HUBUNGAN KONSUMSI BUAH SAYUR DAN KEGEMUK

HUBUNGAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KEGEMUKAN PADA SISWA KELAS 5 DI SD ISLAM DARUL HIKAM BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

Program Diploma III Kesehatan Bidang Gizi

Oleh:

LUGINA RIZKY KHAERUNISA

P17331113004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 di SD Islam Darul Hikam

Bandung” ini telah mendapat persetujuan dan disidangkan pada tanggal

15 Juli 2016.

Menyetujui, Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Yenny Moviana, MND

NIP. 196704191990022001

ABSTRAK

Khaerunisa, Lugina Rizky. 2016. Hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 Di SD Islam Darul Hikam Bandung. Karya Tulis Ilmiah. Program Diploma III. Jurusan Gizi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. Pembimbing : Yenny Moviana, MND.

Kegemukan merupakan kelebihan berat badan karena asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan seperti kelebihan asupan energi dan kurangnya konsumsi serat. Prevalensi kegemukan di kota Bandung sebesar 12,1%. Konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia masih rendah yaitu 15 gram/hari. Konsumsi buah dan sayur tinggi dapat mencegah kegemukan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 di SD Islam Darul Hikam Bandung. Disain penelitian yang digunakan Cross sectional dengan jumlah sampel 45 siswa. Status kegemukan menggunakan IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut umur). Konsumsi buah dan sayur dengan Semiquantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ). Data dianalisis menggunakan Chi-Square dan Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang mengalami kegemukan 46,7%. Siswa dengan konsumsi buah kurang 24,4% dan siswa dengan konsumsi sayur kurang 86,7%. Hasil analisis data menunjukan tidak ada hubungan konsumsi buah dan kegemukan (p>0.05). Adanya hubungan konsumsi sayur dan kegemukan (p<0.05). Kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi kejadian kegemukan pada anak. Perlu diadakannya penyuluhan gizi mengenai gizi seimbang, khususnya mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayuran.

Kata Kunci : Kegemukan, Konsumsi Buah dan Konsumsi Sayur

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukkur kepada Allah swt, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 di SD Islam Nurul

Hikam Bandung ” ini dapat terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan Program Studi Diploma III. Tanpa bantuan berbagai pihak, penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terwujud. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Holil Par’i, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Bandung;

2. Ibu Yenny Moviana, MND, selaku pembimbing materi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;

3. Ibu Dr. Ir. MF. Aryani Sudja, MKM dan ibu Maryati Dewi, S.Gz, MPH selaku penguji Karya Tulis Ilmiah ini;

4. Kepala sekolah, Guru dan Siswa/i SD Islam Darul Hikam sebagai institusi dan sampel penelitian;

5. Kedua orangtua, dan adik serta keluarga lain yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan secara moril maupun materil;

6. Teman-teman yang telah banyak membantu dan memberi dukungan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini;

7. Serta pihak terkait yang membantu dalam proses menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, yang sulit untuk penulis sebutkan satu per satu;

Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan pengembangan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya. Harapan terbesar dari penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua. Aamiin.

Cimahi, Juni 2016

Penulis

DAFTAR GAMBAR GAMBAR HALAMAN

Gambar 3.1 KERANGKA KONSEPHUBUNGAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KEGEMUKAN PADA SISWA KELAS 5 DI SD ISLAM DARUL HIKAM BANDUNG ...................................................................... 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi adalah keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat- zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur . Menurut Sunita Almatsier status gizi adalah keaadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat. Seseorang akan memiliki status gizi yang baik apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan keadaan status gizi yang buruk dan sebaliknya jika berlebih akan menyebabkan status gizi lebih (Almatsier, 2009).

Sebagai negara yang berkembang, Indonesia dihadapi oleh masalah gizi ganda. Bukan hanya masalah gizi kurang yang sekarang dihadapi Indonesia,tapi adanya masalah gizi lebih yang menambah serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya pada bidang kesehatan. Istilah gizi lebih digunakan untuk menggambarkan kejadian kegemukan atau obesitas. Kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan berat badan karena adanya kelebihan asupan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (Arisman, 2007). Prevalensi kegemukan di Indonesia terus meningkat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Bahkan di beberapa Negara maju seperti Amerika kegemukan dan obesitas dikategorikan sebagai wabah (epidemic) (Depkes RI, 2010).

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukan secara nasional prevalensi gizi lebih pada usia 5 – 12 tahun yaitu 18,8% terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Di Jawa Barat sendiri menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi status gizi Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukan secara nasional prevalensi gizi lebih pada usia 5 – 12 tahun yaitu 18,8% terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Di Jawa Barat sendiri menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi status gizi

Anak usia Sekolah Dasar merupakan masa dimana terjadi peningkatan nafsu makan secara alamiah, sebuah faktor yang dapat meningkatkan konsumsi makanan. Anak usia sekolah dasar berada dalam masa pertumbuhan, sehingga pada masa ini status gizi harus sangat diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangannya berjalan optimal. Namun untuk saat ini kegemukan sudah menjadi masalah di anak usia Sekolah dasar, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian status gizi 119 anak sekolah TK dan SD favorit di Kota Bandung, berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) 21 anak mempunyai satus gizi kurang, 57 mempunyai status gizi normal dan 35 anak serta 6 anak mempunyai status gizi lebih dan obesitas (34%). Penelitian di SD favorit di Kota Bogor didapat data anak dengan gizi lebih dan kegemukan sebesar 20% di SD swasta favorit dan 10% di SD negri favorit. Dari kedua data tersebut kegemukan masalah yang lebih besar dialami pada anak usia sekolah dan kegemukan lebih banyak ditemukan pada siswa SD swasta (Damayanti dan Muhilal, 2006).

Faktor langsung yang menyebabkan terjadinya kegemukan pada anak adalah konsumsi makanan seperti makanan dan minuman yang manis, makanan yang tinggi lemak, dan konsumsi buah dan sayur yang rendah. Seperti yang diketahui buah dan sayur mengandung tinggi serat yang sangat penting bagi tubuh. Perubahan gaya hidup anak cenderung menyukai makanan cepat saji yang tinggi lemak dan sedikit asupan serat.

Sebagian besar penduduk Indonesia memiliki konsumsi serat yang rendah, yaitu sebanyak 80% penduduk Indonesia hanya mengonsumsi serat 15 gram/hari, padahal konsumsi serat yang baik adalah 25 gram/hari. Berdasarkan penelitian aprianti pada anak-anak menunjukan tujuh dari tujuh anak hanya makan satu sampai dua porsi buah dan sayur yaitu setara dengan satu buah apel, ini menunjukan bahwa konsumsi serat anak masih kurang sehingga menyebabkan terjadinya kegemukan hingga obesitas. (Hamidah, 2015).

Konsumsi buah dan sayur sangat berperan bagi kesehatan karena selain mengandung banyak serat dalam buah dan sayur juga mengandung zat gizi dan non gizi lain seperti vitamin, mineral dan kandungan pigmen yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan dari berbagai penyakit. Buah dan sayur pada umumnya kaya akan jenis mineral, diantaranya kaliaum, kalsium, natrium, magnesium dam zat besi. didalam buah dan sayur juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai antioksidan. Antioksidan dalam buah dan sayur bekerja dengan cara mengikat lalu menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun ( Padmiari, 2010).

Konsumsi pangan pada usia sekolah perlu diperhatikan kerena pada golongan usia tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan aktivitas meningkat. Golongan ini biasanya memiliki nafsu makan yang baik, sehingga sering mencari makanan tambahan atau jajan diluar waktu makan. Namun perubahan pola makan pada anak usia sekolah cenderung mengonsumsi makanan tinggi energi sedangkan konsumsi buah dan sayurnya yang sangat rendah (Sartika, 2011).

Berdasarkan penelitian tentang hubungan kebiasaan konsumsi serat dengan kejadian kegemukan atau obesitas yang dilakukan oleh Wisarani (2009) pada siswa SD Islam Annajah Jakarta, hasilnya menunjukan Berdasarkan penelitian tentang hubungan kebiasaan konsumsi serat dengan kejadian kegemukan atau obesitas yang dilakukan oleh Wisarani (2009) pada siswa SD Islam Annajah Jakarta, hasilnya menunjukan

SD Islam Darul Hikam Bandung merupakan salah satu sekolah swasta favorit dimana mayoritas siswanya berasal dari keluarga menengah keatas dengan keadaan ekonomi baik sehingga peluang untuk memperoleh anak dengan kegemukan cukup tinggi. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana Hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 Di SD Islam Darul Hikam di Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 di SD Islam Darul Hikam?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 di SD Islam Darul Hikam Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsumsi buah sampel

b. Mengetahui konsumsi sayur sampel

c. Mengetahui status kegemukan sampel

d. Mengetahui adanya hubungan konsumsi buah dan kegemukan

e. Mengetahui adanya hubungan konsumsi sayur dan kegemukan

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan terbatas pada konsumsi buah dan sayur, serta pengukuran status gizi pada siswa kelas 5 di SD Islam Darul Hikam Bandung.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pemahaman penulis mengenai Hubungan konsumsi buah, sayur dan kegemukan pada siswa kelas 5 dasar serta memberikan pengalaman bagi penulis dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah.

1.5.2 Bagi Respoden

Dari penelitian ini responden dapat mengetahui konsumsi buah dan sayur serta mengetahui data dan status gizi responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada responden, sehingga dapat dijadikan alternatif untuk pengendalian dan penurunan risiko selanjutnya.

1.5.3 Bagi Lokasi Penelitian

Peneliitian ini dapat menambah data tingkat konsumsi buah dan sayur serta status gizi sampel yang ada pada lokasi penelitian tersebut sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk mengadakan edukasi gizi seperti penyuluhan.

1.5.4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah, melengkapi informasi dan referensi kepustakaan bagi penelitian-penelitian yang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah, melengkapi informasi dan referensi kepustakaan bagi penelitian-penelitian yang

1.6 Keterbatasan Peneliti

Adapun keterbatasan dari penelitian ini yaitu jumlah food model yang digunakan kurang mencukupi dengan jumlah responden yang diwawancarai cara mengatasinya dengan bantuan alat bantu lain seperti Food Fotograph.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan masa dimana usia antara lima tahun sampai remaja. Pada masa ini boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah tidak sepesat tumbuh kembang balita. Anak SD usia sekitar 7-13 tahun merupakan pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Tumbuh merupakan kegiatan dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh yang disebabkan karena peningkatan ukuran sel-sel seperti bertambahnya tinggi badan , berat badan dan sebagainya. Gizi merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang fisik, sistem saraf, dan otak anak. Makanan yang bernilai gizi tinggi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-organ lain yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Soekotjo, 1998).

Laju pertumbuhan pada anak usia sekolah ini cenderung lambat namun konsisten. Pada anak usia 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg dan tinggi rata-rata sebesar 12 cm pertahun. Pertambahan berat badan anak usia pra sekolah (4-6 tahun) berkisar antara 0,7-2,3 kg dan tinggi 0,9-1,2 cm pertahunnya sehingga menyebabkan tubuh mereka tampak kurus. Sedangkan untuk usia sekolah tepatnya pada usia 7-13 tahun penambahan berat badan bisa mencapai 2-4 kg dan tinggi badan 5-6 cm pertahunnya (Arisman, 2007).

Anak sekolah memerlukan makanan yang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah terkecuali porsinya harus Anak sekolah memerlukan makanan yang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah terkecuali porsinya harus

Adapun jumlah anjuran makanan untuk anak usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun yang dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari:

Tabel 2.1

JUMLAH ANJURAN PORSI MAKAN SEHARI ANAK BERDASARKAN USIA

Bahan Makanan

Usia

7-9 Tahun

10-12 tahun

10-12 Tahun

(Perempuan) Nasi (100 gr)

(Laki-laki)

4P Sayuran

4P Buah (100 gr)

3P

4P

3P Tempe (50 gr)

3P

3P

2P Daging (50 gr)

2P

2,5P

1P Susu (200 ml)

1P

1P

5P Minyak (5 gr)

5P

5P

2P Gula (10 gr)

2P

2P

Sumber : Damayanti dan Muhilal dalam Soekirman, 2006.

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan yang tidak jauh berbeda dengan teman sebayanya. Adapun perbedaan asupan antara laki-laki dan perempuan dimana laki-laki mengonsumsi makanan lebih besar dari pada perempuan. Frekuensi makan anak usia sekolah pun cenderung lebih sedikit dari pada anak prasekolah, yaitu masing-masing hanya tiga kali sehari namun mereka cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan dalam bentuk cemilan atau snack (Istiany, 2013).

Kebiasaan makan yang terbentuk pada usia ini serta jenis makanan yang disukai maupun tidak disukai merupakan dasar bagi pola konsumsi makanan dan asupan gizi pada usia selanjutnya. Pada usia ini pilihan makanan sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya dan orang-orang lain selain keluarga seperti guru mereka disekolah. Menurut UK National Diet and Nutrition Survey ada beberapa fenomena pada anak usia sekolah yang berkaitan dengan asupan makanan yaitu:

1. Asupan lemak total pada usia 4-18 untuk laki-laki sekitar 34,3% dan untuk perempuan sedikit lebih tinggi yaitu 35,7% dari energi total

2. Asupan lemak jenuh pada usia 4-18 tahun jauh lebih tinggi dari angka yang direkomendasikan (<11%) untuk laki-laki dan perempuan rata-rata 13,5%

3. Asupan sayuran dan buah-buahan rendah (hanya 3 porsi/hari untuk laki-laki dan perempuan). Tapi hanya 7,2% anak perempuan dan 22,1% anak laki-laki yang mencapai rekomendasi tersebut, selebihnya dibawah angka kecukupan.

Fenomena tersebut umumnya dialami oleh sebagian besar anak-anak pada usia sekolah. Hal tersebut dapat menjadi penyebab masalah kegemukan pada anak-anak usia sekolah. Faktor lingkungan menjadi faktor utama yang mempengaruhi ketiga hal Fenomena tersebut umumnya dialami oleh sebagian besar anak-anak pada usia sekolah. Hal tersebut dapat menjadi penyebab masalah kegemukan pada anak-anak usia sekolah. Faktor lingkungan menjadi faktor utama yang mempengaruhi ketiga hal

2.2 Kegemukan pada Anak Usia Sekolah

2.2.1 Pengertian Kegemukan

Kegemukan merupakan suatu keadaan yang terjadi jika kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan dengan berat badan total lebih besar dari keadaan normalnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya penumpukan lemak tubuh yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal (Damayanti dan Muhilal, 2006).

Kegemukan dapat artikan sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (energy expenditure). Asupan energi tinggi tersebut disebabkan karena konsumsi sumber energi dan lemak yang tinggi sedangkan penggunaaan energi rendah yaitu aktivitas fisik yang rendah. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan subkutan dan jaringan tirai usus (omentum). Kelebihan lemak tersebut dapat dikenali dengan adanya tanda yang khas seperti wajah yang membulat, pipi tembem, dagu rangkap, Kegemukan dapat artikan sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (energy expenditure). Asupan energi tinggi tersebut disebabkan karena konsumsi sumber energi dan lemak yang tinggi sedangkan penggunaaan energi rendah yaitu aktivitas fisik yang rendah. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan subkutan dan jaringan tirai usus (omentum). Kelebihan lemak tersebut dapat dikenali dengan adanya tanda yang khas seperti wajah yang membulat, pipi tembem, dagu rangkap,

2.2.2 Penentuan Status Kegemukan

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa dan ditanyakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007).

Rumus Penentuan IMT :

Sedangkan untuk klasifikasi status gizi untuk anak usia sekolah yaitu menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dimana menilai status gizi dengan cara membandingkan nilai IMT anak dengan IMT pada standar (median) menurut umur anak tersebut. Indeks IMT/U merupakan indikator antropometri yang sensitif memberikan gambaran adanya gangguan pertumbuhan. indeks inipun secara spesifik menunjukan adanya masalah gizi yang bersifat akut (status gizi sekarang) namun tidak untuk menunjukan adanya masalah gizi yang bersifat kronis (status gizi lampau). Kelebihan dari indeks ini adalah dapat mengetahui gambaran adanya risiko kegemukan pada anak (Jahari, 2002).

Tabel 2.2 KLASIFIKASI STATUS GIZI MENURUT IMT/U USIA 5 – 18 TAHUN

Status Gizi

Z-score

Sangat Kurus

<-3 SD

Sumber : Kemenkes RI, 2010

2.2.3 Faktor Penyebab Kegemukan pada Anak Usia Sekolah

Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya kegemukan pada anak, yaitu:

1. Faktor Genetik Kegemukan pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dibakar pada proses metabolisme pada tubuh. Keterlibatan faktor genetik dalam meningkatkan faktor kegemukan diketahui berdasarkan fakta adanya perbedaan kecepatan metabolisme tubuh antara satu individu dan individu lainnya. Individu yang memiliki kecepatan metabolisme lebih lambat memiliki risiko lebih besar menderita kegemukan atau obesitas. Kegemukan dan obesitas cenderung diturunkan dari gen keluarga. Faktor genetik ikut andil dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal tersebut karena pada saat ibu yang kegemukan atau obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama dalam kandungan, sehingga bayi yang dilahirkan akan memiliki unsur lemak tubuh yang relatif lebih besar. Anak yang memiliki anggota keluarga yang kegemukan akan mempunyai risiko kegemukan lebih tinggi dari anak lainnya. Bila salah satu orangtuanya mengalami kegemukan peluang anak mengalami kegemukan adalah 40%, sedangkan jika kedua orangtuanya 1. Faktor Genetik Kegemukan pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dibakar pada proses metabolisme pada tubuh. Keterlibatan faktor genetik dalam meningkatkan faktor kegemukan diketahui berdasarkan fakta adanya perbedaan kecepatan metabolisme tubuh antara satu individu dan individu lainnya. Individu yang memiliki kecepatan metabolisme lebih lambat memiliki risiko lebih besar menderita kegemukan atau obesitas. Kegemukan dan obesitas cenderung diturunkan dari gen keluarga. Faktor genetik ikut andil dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal tersebut karena pada saat ibu yang kegemukan atau obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama dalam kandungan, sehingga bayi yang dilahirkan akan memiliki unsur lemak tubuh yang relatif lebih besar. Anak yang memiliki anggota keluarga yang kegemukan akan mempunyai risiko kegemukan lebih tinggi dari anak lainnya. Bila salah satu orangtuanya mengalami kegemukan peluang anak mengalami kegemukan adalah 40%, sedangkan jika kedua orangtuanya

Menurut Pudjiadi (2000), patogenesis dari kegemukan dan obesitas dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adanya gangguan pada regulatory obesity yang berkaitan dengan pusat yang mengatur masukan makanan. Regulatory obesity merupakan sistem pengntrolan prilaku makan yang terletak pada bagian otak yaitu hippotalamus. Hipotalamus sendiri merupakan kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain di otak dan kelenjar dibawah otak. Pada hipotalamus terdapat dua bagian yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu Hipotalamus Literal (HL) yang meningkatkan nafsu makan (pusat makan) dan Hipotalamus Ventromedial (HVM) yang menurunkan nafsu makan (pusat kenyang). Pada anak kegemukan ada rangsangan di hipotalamus lateral sehingga anak tersebut akan makan dengan rakus sedangkan apabila terjadi perangsangan di inti ventromedialis hipotalamus akan menyebabkan rasa kenyang bahkan menolak untuk makan. Terdapat juga beberapa pusat makan lain yang letaknya berdekatan dengan hipotalamus yang memegang peranan penting dalam pengendalian nafsu makan, yaitu amigdala dan daerah kortek sistem limbik. Jika Hipotalamus Literal rusak atau hancur makan seseorang akan menolak untuk makan dan minum kecuali secara parenteral (infus). Sedangkan jika terjadi pada Hipotalamus Ventromedial (HVM) makan seseorang akan rakus dan kegemukan (Crement and ferre dalam Nurachman, 2007).

2. Faktor lingkungan

Genetik yang diturunknan merupakan faktor penting dalam berbagai kasus kemegukan dan obesitas namun faktor lingkungan yang justru mengambil andil yang lebih besar sebagai faktor penyebab kegemukan. Lingkungan disini termasuk prilaku atau gaya hidup. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan, prilaku makan dan aktivitas fisik. Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah ke sedentary life style. Yang termasuk faktor lingkungan diantaranya:

a. Pola Aktivitas Pola aktivitas yang minim berperan besar dalam

peningkatan risiko obesitas pada anak. Karena obesitas lebih mudah diderita oleh anak yang kurang beraktivitas fisik maupun olahraga. Karena kurangnya aktivitas jumlah kalori yang dibakar lebih ssedikit dibandingkan dengan jumlah kalori yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehingga berpotensi menimbulkan penimbunan lemak pada tubuh. Anak-anak cenderung lebih banyak diam menonton tv atau bermain video game dari pada bermain aktif diluar. anak yang aktif bermain diluar dapat membakar energi lebih banyak kalori sehingga bisa terhindar dari kegemukan. Namun untuk anak-anak yang hanya duduk menonton TV dan bermain video game lebih sedikit mengeluarkan energi sehingga sebagian energi tidak terbakar akan cenderung berpeluang mengalami kegemukan atau obesitas. Seseorang anak yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak (cemilan) sambi menonton TV dan tidak melakukan aktivitas yang seimbang akan memiliki peluang lebih

atau obesitas (Soetardjo,2011).

besar

mengalami

kegemukan kegemukan

sangat berpengaruh besar dalam peningkatan risiko terjadinya kegemukan pada anak. Biasanya anak senang mengonsumsi jajanan yang bernilai kalori tinggi dan berlemak tinggi selain itu asupan buah dan sayur sangat kurang dengan alasan anak tidak menyukai buah dan sayur. Hal inilah masalah terbesar pola makan anak yang menjadi penyebab terjadinya kegemukan pada anak. Orangtua sangat berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan pola makan anak-anak mereka. Anak sering kali berperan pasif dan hanya mengonsumsi makanan yang disediakan oleh orangtuanya. Oleh karena itu bila orang tua berperan aktif dalam menggali berbagai informasi mengenai bahan-bahan makanan maupun produk olahan makanan yang aman dan sehat bagi anak.

Pada umumnya variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah bertambah, tetapi banyak dari mereka yang tetap menolak sayuran. Anak usia sekolah sangat menyukai makanan jajanan dibanding makanan rumah seperti bakso, siomay, gorengan dan kue-kue manis. Hal ini yang tidak terkontrol oleh orangtua karena biasanya anak jajan pada waktu sekolah. Makanan-makanan tersebut jelas tidak jelas kandungan gizinya. Selain itu, pada anak kurang menyukai makan bersama keluarga mereka lebih memilih makan sambil menonton tv (Hariyani, 2011).

c. Kebiasaan mengemil

Anak usia sekolah sudah tentu sangat menyukai kue-kue manis yang biasa dimakan di sela-sela waktu luang. Biasanya anak mengonsumsi cemilan minimal 3 kali/hari dimana cemuilan tersebut berkontribusi terhadap 25% asupan energi sehari. Mengemil justru dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh karena pada cemilan sangat sarat akan serat, kalsium dan zat besi namut tinggi lemak jenuh dan gula. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan jika konsumsinya berlebihan. Cemilan yang paling populer dan disukai oleh anak usia sekolah adalah permen, biskuit, gorengan, coklat dll (Hariyani, 2011).

2.2.4 Risiko Kegemukan

Dari segi fisik, orang yang mengalami Kegemukan akan merasa minder dan kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungannya (Proverawati, 2010).Kegemukan pada

anak juga dapat mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan yang merugikan kualitas hidupnya seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnoe ( henti napas sesaat), dan gangguan pernafasan (Hariyani, 2011). Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh. Anak yang kegemukan akan berisiko terserang penyakit degeneratif dan penyakit kardiovaskuler. Penyakit yang sekarang dapat dijumpai pada kalangan anak-anak seperti hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe-2 yang dulunya hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia. Dari penyakit-penyakit tesebut dapat disebabkan oleh adanya kegemukan pada anak-anak. Menurut penelitian Atabek, Pirahon dan Kivrak (2007) menunjukan bahwa adanya aterosklerosis pada dinding vaskuler anak-anak dan cendrungan anak juga dapat mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan yang merugikan kualitas hidupnya seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnoe ( henti napas sesaat), dan gangguan pernafasan (Hariyani, 2011). Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh. Anak yang kegemukan akan berisiko terserang penyakit degeneratif dan penyakit kardiovaskuler. Penyakit yang sekarang dapat dijumpai pada kalangan anak-anak seperti hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe-2 yang dulunya hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia. Dari penyakit-penyakit tesebut dapat disebabkan oleh adanya kegemukan pada anak-anak. Menurut penelitian Atabek, Pirahon dan Kivrak (2007) menunjukan bahwa adanya aterosklerosis pada dinding vaskuler anak-anak dan cendrungan

Kegemukan yang terjadi pada masa anak-anak dapat menyebabkan kelainan bentuk dan ukuran tulang karena pada usia anak-anak merupakan masa-masa pertumbuhan. Kegemukan pun dapat mengakibatkan rasa nyeri pada saat berdiri, berjalan maupun berlari karena memberikan tekanan dan regangan yang lebih besar terutama pada tulang kaki, dibandingkan dengan anak yang mempunyai berat badan normal (Misnardialy, 2007).

Dibawah ini risiko penyakit akibat kegemukan:

a. Hipertensi Orang dengan kegemukan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi). Menurut penelitian Wirakusumah (1994) bahwa anak yang mengalami kegemukan mempunyai risiko dua kali lebih besar terserang hipertensi pada usia dewsa dibandingkan anak dengan berat badan normal.

b. Jantung Koroner Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan sekitar 88% mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner. Penelitian lain juga menunjukan kegemukan yang terjadi pada usia anak-anak ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia lebih tua (Proverawati, 2010).

c. Diabetes Melitus Lebih dari 90% penderita diabetes melitus adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah, maka dianjurkan bagi c. Diabetes Melitus Lebih dari 90% penderita diabetes melitus adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah, maka dianjurkan bagi

d. Gout Penderita kegemukan mempunayai risiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang dengan berat badan ideal.

e. Batu Empedu Penderita kegemukan mempunyai risiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel.

f. Kanker Hasil penelitian menunjukan bahwa laki-laki dengan kegemukan dan obesitas akan berisikoterkena kanker usus besar, rectum dan kelenjar prostat. Sedangkan pada wanita akan berisiko terkena kanker rahim dan kanker payudara. (Proverawati, 2010)

2.3 HubunganKonsumsi Buah dan Sayur dan Kegemukan

2.3.1 Konsumsi Buah dan Sayur

Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur. Dalam hidangan orang Indonesia, sayuran merupakan makanan pokok pemberi serat dalam hidangan. Sedangkan buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur. Dalam hidangan orang Indonesia, sayuran merupakan makanan pokok pemberi serat dalam hidangan. Sedangkan buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang

Menurut World Health Organisation (WHO) menganjurkan konsumsi buah dan sayur 400 gram perorang dalam satu hari yang terdiri dari 250 gram sayur ( setara dengan 2 ½ porsi atau 2 ½ gelas sayur yang telah direbus atau ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 ½ potong pepaya ukuran sedang atau 3 jeruk ukuran sedang). Untuk orang indonesia sendiri menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014) anjuran konsumsi buah dan sayur untuk anak balita dan anak sekolah adalah 300-400 gram perhari dan 400-600 gram perhari untuk remaja dan orang dewasa.

Buah dan sayur merupakan bahan pangan banyak memberi manfaat bagi tubuh. Hal ini karena dalam buah dan sayur banyak mengandung zat gizi dan non gizi seperti vitamin, mineral dan serat yang dapat menopang kehidupan manusia untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Kandungan serat pada buah berkisar 0,5-5 gram dalam 100 gram berat buah. Begitupun sayur memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat yang dianjurkan sehari yaitu 20-38 gram dapat dipenuhi dengan mengonsumsi buah, kacang-kacangan, sayur dan padi-padian. Selain kandungan serat didalam sayuran pun banyak mengandung zat gizi lain yang sangat penting bagi kesehatan tubuh seperti mempunyai kadar air yang tinggi berkisar 70-95%, mengandung karbohidrat, tinggi vitamin dan mineral. Namun pada buah dan sayur sangat rendah kandungan lemak dan protein oleh karena itu sangat cocok untuk mencegah kegemukan, menurunkan kadar kolesterol, kadar gula, mencegah penyebaran sel kanker, menyembuhkan luka lambung, mencegah diare dan Buah dan sayur merupakan bahan pangan banyak memberi manfaat bagi tubuh. Hal ini karena dalam buah dan sayur banyak mengandung zat gizi dan non gizi seperti vitamin, mineral dan serat yang dapat menopang kehidupan manusia untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Kandungan serat pada buah berkisar 0,5-5 gram dalam 100 gram berat buah. Begitupun sayur memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat yang dianjurkan sehari yaitu 20-38 gram dapat dipenuhi dengan mengonsumsi buah, kacang-kacangan, sayur dan padi-padian. Selain kandungan serat didalam sayuran pun banyak mengandung zat gizi lain yang sangat penting bagi kesehatan tubuh seperti mempunyai kadar air yang tinggi berkisar 70-95%, mengandung karbohidrat, tinggi vitamin dan mineral. Namun pada buah dan sayur sangat rendah kandungan lemak dan protein oleh karena itu sangat cocok untuk mencegah kegemukan, menurunkan kadar kolesterol, kadar gula, mencegah penyebaran sel kanker, menyembuhkan luka lambung, mencegah diare dan

Kandungan zat gizi pada buah dan sayur:

a. Vitamin Buah dan sayur sebagai sumber vitamin karena didalamnya

mengandung berbagai macam jenis vitamin yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Vitamin merupakan kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan yang tidak termasuk pada golongan protein, karbohidrat maupun lemak. Kebutuhan vitamin relatif kecil namun perannanya bagi tubuh sangat penting. Peranannya termasuk pada kelompok zat pengatur, pemelihara dan pertumbuhan. disamping itu vitamin merupakan senyawa organik yangmudah rusak oleh pengolahan dan penyimpanan. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh secara cukup, karenanya harus diperoleh dari makanan. sebagian besar sayur dan buah merupakan sumber vitaminn A dan C yang berperan sebagai antioksidan untuk meencegah adanya radikal bebas pada tubuh sebagi risiko terjadinya kanker. Sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin A seperti wortel, tomat, pepaya, sayuran hijau. Semakin hijau sayuran maka semakin tinggi kadar karotennya (provitamin A). Sedangkan vitamin C banyak terdapat buah yang berasa asam (Winarno, 2007).

b. Mineral Mineral yang banyak terkandung dalam sayur dan buah

seperti kalium, magnesium, kalsium dan zat besi. sebagian besar mineral berperan dalam melawan radikal bebas dalam tubuh (sebagai antioksidan) dan berperan sebagi imunitas yang mencegah terjadinya beberapa penyakit infeksi. Kalium sendiri berfungsi sebagai pemelihara keseimbangan cairan dana elektrolit dalam tubuh sehingga jika seseorang kekurangan kalium akan menyebabkan lemah, lesu kehilangan nafsu makan dan konstipasi. Dalam sayuran terutama sayuran hijau banyak mengandung zat besi dimana zat besi berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru- paru ke jaringan tubuh dalam bentuk hemoglobin dalam darah. Dengan mengonsumsi sayur dan buah tubuh akan tercukupi beberapa kebutuhan mineralnya. (Almatsier, 2009).

c. Pigmen Selain itu, dalam buah dan sayuran terdapat empat kelompok

pigmen yaitu klorofil, karotenoid, antosianin dan antosantin. Warna hijau sayuran disebabkan oleh pigmen hijau yang disebut klorofil. Pigmen-pigmen tersebut merupakan sebagai antioksidan yang sangat baik tubuh karena seperti dapat menghambat terjadinya flak dalam pembuluh darah, mencegah infeksi, menghambat penuaan dan meremajakan sel-sel tubuh dan sebagai sistem kekebalan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit.

d. Serat Serat merupakan komponen jaringan pada tumbuhan atau

tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Serat- serat tersebut banyak dari dinding sel berbagai sayuran dan buah- buahan. Secara kimiawi dinding sel tersebut terdiri dari berbagai tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Serat- serat tersebut banyak dari dinding sel berbagai sayuran dan buah- buahan. Secara kimiawi dinding sel tersebut terdiri dari berbagai

Serat dibagi menjadi dua jenis menurut daya larutnya terhadap air yaitu serat larut air dan serat tidak larut air

1. Serat larut air meliputi pektin, gum dan mucilage. Pektin banyak ditemukan pada buah dan sayur seperti pada apel, jeruk dan wortel. Pengaruh serat larut dalam saluran cerna berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menahan air dan membentuk gumpalan gel serta membantu sebagai substrat untuk fermentasi oleh bakteri yang berada diusus besar.

2. Serat ltidak larut air terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang banyak terdapat pada beras, gandum, sayuran dan buah- buahan. Lignin adalah semacam material nonkarbohidrat yang termasuk juga dalam serat, yaitu komponen utama pada pohon dan memberikan struktur pada bagian batang tumbuhan. Serat ini memiliki bagian yang sangat kecil untuk dikonsumsi dan paling sering ditemukan pada kulit buah yang dapat dimakan. Serat ini penting untuk memperbesar massa feses (Padmiari, 2010).

2.3.2 Konsumsi Buah dan Sayur dan Kegemukan

Dari berbagai kandungannya, sayur dan buah mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan terutama untuk masalah kegemukan.Menurut penelitian dari Ratu Ayudewi (2011) menunjukan 90% anak yang mengalami kegemukan hanya mengonsumsi buah dan sayur < 3 Porsi/hari. Salah satu kandungan yang sangat berpengaruh terhadap kegemukan adalah serat. Serat jenis larut air yang terdapat dalam buah dan sayur sangat berguna Dari berbagai kandungannya, sayur dan buah mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan terutama untuk masalah kegemukan.Menurut penelitian dari Ratu Ayudewi (2011) menunjukan 90% anak yang mengalami kegemukan hanya mengonsumsi buah dan sayur < 3 Porsi/hari. Salah satu kandungan yang sangat berpengaruh terhadap kegemukan adalah serat. Serat jenis larut air yang terdapat dalam buah dan sayur sangat berguna

Manfaat lain dari konsumsi buah dan sayur yang tinggi serat adalah diet tinggi serat ini dapat membantu dalam mengendalikan berat badan dan mengurangi terjadinya obesitas. Buah dan sayur yang banyak mengandung serat membantu mengikat bahan penyebab kanker (karsinogenik) dan mengeluarkannya dari usus besar. Demikian pula hanlnya mengapa serat dapat mencegah wasir. Asupan serat dibutuhkan oleh tubuh sebesar 25 gram/hari.Apabila asupan serat rendah, maka dapat menyebabkan obesitas yang berdampak terhadap peningkatan tekanan darah dan penyakit degeneratif (Padmiari, 2010).

Tabel 2.3 KANDUNGAN SERAT DALAM 100 GRAM BUAH

No.

Bahan

Kandungan Serat (gr)

3. Jambu biji

4. Nanas besar

6. Pisang ambon

7. Pepaya

8. Pisang Raja Bulu

23.17 Sumber: Pusat Penelitian & Pengembangan Gizi, Bogor

9. Apel Manalagi

Tabel 2.4 KANDUNGAN SERAT DALAM 100 GRAM SAYUR

No.

Bahan

Kandungan serat (gr)

3. Bayam (daun)

5. Daun kangkung

7. Daun Singkong

2.5 Sumber : Pusat Penelitian & Pengembangan Gizi, Bogor

10. Kacang Panjang

Beberapa manfaat serat pada buah dan sayur menurut Siti Hamida (2015):

A. Karena serat mengandung rendah energi maka dapat membuat menu makanan menjadi lebih rendah kalori

B. Makanan untuk program penurunan berat badan. Serat dapat menumbuhkan rasa kenyang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mencegah konsumsi makanan lainnya

C. Serat dalam usus dapat mengikat glukosa, maka serat memiliki fungsi memberikan efek hipoglikemik yaitu memberi efek pada penurunan gula darah sehingga cocok untuk penderita Diabetes Melitus.

D. Konsumsi serat yang tinggi akan menyebabkan sekresi asam empedu lebih banyak mengeluarkan kolestrol dan lemak melalui feses. Hal ini sangat membantu bagi orang mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolestrol .

E. Serat dapat mencegah penyerapan kembali asasm empedu, lemak dan kolestrol dan memberikan efek hipoglikemik sehingga bermanfaat bagi diet hipokolestrolemik. Keadaan ini dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner.

Terlepas dari manfaat serat untuk kegemukan, kandungan vitamin, mineral dan pigmen berperan aktif dalam mencegah adanya penyakit-penyakit degeneratif dan kardiovaskuler dimana menjadi faktor risiko pada penderita kegemukan. Anak yang sudah kegemukan dengan mengonsumsibuah dan sayur sesuai dengan yang dianjurkan selain dapat menurunkan berat badan juga dapat menurunkan faktor-faktor risiko tersebut yang diakibatkan karena kegemukan.

2.4 Survei Konsumsi Pangan

Survei penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan dan kelompok secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Tujuan dari survei konsumsi pangan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan menggambarkan tingkat kecukupan bahan makanan yang dikonsumsi dalam tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap survei konsumsi pangan (Supariasa, 2002).

Mengukur konsumsi makanan pada tingkat individu adalah cara menilai konsumsi makanan yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan makan dan asupan gizi pada individu. Pengukuran konsumsi makanan pada individu dibedakan menjadi dua yaitu metoda kuantitatif dan kualitatif. Metoda kuantitatif digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dimana data jumlah makanan yang dikonsumsi dapat dihitung asupan gizi perharinya sehingga dapat diketahui jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi individu. Yang termasuk metode kuantitatif ini diantaranya metode Recall 24 jam, Estimated Food record dan Food Weighing. Metoda kualitatif yaitu metoda yang digunakan untuk menghasilkan data konsumsi kualitatif dimana hanya menggambarkan pola dan kebiasaan makan individu. Makanan yang dikonsumsi diukur menurut frekuensi konsumsi setiap jenis makanan. metode kualitatif ini diantaranya Food Frequency dan Dietary History (Gibson, 2005).

Salah satu survei konsumsi pangan pada tingkat individu metode kualitatif adalah metode frekuensi makanan (Food Frequency Quetionnaire) yang merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data tentang pola dan kebiasaan makan individu pada kurun waktu tertentu (hari/ minggu/ bulan/ tahun). Metode Salah satu survei konsumsi pangan pada tingkat individu metode kualitatif adalah metode frekuensi makanan (Food Frequency Quetionnaire) yang merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data tentang pola dan kebiasaan makan individu pada kurun waktu tertentu (hari/ minggu/ bulan/ tahun). Metode

2.4.1SemiquantitativeFood Frequency Questionnaire (SFFQ)

Semiquantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ) merupakan metode survei konsumsi makanan yang tergolong pada metoda semi kuantitatif karena pengukurannya tidak hanya menekankan pada frekuensi makan namun juga dapat digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif berapa banyak bahan makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang ditanyakan adalah yang spesifik untuk zat gizi tertentu, makanan tertentu atau kelompok makanan tertentu. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung atau dengan responden sendiri yang memberikan tanda pada kuisioner. Kuisioner yang digunakan hanya memuat daftar sejumlah bahan makanan atau makanan dan frekuensi yang sering dikonsumsi oleh responden serta daftar makanan disesuaikan dengan tujuan pengumpulan data. Setelah mendapatkan data dilakukan pengolahan data untuk mengetahui pola dan kebiasaan makan individu tersebut dalam kurun waktu tertentu

(Gibson,

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat penimbunan lemak yang berlebihan. Kegemukan dapat diakibatkan oleh interaksi faktor lingkungan (asupan makanan dan faktor aktivitas) dan faktor genetis. Sebagian besar kejadian kegemukan pada anak disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu asupan makanan. Salah satu asupan makanan yang berpengaruh terhadap kejadian kegemukan pada anak sekolah adalah kurangnya konsumsi sayuran dan buah.

Untuk lebih memperjelas mengenai hubungan konsumsi buah dan sayur dan kegemukan dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini:

Konsumsi buah Kegemukan

Konsumsi sayur

Gambar 3.1 KERANGKA KONSEP HUBUNGAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KEGEMUKAN PADA SISWA KELAS 5 DI SD ISLAM DARUL HIKAM BANDUNG

Keterangan: Variabel Independen

: Konsumsi Buah

Konsumsi Sayur

Variabel Dependen

: Kegemukan

3.2 Hipotesis

1. Sampel dengan konsumsi buah kurang berisiko mengalami kegemukan.

2. Sampel dengan konsumsi sayur kurang berisiko mengalami kegemukan

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Konsumsi Buah

Rata-rata konsumsi buah perhari yang dikonsumsi oleh responden dalam kurun waktu sebulan terakhir yang dinyatakan dalam satuan gram dengan menggunakan metode SFFQ dan menggunakan alat bantu food model. Cara Ukur

: Wawancara

Alat ukur

:Form

Semiquantitative

Food Frequency

Questionnaire (SFFQ)

Hasil ukur

1. Kurang, bila konsumsi buah <100gram/hari

2. Cukup, bila konsumsi buah ≥100 gram/hari (Pedoman Gizi Seimbang 2014)

Skala

: Ordinal

3.3.2 Konsumsi Sayur

Rata-rata konsumsi sayur perhari yang dikonsumsi oleh responden dalam kurun waktu sebulan terakhir yang dinyatakan dalam satuan gram dengan menggunakan metode SFFQ dan menggunakan alat bantu food model. Cara Ukur

: Wawancara

Alat ukur

:Form

Semiquantitative

Food Frequency

Questionnaire (SFFQ)

Hasil ukur

1. Kurang, bila konsumsi sayur <200 gram/hari

2. Cukup, bila konsumsi sayur ≥200 gram/hari (Pedoman Gizi Seimbang 2014)

Kegemukan merupakan status gizi yang menunjukan adanya kelebihan asupan energi dibandingkan dengan kebutuhan dilihat dari pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dikonversi menjadi Indeks Massa Tubuh menurut umur. Cara ukur

: Pengukuran Berat badan dan Tinggi badan Alat ukur

: Antropometri

Hasil ukur