakan. Realibitas menunjuk pada suatu pengertian


(50)

bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Menurut Sugiyono (2010:172) “Reliabilitas adalah pengukuran yang berkali-kali menghasilkan data yang sama atau konsisten”. Sedangkan menurut

Suharsimi Arikunto (2010:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk

pada tingkat keterandalan sesuatu.”

Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.

                

2 2 1 1 11 t b

s

s

r

k k (Husein Umar, 2008:170) Keterangan:

11

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal 2

t

s

= Deviasi standar total 2

s

b = Jumlah deviasi standar butir


(51)

 

1

2 2

2

  

n N

x X

s

(Husein Umar, 2008:172)

Keterangan: N = Jumlah sampel

n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih

2

s

= Nilai varians

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika koefisian internal seluruh item rhitung > rtabel dengan tingkat kesalahan

5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2) Jika koefisian internal seluruh item rhitung rtabel dengan tingkat kesalahan

5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada sebanyak 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka didapat nilai rtabel sebesar 0,374. Hasil pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows diketahui bahwa semua variabel reliabel, hal ini disebabkan nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan nilai rtabel. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Realibilitas

No Variabel rhitung rtabel KET

1 Physical Evidence 0,932 0,374 Reliabel

2 Keputusan Menggunakan 0,950 0,374 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)

3.2.7 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Untuk melihat apakah data


(52)

berdistribusi normal atau tidak digunakan cara membaca interpretasi grafik yaitu data berdistribusi normal jika semua pencaran titik-titik yang diperoleh berada disekitar garis lurus, Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

GAMBAR 3.1

OUTPUT UJI NORMALITAS

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar disekitar garis lurus, sehingga dapat disimpulkan semua populasi berdistribusi normal.

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat. Chi kuadrat (X2) satu sample, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan samplenya besar. Adapun rumus menghitung Chi Kuadrat.


(1)

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisa deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan regresi sederhana antara physical evidence dan keputusan menggunakan, maka berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran dari pelaksanaan physical evidence maskapai Batavia Air dengan rute penerbangan Jakarta-Padang dapat dilihat dari dimensi-dimensi yang terdiri dari : facility design, equipment, signage, guarantee, dan employee dress memperoleh nilai tinggi Hal ini menunjukan bahwa physical evidence yang dilaksanakan dengan baik oleh Batavia Air, terutama pada dimensi facility design merupakan keunggulan dari Maskapai Batavia Air yang menjadi daya tarik bagi konsumen untuk menggunakan layanan penerbangan dari Batavia Air dan menjadi pembeda antara maskapai Batavia Air dan penerbangan lainnya.

2. Gambaran keputusan menggunakan maskapai Batavia Air dapat dijelaskan melalui pemilihan jasa, pemilihan merek, pemilihan saluran distribusi, waktu pembelian, jumlah pembelian dan metode pembayaran yang merupakan dimensi yang mempengaruhi dalam keputusan menggunakan Maskapai Batavia Air. Dimensi pemilihan saluran distribusi dinilai paling tinggi hal ini menunjukan bahwa konsep keputusan menggunakan lebih mengarah kepada perilaku pelanggan yang lebih memilih untuk mudah mendapatkan tiket, kenyamanan dalam pemesanan tiket dan kemudahan menemukan lokasi penjualan tiket.

3. Physical evidence maskapai Batavia Air memiliki pengaruh yang baik terhadap keputusan menggunakan dengan tingkat korelasi yang sedang. Hal ini


(2)

161

Lovely Nanda Putra, 2013

Pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan Menggunakan Maskapai Batavia Air Rute Jakarta-Padang (Survei pada pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menunjukkan bahwa semakin tinggi dan menarik physical evidence yang dilakukan maskapai Batavia Air maka akan semakin tinggi pula Keputusan Menggunakan Maskapai Batavia Air.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan beberapa hal mengenai program physical evidence terhadap keputusan menggunakan yaitu:

1. Pelaksanaan physical evidence telah terbukti mampu diterapkan dengan baik pada maskapai Batavia Air, namun masih ada beberapa penilaian pengguna jasa penerbangan terhadap physical evidence maskapai Penerbangan Batavia Air yang dinilai kurang yaitu employee dress, disebabkan karena pengguna maskapai Batavia Air merasa pakaian yang digunakan pramugari masih kurang rapi dimata pengguna maskapai Batavia Air

a. Disain interior pesawat hendaknya dibenahi dan didesain lebih nyaman dan lega bagi para penumpang

b. Toilet pesawat hendaknya diberikan petunjuk penggunaan yang baik dan benar agar meningkatkan kesadaran penumpang untuk menjaga kebersihan selama penerbangan berlangsung.

c. Maskapai Batavia Air hendaknya melakukan peremajaan pesawat kerena akan memberikan kepercayaan lebih kalau Batavia Air menggunakan armada yang baru.

d. Kenyamanan kursi penumpang hendaknya lebih ditingkatkan karena kepuasan penumpang dalam menggunakan maskapai Batavia Air tentu pada saat penerbangan berlangsung, yang penumpang harus nyaman juga duduk dikursi


(3)

e. Logo maskapai Batavia Air ternyata kurang menarik bagi responden dan hendaknya memberikan kesan kalau secara sekilas logo yang digunakan merupakan gambaran dari perusahaan dan dapat dicerna oleh semua kalangan. f. Konsumen dalam memilih sarana transportasi udara tentunya dengan pertimbangan kecepatan dan ketepatan waktu akan tetapi maskapai Batavia Air untuk tujuan Jakarta-Padang sering terjadi masalah dengan ketepataan waktu penerbangan.

g. Pakaian yang digunakan pramugari hendaknya mempunyai standar yang tetap dan seragam karena sebagian pramugari sering menggunakan pakain yang terlalu kecil sehingga kesannya kurang sopan bagi responden

2. Physical evidence terbukti mampu mempengaruhi keputusan menggunakan pengguna untuk menggunakan maskapai Batavia Air, namun masih ada beberapa penilaian pengguna maskapai Batavia terhadap minat keputusan menggunakan, yaitu niat dalam memilih jasa dan jumlah pembelian. Redahnya keinginan untuk memilih dan pertimbangan jumlah pembelian menggunakan maskapai Batavia Air . Oleh karena itu Maskapai Batavia Air perlu lebih mempromosikan layanan jasa mereka kepada masyarakat karena dibandingkan maskapai penerbangan lainnya maskapai Batavia Air sangat jarang melakukan promosi.

a. Konsumen sangat tidak mempertimbangkan untuk menggunakan Maskapai Batavia Air karena kurangnya promosi dan event marketing sehingga kurang dikenal dibandingkan maskapai lainnya.


(4)

163

Lovely Nanda Putra, 2013

Pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan Menggunakan Maskapai Batavia Air Rute Jakarta-Padang (Survei pada pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang tidak loyal sehingga sering berganti-ganti maskapai untuk transportasi udara hendaknya Pihak Batavia Air harus mambangun brand image dan membangun kepercayaan terhadap merek penerbangan Batavia Air.

c. Kemudahan lokasi pembelian tiket hendaknya Batavia Air harus lebih selektif dalam mendistribusikannya kepada konsumen agar lebih dekat dengan konsumen.

3. Sebagai bahan rekomendasi bagi para peneliti selanjutnya pada maskapai Batavia Air para peneliti dapat mengangkat beberapa kekurangan permasalahan mengenai service quality, communicability, dan marketing event, low cost carrier dan Salah satu kendala yaitu rendahnya minat pengguna Maskapai Batavia Air. Perusahaan perlu mengubah persepsi pelanggan melalui strategi promosi dan peningkatan kualitas dan jaminan kepada konsumen sehingga Batavia Air memiliki image yang kuat di benak konsumen yang dapat menciptakan persepsi masyarakat trust to fly itu benar-benar maskapai Batavia Air.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Booms, Bernard H. and Mary J. Bitner 2011. Service Characteristic Of Hospitality And Torism Marketing. Jakarta: PT. Erlangga.

Buttin, Ken. 2009. Low Cost Airlines: A Failed Business Model.Washington D.C: George Mason University.

Griffin, Ricky W. Ronald J. Ebert. 2008.Bisnis Jilid 2. Alih bahasa Sita Wardhani. Jakarta: Erlangga.

Hermawan, Asep. 2006. Penelitian bisnis paradigma kuantitatif. Jakarta: Gramedia widia Sarana Indonesia.

Hoffman, K. Douglas John E.G. Bateson, 1997.Essential Service Marketing. Florida: The Drydenpress.

Husain, Umar. (2008). Metode riset bisnis. Bandung: Alfabeta.

Kanuk, Leslie. 1997. Consumer Behavior. Jakarta: Prentice Hall InternasionaI Inc Kotler, Philip dan Armstrong. 2011. Marketing An Introduction. New Jersey:

Pearson Prentice Hall.

Kotler, Philip dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Alih bahasa Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, Albert.2010. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. Yogyakarta: Mediakom.

Lupiyoadi, Rambat. 2001.Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat. Maholtra, K, naresh 2009, Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Edisi 14 Jilid 1.

Jakarta: PT. Index.

Riduwan, 2006. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung. Alfabeta

Rochma, Malia dan Sungkard Karavite. 2003. How do the demands for airport services differ between Full-service carriers and Low-cost carriers.Journal of Air Transport Management, 10, 33-39.

Safiek, Mokhlis dan Hayatul Safrah Salleh. 2009. Consumer Decision-Making Styles in Malaysia. An Exploratory Study of Gender Differences. European Journal of Social Sciences Volume 10, No. 4.

Saha, G.C. and Theingi. 2009. “Service quality, satisfaction, and behavioural intentions. A study of low-cost airline carriers in Thailand.” Managing Service Quality., 19, 3,pp.350-372.

Schiffman, Leon.G. dan Leslie, Kanuk. 2008. Consumer Behavior. Jakarta: Prentice Hall InternasionalInc.

Sexton,Don.2010. “How To Use The Most Powerful Ideas In Marketing To Get More Customers And Keep Them.”Journal of Air Transport Management, 10, pp. 435439.

Soegoto, Eddy Soeryanto. 2009. Entrepreneurship Menjadi Bisnis Ulung. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.


(6)

165

Lovely Nanda Putra, 2013

Pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan Menggunakan Maskapai Batavia Air Rute Jakarta-Padang (Survei pada pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Solomon,Michael R.2004. Consumer Behavior Buying Having & Being 6th Edition. New jersey: Prentice Hall.

Sugiyono. 2008. MetodePenelitianBisnis, Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Sutisna, 2004. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Rosdaka.

Swastha, Basu, t. Hani handoko. 2000. Manajemen Pemasaran.Yogyakarta: BPFE-UGM.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran, edisi ketiga. Yogyakarta: Andi. Ziethaml, valerie A, Bitner, Marry Jo, 2009. Service Marketing,Boston:Irwin Mc