ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BERD

LAPORAN AKHIR

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL

BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOMBANA

Kerjasama Badan Penelitian Dan Pengembangan Kabupaten Bombana Dengan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Halu Oleo

RINGKASAN

Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bombana memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bombana dengan menggunakan data tahun 2011 sampai tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis dampak pengganda pendapatan dari kegiatan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis sektor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan indikator yang menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB. Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pemerintah Daerah setempat dan instansi-instansi terkait lainnya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quetiont, dan Analisis Shift Share.

Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis atau unggulan di Kabupaten Bombana yaitu (1) Sektor

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian dan (3) Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor periode 2011-2015. Sub Sektor unggulan sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang memberikan kontribusi adalah Sub Sektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan dan peternakan. Sub Sektor unggulan sektor pertambangan dan galian adalah Sub Sektor pertambangan biji logam dan pertambangan dan penggalian lainnya. Dan Sub Sektor unggulan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor adalah perdagangan besar dan eceran bukan mobil dan

sepeda motor.

Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa ketiga sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan daya saing yang berbeda-beda. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat namun memiliki daya saing yang kurang baik. Selanjutnya sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan yang lambat namun memiliki daya saing yang baik. Sektor yang memiliki hamper semuang keunggulan adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.

SUMMARY

Bombana regency is one of the districts in Southeast Sulawesi that gives the greatest influence to the development of Southeast Sulawesi. This is because Bombana District has diverse natural resources such as water resources, land and human resources covering the availability of abundant and quality labor.

This study was conducted in Bombana District using data from 2011 to 2015. The purpose of this study was to identify the sektor that became the leading sektor in Bombana District, to analyze the impact of income multiplier from the activities of the sektor of economy that became the leading sektor in Bombana Regency, to analyze the economic performance of the region based on Identification of economic sektors in Bombana District and to analyze the linkages and implications that will be generated from the development of the basic economic sektor on regional development.

The research method used is descriptive quantitative research method, using indicators that describe all economic activities that have been implemented through indicators of GRDP (Gross Regional Product) described through the growth of GRDP. The study used secondary data obtained from the local government and other relevant agencies, then analyzed using Location Quetiont, Revenue Multiplier and Shift Share analysis methods.

The result of Location Quotient (LQ) analysis shows that the sectors that are the basic or superior sectors in Bombana Regency are (1) Agricultural, Forestry and Fishery Sector, (2) Mining and Quarrying Sector and (3) Large and Retail Trade Sector, Car Repair and Motorcycles period 2011-2015. The leading sub-sectors of agriculture, forestry and fishery sector which contributed are food crops, horticulture, plantation and livestock. The leading subsector of the mining and quarrying sector is the mining subsector of metal ore and mining and other excavations. And the flagship subsector of the big and retail trade sector, car and motorcycle repair is the big and retail trade not the cars and motorcycles.

The result of Shift Share analysis shows that the three sectors have different growth and competitiveness. The agriculture, forestry and fishery sectors are the fastest growing sectors but have poor competitiveness. Furthermore, the mining and quarrying sector is a slow growing sector but has good competitiveness. Sectors that have almost the advantages are Large and Retail Trade, Car Repair and Motorcycle.

PRAKATA

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan

Karunia- NYA sehingga penyusunan “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana ” dapat diselesaikan. Kajian strategis ini dapat terwujud atas kerjasama Bada Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Bombana dengan Lemabga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Halu Oleo (LPPM) Kendari.

Kegiatan penyusunan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Regional Brutio (PDRB) Kabupaten Bombana disusun dengan maksud untuk menganalisis pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB dan langkah- langkah yang tepat oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana.

Dengan selesainya kajian Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana dapat menjadi pedomana dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bombana. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita dalam menunaikan tugas dan pengabdian kita masing-masing Amiin.

Wabilahi Taufik Wal Hidayah. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rumbia, April 2017

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,

HUSRIFNAH RAHIM, ST. M.Si. PEMBINA Tk. I. IV/b NIP. 19710607 200604 1 004

KATA PENGANTAR

Patut kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan Ridho-Nya jugalah sehingga penyusunan laporan penelitian tentang analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Bombana dapat diselesaikan dengan baik.

Publikasi ini menyajikan tinjauan perkembangan perekonomian Bombana secara deskriptif. Dalam buku ini juga ditampilkan tabel-tabel dan gambar tentang analisis sektor-sektor ekonomi PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2010 dalam bentuk nilai nominal dan persentase. Hasil paparan pertumbuhan ekonomi menurut sektor-sektor dalam PDRB, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui sektor unggulan atau basis dan sejauh mana perkembangan dari sektor unggulan tersebut.

Dengan tersusunnya laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, untuk menjadi informasi dan bahan dalam perumusan program dan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana.

Meskipun dalam penyusunan analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan sektor PDRB ini, telah dipersiapkan sebaik-baiknya, namun disadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang mungkin terjadi. Untuk perbaikannya, tanggapan dan saran dari pembaca sangat diharapkan.

Rumbia, April 2017 KETUA TIM PENELITI

Dr. Muhammad Nur Afiat, SE. M.Si. NIP. 19831013 200812 1003

35

3.4.2. Analisis Shift Share ………………………………..

BAB IV ANALISIS DATA …………………………………………………..

39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

39

5.1. Struktur PDRB Kabupaten Bombana …………………….

5.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor PDRB ADH 2010……………………………………………………

63

5.3. Analisis PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi Tenggara 2011- 2015 ………………………………………

82

5.4. Rasio PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi Tenggara 2011-215 …………………………………………

84

5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Bombana 2011-2015

86

5.6. Pergeseran Bersih Dan Profil Pertumbuhan Sektor- Sektor Perekonomian Di Kabupaten Bombana …………………….. 89

5.7. Analisis Sektor Basis/Unggulan Kabupaten Bombana 2011-2015 ……………………………………………………… 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ……………………………………………………. 100

6.2. Saran …………………………………………………………… 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bombana

7 Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan

7 Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015

9 Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan RiilPDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), 2011 ─2015

65 Tabel 5.2. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Listrik dan Gas Kabupaten Bombana 2011-2015

71 Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Bombana 2011-2015

74 Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Transportasi dan Pergudangan Kabupaten Bombana 2011- 2015

75 Tabel 5.4. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015

76 Tabel 5.5. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015

78 Tabel 5.6. Laju Pertumbuhan EkonomiKabupaten Bombana Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015

82 Tabel 5.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015

83 Tabel 5.8. Rasio PDRB Kabupaten Bombana dan PDRB Propinsi Sulawesi Tenggara (Nilai Ra, Ri, dan ri)

85 Tabel 5.9. Perhitungan National Share (Ns) Kabupaten Bombana tahun 2011-2015

86 Tabel 5.10. Analisis Propotional Share Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015

88 Tabel 5.11. Analisis Differential Share Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015

89 Tabel 5.12. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten BombanaTahun 2011- 2015

90 Tabel 5.13. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015

93 Tabel 5.14. PDRB Sulawesi Tenggara ADH 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015

94 Tabel 5.15 Hasil Analisis Location Quation (LQ) Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015

94 Tabel 5.16 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015

Tabel 5.17 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015

98 Tabel 5.18 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Bombana

Tahun 2011-2015

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bombana …………………………………

7 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Bombana………………..

8 Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015 …………………………………………………

11 Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjadan Pengangguran Terbuka Kabupaten Bombana 2013-2015 ………………..

15 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………………

33 Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bombana 2011-2015 …

64 Gambar 5.2. Kontribusi Sub sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015 ………

67 Gambar 5.3. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015 …………………………..

67 Gambar 5.4. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertambangan dan Penggalian Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015 ……………………………………………………

68 Gambar 5.5. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan …….

Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015 ……….. 69

Gambar 5.6. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan Lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan perlatan Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015 ………… 70

Gambar5.7. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015 …………………………..

72 Gambar 5.8. Kontribusi Komponen Sub Sektor Konstruksi Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015 …………………………..

73 Gambar 5.9. Kontribusi Komponen Sub Sektor Informasi dan Komunikasi

Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015 ………… 77

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015 ………………………………………..

111 Lampiran 2.

PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015 ………………………………………..

113 Lampiran 3.

Hasil Analisis Shif Share ……………………………….. 114 Lampiran 4.

Hasil Analisis LQ ………………………………………. 116

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang. Di setiap periode suatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk memproduksikan barang dan jasa. Ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi yang berlaku. Dalam setiap periode jumlah tenaga kerja bertambah karena ada golongan penduduk yang akan memasuki angkatan kerja. Investasi masa lalu akan menambah barang-barang modal dan kapasitas memproduksi dimasa kini (Sukirno, 2000:13). Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung naik. Namun bukan berarti bahwa pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Seperti diketahui bersama, krisis yang melanda Indonesia sejak periode 1997, membawa dampak negatif ke dunia perekonomian nasional umumnya, dan perekonomian regional khususnya.

Halaman 1 of 122

Krisis ini menyebabkan terjadinya perubahan dari nilai tambah sektor-sektor yang ada di wilayah nasional juga di wilayah daerah. Sehingga Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk Undang-Undang, yaitu Undang-Undang. No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menimbang : a). bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah; b). bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah yang menimbang : a). bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b). bahwa Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti. Lahirnya tersebut dapat merangsang adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal.

Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi pembangunan ekonomi di daerah. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pembangunan daerah Kabupaten bombana merupakan bagian Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi pembangunan ekonomi di daerah. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pembangunan daerah Kabupaten bombana merupakan bagian

Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil. Untuk mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis.

Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan dtersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Penggunaan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan dtersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Penggunaan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini

Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dilihat dari sisi pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah dan Dilihat dari sisi produksi PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.

Kabupaten bombana sebagai salah satu daerah baru yang merupakan daerah pemekaran juga mengharapkan mampu memiliki pertumbuhan ekonomi yang optimal. Hal ini menjadi suatu hal yang harus diperhatikan bagi Pemerintah Daerah. Sejalan dengan pembahasan diatas bahwa indikator yang menjadi acuan dalam pertumbuhan ekonomi ialah mengenai produk domestik regional bruto. Untuk itu dalam hal ini pemerintah bombana memerlukan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan produk domestik regional bruto.

1.2 . Rumusan Masalah

Dengan melakukan penelitian terhadap analisis pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan produk domestik regional bruto di kabupaten bombana, maka akan diketahui pola pertumbuhan ekonomi, pergeseran-pergeseran pada sektor-sektor ekonomi dan mengetahui sektor-sektor potensial serta faktor yang mempengaruhi sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana dapat memprioritaskan perencanaan pembangunan struktur perekonomian di

Kabupatenbombana. Berdasarkan permasalahan di atas muncul beberapa pertanyaan :

1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi berdasrkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana ?.

2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana.

2. Menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana.

1.4. Ruang Lingkup

Untuk lebih terarahnya penelitian ini, difokuskan pada bagaimana pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di kabupaten Bombana dan menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bombana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Geografis dan Iklim

Kabupaten Bombana sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengara letaknya di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Letak astronomisnya antara 4°22'59,4” dan 5°28'26,7” Lintang Selatan dan antara 121°27'46,7” dan 122°10'9,4” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 8,01 persen dari total luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bombana

Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 3.316,16 km2, terdiri atas wilayah daratan dan perairan. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Mata Usu (456,17 km2) serta Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kepulauan Masaloka Raya (2,66 km2).

Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bombana

2015 Luas (km2)

Uraian

3316.16 3316.16 Pulau (buah)

27 27 Rata-Rata Curah Hujan (mm)

924,8 797.72 Rata-Rata Hari Hujan (hari)

Curah hujan tertinggi tercatat 1.232,30 mm dan hari hujan sebanyak 104 hari. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Kecamatan Kabaena Utara dan sekitarnya, serta di Kecamatan Poleang dengan catatan curah hujan sebesar 1.014,00 mm. Daerah dengan curah hujan rendah dan terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Kecamatan Kabaena Timur dan sekitarnya serta di Kecamatan Poleang Timur Sebagian besar desa di Kabupaten Bombana merupakan desa bukan pesisir yang jumlahnya mencapai

76 desa dengan topografi wilayah sebagian besar merupakan desa yang terletak di dataran, sedangkan lainnya merupakan desa pesisir yakni 68 desa.

Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan Wilayah Administrasi

87 87 89 Sampai dengan tahun 2015, wilayah Pemerintahan Kabupaten Bombana

telah secara resmi menjadi 22 Kecamatan dari sebelumnya 6 Kecamatan pada tahun 2003. Sejak resmi berdiri sebagai Daerah Otonom yang terpisah dari wilayah pemerintahan Kabupaten Buton di tahun 2003, di Kabupaten Bombana telah terbentuk 121 desa, 2 UPT, dan 22 Kelurahan. Pada Satuan Lingkungan dibawah Desa/Kelurahan terdapat peningkatan dari tahun 2013 yang hanya terdapat 413 dusun dan 87 lingkungan, menjadi 430 dusun dan 89 lingkungan tahun 2015.

2.2. Gambaran Umum Kesejateraan Masyarakat

2.2.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Komposisi penduduk Kabupaten Bombana didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Jika pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya, maka seharusnya jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan penduduk usia 5-9 tahun. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang kependudukan ke depan.

Gambar 2.2. Piramida Penduduk Kabupaten Bombana

Jumlah penduduk Kabupaten Bombana pada tahun 2013 mencapai 150.186 jiwa. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2015 yang mencapai 164.809 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Selama periode 2013-2014 tingkat pertumbuhan penduduk tercatat meningkat dari 2,82 persen menjadi 6,35 persen. Sedangkan pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan penduduk menjadi 3,19 persen.

Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015 Indikator Kependudukan

2014 2015 Jumlah Penduduk (jiwa)

150,186 159,718 164,809 Pertumbuhan Penduduk (%)

2.82 6.35 3.19 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

45.00 48.16 49.70 Rasio Jenis Kelamin

102.00 101.91 101.93 Jumlah Rumah Tangga (Ruta)

33,634 36,128 37,286 Rata-Rata ART (jiwa/Ruta)

4 4 4 % Penduduk Menuruta Kelompok Umur 0-14

34.38 34.38 34.38 15-64

3.75 3.76 3.76 Pertumbuhan yang signifikan ini dikarenakan tingginya angka kelahiran

bayi, untuk tahun 2015 tercatat sebanyak 3.257 kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan , sedangkan tahun 2014 tercatat sebanyak 3.255 kelahiran.

2.2.2. Pendidikan dan Kesehatan

Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan diharapkan akan mampu menjadikan warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, yang UU No 20 tahun 2003 tersebut juga menjelaskan posisi pemerintah dalam dunia pendidikan. Pemerintah berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah harus mengusahakan segala yang terkait dengan pendidikan. Baik dari sisi penyelenggaraan, sarana, ketersediaan pengajar. UUD 1945 juga telah mengamanatkan bahwa pemerintah Negara Republik Indonesia (sekaligus Pemerintah Daerah) wajib mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin tiap-tiapn warga Negara memperoleh pemerataan kesempatan dan mutu pendidikan.

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Pemerintah Pusat dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Pemerintah Pusat dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang

Mengacu pada pembahasan di atas, hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan akan dibahas dalam bab ini. Beberapa indikator yang akan disajikan di dalam publikasi ini, diantaranya Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Melek Huruf (AMH) serta Rata-rata Lama Sekolah. Indikatorindikator tersebut diolah dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS.

2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur partipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan dan kelompok umur. Tingkat partisipasi sekolah yang dapat diukur diantaranya yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partsipasi Murni (APM).

Pemerintah berharap agar ketiga indikator tersebut selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan berkesetaraan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) mengukur proporsi anak yang masih bersekolah pada suatu kelompok umur sekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang diikuti. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Bombana dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini.

Secara umum partisipasi sekolah penduduk Bombana cenderung menurun terhadap kelompok umurnya. Pada tahun 2015 misalnya, penduduk 7-12 tahun yang bersekolah sebesar 99,21 persen, sedangkan pada kelompok umur 19-24 tahun hanya sekitar 10,16 persen yang bersekolah. Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa hampir semua anak usia 7-12 tahun sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu (99,21 persen) atau hanya sekitar 0,79 persen yang tidak sekolah. Hal ini berarti rata-rata 99 dari 100 anak usia tersebut sedang bersekolah.

Gambar 2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015

Pada periode 2013-2015 cenderung berfluktuatif untuk angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun. Tahun 2014 sempat mengalami penurunan dari 97,88 persen menjadi 97,67 persen, namun tahun 2015 angka partisipasi sekolah naik menjadi 99,21 persen. Tingginya angka partisipasi sekolah pada kelompok umur ini diduga dipengaruhi oleh perluasan kesempatan sekolah melalui program pendidikan gratis.

Pada kelompok umur 13-15 tahun, APS-nya meningkat dari 85,5 persen (2013) menjadi 91,86 persen (2015). Artinya setiap 100 anak usia 12-15 tahun, rata-rata 91 orang diantaranya sedang sekolah. Berarti pula pada tahun 2015, sekitar 8,14 persen penduduk usia tersebut tidak bersekolah. Diharapkan APS terus menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun dan anak usia sekolah dapat memperoleh hak pendidikannya.

Selanjutnya pada usia 16-18 tahun, APS cenderung mengalami penurunan. Hal ini terlihat pada tahun 2013 APS sebesar 54,93 persen, kemudian menurun menjadi 52,36 persen pada tahun 2015 dan sempat mengalami peningkatan menjadi 59,93 persen pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 anak usia 16-18 tahun, hanya 52 orang diantaranya sedang sekolah, sisanya tidak bersekolah. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena rendahnya APS pada kelompok usia tersebut. Sedangkan pada kelompok umur 19-24, APS cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 APS pada kelompok umur tersebut Selanjutnya pada usia 16-18 tahun, APS cenderung mengalami penurunan. Hal ini terlihat pada tahun 2013 APS sebesar 54,93 persen, kemudian menurun menjadi 52,36 persen pada tahun 2015 dan sempat mengalami peningkatan menjadi 59,93 persen pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 anak usia 16-18 tahun, hanya 52 orang diantaranya sedang sekolah, sisanya tidak bersekolah. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena rendahnya APS pada kelompok usia tersebut. Sedangkan pada kelompok umur 19-24, APS cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 APS pada kelompok umur tersebut

2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH)

Seseorang dikatakan melek huruf apabila paling tidak orang tersebut dapat menggunakan kemampuan baca dan tulis dengan huruf latin dan berhitung dengan angka arab dalam kegiatannya yang memerlukan kecakapan tersebut dan juga memungkinkannya untuk melanjutkan pemanfaatan kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat. Melek huruf sangat berkaitan erat dengan buta huruf. Semakin meningkatnya angka melek huruf menunjukkan semakin menurunnya angka buta huruf. Baik angka melek huruf maupun angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat pencapaian keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf.

Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju hidup sejahtera. Kemampuan baca tulis tercermin dari Angka Melek Huruf (AMH), dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya. Indikator ini menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur dari aspek pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini semakin tinggi pula mutu sumber daya manusia suatu masyarakat.,Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Bombana dalam periode dua tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini.

Gambar 2.3. Angka Melek Huruf Kabupaten Bombana 2014-2015

Angka melek huruf penduduk Bombana pada tahun 2015 sebesar 90,98 persen. Hal ini berarti setiap 100 orang, rata-rata 90 orang diantaranya sudah mampu membaca dan menulis. Terjadi penurunan AMH jika dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 4,31 persen. Walaupun program pemberantasan buta aksara secara nasional telah menunjukkan adanya keberhasilan, program ini harus terus dilakukan sehingga angka buta aksara masyarakat dapat terus ditekan dan semakin menurun tiap tahunnya.

Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka persentase penduduk melek huruf laki-laki pada tahun 2015 lebih besar dibandingkan perempuan. Persentase melek huruf penduduk laki-laki mencapai 93,32 persen sedangkan perempuan hanya sebesar 88,66 persen. Atau dengan kata lain penduduk perempuan lebih banyak yang buta huruf dibandingkan penduduk laki-laki.

2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah

Secara umum tingkat pendidikan penduduk dewasa dapat dilihat dari rata- rata lama sekolah (tahun). Indikator ini dapat menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk dewasa. Indikator ini lebih memadai untuk digunakan dalam berbagai analisis karena merupakan data rasio. Oleh karena itu, indikator ini dapat pula digunakan dalam menilai keberhasilan pembangunan sektor pendidikan antar daerah. Angka rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Bombana terlihat pada Grafik di bawah ini.

Gambar 2.3. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Kabupaten Bombana 2012-2014

Rata-rata lama sekolah penduduk Bombana terus menunjukkan peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah sebesar 6,98 tahun sedangkan tahun 2013 dan 2014 rata-rata lama sekolah penduduk Bombana meningkat menjadi 7,21 tahun dan 7,5 tahun. Artinya rata- rata penduduk telah sekolah sampai kelas 2 SMP. Peningkatan ini bias memberikan sinyal positif bagi perbaikan kesempatan sekolah bagi masyarakat. Peningkatan rata-rata lama sekolah tidak menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Namun demikian, peningkatannya yang berkelanjutan menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, serta selain keberhasilan program pemerintah bidang pendidikan.

2.2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator ketenagakerjaan yang penting yang digunakan untuk menganalisa dan mengukur capaian hasil pembangunan. TPAK digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja,indikator ini merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (usia produktif 15 tahun ke atas). Selain TPAK, dalam analisis angkatan kerja juga dikenal indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

Pengangguran terbuka didefinisikan sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang termasuk angkatan kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka. TPT dapat mencerminkan besarnya jumlah penduduk dalam kategori usia kerja yang termasuk dalam pengangguran. Gambaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Penganguran Terbuka di Kabupaten Bombana Terlihat Pada Grafik Di bawah ini.

Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Kabupaten Bombana 2013-2015

Jumlah angkatan kerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 70.747 orang, bertambah 2.486 orang dibanding Agustus 2014. Jumlah penduduk yang bekerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 69.409 orang, bertambah 2.400 orang dibanding keadaan Agustus 2014. Dari jumlah angkatan kerja tersebut TPAK bergerak naik dari tahun 2013 hingga tahun 2015. TPAK tahun 2013 sebesar 63,52 persen terus mengalami kenaikan hingga 63,89 persen pada tahun 2015. Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka TPAK laki-laki lebih besar disbanding perempuan, yaitu 83,87 persen berbanding 43,68 persen pada tahun 2015.

Sementara itu TPT mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan TPAK yang tidak diiringi dengan perluasan lapangan kerja meningakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Pada tahun 2014 TPT mencapai 1,83 persen dan pada tahun 2015 naik menjadi 1,89 persen. Peningkatan TPT berarti jumlah penduduk yang enganggur semakin bertambah.

2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat

Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat terutama dalam upaya preventif. Pola hidup tersebut juga sangat bergantung pada perilaku dan pendapatan masyarakat. Pola hidup mengalami perubahan jika pendapatan cenderung tetap atau mengalami penurunan, di sisi lain pemenuhan kebutuhan semakin sulit dengan kenaikan harga secara terus Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat terutama dalam upaya preventif. Pola hidup tersebut juga sangat bergantung pada perilaku dan pendapatan masyarakat. Pola hidup mengalami perubahan jika pendapatan cenderung tetap atau mengalami penurunan, di sisi lain pemenuhan kebutuhan semakin sulit dengan kenaikan harga secara terus

Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan seperti panas, pilek, diare, sakit kepala, maupun penyakit kronis atau keluhan lainnya adalah sebesar 20,62 persen. Jika ditinjau dari daerah tempat tinggal, ternyata penduduk perkotaan sering mengalami keluhan kesehatan yaitu sebesar 39,21 persen penduduk pernah mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir. Sementara penduduk perdesaan hanya sebesar 18 persen yang mengalami keluhan kesehatan. Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan kesehatan tidak jauh berbeda yaitu 20,98 persen penduduk laki-laki dan 20,27 persen penduduk perempuan.

Selain mengalami keluhan kesehatan ada pula penduduk yang sakit selama sebulan terakhir sebanyak 11,09 persen yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Rata-rata lama sakit berlangsung selama 7 sampai 8 hari. Dari hasil pencacahan Susenas Maret 2015 diketahui bahwa penduduk perkotaan lebih banyak penduduk yang sakit dibandingkan penduduk perdesaan. Penduduk perkotaan yang sakit sebanyak 15,79 persen sementara penduduk perdesaan hanya 10,43 persen yang sakit. Sehingga diperlukan kebijakan yang berbeda dalam menangani masalah kesehatan.

2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan mencakup peningkatan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan fasilitas kesehatan

adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah diakses dan murah bagi lapisan masyarakat. Indikator akses pelayanan kesehatan dapat di dilihat dari persentase penduduk berobat jalan menurut tempat berobat jalan. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan penduduk adalah jarak tempat tinggal dengan letak sarana pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan, sosial ekonomi penduduk yaitu kemampuan penduduk untuk membiayai pengobatannya serta jenis pelayanan kesehatan.

Pada umumnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penduduk sangat erat terkait dengan kondisi sosial ekonomi penduduk dan kondisi wilayah tempat tinggal mereka berada. Tampak perbedaan kualitas kesehatan yang nyata antara penduduk di perdesaan dengan penduduk perkotaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan dan jarak menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, ditambah lagi perilaku penduduk itu sendiri. Tingginya persentase penduduk di daerah perkotaan yang memanfaatkan berobat ke rumah sakit (22,89 persen) dan praktek dokter/klinik (54,98 persen) disebabkan karena akses yang lebih mudah, di samping itu kualitas pelayanannya jauh lebih baik dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Sebagai dampaknya, akan terlihat berbagai keluhan dan masalah kesehatan segera tertangani lebih cepat dan lebih baik.

Berdasarkan hasil Susenas 2015, jumlah penduduk yang sakit yang melakukan berobat jalan hanya sebesar 30,35 persen. Fasilitas kesehatan yang relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan adalah praktek dokter/bidan yaitu sebesar 39,31 persen, kemudian puskesmas/pustu sebesar 37,11 persen dan rumah sakit pemerintah sebesar 10,10 persen. Jadi bisa disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berobat di fasilitas kesehatan semakin membaik. Namun di lain pihak masih ada penduduk sakit yang tidak berobat jalan yaitu sebesar 69,65 persen.

Adapun alasan penduduk yang tidak berobat jalan sebagian besar karena cenderung untuk mengobati sendiri dalam upaya pemulihan kesehatannya yaitu sebesar 73,6 persen. Mengobati sendiri ini bisa berupa pembelian obat sendiri tanpa resep dari tenaga kesehatan ataupun menggunakan obat-obatan tradisional. Selain itu alasan tidak berobat jalan disebabkan karena tidak punya biaya berobat (14,69 persen), merasa tidak perlu untuk berobat (10,88 persen) dan tidak ada biaya transport (0,82 persen).

2.3. Landasan Teori

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dan tidak memusnahkan sumberdaya asli, manakala teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan dasar negara. Konsep pembangunan ini dikupas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan dan coba Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dan tidak memusnahkan sumberdaya asli, manakala teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan dasar negara. Konsep pembangunan ini dikupas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan dan coba

2.3.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000).

b. Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000).

c. Sadono Sukirno (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

d. Todaro (dalam Lepi T. Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan