Efek antiinflamasi topikal ekstrak metanol-air daun senu (macaranga tanarius l. mull. arg) pada mencit betina terinduksi karagenin - USD Repository

  

EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK METANOL-AIR DAUN

SENU (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) PADA MENCIT BETINA

TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Gilda Todingbua NIM : 108114150

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

  

Persetujuan Pembimbing

EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK METANOL-AIR DAUN

SENU (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) PADA MENCIT BETINA

TERINDUKSI KARAGENIN

  Skripsi yang diajukan oleh : Gilda Todingbua

  Nim : 108114150 telah disetujui oleh: Pembimbing Utama (drh. Sitarina Widyarini, MP. PhD) tanggal ........................................

  Pembimbing Pendamping (Phebe Hendra, M.Si., P.hD, Apt.) tanggal ........................................

  

HALAMAN PENGESAHAN

EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK METANOL-AIR DAUN

SENU (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) PADA MENCIT BETINA

TERINDUKSI KARAGENIN

  Oleh : Gilda Todingbua

  108114150 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Pada tanggal : 18 Juli 2014 Mengetahui,

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Dekan (Ipang Djunarko, M.Sc., Apt)

  Panitia Penguji Skripsi Tanda Tangan 1. drh. Sitarina Widyarini, MP. PhD .........................

  2. Phebe Hendra, M.Si., P.hD, Apt. ........................

  3. Ipang Djunarko M.Sc., Apt. .........................

HALAMAN PERSEMBAHAN

  “Kita tidak akan mencapai garis finish bila tidak meninggalkan garis start” (Anonim)

  

Blessed is the man who believes in, trusts in, and relies on

the Lord, and whose hope and confidence the Lord is.

  

(Jeremiah 17 :7)

Kupersembahkan skripsi ini untuk : Kemuliaan Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku

  

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma : Nama : Gilda Todingbua NIM : 108114150

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  “Efek

Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius

L. Mull.

  Arg) pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin” beserta perangkat

  yang diperlukan (bila ada). Saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan data, mengalihkan dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 21 Juli 2014 Yang menyatakan,

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 18 Juli 2014 Penulis

  Gilda Todingbua

  

PRAKATA

  Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga

  tanarius L. Mull. Arg) pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin” dengan baik.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penyelesaiaan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Drh. Sitarina Widyarini, MP. Ph.D, selaku Pembimbing Utama skripsi ini yang selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

  3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Pembimbing Pendamping skripsi ini atas kesabaran untuk selalu mendukung, membimbing, dan memberi masukan kepada penulis dalam menyususn skripsi ini.

  4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan kritik yang membangun hingga skripsi ini tersusun.

  5. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan kritik yang membangun hingga skripsi ini tersusun.

  6. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, S.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik penulis atas bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama ini.

  7. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt, selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

  8. Staf laboratorium, Bapak Heru Purwanto, Bapak Parjiman, Mas Kayatno, Bapak Wagiran, yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian di laboratoriun.

  9. Kedua orang tua, Ir. J. Todingbua dan Y. Rasinan, B.Sc yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, doa, dan dukungan baik secara materi maupun non-materi sehingga penulis tetap bersemangat dalam penyusunan skripsi ini.

  10. Saudara-saudaraku : Rikhard Todingbua, S.T., Agrivita Todingbua, S.E., Irma Todingbua, S.E., Reinhart Todingbua, S.T., dan Arthur Todingbua, S.T., yang selalu meberikan doa, semangat, motivasi dan sumber inspirasi dalam penyusunan skripsi ini.

  11. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian : Trifonia Rosa Kurniasih, Lusiana Rani Oktaviani, Yohanes Ivan Kristianto, atas bantuan, kerja sama, perjuangan serta suka duka yang dialami selama penelitian.

  12. Teman-temanku Muhadela Tiara Murtiwi, Yeni Natalia Susanti, Puspita Sari, yang selalu saling mendukung satu sama lain.

  13. Teman-teman FSM D dan FKK B angkatan 2010 atas kebersamaan, pertemanan, suka duka selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi.

  14. Teman- teman “Apostolos Family” yang juga selalu memberikan memotivasi, doa, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  15. Teman-teman Kost Wisma Lestari : Weni Astuti, Priska Delania, Yohana Natalia, Vinsensia Novita Sari, Brigita Yulise, Cecilia Sendi, Novianti Eka Sari dan Vina Puspita Sari, atas dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

  16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna termasuk penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 18 Juli 2014 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi PRAKATA .................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

  INTISARI ...................................................................................................... xvii

  

ABSTRACT ..................................................................................................... xviii

BAB I PENGANTAR ...................................................................................

  1 A. Latar Belakang .....................................................................................

  1 1. Rumusan masalah ...........................................................................

  4 2. Keaslian penelitian ..........................................................................

  5 3. Manfaat penelitian ..........................................................................

  6 B. Tujuan Penelitian .................................................................................

  6 1. Tujuan umum .................................................................................

  6

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................

  7 A. Tanaman Macaranga tanarius L.........................................................

  7 1. Taksonomi tanaman .......................................................................

  7 2. Sinonim ..........................................................................................

  7 3. Nama daerah ..................................................................................

  8 4. Penyebaran .....................................................................................

  8 5. Morfologi ........................................................................................

  9 6. Kegunaan ........................................................................................

  9 7. Kandungan kimia ...........................................................................

  10 B. Metode Penyarian.................................................................................

  12 C. Kulit .....................................................................................................

  13 D. Inflamasi ..............................................................................................

  15 1. Definisi ............................................................................................

  15 2. Gejala ..............................................................................................

  17 3. Mekanisme ......................................................................................

  19 E. Metode Pengujian Antiinflamasi .........................................................

  22 F. Karagenin..............................................................................................

  25 G. Antiinflamasi .......................................................................................

  26 H. Hidrokortison Asetat............................................................................

  26

  ® I. Biocream ............................................................................................

  27 J. Landasan Teori .....................................................................................

  28 K. Hipotesis ..............................................................................................

  29

  A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................................

  30 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................

  30 1. Variabel Penelitian ........................................................................

  30 2. Definisi Operasional ......................................................................

  31 C. Bahan Penelitian ..................................................................................

  33 D. Alat Penelitian atau Instrumen Penelitian ............................................

  34 E. Tata Cara Penelitian .............................................................................

  35 F. Tata Cara Analisis Hasil ......................................................................

  40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 42 A. Hasil Determinasi Tanaman .................................................................

  42 B. Ekstrak Metanol-Air Daun M.tanarius.................................................

  42 C. Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak M.tanarius ............

  44 D. Uji Pendahuluan...................................................................................

  46 E. Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Daun M.tanarius.........................

  47 F. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun M.tanarius ..................................................................................

  50 G. Hasil Pengamatan Histopatologi ..........................................................

  56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  63 A. Kesimpulan ..........................................................................................

  63 B. Saran ....................................................................................................

  63 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 64 LAMPIRAN ..................................................................................................

  68

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Hasil rerata AUC total masing-masing kelompok perlakuan .........

  51 Tabel II. Rerata % penghambatan inflamasi pada setiap kelompok perlakuan beserta kontrol dengan hasil uji Scheffe ........................

  54

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Tanaman dan daun Macaranga tanarius ...............................

  7 Gambar 2. Struktur kandungan M.tanarius berturut-turut tanarifuranonol, tanariflavanon, tanariflavanon....................................................

  10 Gambar 3. Struktur senyawa-senyawa kimia yang diisolasi dari daun M.tanarius...................................................................................

  11 Gambar 4. Struktur lapisan kulit : lapisan epidermis dan dermis..................

  14 Gambar 5. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dibandingkan dengan normal.............................................................................

  16 Gambar 6. Metabolit asam arakidonat dan perannya dalam proses inflamasi serta target dari beberapa obat antiinflamasi...............

  20 Gambar 7. Skema jalannya penelitian...........................................................

  39 Gambar 8. Pengukuran tebal lipat kulit setiap 1 jam hingga 6 jam secara subkutan .....................................................................................

  46 Gambar 9. Rata-rata pengukuran tebal lipat kulit punggung mencit dari waktu pengukuran 1 jam hingga 6 jam ......................................

  49 Gambar 10. Diagram batang % penghambatan inflamasi masing-masing kelompok perlakuan beserta kontrol ..........................................

  53 Gambar 11. Histopatologi kulit normal tanpa perlakuan ..............................

  58 Gambar 12. Histopatologi perubahan kulit setelah pemberian perlakuan dengan pengecatan HE perbesaran 200x ....................................

  58 Gambar 13. Urutan skematis kejadian pasca peradangan ............................

  59

  Gambar 14. Serbuk daun M.tanarius ...........................................................

  69 Gambar 15. Ekstrak metanol-air daun M.tanarius ........................................ 69 Gambar 16. Ekstrak yang dilarutkan dalam basis Biocream® .....................

  69 Gambar 17. Mencit betina galur Swiss .........................................................

  70 Gambar 18. Kulit punggung mencit setalah pengukuran .............................

  70 Gambar 19. Cara pengukuran edema (tebal lipat kulit) ................................

  70 Gambar 20. Pengawetan kulit dengan formalin 10% ..................................

  70 Gambar 21. Cara pemotongan kulit punggung mencit .................................

  71 Gambar 22. Hasil pemotongan kulit punggung mencit ................................

  71 Gambar 23. Biocream® (Basis ekstrak) sebagai kontrol Biocream® ..........

  72 Gambar 24. Calacort® yang mengandung hidrokortison asetat 2,5% sebagai kontrol positif ...............................................................

  72

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Serbuk daun M.tanarius beserta ekstrak metanol-air M.tanarius ...............................................................................

  69 Lampiran 2. Hewan uji yang digunakan beserta cara pengukuran pengukuran edema ..................................................................

  70 Lampiran 3. Cara pemotongan kulit untuk pengamatan histopatologi ........

  71 Lampiran 4. Kontrol yang digunakan dalam penelitian beserta alat spuit injeksi........................................................................................

  72 Lampiran 5. Surat determinasi tanaman Senu (M.tanarius L. Mull.Arg) ....

  73 Lampiran 6. Surat Ethical Clirens .................................................................

  74 Lampiran 7. Hasil perhitungan Area Under Curve (AUC) .........................

  75 Lampiran 8. Perhitungan persen (%) penghambatan inflamasi ...................

  78 Lampiran 9. Hasil uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk .........................

  79 Lampiran 10. Hasil perhitungan rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi masing-masing kelompok perlakuan ....................

  80 Lampiran 11. Hasil pengujian ANOVA ......................................................

  83 Lampiran 12. Hasil pengujian uji Post-Hoct dengan uji scheffe .................

  84

  

INTISARI

  Tanaman senu (Macaranga tanarius) merupakan salah satu tanaman yang banyak diteliti akan kandungan senyawanya tetapi penelitian terkait efek antiinflamasi masih sedikit dilaporkan. Adanya inflamasi disertai gejala seperti

  

rubor, calor, dolor, tumor , function laesa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

  efek antiinflamasi topikal, konsentrasi optimum, dan mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi dari ekstrak metanol-air daun M.tanarius pada mencit betina galur Swiss menggunakan metode Inflammation-assosiated edema dengan mengukur tebal lipat kulit punggung mencit.

  Penelitian ini termasuk eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak pola searah. Tiga puluh ekor mencit dibagi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol Biocream®, kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M.tanarius konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% dengan cara pemberian secara topikal. Tebal lipat kulit punggung mencit yang menunjukkan tebal edema diukur menggunakan jangka sorong digital setiap jam selama 6 jam, kemudian dihitung selisih tebal lipat kulit punggung yang terinduksi dengan tebal lipat kulit punggung sebelum terinduksi karagenin 1,5% dan didukung hasil pengamatan histopatologi dari kulit punggung mencit. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk dan dilanjutkan analisis Anova satu arah dengan uji Post-Hoc menggunakan uji scheffe.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M.tanarius memiliki efek antiinflamasi topikal. Konsentrasi optimum yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal sebesar 3,75%. Persen (%) penghambatan inflamasi dari ekstrak metanol-air daun M.tanarius pada konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% berturut-turut adalah 53,91; 48;58 dan 75,42%.

  Kata kunci: antiinflamasi, topikal, Macaranga tanarius, Inflammation-assosiated edema.

  

ABSTRACT

Senu (Macaranga tanarius) is a plant that has pharmacological effect.

  Many researchers have examined the coumpounds contained of this plant but there are a few reports about its topical antiinflammatory effect. Inflammation is indicated by symptoms such as rubor, calor, dolor, tumor, and function laesa. The research purpose are to investigate topical anti-inflammatory effect, optimum concentration, and find out the percent (%) inhibition of inflammation of the methanol - water extract of M.tanarius leaves using Inflammation-associated edema methods by measuring middorsal skinfold thickness.

  This research is purely experimental with completely randomized design direction. Thirty mice were divided into six groups of five animal each. Negatif control group, positif control group, Biocream® control group and group of methanol-water extract of M.tanarius with a consentration of 1,67; 2,5; and 3,75% ware given topically. The middorsal skinfold thickness which showed edema was measured by using calliper digital every an hour for six hours. Middorsal skinfold thickness of the induced and the non-induced of 1,5% carrageenan were measured and added histopathological observations of the middorsal skinfold thickness. The obtained data was analyzed using the Shapiro-Wilk test, continued by one-way Anova and Post Hoc test by Scheefe test.

  The result showed that methanol-water extract of M.tanarius leaves has topical antiinflammatory effect. Optimum concentration showed topical antiinflammatory effect at 3,75%. Percent (%) inhibition of the methanol-water extract of M.tanarius leaves at consentration 1,67; 2,5; and 3,75% were 53,91; 48;58 and 75,42%.respectively.

  Keyword: anti-inflammatory, topical, Macaranga tanarius, Inflammation- assosiated edema

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Inflamasi atau yang biasa disebut dengan peradangan merupakan suatu respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedara jaringan. Inflamasi yang terjadi bisa lokal, sistemik, akut dan kronis yang dapat

  menimbulkan kelainan patologis (Baratawidjaja dan Iris, 2010). Inflamasi dapat terjadi pada siapa saja baik orang tua, anak muda, atau bahkan anak kecil sekalipun dapat mengalami inflamasi. Inflamasi atau peradangan termasuk hal yang sudah banyak dikenal dimasyarakat dan seiiring dengan berjalannya waktu sering terjadi dikehidupan sehari-hari serta cenderung dianggap sesuatu yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan rasa yang kurang nyaman bagi penderita dimana dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Inflamasi sering tidak diinginkan karena inflamasi disertai dengan adanya gejala-gejala yang merupakan respon inflamasi seperti kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), nyeri

  

(dolor), pembengkakan (tumor), serta gangguan fungsi (function laesa) (Martini

and Nath, 2009). Keadaan seperti inilah yang mendorong penderita untuk segera

  mengatasi dan mengobati inflamasi yang terjadi.

  Banyak cara yang dapat dilakukan penderita untuk dapat mengobati atau mengurangi rasa yang kurang nyaman akibat inflamasi yang terjadi, salah satunya yang sering dilakukan yaitu dengan pemberian obat antiinflamasi non steroid (AINS) secara per oral. Akan tetapi, penggunaan obat golongan antiinflamasi non mengiritasi lambung karena ketidakselektifan terhadap enzim siklooksigenase (COX). Hampir semua obat AINS bekerja pada kedua isoform dari enzim siklooksigenase sehingga senyawa proteksi lambung yang seharusnya dihasilkan oleh enzim siklooksigenase-1 (COOX-1) dihambat pembentukannya (Schror and Meyer, 2000). Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan mengubah jalur pemberian obat secara per oral menjadi secara topikal/lokal karena pemberian secara topikal dianggap lebih mudah, cepat, mengurangi first

  

pass effect dan lebih praktis sebagai pertolongan pertama dalam mengatasi

  peradangan dibandingkan dengan pemberiaan obat-obat golongan AINS yang diberikan secara oral (Ganiswarna, 1995).

  Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak keanekaragaman tanaman. Banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pencegahan maupun pengobatan suatu penyakit. Kecenderungan penggunaan bahan obat dari alam atau obat herbalpun semakin meningkat.

  Namun, dewasa ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal dan mengetahui manfaat dari suatu tanaman yang mampu mengurangi maupun mengobati suatu penyakit seperti halnya dengan inflamasi atau peradangan yang sering terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu, penelitian tanaman yang memiliki efek antiinflamasi mulai dikembangkan untuk mencari dan mendapatkan informasi terkait khasiat dan efek dari suatu tanaman. Tanaman yang mungkin kurang dikenal oleh sebagian besar masyarakat dapat dijadikan salah satu pilihan pengobatan seperti pengobatan inflamasi, yaitu daun senu (Macaranga tanarius).

  Semua manfaat ini dapat diperoleh karena adanya kandungan khasiat tertentu didalam suatu tanaman (Latief, 2012).

  Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, and Sutthivaiyakit (2005) melaporkan bahwa konstituen dari ekstrak n-heksan dan klorofom dari daun M.tanarius berupa flavonoid yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C, tanariflavanon D memperlihatkan adanya aktivitas antioksidan terhadap DPPH dan nymphaenol B memperlihatkan adanya agen antiinflamasi pada COX-2.

  Adanya kandungan flavonoid yang terdapat dalam daun M.tanarius yang diduga memiliki aktivitas antiinflamasi. Menurut Kurniawati (cit., Fitriyani, Winarti, Muslichah, Nuri, 2011) flavonoid akan menghambat permeabilitas kapiler dan menghambat sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial.

  Beberapa senyawa flavonoid dapat menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin dan leukotrien yang merupakan mediator-mediator inflamasi.

  Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, Otsuka and Takeda (2006) melaporkan bahwa kandungan hasil isolasi dari ekstrak metanol daun

  

M.tanarius seperti macarangiosida A-C dan mallofenol B memperlihatkan adanya

  aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH secara in vitro. Adanya aktivitas penangkapan radikal bebas inilah yang diduga akan menghambat pembentukkan prostaglandin. Dengan dihambatnya pembentukkan prostaglandin maka mediator inflamasi menjadi tidak terbentuk maka peradangan (inflamasi) pun tidak terjadi.

  Hal ini yang mendasari dugaan sementara bahwa ekstrak metanol-air daun M.tanarius memiliki efek antiinflamasi.

  Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kurniawati, Adrianto, dan Hendra (2011) melaporkan bahwa pemberian peroral dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius (711; 2133; 6400 mg/kg BB) menunjukkan adanya aktivitas antiinflamasi pada mencit yang terinduksi karagenin dengan % penghambatan inflamasinya sebesar 23,34; 37,39; dan 46,97% dan memperlihatkan aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi parasetamol. Adanya aktivitas antiinflamasi dari pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius secara oral memberikan peluang bagi penggunaan ekstrak metanol-air daun M. tanarius secara topikal. Oleh karena itu, pada penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius secara topikal dapat melindungi kulit mencit dari inflamasi yang terjadi akibat induksi karagenin 1,5% secara subkutan yang didukung dengan hasil pengamatan kualitatif histopatologi kulit mencit yang dilihat dari pengurangan sel-sel neutrofil pada daerah subkutan.

1. Rumusan masalah

  Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: a. Apakah ekstrak metanol-air daun M.tanarius memiliki efek antiinflamasi topikal pada mencit betina galur Swiss? b. Berapakah konsentrasi optimum ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal pada mencit betina galur Swiss?

  c. Berapa persen (%) penghambatan inflamasi ekstrak metanol-air daun

  M.tanarius pada mencit betina galur Swiss?

2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang dilakukan oleh Phommart, dkk., (2005) melaporkan bahwa konstituen dari ekstrak n-heksan dan klorofom dari daun M.tanarius berupa flavonoid, yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C, tanariflavanon D memperlihatkan adanya aktivitas antioksidan terhadap DPPH dan nymphaenol B memperlihatkan adanya agen antiinflamasi pada COX-2.

  Penelitian yang dilakukan oleh Matsunami, dkk., (2006) melaporkan bahwa kandungan hasil isolasi dari ekstrak metanol daun M.tanarius seperti macarangiosida A-C dan mallofenol B memperlihatkan adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH.

  Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati, dkk., (2011) melaporkan bahwa pemberian peroral ekstrak metanol-air daun M. tanarius menunjukkan aktivitas antiinflamasi pada mencit yang terinduksi karagenin 1% secara subplantar dan memperlihatkan aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi parasetamol.

  Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi topikal secara subkutan yang didukung dengan hasil pengamatan kualitatif histopatologi kulit mencit belum pernah dilaporkan.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi topikal.

  b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan ekstrak metanol-air daun M.

  tanarius sebagai antiinflamasi topikal.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum. Untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak metanol-air daun M. tanarius.

  2. Tujuan khusus.

  1. Untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal ekstrak metanol-air daun M.tanarius pada mencit betina galur Swiss.

  2. Untuk mengetahui konsentrasi optimum ekstrak metanol-air daun

  M.tanarius yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal pada mencit betina galur Swiss.

  3. Untuk mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi ekstrak metanol-air daun M.tanarius pada mencit betina galur Swiss.

  

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Macaranga tanarius L. Mull. Arg

Gambar 1. Tanaman dan daun M.tanarius

  1. Taksonomi tanaman

  Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili Genus Spesies : Macaranga tanarius (L.) M. A (Anonim c, 2013).

  2. Sinonim Ricinus tanarius L., Macaranga molliuscula Kurz, Macaranga tomentosa

  3. Nama daerah

  Batak : Mapu Lampung : Madau Sunda : Mara Jawa : Karahan, Tutup, Tutup ancur, Senu Madura : Totop lakek Minahasa : Dahan Ambon : Hanuwa, Hinan, Lama Ternate : Same Halmahera Utara : Same, Hamehe (Anonim a, 2013).

  4. Penyebaran

  Tanaman M. tanarius tersebar luas dari Kepulauan Andaman dan Nicobar, Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan dan Kepulauan Ryukyu, seluruh Malaysia, sampai ke Australia Utara dan Timur dan Melanesia. Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara seperti Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, dan pada banyak pulau di Malaysia, yaitu Sumatra, Borneo, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, dan seluruh Kepulauan Filipina. Tanaman ini umum di hutan sekunder terutama di area logging. Dapat dijumpai juga di belukar, semak, hutan kecil pedesaan, dan vegetasi pantai serta dapat tumbuh pada tanah liat, lempung dan pasir, biasanya di dataran rendah tetapi di Jawa dijumpai sampai ketinggian 1500 m (Anonim b, 2013).

  5. Morfologi

  Tanaman M.tanarius berbentuk pohon kecil sampai sedang, dengan dahan yang agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan stipula besar yang luruh. Perbungaan bermulai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus dua, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Biji membulat dan menggelembur. Jenis ini juga mengandung tanin yang cukup untuk menyamak jala dan kulit (Anonim b, 2013).

  6. Kegunaan

  Di Malaysia dan Thai tanaman M.tanarius digunakan sebagai pengobatan tradisional dimana akar M.tanarius digunakan sebagai antiperetik dan antitusif.

  Akar kering digunakan sebagai agen emetik, sedangkan daun segarnya digunakan untuk menutupi luka dan untuk mencegah peradangan. Di Cina, spesies ini umumnya ditanam dan dipanen untuk memproduksi suatu produk seperti minuman kesehatan, dan ekstraknya dimasukkan ke dalam pasta gigi serta akar dan kulit tanaman ini digunakan untuk hemoptisis dan disentri. Daun kering

  

M.tanarius digunakan sebagai teh herbal. Studi sebelumnya menyebutkan ekstrak

  dari daun M.tanarius menunjukkan adanya aktivitas antimikroba yang digunakan sebagai bahan aktif yang digunakan dalam produk oral untuk mencegah dan mengobati karies gigi, gingivitis dan peradangan pada gusi (Lim, Lim, and Yule, 2009).

  Di Malaysia, kayu dari tanaman M.tanarius ini digunakan untuk disentri dan rebusan akarnya untuk mengobati demam. Daun yang dihaluskan dipakai untuk tapal penyembuh luka. M.tanarius belum pernah digunakan secara luas, tetapi berguna sebagai bahan pewarna coklat, perekat, bahan tambahan untuk minuman, kayu dan obat (Anonim b, 2013).

7. Kandungan kimia

  Penelitian yang dilakukan Phommart, dkk. (2005) ditemukan adanya tiga kandungan senyawa baru, yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C, tanariflavanon D (Gambar 2.) bersama-sama dengan tujuh kandungan yang telah diketahui, yaitu

  nymphaeol

  A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanone B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8-dihydrovomifoliol), dan annuionone E.

  

Gambar 2. Struktur kandungan M.tanarius berturut-turut tanarifuranonol

(1), tanariflavanon (2), tanariflavanon D (3)

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Matsunami, dkk. (2006) ditemukan empat kandungan baru dari daun M.tanarius, yaitu terdapat glikosida megastigman (megastigmane glucoside) dinamakan macarangiosida A-D bersama dengan campuran mallophenol B, lauriside E, methyl brevifolin carboxylate, dan

  

hyparin dan isoquercitrinb (Gambar 3.). Hasil isolasi dan elusidasi struktur dari lainnya memperlihatkan adanya aktivitas penangkapan radikal bebas. Dilanjutkan pada penelitian yang dilakukan Matsunami, Otsuka, Kondo, Shinzato, Kawahata, Yamaguchi and Takeda (2009), melaporkan bahwa dalam daun M.tanarius juga mengandung lignan glukosida, (+)-pinoresinol 4-O-[6n-O-galloyl]-

  β-D-

glucopyranoside , dan 2 megastigman glukosida, dinamai macarangiosida E dan F,

  bersama dengan 15 komponen lain.

  

Gambar 3. Struktur senyawa-senyawa kimia yang diisolasi dari daun tanaman M.tanarius

(Matsunami, dkk., 2006)

B. Metode Peyarian

  Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai diluar pengaruh cahaya matahari langsung kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

  Proses penarikan zat aktif dalam simplisia nabati atau hewani dapat dilakukan dengan metode maserasi, infundasi, dekoksi, perklorasi, maupun pemerasan simplisia segar. Pemilihan metode dan jenis penyari yang digunakan tergantung dari zat aktif yang akan disari (Badan POM RI, 2013).

  Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).

  Metode maserasi digunakan untuk simplisia kering dan penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, serta tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-metanol atau pelarut lain (Badan POM RI, 2013).

  Keuntungan dari maserasi adalah dalam pengerjaannya lebih mudah, sederhana dan peralatannya lebih murah. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian kurang sempurna, serta pelarut yang digunakan jumlahnya banyak jika harus dilakukan remaserasi (Badan POM RI, 2013).

  C. Kulit

  Kulit merupakan salah satu organ terbesar dari tubuh, terhitung sekitar 15% dari total badan orang dewasa (Kanitakis, 2012). Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit yang di dalamnya terdapat ujung saraf peraba mempunyai banyak fungsi antara lain membantu mengatur suhu, mengendalikan hilangnya air dari tubuh, serta mempunyai sedikit kemampuan eksretori, sekretori, dan absorpsi (Pearce, 2006).

  Kulit juga merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya, menjadi pucat, kening-kuningan, kemerah-merahan atau suhu meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu (Syaifuddin, 2006).

  Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap ganggungan fisis ataupun mekanik, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi. Kulit juga penting sebagai mekanisme pertahanan non spesifik yang bertindak sebagai penghalang terhadap invasi oleh mikroba, bahan kimia, agen fisik seperti trauma ringan maupun sinar ultraviolet (Ross and Wilson, 2001).

  Adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut jaringan penunjang berperan sebagi pelindung terhadap gangguan fisis. Kulit juga berfungsi sebagai proteksi rangsangan kimia karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Kulit juga berperan dalam fungsi absorbsi, fungsi pengatur panas, fungsi eksresi, fungsi persepsi, fungsi pembetukan pigmen, fungsi keratinasi, serta fungsi pembentukan vitamin D (Syaifuddin, 2006).

  2 Pada orang dewasa luas permukaan kulit sekitar 1,5 sampai 2 m . Kulit

  dilengkapi dengan kelenjar, rambut maupun kuku. Kulit memiliki dua lapisan utama yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis serta diantara kulit dan struktur yang mendasari kulit terdapat lapisan lemak subkutan (Ross and Wilson, 2001). Struktur lapisan kulit dapat dilihat pada gambar 4.

D. Inflamasi

1. Definisi

  Inflamasi atau peradangan didefinisikan sebagai respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera jaringan (Baratawidjaja dan Iris 2010). Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi.

  Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Adanya peradangan juga menunjukkan respon protektif untuk menyingkirkan organisme penyebab awal cedera. Akan tetapi, peradangan dan perbaikan juga dapat bersifat merugikan yang mendasari beberapa penyakit kronik seperti reumatoid artritis dan reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan serangga, obat, maupun toksin.

  Ada hubungan antara inflamasi dan infeksi, tetapi istilah tersebut tidak bisa dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan oleh infeksi (Kee, 1996). Ditinjau dari waktu terjadinya, radang dibagi menjadi dua yaitu, radang akut dan radang kronis.

  Peradangan akut merupakan suatu respon cepat terhadap agen yang merugikan serta berfungsi untuk meyalurkan mediator-mediator pertahanan penjamu leukosit dan protein plasma ke tempat cedera. Peradangan akut memiliki aliran darah sehingga menyebabkan eritema dan hangat, (2) ekstravasasi dan pengendapan cairan dan protein plasma yang menyebabkan terjadinya edema serta (3) emigrasi dan akumulasi leukosit terutama neutrofil di tempat cedera. Pada sebagian besar bentuk peradangan akut, neutrofil mendominasi infiltrat peradangan selama 6 sampai 24 jam pertama kemudian digantikan oleh monosit dalam 24 sampai 48 jam (Kumar, Abbas, and Fausto, 2005). Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dapat dilihat pada gambar 5.

  

Gambar 5. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dibandingkan dengan normal

(Kumar, dkk.,2005)