BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Kanca unit Makam Haji

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan kegiatan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan kegiatan usaha setiap perusahaan yang berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari setiap kegiatan usaha. Kegiatan usaha ini dilakukan dengan menggunakan seluruh sumberdaya perusahaan yang meliputi bahan baku, tenaga kerja, peralatan, teknologi, keuangan, dan manajemen. Seiring dengan perkembangan dunia usaha, perusahaan perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan usahanya, namun karena keterbatasan modal sendiri, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menambah modal dari lembaga keuangan baik dari bank, koperasi, maupun BPR.

Potensi hal seperti ini yang membuat perusahaan, orang, mupun UMKM berusaha melakukan perombakan untuk pemenuhan dana guna produksi dan pengembangan usahanya. ( Suyudi Mangunwiharjo, 1997 )

Lembaga keuangan sebagai suatu lembaga resmi tidak hanya bergerak sebagai lembaga aspek individu saja.tetapi juga sebagai motor menyeluruh dan mewakili aspek kinerja ekonomi juga, seperti halnya sebagai target dan penyalur kebijakn moneter, sebagai tempa transaksi pembayaran internasional, Lembaga keuangan sebagai suatu lembaga resmi tidak hanya bergerak sebagai lembaga aspek individu saja.tetapi juga sebagai motor menyeluruh dan mewakili aspek kinerja ekonomi juga, seperti halnya sebagai target dan penyalur kebijakn moneter, sebagai tempa transaksi pembayaran internasional,

28 ) Setiap aktivitas ekonomi modal menjadi salah satu factor yang berpengaruh besar dalam pergerakan awal mula berdirinya suatu usaha. Modal sendiri terdiri dari 2 macam hal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Mengapa modal menjadi sangat penting, karena dari modal inilah awal mula mampu beroperasinya suatu usaha.

Namun dewasa ini dalam pencukupan modal usaha dirasa sangat sulit dan berbelit-belit. Padahal dari keadaan sekarang ini kecukupan modal sendiri dirasa tidak mampu mencukupi biaya operasional usaha itu sendiri. Maka modal pinjaman menjadi salah satu alternatif terbaik untuk pemenuhan kecupan modal.

Pada keadaan sekarang ini, proses pengambilan kredit sangat selektif dalam pengucuranya. Lembaga keuangan sudah mewabah dan memboming baik dari bank, BPR, koperasi. Dimana sekarang setiap pelosok ada cabang– cabang dari lembaga keuangan seperti diatas, yang meraka bersaing untuk mendapatkan pasar dan menguasainya. Sekarang ini kredit adalah hasil atau laba yang dihasilkan oleh lembaga keuangan itu sendiri untuk kegiatan operasionalnya.

Melihat potensi dan fenomena masalah seperti diatas, tentunya para kereditur akan sangat selektif dalam pemilihan pengambilan kredit usahanya.

dtata secara rapi dan sesuai dengan yang telah ditargetkan. Apalagi produk kredit yang ditawarkan sangat kompleks dan bervariatif, sehinga para kreditur harus mampu memilih tempat rujukan yang paling tepat unutk pengajuan kredit.

Permasalah yang sekarang ini timbul adalah sejauh mana modal pinjaman/kredit mampu memenuhi dan menutup kekurangan operasional dari uasaha tersebut, serta bagaimana bentuk dari pinjaman modal yang tepat dan mengenai sasaran sesuai dengan kebutuhan guna pembiayaan operasional perusahaan.

Berdasakan dari latar belakang seperti yang terurai diatas, maka penulis mengambil dan mengangkat penulisan skripsi dengan judul sebagai berikut: “ANALISIS

MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KREDIT KUR PADA BANK BRI KANCA UNIT MAKAM HAJI”.

FAKTOR-FAKTOR

YANG

B. Perumusan Masalah

1. Apakah proses pengajuan kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?

2. Apakah pendapatan usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?

3. Apakah lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat

4. Apakah jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh proses pengajuan kredit dalam keberhasilan pengambilan kredit.

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pendapatan usaha dalam keberhasilan pengambilan kredit.

3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh lama usaha dalam keberhasilan pengambilan kredit.

4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh jangka waktu pembayaran dalam keberhasilan pengambilan kredit.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi praktisi Dengan adanya penelitian ini diharapkan praktisi mampu menganalisa apa saja yang membuat orang tertarik dalam melakukan kredit, juga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan nya tentang lembaga keuangan dari sisi perkreditanya.

2. Bagi pihak lain Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu mampu memberikan bahan masukan dan motivasi kepada para penusaha UMUKM untuk meningkatkan usaha, perbaikan manajemen, dan permodalan unutuk dapat mengembangkan usaha yang dia miliki.

3. Bagi lembaga keuangan Diharapkan dengan adanya penelitian ini, mampu memberikan masukan pada lembaga keuangan menentukan strategi pemberian kredit yang mudah dan seperti harapan para masyarakat atau kreditur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Perbankan

Definisi dari pengertian dan cakupan tentang operasional bank, telah diatur oleh ketentuan yang berlaku. Namun pada intinya bank punya sifat-sifat dasar yang mempunyai kemiripan, yaitu :

1. Mempunyai kewajiban yang harus dibayarkan setiap saat apabila ada penagihan ( dana simpanan masyarakat )

2. Memiliki harta yang tidak likuid yang penilainya tidak mudah dan memiliki jangk waktu yang lama dibandingkan dengan kewajibanya. ( Diamond, Dybuigh 1985 dalam Suseno dan Piter, 2003 ; 5 )

Di Indonesia sendiri bank diatur oleh UU no.10 tahun 1998, dimana perbankan mempunyai pengertian segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan kegiatan usaha. Bank diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dalam bentuk kredit\bentuk lain dalam rangka menaikan taraf hidup masyarkat.

Untuk dapat mengetahui tetang karakter dari bank umum (BU) terlebih dahulu kita cermati lapangan usaha dari bank menurut pasal6 UU no.7 / 1992 jo UU no.10 tahun 1998 dimana perbankan mempunyai pengertian :

2. Dapat memberi kredit untuk keberlangsungan usahanya.

3. Dapat membuat surat pengakuan hutang.

4. Membeli/menjual atas resiko sendiri, maupun untuk kepentingan nasabah seperti :

a. Membuat surat wesel

b. Surat hutang

c. Instrument surat berharga, berjangka 1 tahun

d. Memiliki sertifikat bank Indonesia

e. Obligasi

f. Menerbitkan surat perdagangan dlm jangka 1 tahun

g. Kertas bendahara Negara dan surat jaminan pemerintah

5. Pemindahan uang

6. Menempatkan, meminjamkan, dana pada bank lain dengan surat, telekomunikasi, wesel, cek, dan sarana-saran lain yang dimiliki oleh bank.

7. Menerima pembayaran dan tagihan surat-surat berharga.

8. Menyediakan tempat menyimpan barang \ surat berharga.

9. Melakukan penempatan dana dari nasabah 1 ke nasabah yang lain dalam bentuk saham yang tercatat pada bursa efek.

10. Melelakukan pelelangan agunan apabila pihak kreditur tidak mampu melunasi kewajiban yang ada didalam kontrak kesepakatan.

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan wali amanat.

13. Melakukan kegiatan bank sewajar nya, tanpa melangar UU yang telah ada dan disepakati.

Dalam perekonomian bank sangat penting, yakni sebagai lembaga atau alat intermediasi. Yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang belebihan dana dan menyalurkan dana bagi masyarakat yang kekurangan dana dengan berbagai tujuan ( Y Susilo, A Totok Budi Santosa 2006 : 6 ).sebagai lembaga pihak yang berlebihan dana baik dari orang, usaha, yayasan, dll. Juga dapat melakukan penyimpanan kepada bank juga, sementara yang kekurangan modal dapat mengajukan pinjaman atau kredit. Dari fungsi ini bank juga dapat dusebut sebagai lembaga intermediasi. Fungsi seperti ini berjalan efektif apabila, bank melakukan kebijakan yang tepat sehingga masyarakat percaya pada bank dan merasa aman melakukan simpanan dana pada bank ( Suseno dan P.Absullan, 2003 : 3 ).

Apabila proses intermediasi diatas berjalan dengan baik, maka perputar uang yang ada dibank dan masyarakat akan berjalan secara baik dan terkontrol. Dimana pihak yang berlebihan dana dapat menyimpan dana dibank dan memperoleh hasil dari pendapatan bunga. Sementar itu yang kekurangan dana bsia meminjam kredit investasi\konsumsi untuk keberlanjuta usaha mereka. Bank sendiri memanfatkan spread ataqu selisih pada pendapatan dan biaya biaya bunga yang diperoleh dari penabung atau peminjam modal.

Tujuan utama dari bank adalah untuk mendapatkan spread\selisih dari bungan pinjaman dan bunga tabungan. Untk tujuan semacam ini perlu adanya manajemen yang tepat dalam pengelolaanya,dimana ada 2 asas pokok ( Teguh Pudjo Mulyono, 1994 : 21-24 ) .

1. Likuiditas: Sejumlah alat likuid yang harus tetap ada dibank unutk penjaminan kebutuhan penarikan tabungan, kewajiban jatuh tempo, dll. Bank harus dapat menjaga likuiditasnya, karena bank yang tidak likuid akan berakibat kehilangan kepercayaan dari masyarakat\nasabah itu sendiri. Suatu bank dikatan likuid apabila memenuhi 3 syarat berikut ini :

a. Bank memiliki cash asset sebesar dengan kebutuhan unutk pemenuhan likuiditas nya.

b. Bank memiliki asset lain untuk pencairan dana seawktu-waktu tanpa mempengaruhi nilai pasar yang ada.

c. Bank dapat membuat cash asset baru dengan cara penerbitan dan peminjaman hutang.

Pengelolaan likuiditas dilakukan dengan pendekatan (Nopirin, 2000 : 27-31 ) yaitu :

a. Asset Management/Pengelolaan Kekayaan Pengelolaan kekayaan merupkan suatu usaha untuk melakukan pengalokasian dana untuk berbagai kebutuhan investasi. Dlam

1) The Pool of Funds Dana yang tersedia dari giro, deposito, tabungan, dan modal. Dipakai untuk dikumpulkan dalam suatu pool dan dialokasikan berdasarkan syarat yang ada dalam benruk kekayaan itu. Syarat alokasi sendiri berdasarkan pada prioritas tiap jenis kekayaan yang dimiliki.

2) The Asset Allocation Pada pendekatan ini semua dana yang tersedia dijadikan dalam 1 wadah, tetapi masing-masing dipertimbangkan atas dasar pertimbangan yang ada. Giro biasanya dipakai sebagai cadangan minimum yang ada dibank, karena memlki perputaran yang paling besar. Oleh karena ini giro dialokasikan sebagai cadangan kas dan sebagian kecil untuk investasi. Model seperti ini digunakan dengan membentuk likuiditas. Profabilitas dalam suatu bank dimana setiap sentral\pusat mengalokasikan dana yang ada pada berbagai sumber yang ada.

3) Commercial Loan Theory Teori ini bank hanya dapat memberi suatu pinjaman yang bersifat jangka pendek saja, tetapi sekarang ini sudah dapat berkembang dan melakukan ekspansi lain yang sesuai denga UU perbankan nasional.

4) Shifability Theory Kemampuan dari bank untuk menukarkan suatu bentuk kekayaan dengan bentuk lain untuk memenuhi likuiditasnya. Metode ini menerapkan pada surat berharga, dengan pemenuhan likuiditas menukar/menjual surat yang dimilki untuk dapat meraup dana yang ada.

5) The Doctrine of Anticipated In Come Dalam teori ini yang terpenting adalah kemempuan akan peminjaman yang ada saat itu. Jadi penekenan yang ada pada analisis kepada sipeminjam akan kemampian untuk pengembalain kredit nya. Karena likuiditas bank tidak tergantung pada sisi jangka pendek saja, karena tidak akan mampu memenuhi likuiditas yang bersifat mendadak.

b. Liability Management\Pengelolaan Hutang Berbeda dengan pengelolaan kekayaan, teori ini memandang pada sumber hutang. Menurut teori ini, atas dasar target pertumbuhan kekayaan maka diusahakan dengan sumber dana yang mudah dicari. Bank tidak hanya berpikir pada aspek jangk pendek saja, tetapi pada kekayaan yang lebih besar dan menguntungkan.

1) Solvabilitas Usaha pokok dari bank yang melakukan penyimpanan 1) Solvabilitas Usaha pokok dari bank yang melakukan penyimpanan

2) Rentabilitas Setiap usaha yang dimana selalu mengharapkan laba, baik untuk eksistensinya maupun untuk pengembangan diri. Laba didapatkan dari kredit selisih antara biaya dana dengan pendapatan dari bunga.

Secara sederhana bank yang sehat adalah bamk yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memilihar kepercayaan dari masyarakat\nasabah nya. Dimana bank membantu menjaga dari sis likuiditas, intermediasi, dan menjaga kelancaran pembayaran, dan mampu dipakai sebagai otoritas moneter .

Mengingat peranan bank yang sangat penting dalam perekonomian negeri kita, maka yang berkepentingan dalam pengelolaan perbankan wajib untuk menjaga kesehatan pada ban tersebut. Tidak hanya pemilik nya saja, tetapi para masyarakat yang menjadi nasabah bank harus mampu menjaga hal itu demi keberlangsungan kelancaran perbankan itu sendiri.

Penilaian tingkat kesehatan kesehatan bank di Penilaian tingkat kesehatan kesehatan bank di

Meskipun secara umum CAMEL dipakai dalam semua bank, tetapi bobot masing-masing berbeda dengan yang lain untuk seitap jenis perbankan.maka ada 2 jenis penetapan CAMEL untuk perbankan dan BPR, seperti berikut ini :

Tabel 2.1 Faktor Rasio CAMEL

BPR Permodalan

Factor CAMEL

BANK

30 % Kualitas aktiva produktif

30 % Kualitas management

1) Kecukupan modal Pada saat ini syarat utama untuk kecukupan pembentukan bank baru adalah sebesar 3 triliyun rupiah. Namun bank yang saat ketentuan ini berlaku dan telah berdiri, jumlah kecukupan modal nya mungkin kurang dari ketentuan yang telah berlaku. Arti dari kecukupan modal, tidak hanya dilihat dari ketersedian modal nya 1) Kecukupan modal Pada saat ini syarat utama untuk kecukupan pembentukan bank baru adalah sebesar 3 triliyun rupiah. Namun bank yang saat ketentuan ini berlaku dan telah berdiri, jumlah kecukupan modal nya mungkin kurang dari ketentuan yang telah berlaku. Arti dari kecukupan modal, tidak hanya dilihat dari ketersedian modal nya

2) Kualitas aktiva produkitif Dalam keadaan normal aktiva bank terdiri dari kredit dan sumber lain yang menghasilkan bagi bank, sehingga aktifa ini disebut aktiva produktif. Kualitas aktiva yang jelek secara implicit akan dapat menghapus modal yang ada di bank. Hal ini terjadi basa karena berbagai masalah seperti pembentukan cadangan modal, penilaian asset, pemberian pada pihak terkait, dll.

Penilaian kualitas produktif dalam ketentuan perbankan di Indonesia berdasarkan pada 2 rasio, yaitu : 1.) rasio kualitas produktif di klasifikasikan pada aktiva produktif. 2.) rasio penyisihan penghapusan aktifa produktif wajib dibentuk oleh bank.

3) Management Management pada suatu bank sangat menentukan sehat\tidak nya suatu bank tersebut. Mengingat penting nya pengelolaan management pada bank, penilaian tingkat faktor pengeglalaan yang baik dilakukan dengan evaluasi pada pengelolaan yang ada pada bank tersebut.

4) Keuntungan Parameter untuk pengukuran tingkat kesehata bank adalah 4) Keuntungan Parameter untuk pengukuran tingkat kesehata bank adalah

5) Likuiditas Penilaian pada faktor likuiditas dilihat pada 2 hal rasio yang ada, yaitu kewajiban bersih antara bank dengan modal inti dan ratio kredit pada dana yang didapatkan oleh bank. Yang dimadsud kewajiban bersih antar bakn adalah selisih kewajiban bank dengan tagihan yang ada pada bank lain. Sementara itu yang dimadsud dana yang telah diterima adalah kredit likuiditas BI, giro, deposito, tabungan masyarakat, pinjaman dari bukan bank kurang dari 3 bln, deposito pinjaman dari bank lain kurang dari 3 bln, surat berharga, dll.

6) Faktor yang mengugurkan penilaian tingkat kesehatan bank Tingkat kesehatan suatu bank dapat berubah setiap ada perubahan dalam factor yang akan dinilai. Selain itu tingkat kesehatan suatu bank dapat gugur apabila berdasarkan penelitian terdapat praktek-praktek yang tidak sehat yang dilakukan pada bank yang bersangkutan.

Predikat tingkat kesehatan sehat, cukup sehat, kurang sehat dapat gugur apabila terdapat perselisihan intern, campur tangan Predikat tingkat kesehatan sehat, cukup sehat, kurang sehat dapat gugur apabila terdapat perselisihan intern, campur tangan

B. Teori Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil.

Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya maka, bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data- data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data- data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit

Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu. maka tindakan membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.

1. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain :

a. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan).

b. Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

c. Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah :

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkat-kan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat

Kemudian disamping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah terse-but akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

c. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

h. Untuk meningkatkan hubungan internasional h. Untuk meningkatkan hubungan internasional

2. Jenis-Jenis Kredit Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

a. Dilihat dari segi kegunaan

1) Kredit investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.

2) Kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

b. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

1) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau pro- 1) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau pro-

2) Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambangan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya

3) Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini se-ring diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

c. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu

1) Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari

1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk

2) Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

3) Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

d. Dilihat dari segi sektor usaha

1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misal-nya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.

4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya

5) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

6) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen, dokter atau pengacara.

7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

8) Dan sektor-sektor lainnya.

3. Jaminan Kredit Seperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tan pa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, mengingat jib nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.

Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut:

a. Dengan Jaminan

1) Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti :

a) Tanah a) Tanah

e) Barang dagangan

f) Tanaman kebun/sawah

2) Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan

surat-surat yang dijadikan jaminan seperti :

a) Sertifikat Saham

b) Sertifikat Obligasi

c) Sertifikat Tanah

d) Sertifikat Deposito

e) Rekening Tabungan yang dibekukan

f) Rekening giro yang dibekukan.

g) Promes

h) Wesel

i) Dan surat tagihan lainnya.

3) Jaminan Orang Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.

b. Tanpa Jaminan Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang di- berikan bukan dengan jaminanbarangtertentu.Biasanya diberikan untuk b. Tanpa Jaminan Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang di- berikan bukan dengan jaminanbarangtertentu.Biasanya diberikan untuk

4. Prinsip–Prinsip Perkreditan Dalam melaksanakan kegiatan perkreditan, terdapat prinsip – prinsip yang dikenal dengan prinsip 5C. Prinsip ini merupakan prinsip klasik yang meliputi:

a. Character (karakter) Penilaian karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajibannya – kewajibannya dari calon debitur.

b. Capacity (kemampuan) Penilaian terhadap calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban –kewajibannya melalui kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan dengan menggunakan kredit dari bank.

c. Capital (Modal) Penilaian terhadap jumlah modal calon debitur yang dimiliki. Semakin besar jumlah modal yang dimiliki maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang akan diperoleh calon debitur.

d. Collateral (Jaminan) d. Collateral (Jaminan)

e. Condition of economic (Kondisi perekonomian) Penilaian terhadap situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang akan mempengaruhi kelanmcaran perusahaan yang menerima kredit.

5. Aspek-Aspek Dalam Penilaian Kredit Disamping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek aspek yang dinilai antara lain :

a. Aspek yuridis/hukum Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga diteliti keabsahannya adalah seperti :

3) Tanda Daftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

5) Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah.

b. Aspek pemasaran Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah :

1) Pemasaran produknya minimal 3 bulan yang lain atau 3 tahun yang lalu.

2) Rencana penjualan dan produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang akan datang.

3) Peta kekuatan pesaing yang ada

4) Prospek produk secara keseluruhan.

c. Aspek Keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu hendaknya dibuatkan cash flow daripada keuangan perusahaan.

Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan investasi yang mencakup antara lain:

1) Rasio-rasio Keuangan

4) Profitability Indek (PI)

5) Internal Rate of Return (IRR)

6) dan Break Even Point (BEP)

7) Aspek teknis/operasi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, layout ruangan dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.

d. Aspek manajemen Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumberdaya manusia yang dimihki serta latar belakang pengalaman sumberdaya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.

e. Aspek sosial ekonomi Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti:

1) Meningkatkan ekspor barang,

2) Mengurangi pengangguran atau lainnya.

3) Meningkatkan pendapatan masyarakat

4) Tersedianya sarana dan prasarana

5) Membuka isolasi daerah tertentu 5) Membuka isolasi daerah tertentu

1) Tanah/darat menjadi gersang

2) Air, menjadi limbah berbau busuk , berubah warna atau rasa. Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas.

6. Azas Perkreditan Dalam menetapkan kebijakan perkreditan, terdapat tiga azas pokok perkreditan, yaitu:

a. Azas Likuiditas : yaitu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga likuiditasnya.

b. Azas Solvabilitas : yaitu azas yang menuntut bank untuk mengelola sumber modal yang diterima dari simpanan dana masyarakat disalurkan dalam bentuk kredit

c. Azas Rentabilitas : yaitu azas dimana bank dituntut untuk memperoleh laba dari setiap kegiatan usahanya, laba tersebut nantinya akan digunakan untuk mempertahankan eksistensi dan juga untuk pengembangan bank tersebut.

7. Prosedur Dalam Pemberian Kredit Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut:

a. Pengajuan berkas-berkas Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain :

1) Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

2) Maksud dan tujuan Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dan cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara- cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.

5) Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya. Biasanya jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

a) Akte notaris.

b) Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk P.T. (Perseroan Terbatas) atau yayasan.

c) T.D.P (tanda daftar perusahaan)

d) Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku 5 tahun, jika habis dapat diperpanjang kembali.

e) N.P.W.P (nomor pokok wajib pajak)

f) Nomor pokok wajib pajak, dimana sekarang ini setiap pemberian kredit terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWPnya.

g) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir

h) Bukti diri dari pimpinan perusahaan Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio- rasio sebagai berikut :

1) Current ratio

2) Acid test ratio

3) Inventory turn over

4) Sales to receivable ratio

5) Profit margin ratio 5) Profit margin ratio

c. Wawancara I Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serilek mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

d. On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kite lihat di lapangan sesuai de- d. On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kite lihat di lapangan sesuai de-

f. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka, dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :

1) Jumlah uang yang diterima

2) Jangka waktu kredit

3) Biaya-biaya yang harus dibayar. Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu pula bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.

g. Penandatanganan Akad Kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penanda-

2) dengan melalui notaris.

h. Realisasi Kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

i. Penyaluran/penarikan dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu :

1) sekaligus atau

2) secara bertahap

8. Manfaat Kredit Apabila ditinjau dari tingkat kepentingannya, maka manfaat kredit dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Debitur Beberapa keuntungan pemenuhan sumber dan dari sektor kredit adalah:

1) Relatif mudah diperoleh apabila usaha yang dijalankan layak.

2) Telah banyak lenbaga keuangan yang menawarkan jasa di bidang penyediaan dana (kredit).

3) Biaya untuk memperoleh kredit dapat diperkirakan dengan tepat sehingga dapat memudahkan calon debitur untuk menyususn

4) Terdapat berbagai jenis kredit, berbagai bentuk penawaran modal (dana) sehingga dapat dipilih dana yang paling cocok untuk kebutuhan modal perusahaan yang bersangkutan.

5) Rahasia keuangan debitur akan terjamin karena telah dilindungi oleh Undang – Undang Pokok Perbankan

6) Dengan fasilitas kredit maka memungkinkan debitur untuk memperluas usahanya.

7) Lembaga perbankan telah mempunyai ketentuan – ketentuan yuridis yang akan memperkecil risiko sengketa dikemudian hari antara nasabah dengan bank.

8) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi debitur.

b. Perbankan Manfaat yang akan diterima perbankan dengan adanya kegiatan perkreditan adalah:

1) Memperoleh pendapatan bunga kredit

2) Menjaga solvabilitas usaha

3) Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa – jasa perbankan lainnya.

9. Risiko Kredit Menurut Masyhud Ali (2006 : 199) Risiko kredit adalah risiko

kepada bank atau biasa disebut juga dengan istilah gagal bayar. Istilah gagal bayar dikenal dan dipergunakan dalam dunia keuangan untuk menggambarkan suatu keadaan dimana seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian utang piutang yang dibuatnya misalnya tidak melakukan pembayaran angsuran ataupun pelunasan pokok utang sesuai dengan kesepakatan termasuk melakukan pelanggaran atas persyaratan kredit sebagaimana diatur di dalam kontrak. Kondisi ini dapat terjadi pada semua kewajiban utang termasuk Obligasi, Kredit Pemilikan Rumah, Pinjaman Perbankan, Surat Sanggup Bayar, Medium Term Note , dan lain-lain perjanjian yang bersifat utang.

Metode umum yang digunakan untuk memprediksi risiko kredit adalah dengan menggunakan credit scorecard. Scorecard adalah model statistika dalam memberikan nilai (score) pada calon debitur yang menunjukan prediksi probabilitas dari calon debitur tersebut. Dalam menjumlah nilai yang diperoleh, selisih (range) sumber data lain juga digunakan, seperti data dari lembar pengajuan kredit (credit form aplication) , rekomendasi dari penilai kredit (credit reference agencies), dan jaminan yang akan diberikan oleh calon debitur.

Informasi dari rekomendasi penilai kredit merupakan infomasi dasar (basic information) mengenai calon debitur (individu atau perusahaan) dan track record debitur sewaktu yang bersangkutan

10. Pengawasan Kredit Pengawasan kredit bertujuan untuk menghindari kasus kredit bermasalah. Usaha yang dapat dilakukan bank untuk mengawasi kredit ini adalah dengan cara secara periodik mengaudit perkembangan usaha dan kondisi keuangan debitur. Dengan cara ini bank akan mengetahui tanda – tanda debitur mengalami kesulitan usaha atau kesulitan keuangan dan bank dapat segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan debitur dan / atau kredit yang telah diberikan kepada debitur.

Agar pengawasan kredit dan penanganan problem loan dapat berjalan efektif, Bank perlu menyusun suatu skala prioritas penanganan. Salah satu cara untuk menentukan skala prioritas penanganan kredit adalah dengan menyusun risk rating atas seluruh kredit yang di berikan. Secara garis besar kredit yang di berikan dapat di pilah menjadi 5 golongan berdasarkan tingkat risikonya, yaitu :

a. Highest Quality, dengan ciri-ciri

1) Usaha debitur berjalan sangat baik.

2) Kondisi keuangan baik dengan tingkat laba dan proyeksi laba yang stabil.

3) Debitur memiliki sumber dana dan sumber pelunasan kredit alternatif.

4) Memiliki manajemen yang kuat.

b. Satisfactory Quality, dengan ciri-ciri Kondisinya hampir sama dengan kondisi the highest quality, namun :

1) Tingkat laba berfluktuatif.

2) Tidak memiliki sumber dana dan sumber pelunasan kredit alternatif.

3) Equity perusahaan terkonsentrasi pada asset-asset yang kurang likuid seperti real estate dan saham.

c. Good Quality, dengan ciri-ciri

1) Likuiditas perusahaan debitur masih baik.

2) Rentabilitas perusahaan debitur masih baik, namun rentan terhadap perubahan.

3) Sumber pelunasan cukup terjamin.

4) Fasilitas kredit di jamin dengan persediaan dan tagihan, namun tidak dapat segera dikonversi.

d. Below Average Quality, dengan ciri-ciri

1) Kondisi keuangan perusahaan kurang baik, tercermin dari likuiditas yang lemah, leverage yang tinggi dan rentabilitas yang rendah dan bahkan merugoi.

2) Sumber pelunasan kredit sudah tidak jelas lagi.

e. Poor Quality, dengan ciri-ciri

1) Equity, cash flow dan collateral lemah.

4) Leverage sangat tinggi dan usaha merugi. Selanjutnya treatment pengawasan kredit dilakukan sesuai dengan

masing-masing level risk tersebut di atas, misalnya :

Gambar II. 2. Treatment Pengawasan Kredit

Sumber: Edwin Darmasetiawan : 2002

11. Teknik Penyelesaian Kredit Macet Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut :

a. Dari Pihak Perbankan Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara a. Dari Pihak Perbankan Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara

1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar.

2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,

sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

12. Penyelamatan Terhadap Kredit Macet Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara 12. Penyelamatan Terhadap Kredit Macet Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara

1) Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.

2) Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

b. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :

1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.

2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

3) Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban 3) Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban

4) Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

c. Restructuring

1) Dengan menambah jumlah kredit

2) Dengan menambah equity:

3) Dengan menyetor uang tunai

d. Tambahan dan pemilik

e. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya etikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

C. Variabel yang Berpengaruh: