PERBEDAAN SABAR PADA TIPE KEPRIBADIAN EK

PERBEDAAN SABAR PADA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Disusun Oleh: Rachma Fatmawati 1309015078

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2017

Perbedaan Sabar pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Rachma Fatmawati

rachmafatma01@gmail.com

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Abstrak

Kepribadian merupakan bagian dari jiwa, yang dipahami secara utuh dan dilihat dari konteks tingkah laku, pikiran, perasaan serta kegiatan individu (Alwisol, 2012). Sabar merupakan respon awal yang aktif pada individu dalam menahan pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai/norma yang berlaku dengan tujuan kebaikan (El Hafiz dkk, 2015). Sabar merupakan salah satu nilai yang dapat dilihat dan dipahami dengan melihat tingkah laku, pikiran, perasaan dan perkataan yang ada pada setiap kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan sabar pada individu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 212 subjek, yang terdiri dari 59 (27.8 %) responden laki-laki dan 153 (72.2 %) responden perempuan. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu: EPI ( Eysenck’s Personality Inventory) From-A dan Pengukuran Kompetensi Sabar (El Hafiz, 2015). Teknik analisa data pada penelitian ini adalah Independent-Sample T -Test. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Maka, dapat disimpulkan bahwa nilai sabar dimiliki oleh dua tipe kepribadian tersebut.

Kata Kunci: Sabar, Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Kata Pengantar

Assalamua’laikum. Wr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah wa Syukurillah Penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan Iman dan Islam, kesehatan dan ilmu yang bermanfaat serta keberkahan dan kemudahan yang diberikan dalam proses pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir. Sholawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman jahilia ke zaman yang terang benderang. Terwujudnya skripsi penulis yang berjudul

“Perbedaan Sabar pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert” ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah ikut mendoakan, mendukung, mendorong, dan membimbing penulis, baik support, tenaga, ide-ide, dan juga pikiran. Untuk itu

dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Yulmaida Amir, MA., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

2. Ibu Anisia Kumala, Lc., M.Psi., Psikolog selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

3. Bapak Subhan El Hafiz, S.Psi., M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

4. Bapak Fahrul Rozi, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmunya, dan mengarahkan saya dalam

ii ii

5. Ibunda Dra. Aisyah Ramadhani, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah meluangkan waktu, memberikan ilmunya, dan membimbing saya selama perkuliahan dari semester awal hingga saat ini. Terimakasih Bu, semoga Allah SWT membalas dengan keberkahan semua kebaikan Ibu.

6. Ibu Yulistin Tresnawaty, S.Psi., M.Si., Ibu Dewi Trihandayani, M.Psi., Psikolog., Ibu Puti Archianti, M.Psi., Psikolog., dan Ibu Dra. Lila Pratiwi, M.Si. yang telah memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan dari semester awal hingga semester akhir. Terimakasih Bu, semoga Allah SWT membalas dengan keberkahan semua kebaikan Bapak dan Ibu.

7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA yang telah memberikan hal-hal terbaik kepada mahasiswa/i angkatan 2013 selama proses perkuliahan hingga akhir.

8. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, memberikan perhatian dan kasih sayang serta membantu secara moril dan materil.

9. Bagus Arya Novendri yang telah mendampingi dengan memberikan banyak support dan bantuan dalam melewati proses perkuliahan dari awal semester hingga saat ini.

iii

10. Syobrina Chusnul Hafifah dan Taufiq Aji Suryowibowo yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

11. Elis Sumiyati, Maudy Audina, Arlin Ismarlianti, Lutfiyah Hani, Mutiara Farida, dan Sri Silowati yang telah menjadi teman-teman terbaik dari semester awal hingga saat ini.

12. Seluruh teman kelas C yang memberi tawa dan canda dalam melewati hari- hari perkuliahan dari semester awal hingga saat ini.

13. Ernawati yang telah menjadi teman baik dari masa SMA hingga saat ini.

14. Teman-teman seperjuangan, seluruh mahasiswa/i angkatan 2013.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Thanks all.

iv

Daftar Pustaka ................................................................................................... 46 LAMPIRAN

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa dewasa muda merupakan saat untuk mencapai kemandirian pribadi dan ekonomi bagi seorang individu (Santrock, 2012). Periode perkembangan masa dewasa muda, terjadi pada rentang usia 20 hingga 40 tahun (Papalia dkk, 2009). Masa dewasa ini, ditandai oleh adanya stabilitas dan perubahan dalam hal perangai dan kelekatan yang berlangsung dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Pernyataan tersebut didukung oleh para peneliti pada masanya, yang menemukan keterkaitan antara tempramen yang ditunjukan pada masa kanak-kanak dengan kepribadian yang terbentuk dimasa dewasa (Santrock, 2012).

Sifat dan gaya kepribadian seorang individu pada masa dewasa muda menjadi relatif stabil (Papalia dkk, 2009). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Caspi, dkk yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat stabilitas yang relatif tinggi pada pengukuran trait kepribadian sepanjang masa dewasa, hasil penelitian ini diperoleh dari pengukuran trait kepribadian yang sama pada periode waktu yang berbeda dengan hasil yang tetap signifikan (Corvone & Pervin, 2012).

Kepribadian merupakan karakteristik seorang individu yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku ketika berhadapan dengan peristiwa atau kejadian yang hampir sama (Pervin dkk, 2010). Menurut Allport sendiri karakter adalah kepribadian, dan kepribadian adalah karakter, Kepribadian merupakan karakteristik seorang individu yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku ketika berhadapan dengan peristiwa atau kejadian yang hampir sama (Pervin dkk, 2010). Menurut Allport sendiri karakter adalah kepribadian, dan kepribadian adalah karakter,

Terdapat salah satu pendeketan trait terhadap kepribadian yaitu, dimensi extroversion yang ada dalam Faktor Trait Lima Besar (Big Five). Individu yang tinggi dalam dimensi ini dikatagorikan sebagai individu yang cenderung miliki tipe kepribadian ekstrovert, sedangkan individu yang rendah dalam dimensi ini dikatagorikan sebagai individu yang cenderung memiliki tipe kepribadian introvert (Friedman & Schustack, 2011).

Menurut Eysenk, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert secara umum memiliki karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi yang baik, bersifat impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta sifat- sifat yang mengindikasi pada hubungan baik dengan orang lain. Sedangkan, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki karakteristik utama yang pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, berhati-hati, tertutup, penuh perhatian, pesismis, damai, tenang, dan terkontrol (J. Feist & G.Feist, 2011).

Perbedaan karakteristik yang saling bertolak belakang membuat individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memanifestasikan peristiwa atau kejadian yang mereka hadapi dengan respon yang berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan Russel Geen, menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki performa yang baik ketika belajar pada tingkat kebisingan yang tinggi. Berbanding terbalik pada individu dengan tipe kepribadian introvert yang Perbedaan karakteristik yang saling bertolak belakang membuat individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memanifestasikan peristiwa atau kejadian yang mereka hadapi dengan respon yang berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan Russel Geen, menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki performa yang baik ketika belajar pada tingkat kebisingan yang tinggi. Berbanding terbalik pada individu dengan tipe kepribadian introvert yang

Hal yang dianggap sebuah kesulitan akan berbeda pada individu yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, meski dengan kondisi, peristiwa atau kejadian yang mereka hadapi adalah sama. Sabar yang dimiliki oleh setiap individu memberikan energi untuk memikul berbagai kesulitan yang timbul karena rintangan-rintangan yang muncul, seperti penderitaan dan cobaan serta perjuangan dalam menghadapi hal-hal negatif yang berasal dari dalam diri individu yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert (Malahayati, 2002).

Sabar dikatakan sebagai usaha awal seorang individu dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dengan maksud tujuan yang baik. Hal tersebut disertai dengan munculnya sifat optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk mendapatkan alternatif solusi, konsisten dalam setiap usahanya, dan tidak mudah mengeluh atas setiap proses yang ada, serta mampu memaafkan segala sesuatu yang membuat usahanya semakin sulit (El Hafiz dkk, 2015).

Sabar memiliki unsur-unsur yang dikatagorikan pada dua komponen, yaitu komponen utama dan komponen pendukung. Komponen utama dalam konsep sabar berfungsi untuk menentukan apakah seorang individu memiliki kesabaran atau tidak. Sedangkan, komponen pendukung dalam konsep sabar berfungsi dalam menentukan tingkat kesabaran seorang individu tersebut (El Hafiz dkk, 2015).

Sifat-sifat yang menjadi komponen utama dan komponen pendukung dalam konsep sabar, ditemukan pada sifat-sifat yang juga dikatakan sebagai karakteristik pada tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert. Beberapa sifat yang menjadi komponen utama atau komponen pendukung dalam konsep sabar ditemukan pada karakteristik tipe kepribadian ekstrovet dan sebagian lainnya juga ditemukan pada karakteristik tipe kepribadian introvert.

Salah satu komponen utama dalam konsep sabar adalah kemampuan dalam menahan emosi. Individu dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu menahan emosi positif maupun negatifnya sehingga dapat mengontrol diri dalam bertindak dan berkata untuk berpendapat dan menyatakan perasaannya. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert lebih memiliki kemampuan dalam menahan emosi daripada individu dengan tipe kepribadian ekstrovert (Eysenck & Wilson, 1980).

Selanjutnya adalah sifat konsisten, yang menjadi salah satu komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Menurut Eysenck, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat yang tidak mudah berubah-ubah (Cervone & Pervin, 2011). Individu sebaliknya adalah individu dengan tipe kepribadian ekstrovert yang memiliki sifat mudah berubah-ubah pikirannya (Eysenck & Wilson, 1980). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert konsisten dalam berperilaku atau dalam usaha untuk mencapai tujuan.

Karakteristik tipe kepribadian ekstrovert salah satunya adalah optimis, yang juga menjadi komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Individu dengan tipe Karakteristik tipe kepribadian ekstrovert salah satunya adalah optimis, yang juga menjadi komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Individu dengan tipe

Selain optimis, semangat mencari ilmu atau informasi termasuk sebagai komponen pendukung dalam kompetensi sabar, yang juga ditemukan dalam karakteristik tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan tipe kepribadian tersebut memiliki sifat semangat, khususnya semangat dalam menjalankan aktivitas dan setiap usahanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980). Hal ini didukung oleh Jung yang menjelaskan dalam tipe ekstrovert-perasaan, bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat semangat (Semiun, 2017)

Bila dilihat berdasarkan komponen pendukung yang berfungsi untuk melihat tingkat perbedaan nilai sabar pada seorang individu. Tipe kepribadian ekstrovert memiliki nilai sabar yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan tipe kepribadian introvert. Namun, bila dilihat berdasarkan kedua unsur dalam konsep sabar, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki komponen utama atau kompenen pendukung secara seimbang. Hal ini, menunjukkan bahwa nilai sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert adalah sama.

Sifat-sifat yang ada dalam komponen utama atau komponen pendukung dalam konsep sabar, ditemukan juga pada karakteristik tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert. Namun, tidak secara menyeluruh sifat-sifat yang menjadi unsur- unsur dalam konsep sabar dimiliki oleh salah satu tipe kepribadian tersebut. Hal ini, menunjukkan bahwa nilai sabar dimiliki oleh kedua tipe kepribadian tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, nilai sabar pada dasarnya ada pada setiap diri individu dan nilai ini bisa digunakan oleh siapapun selagi individu tersebut memiliki keinginan dan usaha untuk mengunakan nilai sabar ini sebagai respon dalam menghadapi setiap kejadian atau peristiwa. Individu dengan kecenderungan ekstrovert memiliki kesabaran dalam diri karena mereka cenderung memiliki respon yang santai terhadap setiap kejadian atau peristiwa yang mereka hadapi, lebih memilih untuk berpandangan bahwa hal tersebut tidak begitu berpengaruh banyak untuk hidupnya meski kejadian tersebut tidak menyenangkan bagi mereka, dan mereka memilih tetap menjalankan tanpa berpikir banyak dan tetap berusaha untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Namun, individu dengan kecenderungan introvert pun memiliki kesabaran dalam diri karena mereka juga cenderung memiliki kemampuan untuk menahan emosi, perkataan, dan perilaku negatifnya dalam menghadapi sebuah kejadian atau peristiwa, tetapi terkadang emosi dalam dirinya disimpan sendiri dan lebih banyak memilih diam serta berpikir yang pada akhirnya mengarahkan mereka untuk intropeksi diri terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak sesuai harapan tersebut, lalu memaafkan orang lain yang memiliki andil dalam terjadinya kejadian atau peristiwa tersebut.

Peneliti merasa bahwa penelitian ini penting dilakukan untuk membuktikan kebenaran bahwa nilai sabar ini dimiliki oleh salah satu dari kepribadian tersebut atau dimiliki oleh keduanya. Selain itu, variabel sabar dengan tipe kepribadian ini belum pernah diangkat atau digunakan untuk sebuah penelitian. Hal tersebut membuat peneliti merasa tertarik untuk mendalami konsep sabar yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert, sehingga penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuan mengenai konsep sabar yang ada pada kedua tipe kepribadian tersebut

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Apakah ada perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

“Melihat perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert”

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada penjabaran diatas, maka manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuhan mengenai karakteristik yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuan mengenai konsep sabar yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu membantu setiap individu dalam memahami konsep sabar sebenarnya.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan nilai sabar yang ada pada setiap individu, dengan tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepribadian

2.1.1 Definisi Kepribadian

Istilah kepribadian adalah gambaran yang diperlihatkan seorang individu dengan apa adanya ketika berperilaku, tanpa melihat dengan penilaian yang memasukan unsur-unsur norma (Fudyartanta, 2012). Kepribadian merupakan bagian dari jiwa yang dipahami secara utuh dan dilihat dari konteks tingkah laku, pikiran, perasaan, serta kegiatan seorang individu (Alwisol, 2012).

Eysenk menjelaskan bahwa kepribadian tersusun atas perilaku-perilaku yang muncul dan terorganisasi berdasarkan keumuman dan kepentingannya. Pertama yaitu spesific response, spesific response adalah dimana seorang individu bertindak dalam merespon suatu keadaan atau sebuah peristiwa. Kedua adalah habitual , yaitu sebuah tindakan atau respon-respon yang dilakukan secara berulang- ulang dalam menghadapi keadaan atau peristiwa yang hampir sama. Ketiga adalah trait , trait merupakan habitual yang cenderung ada pada individu tertentu. Kelima adalah type, yaitu organisasi yang ada pada individu secara umum (Suryabarata, 1993).

2.1.2 Faktor-Faktor Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Eysenck dan Wilson (1980) menjelaskan beberapa faktor yang akan memperlihatkan perbedaan karakteristik individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, yaitu:

1. Aktifitas

Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dengan karateristik umum, seperti aktif dan berenergi. Hal ini disebabkan karena mereka menyukai seluruh jenis aktivitas fisik, termasuk kerja keras dan latihan. Mereka cenderung akan bangun pagi-pagi, bergerak dengan cepat dari satu aktivitas kepada aktivitas lainnya, dan mengejar berbagai macam kepentingan dan minat atau tujuan mereka. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat aktivitas yang rendah karena mereka cenderung tidak aktif secara fisik, lesu dan mudah letih. Mereka bergerak dengan langkah yang santai dan lebih menyukai hari libur yang tenang dan penuh istirahat.

2. Kesukaan Bergaul

Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat kesukaan bergaul yang tinggi. Mereka digambarkan cukup berterus terang kepada orang lain atau terbuka, suka mencari teman, menyukai kegiatan-kegiatan sosial, pesta-pesta, dan dansa-dansa. Selain itu, mereka juga mudah akrab dengan orang-orang baru yang dijumpai atau dikenal dan pada umumnya cukup bergembira serta merasa senang dalam situasi keramaian atau banyak orang.

Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat kesukaan bergaul yang rendah karena mereka lebih suka memiliki beberapa teman khusus yang sesuai dengan dirinya, menyenangi kegiatan-kegiatan menyendiri, seperti membaca dan mereka merasa agak kesulitan untuk mencari topik yang akan dibicarakan atau membuka suatu percakapan serta cenderung menarik diri dari kontak-kontak sosial yang menekan atau tidak membuat nyaman bagi mereka.

3. Keberanian Mengambil Resiko

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat keberanian pengambilan resiko yang tinggi karena mereka senang hidup dalam bahaya, mereka mencari pekerjaan yang memberikan imbalan yang baik dan hanya sedikit memperdulikan atau memikirkan konsekwensi yang mungkin merugikan untuk mereka. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat keberanian pengambilan resiko yang lebih rendah karena lebih menyukai rutinitas kebiasaan mereka, keamanan dan keselamatan untuk mereka meskipun mengorbankan suatu hal yang dianggap kesenangan atau kegembiraan dalam hidup.

4. Penurutan Dorongan Hati

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penurutan dorongan hati yang tinggi karena mereka cenderung bertindak secara mendadak tanpa berpikir telebih dahulu, membuat keputusan secara terburu-buru, kadang gegabah atau membahayakan, biasanya tidak berpikir apa-apa sama sekali dan tidak berpendirian tetap atau tidak konsisten. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian intovert memiliki tingkat penurutan dorongan hati yang rendah karena Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penurutan dorongan hati yang tinggi karena mereka cenderung bertindak secara mendadak tanpa berpikir telebih dahulu, membuat keputusan secara terburu-buru, kadang gegabah atau membahayakan, biasanya tidak berpikir apa-apa sama sekali dan tidak berpendirian tetap atau tidak konsisten. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian intovert memiliki tingkat penurutan dorongan hati yang rendah karena

5. Pernyataan Perasaan

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penyataan perasaan lebih tinggi karena hal ini berhubungan dengan kecenderungan umum individu untuk memperlihatkan emosinya ke arah luar dan secara terbuka seperti duka cita, kemarahan, ketakutan, kecintaan, dan kebencian. Mereka cenderung sentimental, simpatik, mudah merubah pendirian atau tidak konsisten dan demonstratif. Sementara, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat penyataan perasaan yang rendah karena mereka sangat pandai menguasai diri, tenang, tidak memihak, dan pada umumnya dapat mengontrol diri pada saat menyatakan pendapat dan perasaan.

6. Kedalaman Berpikir

Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat kedalaman berpikir yang rendah karena mereka memiliki bakat untuk bekerja, lebih tertarik untuk melakukan berbagai hal daripada memikirkan hal-hal tersebut. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat kedalam berpikir yang tinggi karena mereka cenderung tertarik pada ide-ide, diskusi-diskusi, dan spekulasi-spekulasi serta pada umumnya mereka suka berpikir dan introspeksi.

7. Tanggung Jawab

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat tanggung jawab yang lebih rendah karena mereka cenderung tidak menyukai hal yang resmi, terlambat dalam menepati janji-janji, berubah-ubah pendirian atau tidak konsisten, dan memiliki kemungkinan untuk tidak bertanggung jawab secara sosial. Sementara, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkatan tanggung jawab yang lebih tinggi karena mereka cenderung berhati-hati, teliti, dapat dipercaya, dapat dijadikan andalan, dan sungguh-sungguh.

2.1.3 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Individu yang tinggi dalam dimensi ekstroversion dikatakan sebagai individu dengan tipe kerpibadian ekstrovert dan individu yang rendah pada dimensi ekstraversion dikatakan sebagai individu dengan tipe kerpibadian introvert (Friedman & Schustack, 2011).

2.1.4 Karakteristik Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Eysenck mendeskripsikan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dengan beberapa karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi, bersifat impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta sifat- sifat lain yang mengindikasi pada hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki karateristik utama, yaitu sifat pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian, pesimis, damai, tenang, dan terkontrol (J. Feist & G. Feist, 2011).

2.2 Sabar

2.2.1 Definisi Sabar

Sabar memiliki arti mencegah dan menghalangi, yang berati sabar adalah menahan diri untuk tidak berkeluh kesah ketika mengahadapi kesulitan, rintangan, dan berhadapan dengan hal-hal yang tidak disenangi oleh dalam diri, mencegah lisan untuk mengeluh akan hal tersebut, dan menghalangi setiap anggota tubuh untuk tidak merusak diri, barang ataupun menyakiti orang lain (Al-Jauziyah, 2006).

Sabar merupakan ungkapan dalam menyebut ketahanan dorongan agama agar mampu menghadapi dorongan hawa nafsu. Ketahanan individu tersebut adalah ketika individu menghadapi keinginan-keinginan dalam diri yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada dalam sebuah agama, yang biasa disebut dengan larangan-larangan dalam koridor agama (Khalid, 2006).

Selain itu, kesabaran adalah sebuah kompetensi yang dimiliki individu dalam memberikan energi untuk memikul berbagai kesulitan yang timbul karena rintangan-rintangan yang muncul, penderitaan, cobaan, dan usaha dalam menghadapi hal-hal negatif yang berasal dari luar diri maupun dalam diri, seperti menghadapi hal-hal yang tidak disenangi oleh individu tersebut (Malahayati, 2002).

Hasil penelitian yang diambil dari berbagai perspektif agama, sabar memiliki berbagai macam makna, yaitu pengendalian diri dalam konteks emosi dan keinginan dalam diri, memiliki usaha untuk mengatasi masalah, bertahan dalam menghadapi penderita maupun kesulitan, merasakan kepahitan hidup tanpa Hasil penelitian yang diambil dari berbagai perspektif agama, sabar memiliki berbagai macam makna, yaitu pengendalian diri dalam konteks emosi dan keinginan dalam diri, memiliki usaha untuk mengatasi masalah, bertahan dalam menghadapi penderita maupun kesulitan, merasakan kepahitan hidup tanpa

Sabar sebagai usaha awal seorang individu dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dengan tujuan kebaikan yang disertai dengan munculnya sifat optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk mendapatkan alternatif solusi, konsisten dalam setiap proses usahanya, dan tidak mudah mengeluh atas setiap rintangan atau kesulitan yang dihadapi serta memaafkan akan segala sesuatu yang membuat usahanya semakin sulit (El Hafiz dkk, 2015).

2.2.2 Komponen Utama Sabar

Komponen utama adalah konsep utama dalam nilai sabar, dimana seorang individu mampu memiliki empat komponen utama sebagai berikut. Pertama adalah menahan emosi, pikiran, perkataan dan perilaku sebagai respon awal individu tersebut; Kedua adalah dimana individu memiliki keaktifan dalam mencari ilmu atau solusi. Ketiga adalah setiap tindakan atau perilakunya didasarkan pada ketaatan dan kepatuhan pada aturan; Keempat adalah setiap tindakan atau perilakunya bertujuan kebaikan sehingga nilai sabar yang dimiliki individu dengan tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert tersebut mampu memberikan kebaikan pada diri sendiri maupun kepada orang lain (El Hafiz dkk, 2015).

2.2.3 Komponen Pendukung Sabar

Berdasarkan konsep sabar yang disusun oleh El Hafiz dkk (2015) dijelaskan bahwa sabar memiliki aspek-aspek yang menjadi komponen pendukung dalam kompetensi sabar, yaitu:

1. Optimis

Optimis dalam kompetensi sabar disini adalah dimana seorang individu memiliki pemikiran positif terhadap proses usaha dalam mencari jalan keluar untuk setiap masalah, ataupun dalam proses usaha untuk mencapai setiap tujuan yang diinginkan.

2. Pantang Menyerah

Pantang menyerah disini adalah dimana seorang individu mampu menjalani atau melewati kesulitan dan rintangan untuk tetap mencoba mencari alternatif solusi agar dapat menyelesaikan setiap permasalahan, maupun dalam menghadapi kegagalan pada proses usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Semangat Mencari Ilmu atau Informasi

Semangat mencari ilmu atau informasi disini adalah dimana seorang individu memiliki semangat yang tinggi dalam mencari ilmu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya ataupun mencari informasi untuk mendapatkan alternatif solusi agar dapat menyelesaikan setiap permasalahan.

4. Konsisten

Konsisten dalam kompetensi sabar yang dimaksud adalah dimana individu tidak mudah berubah-ubah pikiran ataupun perilakunya, meski terdapat berbagai rintangan yang menyulitkan maupun godaan yang menyenangkan, dan individu tersebut mampu tetap fokus ketika menjalankan proses usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Tidak Mudah Mengeluh

Tidak mudah mengeluh disini adalah dimana seorang individu tidak mudah mengeluh atas setiap kesulitan atau rintangan, bahkan kegagalan ketika dalam menjalani proses usaha untuk menyelesaikan setiap permasalah ataupun proses usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

6. Memaafkan

Memaafkan disini yaitu ketika seorang individu mampu memaafkan segala kesalahan yang dilakukannya dalam proses usaha sebelumnya dan memaafkan kesalahan orang lain yang menjadikan usaha yang dilakukan mendapati kesulitan atau bahkan kegagalan.

2.3 Hubungan Antar Variabel

Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bereaksi yang mengarahkan individu kesebuah karakter, ia menyatakan bahwa setiap individu memiliki sikap ekstrovert dan introvert meskipun hanya satu yang dapat aktif pada saat sikap lainnya tidak aktif (J. Feist & G. Feist, 2014). Berdasarkan perbedaan Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bereaksi yang mengarahkan individu kesebuah karakter, ia menyatakan bahwa setiap individu memiliki sikap ekstrovert dan introvert meskipun hanya satu yang dapat aktif pada saat sikap lainnya tidak aktif (J. Feist & G. Feist, 2014). Berdasarkan perbedaan

Salah satu komponen utama dalam konsep sabar adalah kemampuan dalam menahan emosi. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam faktor penyataan perasaan, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung sentimental dengan memperlihatkan emosinya, emosi positif ataupun emosi negatif. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert sangat pandai menguasai diri khususnya dalam mengelola emosinya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu dalam mengelola emosi ketika berhadapan dengan situasi yang tidak sesuai harapan atau bahkan sebuah permasalah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ratnaningsing (2015) yang menghasilkan kesimpulan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu mengelola emosinya dibandingkan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Selain itu, ditemukan hasil penelitian Usman (2016) yang menghasilkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sabar dengan kontrol diri. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kompetensi sabar yang baik juga memiliki kontrol diri yang baik. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam faktor pernyataan perasaan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert Selain itu, ditemukan hasil penelitian Usman (2016) yang menghasilkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sabar dengan kontrol diri. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kompetensi sabar yang baik juga memiliki kontrol diri yang baik. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam faktor pernyataan perasaan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert

Ditemukan juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara kontrol diri dengan perilaku agresi, yang berarti semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki oleh seorang individu maka semakin rendah perilaku agresi individu tersebut (Auliya & Nurwidawati, 2014). Sedangkan, Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) menghasilkan kesimpulan bahwa semakin tinggi kecenderungan ekstrovert pada seorang individu akan semakin tinggi perilaku agresinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki kompetensi sabar yang baik karena memiliki kontrol diri yang juga baik dibandingkan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Menurut Burger (2011) individu dengan tipe kepribadian ekstrovert seringkali bertindak tanpa berpikir, sehingga sering kali masuk dalam sebuah permasalahan atau konflik. Berdasarkan hasil penelitian Subandi (2011), salah satu makna dari sabar adalah ketika seorang individu memiliki usaha untuk mengatasi masalah atau konflik dan memiliki kegigihan dalam usaha penyelesaian masalah atau konflik tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyatno & Wahyuningsih (2005) menunjukkan bahwa kemampuan mengelola konflik ini cenderung dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian introvert dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Selanjutnya adalah sifat konsisten, sifat ini merupakan salah satu sifat yang ada pada komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Menurut Eysenck, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat yang konsisten karena tidak mudah berubah-ubah (Cervone & Pervine, 2011). Individu sebaliknya adalah individu dengan tipe kepribadian ekstrovert yang memiliki sifat mudah berubah- ubah pikirannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert konsisten dalam berperilaku juga dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980).

Salah satu karakteristik dari tipe kepribadian ekstrovert adalah optimis, yang juga menjadi komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat optimis, sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat pesimis (Eysenck & Wilson, 1980). Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert akan optimis dalam menjalankan setiap usahanya hingga individu tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Selain optimis, semangat mencari ilmu atau informasi termasuk sebagai komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Sifat tersebut juga ditemukan dalam karakteristik tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan tipe kepribadian tersebut memiliki sifat semangat, khususnya semangat dalam menjalankan aktivitas dan setiap usahanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980). Hal ini didukung oleh Jung yang menjelaskan dalam tipe ekstrovert-perasaan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat semangat (Semiun, 2017)

Dipahami berdasarkan komponen pendukung dalam kompetensi sabar yang berfungsi untuk melihat tingkat kesabaran seorang individu, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai sabar pada kedua tipe kepribadian tersebut. Aspek-aspek yang dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert lebih banyak dibandingkan tipe kepribadian introvert. Maka, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert kemungkinan memiliki nilai sabar yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan tipe kepribadian introvert.

Namun, bila dipahami dari komponen utama atau komponen pendukung dalam konsep sabar, nilai sabar yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert tidak ditemukan perbedaan. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur yang ada dalam konsep sabar, dimiliki oleh kedua tipe kepribadian tersebut secara seimbang.

2.4 Hipotesa

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya, yaitu:

HA: Adanya perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert

HO: Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang merupakan metode untuk menguji teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Hal ini biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data-data yang diperoleh berupa angka-angka agar dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Creswell, 2013).

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari orang dan objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel sabar sebagai independent variable dan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert sebagai dependent variabel. Menurut Sarwono (2006) independent variable merupakan variabel bebas yang memberikan stimulus dan dapat diukur, sehingga dipilih untuk menentukan hubungan dengan suatu gejala yang diobservasi. Sedangkan, dependent variable adalah variabel terikat yang menjadi reaksi atau respon sehingga dapat diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh independent variabel.

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Tipe kepribadian ekstrovert memiliki karakteristik sifat yang mengarahkan pada hubungan baik dengan orang lain, sedangkan tipe kepribadian introvert memiliki karakteristik sifat yang berfokus pada diri sendiri sehingga kurang baik ketika berhadapan dengan hubungan sosial.

3.3.2 Sabar

Sabar merupakan respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dalam berbagai situasi untuk tujuan kebaikan. Hal tersebut disertai dengan munculnya nilai optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk mendapatkan alternatif solusi, konsisten dan tidak mudah mengeluh serta memaafkan.

3.4 Subjek Penelitian

Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah subjek yang berada pada masa dewasa muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang akan dikatagorikan dalam dua tipe kepribadian, yaitu individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

3.5 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan nonprobability sampling atau yang biasa disebut dengan sampel tidak acak, yang berarti tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa dipilih sebagai sampel (Darmawan, 2014). Sedangkan, teknik sampling pada Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan nonprobability sampling atau yang biasa disebut dengan sampel tidak acak, yang berarti tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa dipilih sebagai sampel (Darmawan, 2014). Sedangkan, teknik sampling pada

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1 Instrumen Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Instrumen tes kepribadian pada penelitian ini menggunakan EPI ( Eysenck’s Personality Inventory ) From-A. Instrumen pengukuran tersebut merupakan adaptasi dari alat tes EPI ( Eysenck’s Persoality Inventory) From-A dari Eysenck & Eysenck, yang telah diadaptasi dan dibakukan oleh Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. EPI From-A digunakan untuk menggolongkan seorang individu ke dalam dua tipe kepribadian ekstrovert dan introvert den gan pilihan jawaban dikotomi “YA” dan “TIDAK”. Alat ukur ini memiliki 56 aitem yang terdiri dari aitem ekstroversion sebanyak 23 aitem, aitem lie sebanyak 9 aitem, dan aitem neuroticism sebanyak 24 aitem.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dimens ekstroversion yang menggolongkan seorang individu pada penilaian ekstrovert dan introvert, hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian. Peneliti mengambil 23 aitem pertanyaan mengenai tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, jawaban responden disesuai dengan kunci jawaban dari tes kepribadian tersebut. Pada jenis pertanyaan affirmative ekstroversion , responden yang memilih jawaban “YA” diberi nilai “1” dan jawaban “TIDAK” diberi nilai “0”. Sedangkan, pada jenis pertanyaan negative Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dimens ekstroversion yang menggolongkan seorang individu pada penilaian ekstrovert dan introvert, hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian. Peneliti mengambil 23 aitem pertanyaan mengenai tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, jawaban responden disesuai dengan kunci jawaban dari tes kepribadian tersebut. Pada jenis pertanyaan affirmative ekstroversion , responden yang memilih jawaban “YA” diberi nilai “1” dan jawaban “TIDAK” diberi nilai “0”. Sedangkan, pada jenis pertanyaan negative

Skoring pada tes ini dilakukan apabila jawaban pada aitem Lie tidak lebih dari 5 ( skor ≤ 5), aitem ini merupakan skala yang dibuat untuk melihat apakah seseorang menjawab dengan jujur dan menghindari seseorang pura-pura baik (faking good) terhadap jawabannya. Selain itu, apabila skor akhir responden pada skala ekstroversion ≥ 12, subjek tersebut dikatagorikan sebagai individu yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert. Sebaliknya, apabila skor akhir responden pada aitem ekstroversion ≤ 11, subjek tersebut dikatagorikan sebagai individu yang memiliki tipe kepribadian introvert.

Tabel 3.1 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Dimensi

Item

No. Item

3.6.2 Instrumen Sabar

Penelitian ini menggunakan instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar yang disusun oleh El Hafiz, dkk pada tahun 2015. Skala tersebut disusun berdasarkan definisi psikologi kesabaran, yaitu usaha awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dengan tujuan yang baik dalam menghadapi berbagai situasi. Hal tersebut disertai Penelitian ini menggunakan instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar yang disusun oleh El Hafiz, dkk pada tahun 2015. Skala tersebut disusun berdasarkan definisi psikologi kesabaran, yaitu usaha awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dengan tujuan yang baik dalam menghadapi berbagai situasi. Hal tersebut disertai

Instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar dalam penelitian ini terdiri dari

16 item dengan jenis skala likert yang terdiri dari empat respon jawaban, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Reliabilitas instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar ini memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,830. Berdasarkan hal tersebut, instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar ini dapat digunakan dalam penelitian dan data yang diperoleh dapat dianalisis.

Tabel 3.2 Blue Print Skala Sabar Item

Dimensi Jumlah

Favorable

Unfavorable

2 Pantang Menyerah

2 Tidak Mengeluh

9 20 2 Mencari Ilmu/Informasi 6, 12, 13, 14, 16

Total

3.7 Metode Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Independent Sample T-Test yang digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antara efek sehingga digunakan Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Independent Sample T-Test yang digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antara efek sehingga digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Orientasi Kancah

Dalam penelitian ini, subjek yang dijadikan responden memiliki karakteristik sebagai berikut: subjek berada pada masa dewasa muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun, yang akan dikatagorikan ke dalam dua katagori tipe kepribadian, yaitu individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan individu dengan tipe kepribadian introvert. Responden yang mendapatkan skor akhir ≤ 12 pada aitem ekstroversion dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert, sedang kan responden yang mendapatkan skor akhir ≥ 11 pada aitem tersebut dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert.

4.2 Waktu Penelitian dan Gambaran Umum Responden

Pengambilan responden pada penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2017 hingga Juli 2017, dengan menggunakan sistem online dan penyebaran kuesioner secara manual. Responden yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 212 subjek, yang terdiri dari 154 subjek laki-laki dan 59 subjek perempuan. Gambaran umum mengenai responden penelitian ini akan dijelaskan melalui tabel berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu, akan dijelaskan mengenai subjek yang diperoleh berdasarkan katagori tipe kepribadian.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia

Frekuensi

Presentase

20 - 24 Tahun

25 - 29 Tahun

30 - 34 Tahun

35 - 40 Tahun

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak pada penelitian ini berada pada rentang usia 20 - 24 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 184 (86.8 %) orang. Urutan keduanya berada pada rentang usia 25 - 29 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 21 (9.9 %) orang. Ketiga berada pada rentang usia 35 - 40 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 4 (1.9 %) orang. Keempat berada pada rentang usia 30 - 34 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 3 (1.4 %) orang.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden jenis kelamin laki-laki, dengan Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden jenis kelamin laki-laki, dengan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian

Frekuensi

Persentase

Kepribadian Ekstrovert

51.9 % Kepribadian Introvert

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa responden yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih banyak dibandingkan responden yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert, dengan jumlah subjek sebanyak 110 (51.9 %) orang pada responden yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan subjek sebanyak 102 (48.1 %) orang pada responden yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert.

4.3 Reliabilitas dan Validitas Penelitian

4.3.1 Reliabilitas dan Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Tabel 4.4 Reliabilitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Alpha

Jumlah Item

Tabel 4.5 Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Scale-Item

Point Biser.

Keterangan: *item yang tidak valid

Tabel 4.6 Dimensi Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Item

Dimensi Jumlah

Valid

Tidak Valid

Berdasarkan tabel 4.4, skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.600. Koefisien reliabilitas sebesar 0.6-0.7 dapat diterima (Cruz-Cunha dkk, 2014; Yajun, L & Zhizheng, Z., 2017), sehingga alat ukur inventrori kepribadian pada penelitian ini dapat digunakan. Sedangkan hasil validitas pada tabel 4.6 menunjukkan terdapat 20 item yang valid, yaitu 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23 dan 3 item yang tidak valid, yaitu 2, 9, 14. Supratiknya (2016) menjelaskan dalam skala inventori kepribadian, semua item yang berkorelasi ≥ 0.20 dengan skor total adalah item yang layak dipertahankan atau dinyatakan valid.

4.3.2 Reliabilitas dan Validitas Sabar

Tabel 4.7 Reliabilitas Sabar

Cronbach’s Alpha

N of Items

Tabel 4.8 Validitas Sabar

No. Item Corrected Item-Total Correlation

Tabel 4.9 Dimensi Sabar Item

Dimensi Jumlah

Valid

Tidak Valid

2 Pantang Menyerah

2 Tidak Mengeluh

15 16 2 Mencari Ilmu/Informasi

Total

Berdasarkan tabel 4.7, skala sabar pada penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas cronbach’s alpha sebesar 0.744. Sedangkan hasil validitas pada tabel

4.9 menunjukkan terdapat 12 item yang valid, yaitu: 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13,

14, dan 15 dan 4 item yang tidak valid, yaitu: 3, 6, 8, dan 16 karena item yang dikatakan valid pada skala ini adalah item yang memiliki nilai koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (Sugiyono, 2010).

4.4 Hasil Analisa Data Penelitian

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Dalam bagian ini akan dijelaskan, bahwa setelah instrumen di distribusikan kepada responden, hasil masing-masing instrumen diolah dengan cara-cara tertentu. Setelah itu, hasil yang diperoleh dari alat tes EPI ( Eysenck’s Persoality Inventory) From-A dan Pengukuran Kompetensi Sabar diolah melalui program Statistical Packages for Social Science (SPSS) Versi 22 for Windows.

4.5 Uji T-Test

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean sebagai berikut:

Tabel 4.10

Group Statistics

Kepribadian

Mean

51.22 Sabar

Ekstrovert

Introvert

Tabel 4.11

Independent Samples Test

Levene’s Test for

t-test for Equality of Equality of Variances Means

Sig. (2-tailed) Equal variances

Sig.

assumed Sabar

Equal variances

not assumed

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124