Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berb. pdf

(PBL) Mapel Prakarya Dan Kewirausahaan Bidang Kerajinan Sofa Botol

Plastik (SOBOPAS) Dengan Evaluasi Quipper

NASKAH LOMBA INOVASI PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH TINGKAT NASIONAL

TAHUN 2016

Oleh: JAENURI, S. Pd NIP : 19741219 200701 1 007

SMA NEGERI 1 GRESIK JL. ARIF RAHMAN HAKIM 01 GRESIK

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah, penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwasannya telah melimpahkan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran dengan judul “Optimalisasi Diskusi Problem Based Learning Sofa Botol Plastik Air Minum Kemasan (Sobopas) Dengan Evaluasi Quipper School Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan”.

Ucapan terima kasih dipersembahkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini, khususnyakepada:

1. Bapak Mahin, S. Pd, MM selaku Kepala Dinkas kabupaten Gresik;

2. Bapak Mustakim, S. S, M.Si Selaku Pengawas Sekolah Dinkas kabupaten Gresik dan Validator;

3. Bapak Drs. Suswanto, MM selaku Kepala SMA Negeri 1 Gresik dan Validator ;

4. Bapak / Ibu rekan kerja peneliti di SMA N 1 Gresik

5. Istri dan rekan kerja yang telah membantu baik dukungan moral maupun materi.

6. Siswa/i SMAN 1 Gresik yang menginspirasi penulis mewujudkan karya ilmiah ini.

Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya konstruktif guna penyempurnaan karya ilmiah ini.

Gresik, Oktober 2016

Peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

21

A. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran ……………

23

B. Hasil Validasi perangkat pembelajaran ...........................

33

C. Hasil kepraktisan perangkat pembelajaran ……………….

37

D. Hasil keefektifan perangkat pembelajaran .............………

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

42

A. SIMPULAN …………………………………………….……..

42

B. SARAN ……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 43

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Peserta Lomba

2. Surat Rekomendasi Desiminasi

3. Daftar hadir Peserta Desiminasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sofa Modern Classic …………………………………………

ABSTRAK

Perkembangan dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan siswa mengalami perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi siswa dalam roses belajar mengajar yaitu metode yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi/program diklat. Ketika metode yang digunakan tidak mengena terhadap siswa, mungkin saja tujuan yang diharapkan tidak tercapai.

Rumusan masalah dalam karya tulis ini, yaitu : 1)Bagaimanakah validitas perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS?,

perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS? dan 3)Bagaimanakah keefektifan perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS dengan evaluasi Quipper?

2)Bagaimanakah

kepraktisan

Hasil diskusi persoalan botol plastik yang akan di proses menjadi sofa SOBOPAS. Dari diskusi PBL semua kelompok disepakati desain lingkaran. Nilai rata-rata siswa pretest 68.75 menjadi 80. Data validasi silabus, RPP, LKS, pemahaman konsep dengan Quipper menyimpulkan Perangkat pembelajaran menggunakan model Diskusi berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS dilakukan sangat praktis, efektif dan dapat dikembangkan

Kata Kunci : Diskusi, Problem Based Learning, Botol Air Minum kemasan, quipper school

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak jenis sampah yang berasal dari bahan baku non biologis dan sulit terurai, sehingga seringkali menumpuk di lingkungan. Sampah anorganik atau disebut juga sampah kering sulit diuraikan secara alamiah, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut. Plastik tergolong ke dalam sampah anorganik yaitu: plastik bentuk botol, kantong dan sebagainya. Jenis sampah plastik adalah sampah yang paling banyak dibuang oleh masyarakat sekitar kita. Masyarakat menggunakan plastik untuk keperluannya sehari-hari seperti perorangan, toko, perusahaan besar maupun kecil. Pusat perbelanjaan pasti akan membutuhkan plastik untuk membawa barang belanjaan, jika plastik itu sudah tak terpakai apakah plastik itu akan disimpan atau dibuang begitu saja. Pembuangan sampah-sampah plastik kedalam air dan tanah telah menambah tingkat kesengsaraan alam.

Sekolah Menengah Atas (SMA; bahasa Inggris: Senior High School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Pada saat pendaftaran masuk SMA ada sekolah menggunakan sistem online. Siswa dapat memilih sekolah yang diinginkan dan memilih jurusan pada jenjang SMK. Pada akhir tahun ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti ujian nasional. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi atau langsung bekerja.

Dalam kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Mata pelajaran ini terdapat pada kelompok C. Prakarya dapat dipahami sebagai pra-karya, yaitu sebuah proses sebelum terjadinya sebuah karya, termasuk di dalamnya pembinaan apresiasi dan produksi karya. Dalam Silabus Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan untuk tingkat SMA/MA/SMK/MAK dirancang untuk membekali insan Indonesia agar mampu:

1. menemukan, membuat, merancang ulang dan mengembangkan produk 1. menemukan, membuat, merancang ulang dan mengembangkan produk

2. menemukan atau mengemukakan gagasan atau ide-ide yang mampu

memunculkan bakat peserta didik, terutama pada jenjang pendidikan dasar;

3. mengembangkan kreatifitas melalui: mencipta, merancang, memodifikasi, dan

teknologi dasar, kewirausahaan dan kearifan lokal,

4. melatih kepekaan peserta didik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk menjadi inovator dengan mengembangkan: rasa ingin tahu, rasa kepedulian, rasa keindahan;

5. membangun jiwa mandiri dan inovatif peserta didik yang berkarakter: jujur, bertanggungjawab, disiplin, peduli dan toleransi;

6. menumbuhkembangkan pola pikir teknologis dan estetis: cekatan, ekonomis dan praktis.

Pembelajaran yang hanya menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi kreativitas siswa dalam mengkonstruk pengetahuan dalam dirinya. Banyak siswa yang merasa bingung dan sulit mendalami dengan materi yang telah disampaikan guru, akibatnya siswa cenderung malas untuk mencari informasi dari luar atau dari berbagai sumber referensi. Hal ini bisa mempengaruhi pada kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Penerapan model pembelajaran sangat penting bagi siswa, karena minat dan perhatian dapat meningkatkan sehingga interaksi siswa dan guru berjalan. Materi disesuaikan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa agar mudah memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan tingkat SMA menggunakan pendekatan saintifik yang tercantum dalam silabus kurikulum 2013. Pembelajaran dilakukan dapat menggunakan model-model

3 pembelajaran, antara lain: Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Pembelajaran penemuan dan penyelidikan (Discovery-Inquiry learning), Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL) Mapel Prakarya Dan Kewirausahaan Bidang Kerajinan Sofa Botol Plastik (SOBOPAS) Dengan Evaluasi Quipper”.

Penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas XI di SMAN 1 Gresik di Kabupaten Gresik tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang mengembangkan model pembelajaran diskusi berbasis PBL pada bidang kerajinan pokok bahasan sofa botol plastik air minum kemasan (SOBOPAS).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS? Untuk mencapai hal tersebut didukung beberapa hal yaitu:

1. Bagaimanakah validitas perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS?

2. Bagaimanakah kepraktisan perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS?

3. Bagaimanakah keefektifan perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis PBL Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA pada bidang Kerajinan SOBOPAS dengan evaluasi Quipper?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran pada Mapel Prakarya

4 dan Kewirausahaan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

PBL pada bidang Kerajinan SOBOPAS?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru Diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tersedianya perangkat pembelajaran yang layak sebagai penunjang pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL. Dengan adanya pengembangan perangkat ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengorganisasikan kegiatan untuk siswa khususnya bidang kerajinan Sobopas.

2. Bagi Siswa Dengan adanya perangkat pembelajaran yang

dikembangkan menggunakan model pembelajaran PBL diharapkan terciptanya suasana belajar yang kondusif, inovatif dan menyenangkan sehingga memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan sehingga berpengaruh positif untuk mengatasi masalah yang ada di sekitar kita.

3. Bagi Peneliti Menambah wawasan peneliti tentang penggunaan model pembelajaran PBL pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan khususnya Bidang Kerajinan Sobopas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED

LEARNING / PBL) Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.

Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”. Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) : ”Model pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.

Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

6 Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada

mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.

c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

d. Menghasilkan produk atau karya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer

e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan. Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)

Tabel 1. Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah

Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru 1 Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menampilkan masalah logistik yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan

Guru

mendefenisikan dan siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

membantu

siswa

3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi penyelidikan individual yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat

maupun kelompok penjelasan pemecahan masalah.

7 4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.

5 Menganalisa dan Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang

pemecahan masalah mereka gunakan.

B. KURSI SOFA

Secara fisik sofa umumnya terdiri dari tiga dudukan (three seaters), dua dudukan (two seaters)-lazim disebut dengan istilah love seats, dan satu dudukan (one seater). Faktor kekuatan mengandalkan konstruksi rangka kayu yang berkualitas, busa dan per berfungsi membentuk sandaran dan dudukan- keseluruhannya mengambil bagian dari keindahan desain dan

9 kenyamanannya.

Sofa berasal dari bahasa Arab: soffah, sementara dalam bahasa Inggris disebut couch, atau dalam bahasa Perancis: coucher, dan bahasa Turkinya divan. Sejak dulu sofa menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia. Bagi bangsa Mesir dan Yunani kuno, sofa menjadi status simbol-mengamati sofa yang digunakan Tutankhamen, tinggi sofa menjadi ukuran yang menentukan status simbol pemiliknya.

Jika merunut sejarah, sofa sudah dikenal sejak zaman Romawi. Fungsinya pun hingga kini tidak jauh bergeser. Hanya saja, jika dulu sofa lebih dimonopoli oleh kaum bangsawan tapi kini hampir semua masyarakat dari berbagai kalangan sudah mampu memilikinya.

Menarik perhatian adalah John Collier (1850-1934) dalam lukisannya The Death of Cleopatra yang memberikan ilustrasi sofa pada zaman itu yang mengadopsi anatomi tubuh binatang dan melayani fungsi yang sangat unik, yaitu sebagai tempat membaringkan mayat. Adapun masyarakat Yunani kuno menggunakan sofa sebagai bagian dari meja makan dan tempat berbaring pada siang hari.

Sofa yang diproduksi sebelum abad 16 banyak dihiasi kaki-kaki kayu yang diukir indah. Sementara Eropa mulai dipengaruhi China, ini menumbuhkan desain yang disebut Chinoisiere. Pada abad berikutnya ukiran kayu tampil semakin mendetail, ditunjang bahan pembungkus yang juga makin bervariasi.

Munculnya penemuan baru di Eropa juga memengaruhi desain sofa. Di satu sisi ukiran semakin terelaborasi, di sisi lain karakter industri mulai berkembang. Dampak zaman modern mengantar penemuan material dan bahan kayu yang menjadikan sofa semakin terjangkau masyarakat umum. Konsekuensinya, citra sofa sebagai status simbol bergerak menjadi mebel milik umum.

Kenyataan ini membuat para desainer, seperti Le Corbusier, Mies van der Rohe, dan Marcel Breuer, masa itu melahirkan desain sofa yang menerjemahkannya dengan nilai estetika tinggi melalui perpaduan bahan galian industri: metal dengan bahan alami kulit.

Gambar 1. Sofa Modern Classic

http://www.sofa.co.id/model/sofa-modern-classic/

Sejak awal abad 17 sofa dengan bahan pembungkusnya telah menjadi pelengkap mebel di rumah hunian. Sekarang sofa ditemukan hampir di setiap hunian. Sofa yang umumnya tampil dengan bantalan lengan menjadi tempat duduk untuk melepaskan kepenatan, menunggu, membaca, dan berkomunikasi. Sofa nyaris bisa digunakan hampir di setiap ruangan. Di ruang tamu, bagi pemilik rumah yang ingin berhadapan dengan tamu dalam suasana formal dapat memilih bentuk sofa yang juga berbentuk formal. Di sini bahan pembungkusnya cenderung mengarah kepada kulit atau kain tanpa corak maupun bercorak geometris. Bagi pemilik rumah yang ingin memberi suasana "welcome" dapat memilih bentuk sofa yang lebih luwes, dengan pilihan kain pelapis dan warna lebih bervariasi.

C. Botol Plastik

Botol adalah tempat penyimpanan dengan bagian leher yang lebih sempit dari pada badan dan "mulut"-nya. Botol umumnya terbuat dari gelas, plastik, atau aluminium, dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu, minuman ringan, bir, anggur, obat, sabun cair, tinta, dll. Botol dari plastik biasanya dibuat secara ekstrusi. Alat yang digunakan untuk menutup mulut botol disebut tutup botol (eksternal) atau sumbat (internal). Botol dapat juga ditutup dengan cara segel industri.

Botol plastik memang memberikan kesan simple dan mudah dibawa kemana saja. Design botol yang unik serta minimalis tidak jarang membuat para peminumnya menyimpan botol tersebut untuk kembali digunakan. Untuk menghilangkan aroma dan rasa, biasanya botol akan dicuci terlebih dahulu lalu kemudian digunakan hingga berulang-ulang kali.

Tanpa disadari kebiasaan ini akan berdampak buruk bagi kesehatan. Botol plastik bekas yang digunakan berulang-berulang berpotensi menyebabkan penyakit. Mulai dari penurunan daya tahan tubuh sampai kanker payudara dan prostat.

Jenis – Jenis Botol Plastik

a. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)

PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik tembus pandang/transparan seperti botol air mineral, botol minuman, botol jus, botol minyak goreng, botol kecap, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik dan hampir semua botol minuman lainnya.

b. HDPE (high density polyethylene)

HDPE (high density polyethylene) memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE biasa dipakai untuk botol kosmestik, botol obat, botol minuman, botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan jerigen, pelumas. Walaupun demikian HDPE hanya direkomendasikan untuk sekali pakai, karena pelepasan senyawa SbO3(Antimon Trioksida) terus meningkat seiring waktu.

c. PVC (polyvinyl chloride)

10 PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur

ulang. Jenis plastic PVC ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), untuk mairan, selang, pipa bangunan, taplak meja plastik, botol kecap, botol sambal dan botol sampo. PVC mengandung DEHA yang berbahaya bagi kesehatan. Makanan yang dikemas dengan plastik berbahan dapat terkontaminasi karena DEHA melebur/ lumer pada suhu -150C. DEHA juga mudah melebur jika terdapat kontak antara permukaan plastik dengan minyak.

d. LDPE (low density polyethylene)

LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. LDPE dipakai untuk tutup plastik, kantong / tas kresek dan plastik tipis lainnya. Walaupun baik untuk tempat makanan, barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan. Selain itu pada suhu di bawah 600C sangat resisten terhadap senyawa kimia.

e. PP (polypropylene)

Plastik jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, tutup botol, cup plastik, mairan anak, botol minumdan yang terpenting, pembuatan botol minum untuk bayi. Bahan yang terbuat dari PP memiliki sifat yang elastis, yaitu apabila ditekan akan kembali ke bentuk semula. Karakteristik plastik jenis ini transparan dan cenderung berawan (keruh).

f. PS (polystyrene)

PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai seperti sendok, garpu gelas, dan lainlain. Polystyrene dapat mengeluarkan bahan Styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena berbahaya untuk kesehatan, selain itu bahan ini sulit didaur ulang. Banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP dirancang dan dikembangkan oleh guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar dalam upaya menjabarkan silabus ke dalam rencana tindakan yang jelas dan rinci.

Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 prinsip pengembangan RPP yang disusun oleh guru yang mengacu pada silabus meliputi:

a. Memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan;

b. Dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan;

c. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik;

d. Berpusat pada peserta didik;

e. Berbasis konteks;

f. Berorientasi kekinian;

g. Mengembangkan kemandirian belajar;

h. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran;

i. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan/atau antar muatan; dan j. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dapat menggunakan dengan model-model pembelajaran, antara lain: Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Pembelajaran penemuan dan penyelidikan (Discovery-Inquiry learning), Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Penilaian mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dilakukan terhadap:

 proses menemukan kebutuhan atau peluang melalui mengidentifikasi masalah yang ada di sekitarnya sebagai bukti sikap kritis dan inovatif yang

12

didasari oleh rasa ingin tahu dalam menciptakan peluang  kreativitas dan inovasi

 kemampuan memproduksi ide dan menetapkan ide berdasarkan syarat kebaruan  karya desain dan gambar rancangan produk

 kemampuan menguji/mengevaluasi produk

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan metode Research and Development (R&D) oleh Borg and Gall. Metode penelitian pengembangan dengan metode Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013)

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran

a. Metode Pengembangan Perangkat Pada penelitian ini menggunakan metode pengembangan perangkat pembelajaran R&D yang dikembangkan Borg and Gall. Menurut Borg and Gall menjelaskan empat ciri utama karakteristik R&D sebagai berikut: (1) studying research findings (penelitian awal untuk mendukung produk yang akan dibuat); (2) developing the product (mengembangkan produk); (3) field testing (uji lapangan) ; dan (4) revising (merevisi kekurangan yang ditemukan setelah uji lapangan). Selain itu karakteristik R&D memiliki : (1) R&D bertujuan untuk menghasilkan produk dalam berbagai aspek pembelajaran dan pendidikan; (2) proses pelaksanaan R&D diawali dengan studi atau survei pendahuluan; (3) proses pengembangan dilakukan secara terus- menerus dengan menggunakan instrumen penelitian catatan lapangan dan catatan observasi; dan (4) pengujian validasi dilakukan untuk menguji keandalan yang dilihat dari proses pembelajaran maupun dilihat dari hasil belajar.

Metode pengembangan perangkat pembelajaran yang diadaptasi dari metode R&D Borg and Gall dalam rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Potensi dan Masalah Pengumpulan data

Desain produk

Validasi desain

Saran

Revisi produk

Uji coba produk

Revisi desain

Data

Produk berupa perangkat

Produk (Perangkat Pembelajaran)

Data

Analisis

pembelajaran yang layak (valid, praktis, dan efektif)

Gambar 3.1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model R&D

Penjelasan dari tiap tahapan pengembangan perangkat pembelajaran sebagai berikut:

a. Tahap Potensi dan Masalah

Tahap potensi dan masalah dilakukan dengan cara menganalisis semua potensi dan masalah-masalah yang terdapat di sekolah. Dalam penyampaian materi kerajinan, (1) guru masih mendominasi dengan ceramah, disamping metode tanya jawab; (2) siswa diarahkan pada kemampuan menghafal dan menerima berbagai informasi, tanpa menghubungkan informasi tersebut dengan kehidupan sehari-hari; dan (3) dalam kegiatan belajar mengajar, siswa kurang percaya diri/kurang keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru.

b. Tahap Pengumpulan Data

Setelah potensi dan masalah ditunjukkan maka dilakukan perencanaan pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan kurikulum dan kompetensi pembelajaran yang akan dicapai. Untuk memenuhi hal ini dilakukan studi literatur berupa pengumpulan data yang digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengacu pada Permendikbud No. 24 Tahun 2013 Tentang Kurikulum 2013 SMA/SMK/MA. Berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Permendikbud No. 24 Tahun 2013, maka disusun indikator dan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan indikator yang telah dibuat. Berkaitan dengan bidang kerajinan dengan pokok bahasan sofa botol plastik air minum kemasan.

Berkaitan dengan pokok bahasan sofa botol plastik air minum kemasan tersusun dalam RPP (lihat Lampiran 1).

c. Tahap Desain Produk

Adapun tahap-tahap desain produk adalah sebagai berikut: (1) menentukan KI dan KD yang sesuai dengan pembelajaran bidang kerajinan; (2) menyusun KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan bidang kerajinan dalam Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (3) menyusun indikator dan aspek penilaian keterampilan untuk mengukur keterampilan proses pada siswa yang dilatihkan dengan menggunakan LKS; (4) menyusun dan mengemas materi bidang kerajinan pokok bahasan sobopas; (5) menyusun indikator dan aspek penilaian sikap spiritual dan sosial untuk mengukur penilaian sikap spiritual dan sosial pada siswa; (6) menyusun butir-butir tes untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa; dan (7) menelaah semua perangkat pembelajaran yang telah dibuat mencakup silabus, RPP, LKS, dan penilaian hasil belajar siswa, bersama pakar / ahli.

d. Tahap Validasi Produk

Tahap ini dilakukan dengan tujuan menilai kualitas perangkat pembelajaran, meliputi: validasi silabus, validasi RPP, validasi LKS, dan validasi penilaian hasil belajar siswa. Selain itu, tahap validasi produk dilakukan untuk memperoleh umpan balik dari pakar pendidikan terhadap koreksi dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan sebagai upaya menyempurnakan rancangan awal perangkat pembelajaran.

e. Tahap Revisi Produk

Tahap ini dilakukan perbaikan pada hal-hal yang kurang dan perlu perbaikan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Setelah dilakukan perbaikan dari perangkat pembelajaran yang telah divalidasi menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid.

f. Tahap Uji Coba Produk

Tahap ini dilakukan uji coba untuk menerapkan rancangan perangkat pembelajaran yang telah valid dengan tujuan untuk mengetahui: (1)

kepraktisan terhadap penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran; dan (2) keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan diukur dari perolehan hasil belajar siswa serta respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Uji coba dilakukan kepada 32 orang siswa kelas XI SMAN 1 Gresik tahun pelajaran 2016/2017.

g. Tahap Revisi Produk Pada tahap ini dilakukan perbaikan pada hal-hal yang kurang dan perlu perbaikan. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran yang telah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan atas saran/masukan.

2. Tahap Implementasi Perangkat Pembelajaran

Adapun langkah-langkah dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu:

1. Memberikan pretest untuk mengukur variabel terikat sebelum

perlakuan (O 1 ),

2. Memberikan perlakuan kepada siswa,

3. Memberikan postest untuk mengukur variabel terikat setelah

perlakuan (O 2 ).

Jadi dalam pelaksanaan uji coba sesungguhnya, sebuah kelompok yang diukur dan diamati tidak hanya setelah perlakuan, tetapi juga sebelum perlakuan. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan:

O 1 XO 2

Keterangan : O 1 : Uji awal, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran bidang kerajinan sebelum diberikan pembelajaran menggunakan model PBL

X : Perlakuan pembelajaran yang mengembangkan perangkat pembelajaran yang mencakup silabus, RPP, LKS, dan penilaian belajar siswa, pada pokok bahasan kerajinan sofa botol plastik.

O 2 : Uji akhir, untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran setelah pembelajaran menggunakan model PBL, serta hasil uji coba perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, hambatan selama pembelajaran, dan respon siswa.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan, karena dalam penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang mencakup silabus, RPP, LKS, dan penilaian hasil belajar siswa yang akan diujicobakan kepada siswa kelas XI SMAN 1 Gresik tahun pelajaran 2016/2017 pada kerajinan sobopas.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian uji coba sesungguhnya dilaksanakan pada tahun pelajaran 2016/2017, pelaksanaan uji coba ini masing-masing dilakukan sebanyak dua kali pertemuan ditambah pretes dan postes, dengan tempat penelitian di SMAN 1 Gresik, Jawa Timur. Terkait dengan tempat penelitian di SMAN 1 Gresik dipilih karena berdasarkan observasi awal bahwa sekolah tersebut siswanya kurang memiliki minat dan motivasi dalam mengikuti kegiatan.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Validasi

Teknik validasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan, meliputi: silabus, RPP, LKS, dan lembar penilaian.

2. Dokumentasi

18 Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data-data mengenai:

nama siswa sebagai subyek penelitian; nilai tes siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran; foto/vidio siswa pada saat pembelajaran; serta data pendukung lain yang diperlukan.

3. Pengamatan

Pengamatan digunakan untuk memperoleh data penelitian yang berkenaan dengan keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, penilaian sikap dan keterampilan siswa, dan hambatan selama pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan oleh dua orang pengamat dengan teknik interobserver agreement, yaitu pengamatan untuk variabel yang sama dengan lembar instrumen yang sama tetapi dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Sebelum pengamatan dilakukan, kedua pengamat terlebih dahulu dilatih bagaimana cara menggunakan lembar pengamatan yang baik.

4. Pemberian Penilaian Hasil Belajar

Pemberian penilaian hasil belajar meliputi: penilaian sikap (spiritual dan sosial), penilaian pengetahuan (pretest dan postest sesuai dengan indikator dan tujuan yang dikembangkan oleh peneliti) dan penilaian keterampilan (sebelum dan sesudah dilatihkan keterampilan proses berdasarkan indikator dan tujuan yang dikembangkan oleh peneliti). Penilaian hasil belajar digunakan untuk mengukur atau mengetahui adanya kontribusi model pembelajaran berbasis PBL.

5. Pemberian Pengkategorian Penilaian Perangkat Pembelajaran Interval skor

Kategori Penilaian

Keterangan

3,6 ≤ SV < 4,0 Sangat valid

Dapat digunakan tanpa revisi

2,6 ≤ SV < 3,5 Valid

Dapat digunakan dengan sedikit revisi

1,6 ≤ SV < 2,5 Kurang Valid

Dapat digunakan dengan banyak revisi

1,0 ≤ SV < 1,5 Tidak Valid

Belum dapat digunakan dan masih memerlukan konsultasi

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran

Instrumen validasi perangkat pembelajaran berupa lembar validasi. Lembar validasi digunakan untuk meminta penilaian, pertimbangan, dan masukan dari para pakar terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Komponen-komponen yang akan divalidasi/dinilai oleh para pakar, meliputi: silabus, RPP, LKS, dan lembar penilaian.

2. Instrumen Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Instrumen kepraktisan perangkat pembelajaran terdiri dari:

a. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berisi penilaian terhadap langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai (RPP) yang menggunakan skala likert dan check list. Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua pengamat.

b. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa berisi penilaian terhadap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan siswa setiap 5 menit selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa merupakan keterlibatan siswa sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran PBL. Adapun aktivitas-aktivitas siswa yang diamati meliputi:

1. Fase Assurance : memperhatikan, bertanya, menyampaikan pendapat.

2. Fase Relevance : mendengarkan penjelasan guru.

3. Fase Interest: melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, mempresentasikan hasil data yang diperoleh.

4. Fase Assessment : menjawab pertanyaan.

5. Fase Satisfaction : menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.

3. Instrumen Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Instrumen keefektifan perangkat pembelajaran terdiri dari:

1). Instrumen Penilaian Sikap

Instrumen untuk penilaian sikap merupakanalat penilaian terhadap pengamatan sikap spiritual dan sikap sosial siswa berupa karakter sikap siswa

20 yang diwujudkan dalam perilaku sebagai bagian dari pembelajaran yang

disertai rubrik.

2). Instrumen Penilaian Pengetahuan

Instrumen untuk penilaian pengetahuan merupakan alat penilaian terhadap penguasaan atau pemahaman siswa darimateri pembelajaran. Instrumen untuk penilaian pengetahuanberupa soal tes pengetahuan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk tes tertulis secara on line.

3). Instrumen Penilaian Keterampilan

Instrumen untuk penilaian keterampilanmerupakan alat penilaian terhadap keterampilan siswa dalam memperoleh informasi dari materi yang diajarkan yang disertai rubrik.Penilaian keterampilan berupa tes penilaian keterampilan sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi hasil eksperimen

4. Analisa Perbedaan Perolehan Hasil Belajar Anatara Sebelum PBL Dan Sesudah

pbl.

Menentukan Hepotesa uji t dalam 2 kelompok atau 2 sampel

1. Uji dua arah. pada hipotesis awal tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata1 dan rata-rata2.sedangkan pada hipotesis alternatif sebaliknya yaitu terdapat perbedaan rata-rata 1 dan rata-rata

2. Uji satu arah dimana pada hipotesis awal kelompok/sampel 1 memiliki rata- rata sama dengan atau lebih besar dengan rata-rata kelompok 2. sedangakan hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata kelompok 2.

3. Uji satu arah ini kebalikan pada hipotesis kedua, dimana pada hipotesis awal kelompok/sampel 1 memiliki rata-rata sama dengan atau lebih kecil dengan rata-rata kelompok 2. sedangakan hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kelompok 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengembangan ini menghasilkan perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh para pakar sebelum diujicobakan. Pada uji coba sesungguhnya dilakukan sebagai uji coba lanjutan atas penggunaan produk yang telah di revisi dari hasil uji coba terbatas, terdiri dari:

1. Silabus Silabus yang dikembangkan memuat: (1) identitas sekolah, mata pelajaran, dan kelas; (2) Kompetensi Inti (KI); (3) Kompetensi Dasar (KD); (4) kegiatan pembelajaran; (5) penilaian; (6) alokasi waktu; dan (7) sumber belajar. Selain memuat komponen-komponen tersebut, silabus yang dikembangkan peneliti menambahkan: (1) indikator pembelajaran di dalam unsur silabus, hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam pencapaian Kompetensi Dasar (KD) setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan; (2) kegiatan pembelajaran dalam silabus peneliti memasukkan model pembelajaran Diskusi Berbasis Problem Based Learning dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kegiatan pembelajaran dalam RPP disesuaikan dengan indikator pembelajaran. RPP yang dikembangkan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan digunakan sebagai dasar alat penilaian. RPP yang dikembangkan peneliti memuat komponen tersebut dan menggunakan model pembelajaran Diskusi PBL dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) LKS yang dikembangkan berdasarkan indikator yang tercantum dalam RPP materi kerajinan dengan produk SOBOPAS. LKS yang dikembangkan menggunakan model pembelajaran Diskusi PBL, yaitu 1) Orientasi siswa kepada masalah disini Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menampilkan logistik yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2)

22 Mengorganisasikan siswa untuk belajar, Guru membantu siswa

mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya. 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.

4. Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep pelajaran. Untuk hasil belajar pengetahuan dilihat dari skor peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan untuk hasil belajar keterampilan dilihat dari skor peningkatan terhadap keterampilan proses siswa dalam memperoleh informasi dari materi yang diajarkan. Skor peningkatan pengetahuan digunakan media online yaitu quipper dengan pokok bahasan sobopas dan keterampilan diukur menggunakan uji ketahanan keberhasilan produk sobopas dengan di duduki dalam jangka waktu tertentu. Keberhasilan produk sobopas diuji dengan diijak-ijak dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar sikap merupakan perolehan nilai siswa yang dilihat dari pengamatan terhadap sikap siswa yang sering muncul selama kegiatan pembelajaran berdasarkan aspek-aspek penilaian sikap yang dikembangkan dan dan diukur melalui lembar penilaian sikap yang disertai rubrik. Hasil uji coba II perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran diskusi berbasis PBL pada bidang kerajinan dengan pokok bahasan sobopas bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL yang layak (valid, praktis, dan efektif) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

Hasil validasi perangkat pembelajaran meliputi:

1. Analisis Hasil Validasi Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus yang dikembangkan dalam penelitian ini memasukkan unsur dari model pembelajaran PBL. Validasi silabus dilakukan oleh dua orang validator yang merupakan pengawas sekolah dan kepala sekolah SMAN 1 Gresik. Silabus yang dikembangkan terdapat pada Lampiran 1. Tabel 4.1 dan hasil penilaian pakar terhadap silabus dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Revisi Silabus Berdasarkan Hasil Validasi

Silabus yang

Setelah direvisi direvisi

Sebelum direvisi

pembelajaran pembelajaran

pembelajarannya di kelas pada silabus berisi kegiatan belum sistematis.

siswa secara garis besar selama pembelajaran.

Indikator sikap

sikap spiritual spiritual

Indikator sikap spiritual Indikator

belum operasional.

telah dibuat operasional.

Tabel 4.2 Analisis Hasil Validasi Silabus

Rata-rata No

Penilai

Aspek Penilaian Kategori V1 V2 Skor

1 Penyusunan Silabus

a. Materi pokok 4 4 4 SV b. Kesesuaian materi dengan

3 3 3 V Kompetensi Dasar

c. Kegiatan pembelajaran 3 4 3,5 V d. Indikator

3 3 3 V e. Penilaian

4 4 4 SV f. Sumber pembelajaran

4 4 4 SV

Rata-rata aspek penyusunan silabus 3,6 SV 2 Materi

a. Cakupan dan urutan penyajian sesuai dengan

3 3 3,00 V tingkat perkembangan fisik

dan mental peserta didik b. Materi memuat informasi muktahir sesuai dengan

3 3 3 V kehidupan nyata c. Pengembangan materi sesuai dengan fakta, konsep,

3 4 3,5 V prinsip, prosedur

Rata-rata aspek materi 3 V

Rata-rata No

Penilai

Aspek Penilaian Kategori V1 V2 Skor

3 Kegiatan Pembelajaran

a. Kesesuaian dengan 4 4 3 V Kompetensi Dasar

b. Kesesuaian dengan indikator

c. Kesesuaian dengan materi 4 4 4 SV d. Dapat dan mudah diukur

4 4 SV

Rata-rata aspek kegiatan pembelajaran 3,5 SV 4 Indikator

a. Indikator pencapaian dikembangkan sesuai

4 4 4 SV dengan karakteristik peserta

didik b. Indikator pencapaian dikembangkan sesuai

4 3 3,5 V dengan kebutuhan peserta

didik c. Indikator pembelajaran disesuaikan dengan tujuan

3 3 3 V pembelajaran

Rata-rata aspek indikator 3,5 V 5 Penilaian

Penilaian disesuaikan dengan 4 3 3,5

V indikator pencapaian

Rata-rata aspek penilaian 3,5 V 6 Alokasi waktu

Penentuan alokasi waktu didasarkan pada jumlah, keluasan, kedalaman, dan

3 3 3 V tingkat kesulitan Kompetensi Dasar

Rata-rata aspek alokasi waktu 3 SV 7 Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada Kompetensi

4 4 4 SV Inti dan Kompetensi Dasar

Rata-rata aspek sumber belajar 4,00 SV

Keterangan V1 : Validator 1 SV : Sangat Valid V2 : Validator 2 V : Valid

1 : Tidak baik 3 : Cukup baik

2 : Kurang baik 4 : Baik

Untuk lebih jelasnya skor rata-rata pada tiap aspek dari hasil validasi silabus ditunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Diagram Validasi Silabus

Berdasarkan hasil penilaian oleh para validator, diperoleh informasi bahwa skor rata-rata setiap aspek yang dinilai oleh kedua validator pada silabus memiliki rentang 3,00 sampai 4,00. Dari skor rata-rata yang diperoleh, secara umum silabus yang dikembangkan dikategorikan valid dan dapat dipergunakan dengan sedikit revisi.

2. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. RPP yang dikembangkan berbasis model pembelajaran Diskusi berbasis PBL yang dilakukan dalam dua kali pertemuan. Validasi RPP dilakukan oleh dua orang validator yang merupakan pengawas sekolah dan kepala sekolah SMAN 1 Gresik. Hasil Validasi ada pada lampiran 2. Adapun revisi RPP berdasarkan hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan hasil penilaian validator terhadap RPP dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi RPP yang direvisi

Sebelum direvisi

Setelah direvisi

Langkah-langkah Langkah pembelajaran Memperbaiki langkah proses proses pembelajaran

belum sesuai dengan pembelajaran pada kegiatan permendikbud

awal dan kegiatan inti

Materi pembelajaran

Belum

dilengkapi Remidial dilakukan secara

dengan remidial

sistem quipper

Tabel 4.4 Analisis Hasil Validasi RPP

Rata-rata No

Penilai

Aspek Penilaian Kategori V1 V2 Skor

1 Identitas RPP

a. Judul 4 4 4 SV b. Satuan Tingkat Pendidikan (Nama

4 4 4 SV lengkap)

c. Mata pelajaran 4 4 4 SV d. Kelas/semester

4 4 4 SV e. Alokasi waktu

4 4 4 SV

Rata-rata aspek penyusunan silabus 4 SV 2 Tujuan RPP

a. Menuliskan Kompetensi Inti (KI) 4 4 4 SV b. Menuliskan Kompetensi Dasar

4 4 4 SV (KD)

c. Indikator pencapaian penjabaran Kompetensi dituliskan secara

3 3 3 V operasional d. Tujuan pembelajaran sesuai indikator dan dituliskan secara

3 4 3,5 V operasional e. Pendekatan/strategi/model/metode pembelajaran sesuai indikator /

4 4 4 SV tujuan pembelajaran

Rata-rata aspek materi 3,8 V 3 Materi Pembelajaran

a. Materi pembelajaran sesuai dengan tujuan dan karakteristik

4 4 4 SV peserta didik b. Pengorganisasian materi ajar

4 3 3,5 (keruntutan sistematika materi dan

SV

kesesuaian dengan alokasi waktu)

Rata-rata aspek kegiatan pembelajaran 4 SV 4 Media, Alat / Bahan dan Sumber Belajar

a. Media menunjang kegiatan 4 4 4 SV pembelajaran

b. Menuliskan sumber pembelajaran 4 4 4 SV yang dipakai di RPP

c. Alat dan sumber belajar kegiatan 4 3 3,5 SV pembelajaran

Rata-rata aspek indikator 4 SV 5 Langkah – langkah / Skenario Pembelajaran

a. Memperhatikan pengetahuan awal 4 4 4 SV siswa

b. Merencanakan proses V pembelajaran konsep dan teori

3 4 3,5 bermula dari konkrit ke abstrak c. Merencanakan proses

SV 4 4 4 pembelajaran student centered

Rata-rata No

Penilai

Aspek Penilaian Kategori V1 V2 Skor

d. Langkah-langkah dalam kegiatan SV sesuai dengan model

4 4 4 pembelajaran PBL e. Menekankan kegiatan siswa untuk

SV berdiskusi dalam menciptakan

4 4 4 pembelajaran yang lebih baik f. Merencanaan proses

SV pembelajaran dalam suasana

3 4 3,5 demokratis

Rata-rata aspek penilaian 4 SV 6 Penilaian On Line (QUIPPER)