PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG PANAIK (UANG PESTA) DALAM PERNIKAHAN KALANGAN SUKU BUGIS (STUDI KASUS DI KAMPUNG WIRASKA, DISTRIK WANGGAR, KABUPATEN NABIRE) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Is
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG PANAIK
(UANG PESTA) DALAM PERNIKAHAN KALANGAN SUKU
BUGIS (STUDI KASUS DI KAMPUNG WIRASKA, DISTRIK
WANGGAR, KABUPATEN NABIRE)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
M. Mujiburrahman
NIM : 21113018
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assala mu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : M.Mujiburrahman NIM : 21113018 Judul : PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG
PANAIK (UANG PESTA) DALAM PERNIKAHAN KALANGAN SUKU BUGIS (STUDI KASUS DI KAMPUNG WIRASKA, DISTRIK WANGGAR, KABUPATEN NABIRE)
dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.
Wassalamu
’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 25 Mei 2018 Pembimbing, Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si.
NIP. 19790416 200912 1 001
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG PANAIK (UANG
PESTA) DALAM PERNIKAHAN KALANGAN SUKU BUGIS (STUDI
KASUSU DI KAMPUNG WIRASKA, DISTRIK WANGGAR,
KABUPATEN NABIRE)
Oleh: M. Mujiburrahman
NIM : 21113018 telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah s kripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, tanggal 9 Juli 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. .......................................
Sekretaris Sidang : Sukron Ma‟Mun, S.Hi., M. Si. ........................................ Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, M. Si. ........................................ Penguji II : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si. ........................................
Salatiga, 25 Mei 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP.19670115 199803 2 002
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Mujiburrahman NIM : 21113018 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas
: Syari‟ah Judul Skripsi :PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG
PANAIK (UANG PESTA) DALAM PERNIKAHAN KALANGAN SUKU BUGIS (STUDI KASUS DI KAMPUNG WIRASKA, DISTRIK WANGGAR, KABUPATEN NABIRE)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 25 Mei 2018 Yang menyatakan M. Mujiburrahman NIM: 21113018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTOJangan lakukan jikalau tak kau inginkan, akan tetapi jika kau
inginkan lakukanlah dengan cepat
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Kedua orang tua saya tercinta, yang selalu memberi semangat, dukungan, doa, dan kasih sayang yang tak terbatas.
Kepada kakak saya dan istrinya yang ikut membantu dalam mencari informasi untuk menyelesaikan skripsi ini
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirobbil‟alamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pandangan Hukum Islam Terhadap Uang Panaik (Uang Pesta) Dalam
Pernikahan Kalangan Suku Bugis (Studi Kasus di Kampung Wiraska,
Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire)” tanpa halangan yang berarti. Shawalat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliau merupakan sosok pencerah kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti dan semoga kita semua senantiasa mendapatkan Syafaatnya min hadza ila yaumil qiyamah, Aamiin Yaa Robbal‟alamin.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga; 2.
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah; 3. Sukron Ma‟mun, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam, juga selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas dan sabar membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya sehingga skripsi ini terselesaikan;
4. Seluruh dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yag sangat bermanfaat;
5. Kepada orang tua kakak dan adik serta keluarga besar yang telah memberikan dan mencurahkan segala kemampuan dan dukungannya secara material dan immaterial hingga saat ini. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada;
6. Sahabat-sahabat dan teman-teman khususnya sahabat dan teman seperjuangan di Ahwal Al-Syakhshiyyah ( Hukum Keluarga Islam) angkatan 2013 atas segala bantuan, semangat, dan hiburannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini;
7. Teman gamer saya, Zaid, Badrul, Dika, dan Apid yang selalu memberikan hiburan disela-sela waktu mengerjakan karya ini, dan doaku kepada temanku semua semoga kita sukses di dunia dan akhirat, Aamiin.
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta kepada pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, Mei 2018 Penulis M. Mujiburrahman NIM: 21113018
ABSTRAK
Mujiburrahman, Muhammad.“Pandangan Hukum Islam Terhadap Uang Panaik
(Uang Pesta) Dalam Pernikahan Kalangan Suku Bugis (Studi Kasus di Kampung
Wiraska, Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire) ”. Skripsi. Fakultas Syari‟ah.Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si.
Kata Kunci: Uang Panaik, Pesta Nikah.
Walimah atau acara resepsi pernikahan merupakan suatu bentuk anjuran
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. acara tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memberitahukan kepada keluarga masing-masing mempelai para tetangga dan masyarakat sekitar bahwa mereka telah secara resmi menikah. Selain itu
walimatul „urs atau biasa disebut dengan acara resepsi pernikahan juga
bertujuan untuk silaturahmi dan juga sebagai bentuk mempererat tali persaudaraan. Saat ini dalam menyelenggarakan acara resepsi pernikahan terdapat berbagai macam bentuk acara yang berbeda sesuai dengan tradisi adat istiadat yang telah diturunkan secara turun temurun. Salah satu tradisi tersebut adalah kebiasaan para suku bugis yang akan meminta uang panaik (uang pesta) kepada pihak pria yang ingin menikahi anak perempuan mereka, uang tersebut nantinya akan digunakan untuk melangsunggakan acara resepsi pernikahan. Akan tetapi bagi kebanyakan orang hal ini dianggap meberatkan karena uang yang diminta biasanya tidak sedikit. Pernyataan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana cara penentuan uang panaik dalam pernikahan, dan (2) bagaimana pandangan Islam dalam tradisi uang panaik suku bugis.
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan yang bertempat di Kampung Wiraska, Distrik Wanggar Kabupaten Nabire dengan subjek penelitiannya adalah pasangan suami isteri yang melakukan tradisi uang panaik.
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pendekatan yuridis sosiologis yang secara umum bersifat deskriptif, peneliti berusaha untuk mengunggkap dan fokus mendeskripsikan permasalahan diatas. Dengan metode tersebut dilakukan wawancara kepada beberapa narasumber yang melakukan tradisi tersubut. Peneliti juga akan melakukan observasi untuk mengetahui bagaimana proses berlangsungnya tradisi uang panaik tersebut.
Temuan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa untuk menentukan uang panaik terdapat beberapa kriteria yang menentukan yaitu latar belakng pendidikan calon isteri, latar belakang keluarga calon isteri dan yang terakhir adalah lingkungan masyarakat sekitar calon isteri. Sedangkan menurut Islam tradisi uang panaik dianggap kurang sesuai karena tradisi tersebut dianggap menyusahkan kalangan pria karena harus membayar sejumlah uang untuk untuk melancarkan proses pernikahan mereka. Hal ini dianggap memberatakan karena uang yang diminta sangat besar untuk digunakan dalam pelaksaan acara resepsi pernikahan secara berlebihan. Prilaku berlebih-lebihan dalam menyelenggarakan acrara resepsi pernikhan tersebut juga tidak sesuai dengan anjuran agama Islam.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii PENGESAHAN ................................................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... iv MOTTO ............................................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................................. v KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5 E. Telaah Pustaka ............................................................................. 6 F. Penegasan Istilah ......................................................................... 9 G. Kerangka Teori .......................................................................... 10 H. Metode Penelitian ...................................................................... 14
1. Jenis Penelitian ................................................................... 14
2. Lokasi Dan Subjek Penelitian ............................................ 14
3. Sumber Data ....................................................................... 15
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 16
5. Analisis Data ...................................................................... 17
6. Pengecekan Keabsahan Data .............................................. 17
I. Sistematika Penulisan Penelitian ............................................... 18
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TRADISI PERNIKAHAN ............ 20 A. Tradisi Pernikahan Dalam Islam ............................................... 20 1. Ta‟aruf ................................................................................ 20
2. Khitbah .............................................................................. 25
3. Aqad Nikah ......................................................................... 29 4.
Walimatul „Ursy ................................................................. 35
B. Tradisi Pernikahan Dalam Masyarakat Arab ............................ 39
1. Milka .................................................................................. 40
2. Laylat Al-Hena ................................................................... 41
3. Zawaj .................................................................................. 41
BAB III PANAIK DALAM SUKU BUGIS DI PAPUA ................................ .47 A. Gambaran Umum Nabire .......................................................... 47 B. Kondisi Sosial, Budaya, dan Agama di Kampung Wiraska ...... 48 C. Tradisi Dalam Perkawinan ........................................................ 51 D. Tradisi Panaik Dalam Suku Bugis ............................................. 52 BAB IV UANG PANIK SUKU BUGIS DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM .............................................................................................. 59 A. Cara Menentukan Uang Panaik ................................................. 59 B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Uang Panaik ........................ 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 72 A. Kesimpulan ................................................................................ 72 B. Saran .......................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan dasar awal untuk membentuk keluarga yang utuh dan bahagia seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangannya melakukan
peran serta tindakan yang positif dalam mewujudkan tujuan dari pernikahan itu sendiri tentunya dengan adanya ijab qabul sebagai lambang dari adanya rasa ikhlas mengikhlaskan serta ridho meridhoi dengan dihadiri oleh para saksi yang menyaksikan bahwasanya kedua pasangan antara laki-laki dan perempuan suadah saling ada ikatan lahir bathin. Sehingga tercipta kehidupan keluarga yang tentram sehingga terwujudnya keluarga yang bahagia sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Islam telah memberikan petunjuk yang terinci tentang seluk beluk pernikahan. Dengan melaksanakan pernikahan manusia dapat melaksanakan hal
- –hal yang sebelumnya diharamkan oleh Allah SWT. Manusia boleh saling mencintai, mengasihi, berbagi rasa dalam suka maupun duka serta dapat meneruskan keturunan dengan pasangannya. Sebagai mana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21:
ْ ُكٌَُْيَب َلَعَجَو اَ ْيَْهّا اوٌُُك ْسَدِم اًجاَوْزَآ ْ ُكُ ِسُفْهَآ ْنِم ْ ُكَُم َقَوَخ ْنَآ َِِث َيَٓآ ْنِمَو
َنو ُرَّكَفَخَي ٍمْوَلِم ٍت َيَٓ َل َ ِلََِٰذ ِفِ َّنّا ۚ ًةَ ْحَْرَو ًةَّدَوَمArtinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadiakan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum ynag berpikir”.
Pasal 1 undang-undang perkawinan menyatakan, bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Dalam perumusan tersebut perkawinan dilihat sebagai “ikatan lahir dan batin” antara seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri. Sehingga mengandung makna bahwa perkawinan adalah persoalan antara pihak-pihak yang akan melangsungkan perkawinan.
Dalam Islam pernikahan adalah suatu bentuk ibadah ritual. Lebih dari itu, pernikahan juga dianggap sakral sehingga pelaksanaanya benar-benar disiapkan secara hati-hati. Namun banyak pasangan yang terbebani karena harus mangikuti adat-istiadat yang cukup rumit untuk dilaksanakan.
Puncak dalam suatu acara pernikahan adalah dengan diadakannya suatu acara syukuran atau perayaan yang dilakukan baik secara kecil-kecilan maupun secara besar-besaran dan terbilang terlalu mewah dengan mengundang sanak saudara dan tetangga. Pelaksanaan syukuran atau bisa disebut juga dengan pesta perkawinan (walimah urusy) hukumnya merupakan anjuran (sunnah) tentang besar kecilnya acara tergantung kemampuan suami.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh iman al bukhori dan muslim dari anas bin malik ra, bahawa Nabi SAW pernah melihat bekas kuning-kuning pada Abdurrahman bin Auf ra, maka Rasulullah SAW bersabda:
“Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepadamu selenggarakan walimah meskipun hanya menyembelih seekor kambin g”. (HR. Imam
Bukhori) Indonesia merupakan negara kepulauan dimana terdapat berbagai macam suku dan budaya yang memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda yang diturunkan turun temurun dari nenek moyang masing-masing. Kabupaten Nabire merupakan salah satu dari Kabupaten di Provinsi Papua disana terdapat suatu daerah bernama Distrik Wanggar. Distrik Wanggar merupakan daerah yang dibuat untuk menampung para transmigran dari berbagai daerah di Indonesia khususnya Sulawesi dan Jawa. Para transmigran tersebut mulai menetap dan membentuk sautu keluarga dengan berbagi macam suku yang berbeda di daerah tersebut. Dalam Islam untuk membentuk suatu keluarga diharuskan untuk melaksanakan pernikahan dan setiap daerah dalam melaksanakan pernikahan mempunyai adat atau tradisi masing-masing.
Dalam adat budaya untuk warga masyarakat Sulawesi Selatan khususnaya untuk suku Makasar-Bugis dalam menentukan walimah atau acara resepsi pernikahan ada yang namanya uang panai‟ atau uang panaik, yaitu sejumlah uang yang diminta oleh orang tua wali dari mempelai wanita kepada calaon suami, dimana uang tersebut akan digunakan unuk menyelenggarakan acara resepsi pernikahan. Hal ini dianggap menyulitkan mempelai pria karena uang panaik tersebut bisa disebut sebagai syarat dan apabila tidak bisa dipenuhi maka pernikahan tersebut dapat gagal terlakasanakan.
Merujuk pada permasalahan ini penulis merasa tertarik untk melakukan sebuah penelitian dengan judul “PANDANGAN HUKUM
ISLAM TERHADAP UANG PANAIK (UANG PESTA) DALAM PERNIKAHAN KALANGAN SUKU BUGIS (study kasus di Kampung Wiraska, Distrik Wanggar , Kabupaten Nabire)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran yang tertuang dalam latar belakang di atas serta untuk terarahnya proposal skripsi ini. Maka masalah yang di bahas dalam proposal skripsi ini adalah: 1. Bagaimana cara penentuan uang panaik dalam pernikahan? 2. Bagaimana pandangan Islam dalam teradisi uang panaik suku bugis? C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dasar yang menjadi penentu dalam menentukan besarnya uang panaik
2. Mengetahui pandangan Islam tentang uang panaik D.
Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah keilmuan serta mampu memberikan pemahaman tentang walimah atau pesta nikah dalam kalangan suku bugis.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya khususnya tentang konsep walimah.
2. Kegunaan Praktisi
a. Hasil penelitian ini diaharapkan dapat memberikan manfaat tersendiri kepada kalangan bugis atau yang hendak melakukan pernikahan dengan kalangan suku bugis bahwa tentang bagaimana pandangan Islam terhadap uang panaik.
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusai kajian keilmuan bagi akademisi, khususnya bagi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
E. Telaah Pustaka
Topik penelitian
walimatul „ursy dalam suatu komunitas sudah banyak
yang mengkaji baik dalam bentuk tesis, skripsi maupun yang telah dipublikasikan ke dalam juranl ilmiah, diantaranya ialah seperti di bawah ini: Skripsi Muyassarah berjudul “Nilai budaya walimah perkawinan
(
walimatul „ursy) dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat” (studi kasus di
kelurahan Gondonori Ngaliyan Semarang). Dalam penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa undangan walimah perkawinan (
waliamtul „ursy)
dilaksanakan sebelum berlangsung ijab qabul dalam masyarakat Gondonori Semerang. Hal ini diamksudkan untuk tahlil, meminta doa restu tokoh agama, masyarakat, tetangga dan semua orang yang hadir agar pelaksanaan perkawinan dapta berjalan dengan lancar. Disamping itu tahlil untuk mendoakan para ahli kubur atau leluhur agar diampuni Allah SWT. Suastri harus nyumbang semuanya saat mendatangi walimah perkawinan dalam masyarakat Gondonori Semarang. Hal ini dimaksudkan agar orang yang mempunyai hajatan tersebut tidak banyak hutang, karena sumbangan yang diterima akan lebih banyak bila dibandingkan dengan yang menyumbang hanya satu orang, suami atau istri saja.
Skripsi Halimah yang berjudul “Sesajen pada pelaksanaan walimatul
‟ursy” di desa Samudrera Jaya Kecamatan Taruam Jaya Bekasi Utara. Dalam
penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa, sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang masih mempercayai, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi.
Sesajen juga merupakan keharusan dan akan mempengaruhi lancar atau tidaknya acara
walimatul „ursy, dan ternyata sebagian pelaku sesajen
mengatakan bahwa sesajen harus ada dengan bagaimnapun caranya termasuk dengan berhutang. Bukankah dengan sesajen kita meminta berkah, keslamatan, banyak rezeki, tamu datang bagai air mengalir, maka hutang tersebut nanti akan dibayar ketika acara hajatan selesai.
Skripsi Mariatul Qibtiyah Zainy yang berjudul “Pandangan masyarakat terhadap tradisi pesta perkawinan” di pesisir Desa Kilensari, Kec.Panarukan, Kab.Situbondo. Dalam penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa, pelaksanaan tradisi pesta perkawinan masyarakat pesisir Desa Kilensari Kec.Panarukan Kab.Situbondo, sedikit tejadi perbedaan tidak seperti pesta perkawinan pada umumnya karena sistem pemberian sumbangan berupa hutang piutang, dicatat, disiarakan dan pada suatu hari pasti akan dikembalikan yaitu ketika pihak yang memberi juga mengadakan pesta perkawinan.
Skripsi Any saniatin yang berjudul “Tradisi repenan dalam walimah nikah ditinjau dalam konsep
„urf ”(studi kasus di Dusun Petis Sari Desa
Babaksari Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik). Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, latar belakang tradisi repenan dalam walimah nikah di
Dusun Petis Sari, Desa Babaksari, Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik yaitu tradisi ini menghidangkan sesajen atau sajian yang dihidangkan walimah nikah. Asal mula tradisi repenan dalam walimah nikah dijalankan sejak turun temurun dari nenek moyang yang sudah meninggal sejak tahun 1985, kemudian berpesan disuruh meneruskan tradisi tersebut kepada anak dan cucunya, sampai sekarang masih dilaksanakan dan tidak bias dihilangkan maupun diringgalkan. Dengan kepercayaan akan adanya tradisi repenani dalam walimah nikah masyarakat takut untuk meninggalkannya, karena masyarakat beranggapan akan adanya bahaya yang menimpanya.
Skripsi Rizka Mubarokati yang berjudul “sumbangan pada walimatul
‟urs di Padukuhan Nepi Desa Kranggan Kecamatan Galur Kabupaten Kulon
Progo (studi komparasi antara hukum adat dan hukum Islam). Dalam penelitian tersebut menyimpulkan, praktik sumbangan yang ada di Padukuhan Nepi pada saat diadakannya walimaat
ul „urs terdapat dua jenis sumbangan,
pertama sumbangan secara umum yaitu sumbangan yang berbentuk kado atau pemberian uang yang dimasukkan kedalam amplop. Kedua, sumbangan berbentuk tonjokan yakni suatu pemberian yakni pemberian berupa sembako seperti gula dan beras. Pemberian sumbangan yang secara umum diberikan secara langsung oleh tetangga, sahabat dan famili kepada perwalian pada saat acara
walimatul „urs dimulai dan atas permintaan pewalimah sendiri.
Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada budaya uang panaik yang digunakan untuk acara
walimatul „urs atau resepsi pernikahan oleh kalangan suku bugis dalam pandangan Islam dan hal-hal yang mempengaruhi ukuran besar kecilnya uang panaik tersebut.
F. Penegasan Istilah a.
Uang panaik Sejumlah uang yang diminta oleh orang tua perempuan kepada seorang laki - laki yang hendak melamar anak perempuannya. Uang tersebut sepenuhnya digunakan untuk menyelenggarakan acara resepsi pernikahan atau
walimatul „ursy.
b. Mahar Sejumlah uang atau benda yang diminta oleh seorang pria yang menikahinya. Benda atau sejumlah uang tersebut sepenuhnya menjadi milik sang istri ketika sudah menikah dan sang suami tidak dibolehkan meminta atau menggunakannya tanpa seizin sang istri.
c. Khitbah
Khitbah atau yang biasa disebut dengan peminangan adalah
menyatakan atau melakukan permintaan untuk perjodohan dari seorang laki-laki pada seorang perempuan baik secara langsung maupun tidak dengan perantara seseorang yang dapat dipercaya d. Milka Milka alalah tradisi yang dilakukan setelah akad nikah dimana mempelai pria tidak langsung hidup bersama mempelai wanitanya tetapi ia akan bekerja keras agar nantinya dapat memenuhi kebutuhan istri secara lahiriyah dan batiniyah. Mereka akan bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan isteri dan untuk mempersiapkan acara puncak resepsi pernikahannya kelak.
G. Kerangka Teori
Walimatul „ursy biasa disebut juga dengan pesta nikah, yaitu suatu bentuk jamuan makan yang diselenggarakan berkenaan dengan pernikahan.
Biasanya walimatul ‟ursy dilaksanakan setelah melangsungkan akad nikah. Jamuan ini biasanaya berupa berbagai macam makanan atau hiburan yang ditujukan kepada para tamu undangan yang hadir sebagai bentuk rasa syukur atas pernikahan antara mempelai pria dan wanita. Selain sebagai bentuk dari rasa sukur walimah juga dimaksudkan untuk memberi tahukan kepada para tetangga, saudara dan masyarakat sekitar bahwa pasangan suami dan isteri tersebut sudah resmi menikah.
Pelaksanaan resepsi pernikahan diantaranya didasarkan atas sabda Rasulullah saw.
َِِْ َوَع ُ َّّا َّى ا ََ ِهِ ص ُ ْو َُْر َ اَك ََ اَك َةَمِظاَط ي ِلَع َبَعَخ اَّمَم .
ٍةَمِْ ِمَو ْنِم ِسْرَعْوِن َّدُبَلا ََُّهّا َ ََّلَََّْو
Artinya: “Tatkala „Ali meminang Fatimah Ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda „sesungguhnya merupakan keharusan bagi pengantin untuk menyelenggarakan walimah‟”.
Sekalipun secara tekstual hadits tersebut menyiratkan keharusan untuk menyelenggarakan waliamah, para ulama fiqih berbeda pendapat mengenai hukum pelaksanaan walimah ini.
Sebagian ulama berpandangan bahwa melaksanakan resepsi pernikahan hukumnya wajib, karena berdasarkan atas sabada Nabi saw.
Kepada abdurrahman:
ِنْب ِن ْحَّْرما ِدْبَع َى اَع ىَآَر ص َّ ِبَِّيما َّنَا ٍ ِلِاَم ِنْب ِسَوَا ْنَع
ًةَآَرْما ُتْجَّوَزَح ّنِّا ِهِ ص َ ْو َُْر َيَ ََ اَك ؟اَذُ اَم ََ اَلَط ٍةَرْف َُ َرَثَا ٍفْوَع
ٍةا َش ِب ْوَم َو ْمِمْوَا . َ َلِ ُهِ ص َكَراَبَط ََ اَك . ٍبََُذ ْنِم ٍةاَوَه ِن ْزَو َى اَعArtinya: Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW melihat ada bakas kuning- kuning pada „Abdurrahman bin „Auf. Maka beliau bertanya, “Apa ini
?”. ia menjawab, “Ya Raulullah, saya baru saja menikahi wanita degan mahar seberat biji dari emas”. Maka beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah meskipun (hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing”. (HR. Muslim)
Tetapi berdasarkan atas sabda Nabi saw:
ِة َكََّزما ىَو ِْ يقَح ِ اَمْما ْ ِفِ َسْيَم
“Tidak ada kewajiban (hak) pada harta kecuali zakat”. Maka sebagian ulama menganggap bahwa pelaksanaan walimah hukumnya sunnah.
Sementara itu mayoritas ulama ahli sunnah berpendapat bahwa hal itu sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) (Zenrif, 2008: 75-76).
Sedangkan secara umum dapat diketahui bahwa walimatul „ursy merupakan acara makan bersama para tamu undangan sebagai tanda rasa sukur yang diselenggarakan setelah akad nikah. Untuk bahan makanan yang di hidangkan harus baik dan halal jika mampu maka dapat menyembelih hewan ternak seperti kambing atau sapi.
Jika seseorang tidak mampu mengadakan walimah dengan cara
- – menyembelih hewan ternak, maka ia dapat menggantinya dengan makanan makanan yang dapat ia sediakan, meskipun tanpa daging (Al-Shabbagh, 1991: 73).
Perlu diperhatikan bahwa dalam menyelanggarakan walimah tidak boleh secara berlebihan karena agama mengajarkan untuk tidak berperilaku boros dan berlebihan terhadap apapun.
Mengadakan walimah seadanya tanpa harus menyembelih hewan qurban tidak akan menjadi masalah, sebagai mana hadits riwayat Anas, ia berkata:
َنََب ًثًَلاَث ِةَيْيِدَمْماَو َ َبَْيَخ َ ْيَْب ََّلَّ ََْو َِِْ َوَع ُ َّّا َّى ا ََ ُّ ِبَِّيما َماَكَآ
اَ ْيِْط َن َكَ اَمَط ،َِِخَيمِهَو َلَّا َيِْمِو ْسُمْما ُتْوَعَدَط ٍّ َيُح ِتًِْب َةَّيِف ََ ِِ ِب َِِْ َوَع
ِنْم َّسماَو ِطِكَلْاَو ِرْمَّخما َنِم اَ ِبِ ىَلْمَأَط ِعاَعْهَلْ ِبِ َرَمَآ ،ٍمْحَم َلاَو ٍ ْبُْخ ْنِم
َُخَمِْ ِمَو ْتَهَكاَطArtinya: “Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam pernah berdiam selam tiga malam di daerah antara Khibar dan Madinah ketika memboyong Shafiyyah binti
Huyay. Lalu aku mengundang kaum muslim untuk menghadiri walimahnya. Dalam walimah tersebut tidak ada roti dan daging. Beliau menyuruh membentangkan tikar kulit, lalu diletakkan diatasnya buah kurma, susu kering dan samin. Demikianlah walimah beliau pada saat itu”.
Dari hadits-hadits diatas mengadakan walimah tidak hanya harus dengan menyembelih kambing sebagai batas minimal mengadakan walimah.
Sebagaimana hadist diatas yang mengatakan bahwasanya Nabi mengadakan
walimah tanpa adanya daging. Ini menunjukan bahwa urusan walimah
bersifat fleksibel menurut kemudahan suami. Hanya saja tidak boleh sampai kepada batas berlebih-lebihan dan tabzir (al-Hamd, 2012: 153-154).
H. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis yang secara umum bersifat deskriptif. Deskriptif disini adalah untuk mendapatkan gambaran yang baik dan jelas serta dapat memberikan data secara cermat tentang objek yang diteliti. Dengan maksud untuk mendapatkan semua hal yang berkaitan dengan uang panaik dalam pernikahan kalangan suku bugis.
2. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di daerah Wiraska Distrik Wanggar
Kabupaten Nabire Papua dengan subjek penelitian yaitu pasangan pengantin antara suku bugis dan jawa. Penelitian ini dilakukan di Nabire Papua karena peneliti lahir dan besar disana dan selama peneliti hidup disana banyak pendatang dari berbagai macam daerah salah satunya suku bugis yang melaksanakan pernikahan menurut adatnya yang sedikit berbeda dengan aslinya. Salah satu adat atau kebiasaan yang masih ada disana adalah tradisi uang panaik yang menurut peneliti sangat menarik karena uang panaik tersebut dianggap merupakan suatu bentuk persyaratan untuk mennikahi anak perempuan mereka. Sedangkan untuk subjek yang menjadi penelitian penulis adalah pasangan suami istri Najib dan Eka yang menikah di Nabire dan juga pasangan ibu Suarti dan bapak Muktar yaitu orang yang menikah di makasar dan sekarang sudah menetap di Nabire.
Berdasarkan kejadian tersebut peneliti memutuskan untuk meneliti dilokasi tersebut.
3. Sumber Data
a. Data Primer Data primer adalah data yang di peroleh dari sumber-sumber primer, yakni smber asli yang memuat informasi atau data tersebut
(Amirin, 1990:132) data primer tersebut adalah: Informan
Infoman adalah orang yang di manfaatkan untuk memberikan informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang peneliatian.
Jadi seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiaban secara sukarela menjadi anggota penalitian walaupun hanaya bersifat informan.sebagai anggota dengan kebaikannya dan denagan kesukarelaannya ia dapat memberi pandanagan dari segi orang dalam, tentang nilai-nilai, sikap, bangunan,peroses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat (Moelong, 2002: 90). Dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri di Nabire yang mana melaksanakan proses tradisi uang panaik tersebut. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut (Amirin, 2002: 132).
4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian dan tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2006: 299).
Dalam hal ini penulis melakukan observasi dengan cara ikut mendampingi proses pelaksanaan pernikahan pasangan suami istri tersebut, dan penulis juga mengamati bagaimana proses pelaksanaan tradisi uang panaik.
b. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dialakukan oleh pewawancara untuk memperoleh infrmasi dari terwawancara
(Arikunto, 1998: 145).
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pasangan suami istri, orang tua dan juga keluarga mereka tentang proses pelaksanaan resepsi pernikahan yang dilaksanakan. Dalam hal ini yang akan ditanyakan penulis adalah seperti bagaimana proses pelaksanaan uang panaik, cara menentukan dan alasan meminta uang panaik tersebut
5. Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisahan data tersebut penulis menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian (Moeloeng, 2011:288). Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah secara deskriptif. Dimana akan digambarkan terlebih dahulu bagaimana awal mula terjadinya proses tradisi uang panaik di Nabire Papua dan bagaimana proses berlangsungnya tradisi uang panaik tersebut. Kemudian diakhiri dengan kesimpulan bagaimana proses penentuan uang panaik dan juga bagaimana pandangan Islam tetang uang panaik tersebut. Sehingga mendapat gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
6. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa fakta. Fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai bahan pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik-teknik kehadiran peneliti dilapangan, pelacakan kesesuaian dan wawancara. Jadi temuan data tersebut dapat diketahui keabsahannya.
I. Sistematika penulisan Penelitian
Untuk memberikan kejelasan dan ketetapan dalam pembahasan dalam menyusun proposal ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II Tinjauan umum tentang konsep tradisi nikah, yaitu terdiri dari tahap-tahap proses tradisi pernikahan meliputi
ta‟aruf, khitbah, dan walimatul
„ursy sedangkan dalam tradisi Arab terdapat tambahan yaitu milka, laylat al-
hena dan zawajBab III Peroses panaik dalam suku bugis, yaitu meliputi tentang bagaimana munculnya masyarakat bugis di Nabire dan apa yang dimaksud dengan uang panaik dan bagaimana prosesnya
Bab IV Bagaimana cara menentukan uang panaik dan uang panaik dalam perspektif hukum Islam, yaitu berisi tentang apa saja kriteria yang mempengaruhi besar kecilnya uang panaik dan bagaimana pandangan Islam terhadap tradisi uang panaik.
Bab V Penutup ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari hasil penelitian untuk kemajuan objek penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TRADISI PERNIKAHAN A. Tradisi Pernikahan Dalam Islam Manusia merupakan makhluk sosial jadi secara naluri manusia akan
mencari pasangan hidup untuk memenuhi kebutuhan biologis dan melanjutkan keturunan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam Islam diwajibkan untuk melaksanakan pernikahan. Pernikahan adalah suatu hal yang dianggap sakral dan istimewa dalam kehidupan seseorang. Maka dari itu, muncul berbagai macam tradisi yang berbeda-beda disetiap negara atau bahkan daerah.
Tradisi nikah adalah sebuah bentuk acara pernikahan yang dilakukan oleh dua orang pasangan calon sumi istri untuk meresmikan ikatan mereka.
Acara tersebut biasanya berbeda-beda setiap daerah mengikuti adat dan budaya masing-masing sehingga menjadi kebiasaan dan tradisi turun temurun.
Dalam Islam terdapat tahap-tahap proses tradisi pernikahan yaitu
ta,aruf , lalu dilanjutkan dengan khit‟bah, lalu masuk ke prosesi akad nikah,
keudian dilanjutkan denagan prosesi walimatul „Urs.
1. Ta’aruf Ta‟aruf menurut bahasa berarti “berkenalan” atau “saling mengenal”.
Arti
ta‟aruf sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu kata ta‟aarafa. Secara
sederhana arti
ta‟aruf itu mirip dengan makna berkenalan. Berkenalan disini sama dengan cara kita berkenalan seperti biasa misalnya saat kita berkenalan dengan orang saat di bis atau ketika diruang tunggu. Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Al-hujarat ayat 13:
َلِئاَبَكَو ًبِوُع ُش ْ ُكُاَيْوَعَجَو ٰ َثَْهُآَو ٍرَكَذ ْنِم ْ ُكُاٌَْلَوَخ َّنَّّا ُساَّيما اَُّيَُّآ َيَ ٌيِبَخ ٌيمِوَع َ َّّا َّن ا ۚ ْ ُكُاَلْثَآ ِ َّّا َدْيِع ْ ُكَُمَرْكَآ َّنّا ۚ اوُطَراَعَخِم ّ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ta‟aruf merupakan suatu langkah awal bagi seorang pria atau wanita untuk untuk mencari pasangan hidup.
Ta‟aruf disini bisa dilakukan dengan
berusaha sendiri mencari atau bisa juga dengan bantuan orang tua atau saudara dekat untuk membantu mencarikan pasangan. Hal ini perlu dilakukan untuk saling mengetahui sifat dan tingkah laku masing-masing, denagan saling mengenal dan memahami diharapkan nantinya tidak terjadi kesalah pahaman atau bahkan pertengkaran ketika kelak mereka sudah menikah.
Dalam Islam
ta‟aruf berarti suatu tindakan pengenalan dan
pendekatan terhadap calon pasangan yang dilakukan sebelum malaksanakan pernikahan. Tujuan
ta‟aruf adalah mengetahui kriteria calon pasangan. Pada
umumnya, laki lah yang biasnya menjadi inisiator
ta‟aruf. Sedangkan posisi
perempuan hanya dipilih. Jika laki-lakinya merasa cocok dan keluarga perempuna juga cocok maka kebanyakan mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan (Thobroni, 2010: 75-76).
Ta‟aruf tentunya sangat berbeda dengan yang namanya pacaran,
dimana
ta‟aruf lebih serius untuk mengetahui dan mengenal masing-masing
calon dengan tujuan untuk menikah dan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Sedangkan untuk pacaran sendiri notabenya berindikasi pada niatan yang tidak baik dan hanya berdasarkan pada hawa nafsu seperti halnya hanya ingin untuk bersenang-senang atau berbagai macam modus seperti ingin mendapatkan sesuatu dari pasangan tersebut dan atau bahakan yang lebih parah yaitu hanya untuk mendapatkan sex bebas.
Maka dari itu agama Islam sangat menganjurkan untuk melakukan
ta‟aruf sebelum menikah agar kelak ketika sudah berumah tangga tidak kaget
dengan pasangannya karena sudah mengetahui hal-hal atau kebiasaan pasangan masing-masing dan juga dapat menjaga keharmonisan keluarga kelak katika sudah menikah.
Sebagai laki-laki dalam mencari calon pasangan tidak dianjurkan untuk asal memilih menurut hawa nafsu. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam mencari calon pasangan sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan imam Muslim dari Abu Hurairah r.a. yang berbunyi:
ِتاَذِب ْرَف ْػاَط اَ ِنِْيِ ِلَِو اَِِماَمَجِمَو اَ ِبِ َ سَحِمَو اَِِماَمِم ٍعَبْرَلِ ُةَآْرَمْما ُحَكْيُث َكاَدَي ْتَبِرَح ِنْيِّلِا
Artinya :
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena
agamanya niscaya kamu beruntung”.