BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pidana dan Pemidanaan 1. Pengertian Pidana - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Pengaturan tentang Pidana Kebiri Kimia di Indonesia dan Australia Barat

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pidana dan Pemidanaan

1. Pengertian Pidana

Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja dikenakan/dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana.Para ahli hukum di Indonesia membedakan istilah hukuman dengan pidana.Istilah hukuman adalah istilah umum yang dipergunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata, administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan secara sempit yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum pidana

2. Pengertian Pemidanaan

a. Pengertian Pemidanaan

Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana.Kata “pidana” pada umumnya diartikan sebagai hukum, sedangkan “pemidanaan” diartikan sebagai penghukuman.Doktrin membedakan hukum pidana materil dan hukum pidana formil. J.M. Van Bemmelen menjelaskan kedua hal tersebut sebagai :

Hukum pidana materil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut, peraturan umum yang dapat diterapkan terhadap perbuatan itu., dan pidana yang diancamkan terhadap perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus

diperhatikan pada kesempatan itu. 1 Tirtamidjaja menjelaskan hukum pidana materil dan hukum

pidana formil sebagai berikut:

1) Hukum pidana materil adalah kumpulan aturan hukum yang menentukan pelanggaran pidana, menetapkan syarat-syarat bagi pelanggar pidana untuk dapat dihukum, menunjukan orang dapat dihukum dan dapat menetapkan hukuman atas pelanggaran pidana.

2) Hukum pidana formil adalah kumpulan aturan hukum yang mengatur cara mempertahankan hukum pidana materil terhadap pelanggaran yang dilakukan orang-orang tertentu, atau dengan kata lain mengatur cara bagaimana hukum pidana materil diwujudkan sehingga memperoleh keputusan hakim serta mengatur cara melaksanakan putusan hakim.

1 Leden Marpaung, Asas teori praktik hukum pidana, Jakarta: sinar grafika, 2005, hal 2.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum pidana materil berisi larangan atau perintah jika tidak terpenuhi diancam sanksi, sedangkan hukum pidana formil dalah aturan hukum yang mengatur cara menjalankan dan melaksanakan hukum pidana materil.Pemidanaan sebagai suatu tindakan terhadap seorang penjahat, dapat dibenarkan secara normal bukan terutama karena pemidanaan itu mengandung konsekuensi-konsekuensi positif bagi si terpidana, korban juga orang lain dalam masyarakat. Karena itu teori ini disebut juga teori konsekuensialisme. Pidana dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut melakukan kejahatan serupa.

Pernyataan di atas, terlihat bahwa pemidanaan itu sama sekali bukan dimaksudkan sebagai upaya balas dendam melainkan sebagai upaya pembinaan bagi seorang pelaku kejahatan sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya kejahatan serupa. Pemberian pidana atau pemidanaan dapat benar-benar terwujud apabila melihat beberapa tahap perencanaan sebagai berikut :

a. Pemberian pidana oleh pembuat undang- undang;

b. Pemberian pidana oleh badan yang berwenang; b. Pemberian pidana oleh badan yang berwenang;

a. Jenis-Jenis Pidana

Hukum pidana indonesia mengenal 2 (dua) jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP yakni :

1. Pidana Pokok a.Pidana Mati

b. Pidana Penjara

c. Pidana Kurungan

d. Pidana Denda

2. Pidana Tambahan

a. Pencabutan hak-hak tertentu

b. Perampasan barang-barang tertentu

c. pengumuman putusan hakim Adapun mengenai kualifikasi urut-urutan dari jenis- jenis pidana tersebut adalah didasarkan pada berat ringannya pidana yang diaturnya, yang terberat adalah yang disebutkan terlebih dahulu. Keberadaan pidana tambahan adalah sebagai tambahan terhadap pidana-pidana pokok , dan biasanya bersifat fakultatif (artinya dapat dijatuhkan ataupun tidak). Hal ini terkecuali bagi kejahatan-kejahatan sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 250 bis, 261 dan Pasal 275 KUHP menjadi bersifat imperatif atau keharusan.

Menurut Tolib Setiady perbedaan pidana pokok dan pidana tambahan adalah sebagai berikut :

a. Pidana tambahan hanya dapat ditambahkan kepada pidana pokok, kecuali dalam hal perampasan barang- barang tertentu terhadap anak-anak yang diserahkan kepada pemerintah. (Pidana tambahan ini ditambahkan bukan kepada pidana pokok melainkan pada tindakan).

b. Pidana tambahan tidak mempunyai keharusan sebagaimana halnya pidana pokok, sehingga sifat dari pidana tambahan ini adalah fakultatif (artinya bisa dijatuhkan maupun tidak). (Hal ini dikecualikan terhadap kejahatan sebagaimana tersebut tersebut dalam ketentuan Pasal 250 bis, 261 dan Pasal 275 KUHP menjadi bersifat imperatif atau keharusan).

c. Mulai berlakunya pencabutan hak-hak tertentu tidak dengan suatu tindakan eksekusi melainkan diberlakukan sejak hari putusan hakim dapat dijalankan.

Berikut ini penjelasan tentang jenis-jenis dari pidana tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Pidana Pokok

a. Pidana Mati Pidana mati merupakan sebuah pidana yang tercantum dalam kitab undang-undang hukum pidana Indonesia sejak 1 januari 1918, pasal 10

KUHP menyebut sebagai pidana mati sebuah pidana pokok yang pada tahun 1870 di hapus di Negara

belanda 2 , sedangkan pidana mati itu sendiri berartian sebuah hukuman pidana atas tindak pidana

yang berat yang mengharuskan seorang terpidana mengalami hukuman mati yang berbentuk hukuman gantung, tembak, dan lain sebagainya yang dalam tatanan KUHP Indonesia kiranya telah tertulis dan telah di undangkan sebagai salah satu hukuman pidana.

b. Pidana Penjara Menurut A.Z. Abidin Farid dan A. Hamzah

menegaskan bahwa “Pidana penjara merupakan bentuk pidana yang berupa kehilangan kemerdekaan”. 3 Pidana

penjara atau pidana kehilangan kemerdekaan itu bukan hanya dalam bentuk pidana penjara tetapi juga berupa pengasingan.

Pidana penjara bervariasi dari penjara sementara minimal satu hari sampai penjara seumur hidup. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Roeslan Saleh bahwa :

Pidana penjara adalah pidana utama dari pidana kehilangan kemerdekaan, dan pidana penjara ini dapat dijatuhkan untuk seumur hidup atau untuk sementara waktu.Pidana seumur hidup

2 Hamzah, Pidana Mati di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia,cetakan ke 2, 1985 3 hlm. 11-12

Tolib Setiady, Hukum Penistensier, Jakarta:Alfabeta, 2010, hal 91.

biasanya tercantum di pasal yang juga ada ancaman pidana matinya (pidana mati, seumur hidup atau penjara dua puluh

tahun. 4 Bentuk pidana penjara adalah merupakan suatu pidana berupa

pembatasan kebebasan bergerak dari seorang terpidana, yang dilakukan dengan menutup orang tersebut dalam sebuah Lembaga Pemasyarakatan dengan mewajibkan orang itu untuk mentaati semua peraturan tata tertib yang berlaku di dalam lembaga pemasyarakatan yang dikaitkan dengan suatu tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.

Dengan adanya pembatasan ruang gerak tersebut, maka secara otomatis ada beberapa hak-hak kewarganegaraan yang juga ikut terbatasi, seperti hak untuk memilih dan dipilih (dalam kaitannya dengan pemilihan umum), hak memegang jabatan publik, dan lain-lain. Masih banyak hak-hak kewarganegaraan lainnya yang hilang jika seseorang berada dalam penjara sebagaimana yang dinyatakan oleh Andi Hamzah yaitu : Pidana penjara disebut pidana kehilangan kemerdekaan, bukan saja dalam arti sempit bahwa ia tidak merdeka bepergian, tetapi juga narapidana itu kehilangan hak-hak tertentu seperti :

1) Hak untuk memilih dan dipilih (lihat Undang-undang Pemilu). Di negara liberalpun demikian pula. Alasannya

4 Ibid , hal 92 4 Ibid , hal 92

2) Hak untuk memangku jabatan publik. Alasannya ialah agar publik bebas dari perlakukan manusia yang tidak baik.

3) Hak untuk bekerja pada perusahan-perusahan. Dalam hal ini telah diperaktikkan pengendoran dalam batas-batas tertentu.

4) Hak untuk mendapat perizinan-perizinan tertentu, misalnya saja izin usaha, izin praktik (dokter, pengacara, notaris, dan lain-lain).

5) Hak untuk mengadakan asuransi hidup.

6) Hak untuk tetap dalam ikatan perkawinan. Pemenjaraan merupakan salah satu alasan untuk minta perceraian menurut hukum perdata.

7) Hak untuk kawin. Meskipun adakalanya seseorang kawin sementara menjalani pidana penjara, namun itu merupakan keadaan luar biasa dan hanya bersifat formalitas belaka.

8) Beberapa hak sipil yang lain.

c. Pidana Kurungan Sifat pidana kurungan pada dasarnya sama dengan pidana penjara, keduanya merupakan jenis pidana perampasan kemerdekaan. Pidana kurungan membatasi kemerdekaan bergerak dari seorang terpidana dengan c. Pidana Kurungan Sifat pidana kurungan pada dasarnya sama dengan pidana penjara, keduanya merupakan jenis pidana perampasan kemerdekaan. Pidana kurungan membatasi kemerdekaan bergerak dari seorang terpidana dengan

Pidana kurungan jangka waktunya lebih ringan dibandingkan dengan pidana penjara, ini ditentukan oleh Pasal 69 ayat (1) KUHP, bahwa berat ringannya pidana ditentukan oleh urutan-urutan dalam Pasal 10 KUHP yang ternyata pidana kurungan menempati urutan ketiga. Lama hukuman pidana kurungan adalah sekurang-kurangnya satu hari dan paling lama satu tahun, sebagai mana telah dinyatakan dalam Pasal 18 KUHP, bahwa :

“Paling sedikit satu hari dan paling lama setahun, dan jika ada pemberatan karena gabungan atau pengulangan atau

karena ketentuan Pasal 52 dapat ditambah menjadi satu tahun empat bulan.Pidana kurungan sekali-kali tidak boleh

lebih dari satu tahun empat bulan”.

Menurut Vos pidana kurungan pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu :

1) Sebagai custodia honesta untuk tindak pidana yang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan, yaitu delicculpa dan beberapa delic dolus, seperti perkelahian satu lawan satu (Pasal 182 KUHP) dan pailit sederhana (Pasal 396 KUHP). Pasal-pasal tersebut diancam pidana penjara, contoh yang dikemukakan Vos sebagai delik yang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan.

2) Sebagai custodia simplex, suatu perampasan kemerdekaan untuk delik pelanggaran.

Dengan demikian bagi delik-delik pelanggaran, maka pidana kurungan menjadi pidana pokok, khususnya di Belanda pidana tambahan khusus untuk pelanggaran, yaitu penempatan

di tempat kerja negara. 5

d. Pidana Denda Pidana denda merupakan bentuk pidana tertua bahkan

lebih tua dari pidana penjara, mungkin setua dengan pidana mati. Pidana denda adalah kewajiban seseorang yang telah dijatuhi pidana denda tersebut oleh Hakim/Pengadilan untuk membayar sejumlah uang tertentu oleh karana ia telah melakukan suatu perbuatan yang dapat dipidana. Menurut P.A.F. Lamintang bahwa :

Pidana denda dapat dijumpai di dalam Buku I dan Buku

II KUHP yang telah diancamkan baik bagi kejahatan- kejahatan maupun bagi pelanggaran-pelanggaran.Pidana denda ini juga diancamkan baik baik satu-satunya pidana pokok maupun secara alternatif dengan pidana penjara saja, atau alternatif dengan kedua pidana pokok tersebut secara bersama-sama.

Pidana denda dijatuhkan terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Hal mana

5 A.Z. Abidin Farid dan Andi Hamzah, Asas-asas hukum pidana, Jakarta : PT. Rineka cipta 2006, hal 289.

disebabkan karena pembentuk undang-undang telah menghendaki agar pidana denda itu hanya dijatuhkan bagi pelaku-pelaku dari tindak-tindak pidana yang sifatnya ringan

saja. 6 Oleh karena itu pula pidana denda dapat dipikul oleh orang lain

selama terpidana. Walaupun denda dijatuhkan terhadap terpidana pribadi, tidak ada larangan jika denda ini secara sukarela dibayar oleh orang atas nama terpidana.

2. Pidana Tambahan Pidana tambahan adalah pidana yang bersifat

menambah pidana pokok yang dijatuhkan, tidaklah dapat berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam perampasan barang-barang tertentu.Pidana tambahan ini bersifat fakultatif artinya dapat dijatuhkan tetapi tidaklah harus.

Menurut Hermin Hadiati Koeswati bahwa ketentuan pidana tambahan ini berbeda dengan ketentuan bagi penjatuhan pidana pokok, ketentuan tersebut adalah :

1) Pidana tambahan hanya dapat dijatuhkan di samping pidana pokok. Artinya, pidana tambahan tidak boleh dijatuhkan sebagai pidana satu-satunya.

2) Pidana tambahan hanya dapat dijatuhkan apabila di dalam rumusan suatu perbuatan pidana dinyatakan

6 Tolib Setiady, Hukum Penistensier, Jakarta:Alfabeta, 2010, hal 104.

dengan tegas sebagai ancaman, ini berarti bahwa pidana tambahan tidak diancamkan.

3) Pada setiap jenis perbuatan pidana, akan tetapi hanya diancamkan kepada beberap perbuatan pidana tertentu.

4) Walaupun diancamkan secara tegas di dalam perumusan suatu perbuatan pidana tertentu, namun sifat pidana tambahan ini adalah fakultatif. Artinya, diserahkan kepada hakim untuk menjatuhkannya atau tidak.

Pidana tambahan sebenarnya bersifat preventif.Ia juga bersifat sangat khusus sehingga sering sifat pidananya hilang dan sifat preventif inilah yang menonjol. Pidana tambahan pun sering termasuk dalam kemungkinan mendapat grasi.

a. Pencabutan Hak-hak Tertentu Menurut ketentuan Pasal 35 ayat (1) KUHP, hak-hak yang dapat dicabut oleh hakim dengan suatu putusan pengadilan adalah :

1) Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu;

2) Hak

untuk

memasuki angkatan

bersenjata;

3) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum;

4) Hak menjadi penasehat atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawasan atas orang yang bukan anak sendiri;

5) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan

perwalian atau pengampuan atas anak sendiri;

6) Hak menjalankan mata pencarian tertentu.

Dalam hal dilakukannya pencabutan hak, Pasal 38 ayat (1) KUHP mengatur bahwa hakim menentukan lamanya pencabutan hak sebagai berikut :

1) Dalam hal pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka lamanya pencabutan adalah seumur hidup.

2) Dalam hal pidana penjara untuk waktu tertentu atau pidana kurungan, lamanya pencabutan paling sedikit dua tahun dan paling banyak lima tahun lebih lama dari pidana pokoknya.

3) Dalam hal pidana denda, lamanya pencabutan paling sedikit dua tahun dan paling banyak lima tahun. Pencabutan hak itu mulai berlaku pada hari putusan

hakim dapat dijalankan. Dalam hal ini hakim tidak berwenang memecat seorang pejabat dari jabatannya jika dalam aturan-aturan khusus ditentukan penguasa lain untuk pemecatan itu.

b. Perampasan Barang-barang Tertentu

barang-barang tertentu merupakan jenis pidana harta kekayaan, seperti halnya dengan pidana denda. Ketentuan mengenai perampasan barang-barang tertentu terdapat dalam Pasal 39 KUHP yaitu :

Pidana

perampasan

1) Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau yang sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas;

2) Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak dilakukan dengan sengaja atau karena pelanggaran, dapat juga dijatuhkan putusan perampasan berdasarkan hal-hal yang telah ditentukan dalam undang-undang;

3) Perampasan dapat dilakukan terhadap orang yang bersalah yang diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanya atas barang-barang yang telah disita. Perampasan atas barang-barang yang tidak disita

sebelumnya diganti menjadi pidana kurungan apabila barang-barang itu tidak diserahkan atau harganya menurut taksiran dalam putusan hakim tidak dibayar.Kurungan pengganti ini paling sedikit satu hari dan paling lama enam bulan.Kurungan pengganti ini juga dihapus jika barang- barang yang dirampas diserahkan.

c. Pengumuman Putusan Hakim Pengumuman putusan hakim diatur dalam Pasal 43 KUHP yang mengatur bahwa:

“Apabila hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan kitab undang-undang ini atau aturan umum yang lainnya, harus ditetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah atas biaya terpidana. Pidana tambahan pengumuman putusan hakim han ya dapat dijatuhkan dalam hal-hal yang ditentukan undang- undang ”.

Pidana tambahan pengumuman putusan hakim ini dimaksudkan terutama untuk pencegahan agar masyarakat terhindar dari kelihaian busuk atau kesembronoan seorang pelaku.Pidana tambahan ini hanya dapat dijatuhkan apabila Pidana tambahan pengumuman putusan hakim ini dimaksudkan terutama untuk pencegahan agar masyarakat terhindar dari kelihaian busuk atau kesembronoan seorang pelaku.Pidana tambahan ini hanya dapat dijatuhkan apabila

Di dalam KUHP hanya untuk beberapa jenis kejahatan saja yang diancam dengan pidana tambahan ini yaitu terhadap kejahatan-kejahatan :

1) Menjalankan tipu muslihat dalam penyerahan barang-barang keperluan Angkatan Perang dalam waktu perang.

2) Penjualan, penawaran, penyerahan, membagikan barang-barang yang membahayakan jiwa atau kesehatan dengan sengaja atau karena alpa.

3) Kesembronoan seseorang sehingga mengakibatkan orang lain luka atau mati.

4) Penggelapan.

5) Penipuan.

6) Tindakan merugikan pemiutang.

B. Tujuan Pemidanaan

Sebagaimana telah terurai, pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman. Penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dan alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap seseorang yang dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana.Tentunya, hak penjatuhan pidana Sebagaimana telah terurai, pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman. Penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dan alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap seseorang yang dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana.Tentunya, hak penjatuhan pidana

Patut diketahui, bahwa tidaklah semua filsuf ataupun pakar hukum pidana sepakat bahwa negaralah yang mempunyai hak untuk melakukan pemidanaan (subjectief strafrech). Hal ini dapat terlihat jelas pada pendapat Hezewinkel-Suringa yang mengingkari sama sekali hak mempidana ini dengan mengutarakan keyakinan mereka bahwa si penjahat tidaklah boleh dilawan dan

bahwa musuh tidaklah boleh dibenci. 7 Pendapat ini dapat digolongkan sebagai bentuk negativisme, dimana para ahli yang sependapat dengan Suringa tersebut

menyatakan hak menjatuhkan pidana sepenuhnya menjadi hak mutlak dari Tuhan. Negativisme yang dimaksud di atas, penulis anggap sebagai bentuk penegakan hukum secara utopis di masa sekarang ini, dikarenakan penegakan hukum agama menganggap Negara adalah perpanjangan tangan Tuhan di dunia. Sementara itu, dewasa ini cenderung untuk mengkotomikan antara konsep-konsep sistem pemerintahan dan penegakan hukum dengan ajaran-ajaran agama tertentu.Bagi kalangan religius hal ini dianggap menuju arah paham sekularisme

7 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 23.

(walaupun tidak secara absolut), namun hal ini semakin hari-hari semakin banyak dipraktekkan pada banyak Negara pada sistem ketatanegaraan yang berimplikasi pada bentuk hukum pidana positif. Hal ini dapat terlihat jelas pada Negara kita dengan tidak diberlakukannya hukum agama secara mutlak dalam hukum nasional kita (faktor kemajemukan sosial) dan juga pada Negara-negara lainya.

Jadi, dapatlah kita berpedoman pada mazhab wiena yang menyatakan hukum dan negara adalah identik, karena adalah tak lain daripada satu susunan

tingkah laku manusia dan satu ketertiban paksaan kemasyarakatan. 8

C. Teori-Teori Pemidanaan

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para ahli hukum terkemuka dalam hukum pidana, mengemukakan teori pemidanaan atau penghukuman dalam hukum pidana dikenal ada tiga aliran yaitu:

Teori absolut atau teori pembalasan (vergeldings theorien),

Teori relatif atau teori tujuan (doeltheorien),

Teori gabungan (verenigingstheorien).

a. Teori absolut atau teori pembalasan (vergeldings theorien).

Teori ini juga dikenal dengan teori mutlak ataupun teori imbalan dan teori ini lahir pada akhir abad ke-18. Menurut teori-teori absolut ini, setiap kejahatan harus diikuti dengan pidana tidak boleh tidak tanpa tawar-menawar. Seseorang

mendapat pidana karena telah melakukan kejahatan. 9 Maka, pemberian pidana

8 Soetiksno, Filsafat Hukum Bagian I, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2008, hlm. 67. 9 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Refika Aditama,

Bandung, 2008, hlm. 23.

disini ditujukan sebagai bentuk pembalasan terhadap orang yang telah melakukan kejahatan. Ada banyak filsuf dan dan ahli hukum pidana yang menganut teori ini, diantaranya ialah Immanuel Kant, Hegel, Herbart, Stahl, JJ Rousseau.Dari banyak pendapat ahli tersebut penulis tertarik dengan pendapat yang disampaikan Hegel mengenai argumennya terhadap hukuman bila dikolerasikan dengan teori absolut.Dimana hukuman dipandang dari sisi imbalan sehingga hukuman merupakan dialectische vergelding. Hal ini memperlihatkan bahwa pembalasan (vergelding) diuraikan dengan nuansa dialektika sebagaimana pola Hegel berfilsafat. Jadi, dalam teori ini pidana dapat disimpulkan sebagai bentuk pembalasan yang diberikan oleh negara yang bertujuan menderitakan penjahat akibat perbuatannya. Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang, yang dengan jalan menjatuhkan pidana yang setimpal dengan

perbuatan yang telah dilakukan. 10

b. Teori relatif atau teori tujuan (doeltheorien).

Lahirnya teori ini menurut penulis merupakan suatu bentuk negasi terhadap teori absolut (walaupun secara historis teori ini bukanlah suatu bentuk penyempurnaan dari teori absolut) yang hanya menekankan pada pembalasan dalam penjatuhan hukuman terhadap penjahat. Teori yang juga dikenal dengan nama teori nisbi ini menjadikan dasar penjatuhan hukuman pada

10 Djoko Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 47.

tujuan dan maksud hukuman sehingga ditemukan manfaat dari suatu penghukuman (nut van destraf). Teori ini berprinsip penjatuhan pidana guna menyelenggarakan tertib masyarakat yang bertujuan membentuk suatu prevensi kejahatan. Wujud pidana ini berbeda- beda: menakutkan, memperbaiki, atau mebinasakan. Lalu dibedakan prevensi umum dan khusus.Prevensi umum menghendaki agar orang-orang pada umumnya

tidak melakukan delik. 11 Feurbach sebagai salah satu filsuf penaganut aliran ini berpendapat pencegahan

tidak usah dilakukan dengan siksasaan tetapi cukup dengan memberikan peraturan yang sedemikian rupa sehingga bila orang setelah membaca itu akan membatalkan

niat jahatnya. 12 Selain dengan pemberian ancaman hukuman, prevensi umum (general preventie) juga dilakukan dengan cara penjatuhan hukuman dan

pelaksanaan hukuman (eksekusi). Eksekusi yang dimaksud dilangsungkan dengan cara-cara yang kejam agar khalayak umum takut dan tidak melakukan hal yang serupa yang dilakukan oleh si penjahat.

Seiring perkembangan zaman, apa yang menjadi substansi tujuan pemidanaan sebagaimana yang terurai dalam prevensi umum menuai kritikan. Salah satu kritikan yang paling mendasar dapat penulis perlihatkan berdasarkan pendapat Dewey yang menyatakan :

Banyak pelaku kejahatan tidak mempertimbangkan hukuman. Terkadang karena mereka mengala sakit jiwa ayau “feebleminded”atau berbuat dibawah tekanan emosi yang berat. Terkadang ancaman hukuman itu menjadikan mereka

11 Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 34. 12 Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, Loc. Cit.

seolah-olah dibujuk. Banyak tahanan yang mengemukakan reaksi kejiwaaannya dikala proses dari pelanggaran undang-undang. Semua ini memperlihatkan bahwa sesunggyhnya hanya sedikit yang mempertimbangkan undang-undang

penghukuman. 13 Pada prevensi khusus, tujuan pemidanaan ditujukan kepada pribadi si penjahat

agar ia tidak lagi mengulangi perbuatan yang dilakukannya. Van Hamel dalam hal ini menunjukkan bahwa prevensi khusus dari suatu pidana ialah :

1. .Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah penjahat yang mempunyai kesempatan untuk tidak melakukan niat buruknya.

2. Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki si terpidana.

3. Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin diperbaiki.

Tujuan satu-satunya pidana ialah mempertahnkan tertib hukum. 14 Maka dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif, negara dalam kedudukannya

sebagai pelindung masyarakat menekankan penegakkan hukum dengan cara cara prenventif guna menegakkan tertib hukum dalam masyarakat.

c. Teori gabungan (verenigingstheorien).

Teori gabungan merupakan suatu bentuk kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan sudut pembalasan dan pertahanan tertib hukum masyarakat.Dalam teori ini, unsur pembalasan maupun pertahanan tertib hukum masyarakat tidaklah dapat diabaikan antara satu dengan yang lainnya.

13 Sutherland & Cressey (disadur oleh Sudjono D), The Control of Crime Hukuman dalam Perkembangan Hukum Pidana, Tarsito, Bandung, 1974, hlm. 62.

14 Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 36.

Berdasarkan penekanan atau sudut dominan dalam peleburan kedua teori tersebut ke dalam bentuk teori gabungan, teori ini dibedakan menjadikan tiga bentuk yaitu, teori gabungan yang menitikberatkan unsur pembalasan, teori gabungan teori gabungan yang menitikberatkan pertahanan tertib masyarakat, dan teori gabungan yangmemposisikan seimbang antara pembalasan dan pertahanan tertib masyarakat. Menurut, Wirjono Prodjodikoro, bagi pembentuk undang-undang hukum pidana, bagi para jaksa dan hakim tidak perlu memilih salah satu dari ketiga macam teori

hukum pidana tersebut dalam menunaikan tugas. 15 Penulis dalam hal ini secara tegas menyatakan sepakat dengan apa yang disampaikan Wirjono Prodjodikoro

dikarenakan nilai-nilai keadilan bukanlah didasarkan dari teori apa yang dianut melainkan berdasarkan unsur humanis yang berkenaan dengan kondisi masyarakat dan si pembuat (penjahat) yang diproses melalui perpaduan logika dan hati yang terlahir dalam sebuah nurani.

D. Kebiri sebagai instrument pidana

1) Pengertian Kebiri Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian

dapat dilakukan pada hewan ataupun manusia. 16

15 Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hlm. 29. 16 Any

Kebiri dan Hukumnya”,http://sikpas.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-kebiri-dan-hukumannya.html (19 Juli 2017).

Safary,

“Pengertian

Kebiri secara harfiah, artinya sudah dihilangkan (dikeluarkan) kelenjar testisnya (pada hewan jantan) atau dipotong ovariumnya (pada hewan betina), sudah dimandulkan artinya,para pelaku kejahatan yang dikenai hukum kebiri nantinya sudah hilang fungsi seksualnya. Baik jika ia laki- laki, maka laki-laki tersebut sudah tidak akan tertarik melihat lawan

jenis. 17 Kebiri atau yang disebut orchiectomy adalah pengangkatan sebagian

atau seluruh testis pria.Testis diketahui menghasilkan 95 persen hormone kejantanan atau testosterone. 18

Kebiri (al ikhsha, castration) artinya adalah pemotongan dua buah dzakar(al khushyatain, testis), yang dapat dibarengi dengan pemotongan penis (dzakar).Jadikebiri dapat berupa pemotongan testis saja, dan inilah

pengertian dasar dari kebiri. 19

2) Jenis-Jenis Kebiri

a. Kebiri Fisik Kebiri fisik dilakukan dengan cara mengamputasi organ seks eksternal pemerkosa, sehingga membuat pelaku kekurangan hormon testosteron. Kurangnya hormon ini akan banyak mengurangi dorongan seksualnya.

18 Pengertian Kebiri” (Suara News), Go A Head Challenge (19 Juli 2017). Warta Informasi Berita (WartaInfo), “Hukuman Kebiri Kimia dan Fisik”. Situs

ResmiWartaInfo. https://www.wartainfo.com/2016/05/hukuman-kebiri-kimia-dan-fisik-serta- efeknya-ituapa.html (19 Juli 2017).

19 Hizbut Tahrir Indonesia, “Pro Kontra Hukuman Kebiri Dalam Perspektif Syariah Islam”,Situs Resmi Hizbut Tahrir. http://hizbut-tahrir.or.id/2015/10/26/pro-kontra-hukuman-

kebiri-dalam perspektif-syariah-islam/ (19 juli 2017).

b. Kebiri Kimia Kebiri kimia adalah penyuntikan zat anti-testosteron ke tubuh pria untuk menurunkan kadar hormon testosteron, yang sebagian besar

diproduksi sel lydig di dalam buah zakar.“Testosteron itu adalah hormon yang berperan dalam beragam fungsi, salah satunya fungsi

seksual.Artinya, hormon testosteron berpengaruh pada gairah seksual seorang pria dan membantu penis seorang pria bisa ereksi.Masuknya zat anti-testosteron ke dalam tubuh sehingga praktis membuat gairah seksual menurun. Saat zat anti-testosteron disuntikkan ke dalam tubuh, zat tersebut akan memicu reaksi berantai di otak dan testis. Produksi testosteron 95%-nya berasal dari sel lydig di buah zakar pria.Pemicu agar testosteron diproduksi adalah hormon luteinizing yang dikeluarkan kelenjar hypophysis anterior di otak.zat anti-testosteron membendung kelenjar di otak agar tidak memproduksi hormon pemicu produksi testosteron. Kalau itu ditekan, otomatis testis tidak memproduksi testosteron.Jadi kait-mengait semuanya.Pengaruh zat anti-testosteron hanya sementara.Sebagaimana obat-obat kimia lainnya, zat anti-testosteron tergantung oleh batas waktu.Orang mungkin beranggapan kebiri kimia sekali suntik selesai, seperti orang

yang dikebiri secara fisik.Mereka harus mendapatkan terus-menerus. 20 Perbedaannya adalah jika kebiri fisik langsung

menghilangkan testisnya dengan cara operasi, sedangkan kebiri

20 http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/10/161012_majalah_kesehatan_kebiri_kimi a_explainer dikunjungi pada tanggal 20 juli 2017 pukul 09.34.

secara kimiawi yaitu memberi suntikan zat kimia pada alat kelamin yang berfungsi menghilangkan hasrat seksualnya.

3) Sikap pro terhadap hukum pidana kebiri

a. Kebiri sebagai sarana untuk melindungi korban kejahatan seksual

Kebiri merupakan sarana untuk melindungi korban kejahatan seksualkarena dipercaya dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak dan akan mengurangi kasus kekerasan seksual. Kebiri kimia adalah penyuntikan zat anti- testosteron ke tubuh pria untuk menurunkan kadar hormon testosteron, yang sebagian besar diproduksi sel lydig di dalam buah zakar.“Testosteron itu adalah hormon yang berperan dalam beragam

fungsi, salah satunya fungsi seksual.Artinya, hormon testosteron berpengaruh pada gairah seksual seorang pria dan membantu penis seorang pria bisa ereksi.Masuknya zat anti-testosteron ke dalam tubuh sehingga praktis membuat gairah seksual menurun. Saat zat anti- testosteron disuntikkan ke dalam tubuh, zat tersebut akan memicu reaksi berantai di otak dan testis. Produksi testosteron 95%-nya berasal dari sel lydig di buah zakar pria.Pemicu agar testosteron diproduksi adalah hormon luteinizing yang dikeluarkan kelenjar hypophysis anterior di otak.zat anti-testosteron membendung kelenjar di otak agar tidak memproduksi hormon pemicu produksi testosteron. Kalau itu ditekan, otomatis testis tidak memproduksi testosteron.Jadi kait- mengait

anti-testosteron hanya sementara.Sebagaimana obat-obat kimia lainnya, zat anti-testosteron

semuanya.Pengaruh

zat zat

4) Sikap kontra terhadap hukum pidana kebiri

a. Kebiri sebagai bentuk pidana yang melanggar HAM

Kekerasan seksual dan pemerkosaan terhadap anak adalah perbuatan keji tak beradab yang menghancurkan kehidupan anak.Pemerintah jelas harus mengambil tindakan yang tepat untuk memberikan penghukuman kepada pelaku, memberikan pemulihan kepada korban secara komprehensif serta mencegah kekerasan seksual kepada anak terus berlanjut.

Meski demikian, kebijakan pencegahan itu harus konsisten dengan prinsip HAM serta mencerminkan praktik yang tepat agar kebijakan tersebut dapat berjalan secara efektif. Hukuman kebiri kimia dan hukuman mati merupakan pelanggaran atas hukum hak asasi manusia internasional sebagai bentuk tindakan penyiksaan, dan perlakuan atau penghukuman lainnya yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia serta pelanggaran hak atas hidup.Aturan ini adalah langkah mundur pemerintah Indonesia yang telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik pada 2005 dan Konvensi Internasional Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia (1998). Sebagai negara pihak, pemerintah Indonesia harus tunduk pada pelaksanaan kedua instrumen

HAM tersebut.eksistensi sanksi kebiri ditinjau dari HAM adalah suatu upaya paksa dan akan memberikan dampak pada hilangnya hak seseorang untuk melanjutkan keturunan dan terpenuhi kebutuhan dasarnya. Hal ini jelas bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Selain itu, pemberlakuan kebiri kimia juga merupakan salah satu bentuk penyiksaan, hal ini jelaslah melanggar Undang-undang Nomor 5 tahun 1998 tentang pengesahan Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment .

b. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menolak menjadi eksekutor hukuman kebiri.

Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) menilai bahwa penolakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mengeksekusi hukuman kebiri merupakan pukulan telak bagi pemerintah.

Sikap IDI tersebut dianggap sebagai pembuktian bahwa hukuman yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut tak didasarkan pada kajian dan analisis ilmiah yang mendalam oleh pemerintah.

"Pilihan pemerintah untuk mengambil keputusan tanpa kajian dan analisis mendalam serta melibatkan pihak-pihak yang berkompeten, termasuk para pakar medis dan psikis, adalah sebuah tindakan fatalSeharusnya, kata Supriyadi, sejak awal, pemerintah "Pilihan pemerintah untuk mengambil keputusan tanpa kajian dan analisis mendalam serta melibatkan pihak-pihak yang berkompeten, termasuk para pakar medis dan psikis, adalah sebuah tindakan fatalSeharusnya, kata Supriyadi, sejak awal, pemerintah

Sejak awal, pihaknya mendukung penuh IDI untuk bersuara terkait hukum kebiri. Supriyadi mengatakan, pihaknya mengapresiasi sikap IDI. ICJR pun meminta agar pemerintah membuka kajian dan analisis yang sudah dilakukan untuk mengeluarkan Perppu 1 Tahun 2016."ICJR juga meminta pemerintah menghormati posisi IDI dan Kode Etik Kodekteran Indonesia," kata dia.

IDI telah mengeluarkan surat tertanggal 9 Juni 2016 yang meminta agar dokter tidak menjadi eksekutor dari Perppu 1 Tahun 2016 yang memuat tindakan kebiri. Penolakan tersebut didasarkan atas fatwa Majelis Kehormatan dan Etik Kedokteran (MKEK) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Kebiri Kimia dan juga didasarkan pada Sumpah Dokter serta Kode Etik Kodekteran Indonesia (Kodeki).

IDI juga menyatakan bahwa atas dasar keilmuan dan bukti- bukti ilmiah, kebiri kimia tidak menjamin hilang atau berkurangnya hasrat serta potensi perilaku kekerasan seksual pelaku. IDI juga meminta supaya pemerintah mencari solusi lain selain penggunaan kebiri kimia yang sekali lagi dianggap tidak efektif dalam kasus kekerasan seksual.Pihak IDI juga menyatakan bersedia untuk memaparkan pandangan ilmiah dan etikanya tersebut di hadapan Presiden Joko Widodo.Perppu 1/2016 yang IDI juga menyatakan bahwa atas dasar keilmuan dan bukti- bukti ilmiah, kebiri kimia tidak menjamin hilang atau berkurangnya hasrat serta potensi perilaku kekerasan seksual pelaku. IDI juga meminta supaya pemerintah mencari solusi lain selain penggunaan kebiri kimia yang sekali lagi dianggap tidak efektif dalam kasus kekerasan seksual.Pihak IDI juga menyatakan bersedia untuk memaparkan pandangan ilmiah dan etikanya tersebut di hadapan Presiden Joko Widodo.Perppu 1/2016 yang

sebelumnya telah melalui perubahan sebagian pada UU 35/2014. Di dalam perppu kebiri tersebut terdapat beberapa poin perubahan atau penambahan ketentuan didalamnya antara lain:

1) Pemberatan sanksi pidana bagi pelaku predator seks anak terutama bagi: Pelaku yang menimbulkan korban lebih dari satu orang yang mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia.

2) Pelaku yang pernah menjadi predator seks

3) Pengenaan pidana tambahan berupa pengumuman identitas pelaku;

4) Pengenaan tindakan berupa: Kebiri kimia, Pemasangan alat pendeteksi elektronik, Rehabilitasi. Setiap dokter di dunia terikat pada sumpah profesi dan kode

etik profesi yang di Indonesia dikenal dengan KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia). Ada beberapa ketentuan KODEKI yang bertentangan dengan kebijakan pengenaan tindakan kebiri kimia yaitu:

1. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien (Pasal 5 KODEKI)

2. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia (Pasal 7a KODEKI)

Mendasarkan pada dua ketentuan KODEKI diatas, dokter melalui organisasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dimungkinkan menolak memberikan tindakan kebiri kimia pada seseorang meskipun orang tersebut terbukti bersalah dan telah dijatuhi putusan inkracht, yang mana penolakan tersebut disertai dengan bukti ilmiah bahwa pemberian tindakan kebiri kimia tersebut melemahkan daya tahan psikis maupun fisik manusia. Hal ini karena pengenaan tindakan kebiri kimia tersebut tidak mungkin dilakukan berdasarkan persetujuan si pasien atau si terpidana predator seks, karena hal tersebut merupakan kehendak suatu putusan bukan persetujuan si pasien.

Yang kedua, dokter diberikan kebebasan moral dan diharuskan menghargai martabat manusia dalam memberikan pelayanan medis yang dimungkinkan dokter menolak pengkebiri seseorang karena bertentangan dengan moralnya. Terkait hal ini, dokter akan satu suara melalui IDI yang mana diketahui IDI menolak pengenaan kebiri kimia karena hal tersebut dianggap bertentangan dengan moral dan tidak menghormati martabat manusia. Oleh karena itu, dimungkinkan tidak ada dokter yang bersedia melakukan kebiri kimia.Permasalahan pun muncul karena kebijakan kebiri yang terkesan terburu- buru, siapa yang akan mengeksekusi kebiri kimia terhadap predator seks anak jika dokter melalui IDI menolaknya? Apakah Jaksa mengerti bagaimana caranya eksekusi tindakan kebiri kimia?Saat ini ketentuan pengenaan tindakan kebiri Yang kedua, dokter diberikan kebebasan moral dan diharuskan menghargai martabat manusia dalam memberikan pelayanan medis yang dimungkinkan dokter menolak pengkebiri seseorang karena bertentangan dengan moralnya. Terkait hal ini, dokter akan satu suara melalui IDI yang mana diketahui IDI menolak pengenaan kebiri kimia karena hal tersebut dianggap bertentangan dengan moral dan tidak menghormati martabat manusia. Oleh karena itu, dimungkinkan tidak ada dokter yang bersedia melakukan kebiri kimia.Permasalahan pun muncul karena kebijakan kebiri yang terkesan terburu- buru, siapa yang akan mengeksekusi kebiri kimia terhadap predator seks anak jika dokter melalui IDI menolaknya? Apakah Jaksa mengerti bagaimana caranya eksekusi tindakan kebiri kimia?Saat ini ketentuan pengenaan tindakan kebiri

Setiap dokter di dunia terikat pada sumpah profesi dan kode etik profesi yang di Indonesia dikenal dengan KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia). Ada beberapa ketentuan KODEKI yang bertentangan dengan kebijakan pengenaan tindakan kebiri kimia yaitu:

1) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien (Pasal 5 KODEKI)

2) Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia (Pasal 7a KODEKI) Mendasarkan pada dua ketentuan KODEKI diatas, dokter melalui

organisasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dimungkinkan menolak memberikan tindakan kebiri kimia pada seseorang meskipun orang tersebut terbukti bersalah dan telah dijatuhi putusan inkracht, yang mana penolakan tersebut disertai dengan bukti ilmiah bahwa pemberian tindakan kebiri kimia tersebut melemahkan daya tahan psikis maupun fisik manusia. Hal ini karena pengenaan tindakan kebiri kimia tersebut tidak mungkin dilakukan berdasarkan persetujuan si pasien atau si terpidana predator seks, karena hal tersebut merupakan kehendak suatu putusan bukan persetujuan si pasien.

21 https://www.linkedin.com/pulse/analisa-hukum-terhadap-pemberitaan-idi-tolak-jadi- hukuman-clinton dikunjungi pada tanggal 20 juli 2017 pukul 09.40

E. Pengaturan kebiri sebagai bentuk pidana di Indonesia dan Australia Barat

1. Latar Belakang

a. Indonesia

Perpu ini dimaksudkan untuk kegentingan yang diakibatkan terjadinya kekerasan seksual terhadap anak yang semakin meningkat secara signifikan. Perppu nomor 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 2 tahun 2002 tentang perlindungan anak ditandatangani presiden menyusul sejumlah kasus tindakan kekerasan seksual terhadap anak-anak belakangan ini. Menurut Presiden, kejahatan seksual terhadap anak merupakan ancaman dan membahayakan jiwa anak, sekaligus telah mengganggu rasa kenyamanan ketentraman keamanan dan ketertiban masyarakat perlu adanya penanganan khusus. ruang lingkup Perpu ini mengatur pemberatan pidana, pidana tambahan dan tindakan lain bagi pelaku kekerasan terhadap anak dan pencabulan dengan syarat-syarat tertentu.Pemberatan pidana itu, berupa penambahan sepertiga ancaman pidana, pidana mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10 tahun dan paling lama 20 tahun.Adapun pidana tambahan, yaitu pengumuman identitas pelaku, tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat deteksi elektronik".

Menurut Presiden, penambahan pasal tersebut akan memberi ruang kepada hakim untuk memberi hukuman seberat-beratnya dan

menimbulkan efek jera kepada pelaku. 22 Untuk alasan pendukung diberlakukannya hukum kebiri, ada beberapa

alasan yang mendasarinya. Pertama, adanya hukuman kebiri tentuan akan membuat seseorang berpikir dua kali untuk melakukan perilaku kekerasan seksual terhadap anak. Kedua, hukuman kebiri tidak melanggar hak asasi manusia seseorang untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Dalam UUD NKRI 1945, hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan dapat dibatasi oleh pemerintah dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis. 23 Hal ini dikarenakan hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan bukanlah hak yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun (non derogable rights). 24 Ketiga, penjatuhan hukuman kebiri adalah pilihan bagi hakim dan bukan kewajiban bagi hakim. Dalam

Perpu tersebut diatur bahwa hakim dapat menjatuhkan hukuman kebiri. 25 Artinya, hakim bisa untuk tidak menjatuhkan hukuman kebiri

kepada pelaku kekerasan seksual terhadap anak.Hakim diberikan wewenang untuk memberikan hukuman kepada pelaku sesuai dengan kebijaksanaannya.

22 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160525_indonesia_perpu_keker asan_seksual dikunjungi pada tanggal 20 juli pukul 10.00.

23 Ps. 28J ayat (2) UUD NKRI 1945 24 Ps. 28I ayat (1) UUD NKRI 1945

25 Ps. 81 ayat (7) Perpu No. 1 Tahun 2016

Keempat, hakim tidak bisa menjatuhkan hukuman kebiri bagi setiap pelaku kekerasan seksual. Dalam Perpu No. 1 Tahun 2016, diatur bahwa hukuman kebiri hanya dapat dijatuhkan bagi pelaku kekerasan seksual yang menimbulkan korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pelaku dipidana mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10

(sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun. 26 Artinya, bila pelaku tersebut tidak termasuk dalam kategori ini, maka dia tidak bisa

dikenakan hukuman kebiri.Sehingga, dapat dikatakan hukuman kebiri sudah diatur sedemikian rupa agar hukuman kebiri tidak bisa asal dijatuhkan kepada pelaku kekerasan seksual terhadap anak, namun harus dibuktikan terlebih dahulu apakah pelaku tersebut termasuk dalam kategori pelaku yang dapat dikenakan hukuman kebiri .

Alasan yang terakhir, hukuman kebiri sudah dilaksanakan di berbagai negara. Pada zaman sekarang, hukuman kebiri diberlakukan di Ceko, Jerman, Moldova, Estonia, Argentina, Australia, Israel, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, serta beberapa negara bagian di Amerika

Serikat. 27 Sehingga, hukuman kebiri bukanlah hukuman yang baru dalam hukum acara pidana

a. Australia Barat

26 Ps. 81 ayat (5) Perpu No. 1 Tahun 2016 27 Ini Efek Hukuman Kebiri Kimiawi pada

Tubuh”, http://health.kompas.com/read/2016/05/25/200500123/ini.efek.hukuman.kebiri.kimiawi.p ada.tubuh diakses pada 27 Juni 2016

Banyaknya kasus pedofilia yang terjadi mendorong pembuat kebijakan di beberapa daerah di Australia untuk merumuskan hukuman baru sebagai solusi.Kelompok kerja yang terdiri atas pemerintah, kelompok korban perkosaan, dan otoritas kesehatan yang pertama kali mengeluarkan ide pengebirian atau kastrasi dengan menggunakan obat. Diharapkan senyawa kimia dalam obat dapat menekan libido pelanggar hukum dan menghilangkan hasrat seksualnya. Pengadilan di Queensland, New South Wales, dan Australia barat akan menjadi daerah yang mengadopsi pola hukuman ini. Hukuman ini melengkapi hal lain seperti di antaranya memberatkan hukuman untuk berbagai bentuk pelecehan anak. Pemerintah juga menambahkan hakim spesialis dan dukungan untuk korban di pengadilan.

Pemerintah setelah melihat data statistik yang menunjukkan hampir sekitar 17 persen pelaku pelanggar seksual anak akan berulah lagi dalam jangka waktu dua tahun. Ia ingin melakukan segala cara untuk mengurangi jumlah tersebut. Menanggapi hal ini, Brett Collin dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) Justice Action berkomentar bahwa masalah pedofil lebih kompleks dan tak bisa diselesaikan hanya dengan obat. Ia menekankan bahwa terkadang obat tak efektif menahan libido.

1. Dasar Hukum

a. Indonesia Peraturan pemerintah pengganti undang-undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang perrubahan kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak. Perppu ini memperberat sanksi bagi pelaku kejahatan seksual, yakni hukuman mati, penjara seumur hidup, maksimal 20 tahun penjara dan minimal 10 tahun penjara. Perppu juga mengatur tiga sanksi tambahan, yakni kebiri kimiawi, pengumuman identitas ke publik, serta pemasangan alat deteksi elektronik.

Perppu ini mengubah dua pasal dari UU sebelumnya yakni pasal

Dokumen yang terkait

3.2. Setting Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe Siswa Kelas II

0 0 27

4.1.1. Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe Siswa Kelas II SDN 1 Kemloko Kabupa

0 0 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe Siswa Kelas II SDN 1 Kemloko Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahu

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe Siswa Kelas II SDN 1 Kemloko Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahu

0 0 99

BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kota Salatiga

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Tujuan Hukum a. Pengertian Hukum - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kota Salatiga

0 0 10

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS a. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian a. Letak Geografis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kota Salatiga

0 0 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sanksi Pidana Denda bagi Korporasi sebagai Pelaku Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat: Studi Kasus Putusan Nomor 04/P

0 0 20

BAB II PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Tinjuan Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sanksi Pidana Denda bagi Korporasi sebagai Pelaku Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat: Studi Kasus Putu

0 0 60

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Pengaturan tentang Pidana Kebiri Kimia di Indonesia dan Australia Barat

0 0 11