Uji efek antiinflamasi topikal ekstrak milk Thistle® pada jumlah neutrofil dan ekspresi cox-2 mencit betina terinduksi karagenin.

(1)

xviii INTISARI

Inflamasi merupakan suatu mekanisme untuk melindungi tubuh dari gangguan luar atau infeksi. Secara makroskopis tanda-tanda pokok terjadinya inflamasi antara lain rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), dan tumor (pembengkakan).Inflamasi dapat diatasi menggunakan obat modern maupun tradisional, salah satu tumbuhan yang secara empirik digunakan untuk antiinflamasi adalah ekstrak Milk Thistle (Silybum marianum L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Milk Thistle (Silybum marianum L.) mempunyai efek antiinflamasi yang diberikan secara topikal pada mencit yang diinduksi karagenin.

Penelitian ini dilakukan pada mencit yang berumur 6-8 minggu dengan beratbadan 20-25 gram. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 3%, control basis Biocream®, kelompok kontrol positif Hidrokortison asetat, dan kelompok perlakuan krim ekstak Milk Thistle 1,67; 2,5; 3,75% B/B. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian murni rancangan acak lengkap pola searah. Punggung hewan uji diinduksi karagenin setelah dibersihkan kemudian krim dioleskan. Pemotongan kulit hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah perlakuan. Kulit hewan uji diawetkan mengunakan larutan fiksatif, yaitu larutan formalin 10%. Sel neutrofil yang bermigrasi di daerah subkutan diamati menggunakan metode pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan dilanjutkan dengan uji persen penekanan ekspresi siklooksigenase (COX) 2 dengan imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2 menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 200x. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan uji Shapiro Wilk, dilanjutkan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstak Milk Thistle mempunyai efek antiinflamasi topikal. Konsentrasi optimum yang menunjukan adanya efek antiinflamasi topikal sebesar 3,75%. Persen (%) besar rerata jumlah neutrofil dari ekstrak Milk Thistle pada konsentrasi 1,67; 2,5; 3,75% berturut-turut adalah 77,84; 61,64; 42,32. Pada konsentrasi yang sama memberikan persen (%) penghambatan ekspresi enzim COX-2 berturut-turut adalah 11,56 ; 13,96 dan 8,48 lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif (karagenin), yaitu 1,45.


(2)

xix ABSTRACT

Inflammatory is a mechanism for the protection of the body from disturbance outside or infection. In makroskopis basic signs the inflammatory among others rubor (reddish), heat engine (heat), dolor (pain) , and tumor (swelling). Inflammatory insurmountable the use of drugs modern and traditional , one herbs that is empirical used to antiinflamasi is Milk Thistle (Silybum marianum L.). This study attempts to know whether extract Milk Thistle (Silybum marianum L.) have an effect antiinflamatory given topically on middorsal induced carragenane.

The study is done at middorsal from 6-8 weeks with weight 20-25 grams .Animals divided into 6 group that is the control group negative carragenane 3 % , control the base biocream ® , the control group positive hidrokortison acetic , and the treatment group cream Milk Thistle extract 1.67 ; 2.5 ; 3.75 % b / b .This research are part research pure design random complete pattern in line. Backbone of an animal test induced carragenane after cleaned then cream smeared. Cutting animal skin test performed for 24 hours. Skin test animals preserved using a fixative solution, 10% formalin solution. The neutrophils migration was observed using Hematoxylin and Eosin (HE) Staining Method. And than Immunohistochemical Method using antibody anti cyclooxygenase-2’sobserved suppress the expression of cyclooxygenase 2 (COX-2) with a microscope light with event 200x. These data were analyzed using Shapiro-Wilk test, continued byKruskal–Wallis test and Post Hoc test by Mann Whitney test.

The results of the study showed that Milk Thistle extract has topical antiinflammatory effect. The optimum concentration showed a topical antiinflamatory effect of 3.75 %. Percent ( % ) duration of mean neutrophil of Milk Thistle extract on concentration 1.67 ; 2.5 ; 3.75 % is 77.84; 61.64; 42.32. And the suppression expression of COX-2 activity of (in %) 11.56; 13.96 and 8.48 respectively. They are higher than negative control group (carrageenan) at 1.45%.


(3)

i

UJI EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK MILK THISTLE® PADA JUMLAH NEUTROFIL DAN EKSPRESI COX-2 MENCIT BETINA

TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Sinta Atmi Utami NIM : 128114078

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Ketika kau yakin dan percaya akan takdir dan ketentuan

-Nya, lantas apa yang

harus dirisaukan?”

.

“Wahai orang

-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-

orang yang sabar”

(QS. Al-Baqarah : 153).

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”

(QS. Ar-

Ra’d : 28)

.

“Cukupla

h Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-

baik pelindung”

(QS. Ali-

Imran : 173).

Skripsi ini saya persembahkan untuk : Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, Kedua orang tua saya, saudara-saudara saya, para sahabat dan almamater


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Ketika kau yakin dan percaya akan takdir dan ketentuan

-Nya, lantas apa yang

harus dirisaukan?”

.

“Wahai orang

-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-

orang yang sabar”

(QS. Al-Baqarah : 153).

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”

(QS. Ar-

Ra’d : 28)

.

“Cukuplah Allah

(menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-

baik pelindung”

(QS. Ali-

Imran : 173).

Skripsi ini saya persembahkan untuk : Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, Kedua orang tua saya, saudara-saudara saya, para sahabat dan almamater


(7)

(8)

(9)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan kurnia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Topikal

Ekstrak Milk Thistle® pada Jumlah Neutrofil dan Ekspresi COX-2 Mencit Betina Terinduksi Karagenin”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi telah banyak melibatkan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP. PhD., selaku pembimbing utama atas segala motivasi dan kesabaran dalam membimbing, mendukung, dan membantu penulisan dari awal hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku dosen pembimbing kedua atas segala kesabaran untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Phebe Hendra, M.Si.,Ph.D.,Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membagun hingga skripsi ini tersusun.


(10)

viii

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membagun hingga skripsi ini tersusun. 6. Staf laboratorium, Bapak Heru Purwanto, Mas Kayatno, serta laboran lainnya

yang telah membimbing dan membantu penulis dalam penelitian di laboratorium.

7. Kedua orang tua, Ngadiran dan Sudiyem yang selalu memberi doa, dukungan, motivasi, dan kasih sayang. Hal tersebut memicu saya menjadi semangat dan kuat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara saya, Ria Andriani yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada penulis.

9. Dubhe Fajar Shidiq yang selalu menjadi motivasi dan penyemangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian : Monika Febrianti, Dui Sostales, F.X. Rury Henggar, Kathrin Cinthika, dan Farra Ayu Efriyanti atas kerja sama, kebersamaan, bantuan, dan perjuangan selama penelitian ini berlangsung.

11. Sahabat-sahabat penulis, Citra, Dorry, Teguh, Rara, Ghea, Akbar, Linda, Ope, Iwat, Putri, Nova dan Nonik yang selama ini selalu memulihkan semangat saya, tempat berkeluh kesah, berbagi canda tawa, senang dan sedih. Terimakasih dukungan dan doanya.

12. Teman-teman FSM B dan FKK A angkatan 2012 atas kebersamaan selama ini.


(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

1. Rumus masalah ... 5


(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah ... 1

3. Rumus masalah ... 5

4. Keaslian penelitian ... 5

5. Manfaat penelitian ... 7


(13)

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Milk Thistle ... 8

1. Klasifikasi Tanaman... 8

2. Sinonim ... 9

3. Nama Umum ... 9

4. Penyebaran ... 9

5. Morfologi ... 10

6. Kegunaan... 10

7. Kandungan Kimia ... 11

B. Kulit ... 12

C. Inflamasi ... 13

D. Antiinflamasi ... 18

E. Karagenin ... 21

F. Biocream® ... 21

G. Hidrokortison Asetat ... 22

H. Landasan Teori ... 23

I. Hipotesis ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel penelitian dan Definisi Operasional ... 25

1. Variabel penelitian ... 25

2. Skala Variabel ... 26


(14)

xii

C. Bahan Penelitian... 28

D. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian ... 29

E. Tata Cara Penelitian ... 30

F. Tata Cara Analisis Hasil... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstrak Milk Thistle ... 35

B. Uji Orientasi Karagenin ... 36

C. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Milk Thistle Terhadap Jumlah Sel Neutrofil ... 38

D. Hasil Persen (%) Penghambatan Ekspresi COX-2 Ekstrak Milk Thistle Dengan Metode Imunohistokimia Dengan Antibodi Anti- COX-2 ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 65


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap kelompok perlakuan

... 43 Tabel 2. Hasil uji Scheffe aktivitas efek antiinflamasi pada mencit setelah pemberian ekstrak Milk Thistle secara topikal ... 46 Tabel 3. Rerata persen penghambatan ekspresi COX-2 pada kelompok perlakuan beserta kontrol ... 53


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Tanaman Milk Thistle ... 8 Gambar 2. Struktur utama Milk Thistle ... 11 Gambar 3. Struktur lapisan kulit ... 13 Gambar 4. Pembentukan metabolit asam arakidonat dan peranan

dalam inflamasi ... 16 Gambar 5. Skema biosintesis prostaglandin dan tempat obat-obat

antiinflamasi non steroid bekerja ... 20 Gambar 6. Kurva grafik peningkatan tebal lipat kulit selama

enam jam ... 37 Gambar 7. Mikrofotografi pengecatan HE kulit normal, perlakuan ekstrak Milk Thistle konsentrasi 2,5% beserta kontrol negatif (karagenin)

dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali. Migrasi sel neutrofil terlihat

pada daerah subkutan jaringan kulit (tanda lingkaran kuning) ... 41 Gambar 8. Diagram batang aktivitas efek antiinflamasi pada mencit

setelah pemberian ekstrak etanol buah Sylibum marianum L.Gaertn secara topikal ... 44 Gambar 9.Mikrofotografi pengecatan immunositokimia terhadap COX-2 pada sel neutrofil (tanda lingkaran kuning) di daerah subkutan jaringan kulit mencit di bawah mikroskop binokuler pada perbesaran 100 kali (1) dan 400 kali (2). Tanda panah kuning menunjukkan hasil positif COX-2, tanda panah merah menunjukkan hasil negatif COX-2 ... 50


(17)

xv

Gambar 10.Mikrofotografi pengecatan Immunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2 kulit normal, perlakuan ekstrak Milk Thistle konsentrasi 2,5% beserta kontrol negatif (karagenin) dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali. Migrasi sel neutrofil terlihat pada daerah subkutan jaringan kulit (tanda lingkaran kuning). ... 52 Gambar 11. Diagram % penghambatan ekspresi COX-2 antar tiap

kelompok perlakuan dan kontrol ... 56 Gambar 12.Target flavonoid dalam memodulasi respon inflamasi melalui jalur asam arakidonat dan protein kinase yang mengatur faktor-faktor transkripsi seperti CREB, AP-1, NF-κB, dan C/EBP yang memodulasi ekspresi penanda pro-inflamasi seperti COX-2, iNOS, TNF-α, IL-1β,


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ... 66

Lampiran 2. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ... 68

Lampiran 3. Pemotongan kulit untuk histopatologi ... 70

Lampiran 4. Ekstrak Millk Thistle®. ... 72

Lampiran 5. Surat Ethical Clearence ... 73

Lampiran 6. Data tebal lipat kulit dalam uji pendahuluan karagenin ... 74

Lampiran 7. Data rata-rata perhitungan jumlah neutrofil ... 74

Lampiran 8. Data rerata persen penghambatan inflamasi dalam penekanan COX-2 ... 76

Lampiran 9. Hasil analisis statistik perhitungan rata-rata jumlah sel-sel neutrofil pada masing-masing kelompok ... 83

Lampiran 10. Hasil analisis statistik uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk ... 86

Lampiran 11. Hasil pengujian ANOVA ... 87

Lampiran 12. Hasil pengujian uji Post-Hoct dengan uji Scheffe ... 88

Lampiran 13. Perhitungan persen penghambatan inflamasi ekspresi COX-2 ... 90

Lampiran 14. Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk ... 91

Lampiran 15. Hasil perhitungan rata-rata persen penghambatan Inflamasi ... 91


(19)

xvii


(20)

xviii INTISARI

Inflamasi merupakan suatu mekanisme untuk melindungi tubuh dari gangguan luar atau infeksi. Secara makroskopis tanda-tanda pokok terjadinya inflamasi antara lain rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), dan tumor (pembengkakan).Inflamasi dapat diatasi menggunakan obat modern maupun tradisional, salah satu tumbuhan yang secara empirik digunakan untuk antiinflamasi adalah ekstrak Milk Thistle (Silybum marianum L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Milk Thistle (Silybum marianum L.) mempunyai efek antiinflamasi yang diberikan secara topikal pada mencit yang diinduksi karagenin.

Penelitian ini dilakukan pada mencit yang berumur 6-8 minggu dengan beratbadan 20-25 gram. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 3%, control basis Biocream®, kelompok kontrol positif Hidrokortison asetat, dan kelompok perlakuan krim ekstak Milk Thistle 1,67; 2,5; 3,75% B/B. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian murni rancangan acak lengkap pola searah. Punggung hewan uji diinduksi karagenin setelah dibersihkan kemudian krim dioleskan. Pemotongan kulit hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah perlakuan. Kulit hewan uji diawetkan mengunakan larutan fiksatif, yaitu larutan formalin 10%. Sel neutrofil yang bermigrasi di daerah subkutan diamati menggunakan metode pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan dilanjutkan dengan uji persen penekanan ekspresi siklooksigenase (COX) 2 dengan imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2 menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 200x. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan uji Shapiro Wilk, dilanjutkan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstak Milk Thistle mempunyai efek antiinflamasi topikal. Konsentrasi optimum yang menunjukan adanya efek antiinflamasi topikal sebesar 3,75%. Persen (%) besar rerata jumlah neutrofil dari ekstrak Milk Thistle pada konsentrasi 1,67; 2,5; 3,75% berturut-turut adalah 77,84; 61,64; 42,32. Pada konsentrasi yang sama memberikan persen (%) penghambatan ekspresi enzim COX-2 berturut-turut adalah 11,56 ; 13,96 dan 8,48 lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif (karagenin), yaitu 1,45.


(21)

xix ABSTRACT

Inflammatory is a mechanism for the protection of the body from disturbance outside or infection. In makroskopis basic signs the inflammatory among others rubor (reddish), heat engine (heat), dolor (pain) , and tumor (swelling). Inflammatory insurmountable the use of drugs modern and traditional , one herbs that is empirical used to antiinflamasi is Milk Thistle (Silybum marianum L.). This study attempts to know whether extract Milk Thistle (Silybum marianum L.) have an effect antiinflamatory given topically on middorsal induced carragenane.

The study is done at middorsal from 6-8 weeks with weight 20-25 grams .Animals divided into 6 group that is the control group negative carragenane 3 % , control the base biocream ® , the control group positive hidrokortison acetic , and the treatment group cream Milk Thistle extract 1.67 ; 2.5 ; 3.75 % b / b .This research are part research pure design random complete pattern in line. Backbone of an animal test induced carragenane after cleaned then cream smeared. Cutting animal skin test performed for 24 hours. Skin test animals preserved using a fixative solution, 10% formalin solution. The neutrophils migration was observed using Hematoxylin and Eosin (HE) Staining Method. And than Immunohistochemical Method using antibody anti cyclooxygenase-2’sobserved suppress the expression of cyclooxygenase 2 (COX-2) with a microscope light with event 200x. These data were analyzed using Shapiro-Wilk test, continued byKruskal–Wallis test and Post Hoc test by Mann Whitney test.

The results of the study showed that Milk Thistle extract has topical antiinflammatory effect. The optimum concentration showed a topical antiinflamatory effect of 3.75 %. Percent ( % ) duration of mean neutrophil of Milk Thistle extract on concentration 1.67 ; 2.5 ; 3.75 % is 77.84; 61.64; 42.32. And the suppression expression of COX-2 activity of (in %) 11.56; 13.96 and 8.48 respectively. They are higher than negative control group (carrageenan) at 1.45%.


(22)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Saat proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vascular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk memperbaiki jaringan. Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi (Kee dan Hayes,1996).

Tanda-tanda utama inflamasi yaitu eritema (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin, dan histamin) histamin mendilatasi arteriol. Kedua adalah edema (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cedera. Kinin mendilatasi asteriol, meningkatkan permeabilitas kapiler. Ketiga adalah panas, disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah. Dan dapat disebabkan dari pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus. Nyeri, disebabkan oleh pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator kimia. Hilangnya fungsi, disebabkan oleh penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996).


(23)

Antiinflamasi adalah sebutan untuk agen/obat yang bekerja melawan atau menekan proses peradangan (Dorlan, 2002). Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral. Rute pemberian secara parenteral dalam hal ini adalah topikal mempunyai keuntungan tidak sukar dalam pemakaian, tidak perlu steril, penyerapan (absorbsi) cepat dan bisa digunakan untuk pasien yang sadar maupun tidak sadar dan bisa digunakan secara terus menerus walaupun pasien dalam keadaan tidak sadar. Penggunaan anttiinflamasi topikal semakin banyak dicari terkait keuntungan penggunaan sediaan topikal yang dapat mempercepat aksi obat ditempat kerja karena tidak melalui sistem percernaan dan menghindari rusaknya zat aktif disebabkan oleh aktifitas enzim dan interaksi dengan makanan pada terapi antiinflamasi secara oral. Sedangkan pemberian obat secara oral atau melalui gastrointestinal (GI) mempunyai kekurangan tidak dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar dan penyerapan dalam tubuh yang tergolong lambat (Priyanto, 2008). Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sediaan topikal mengingat kelebihan yang dimiliki olah sediaan tersebut.

Indonesia dikenal mempunyai keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia yang terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut. Di wilayah Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya diduga memiiliki khasiat sebagai obat. Sekitar 90% tumbuhan obat di kawasan Asia, tumbuh di Indonesia. Di negara-negara maju, biodiversity prospecting yaitu


(24)

upaya pencarian sumber daya hayati yang mempunyai potensi untuk masa depan, terus digiatkan termasuk penelitian berbagai tumbuhan sebagai sumber bahan obat. Oleh karena itu akan didapatkan informasi dari tumbuhan yang bisa membantu dalam penggunaan yang optimal (Sampurno, 2007). Informasi yang sudah didapatkan nantinya akan membantu masyarakat dalam memilih obat tradisional atau tanaman obat dalam upaya kesehatan. Pada penggunaan produk dari bahan alam ini cenderung mengalami peningkatan. Obat tradisional dan tanaman obat sudah banyak digunakan oleh masyarakat, baik dalam upaya preventif, rehabilitatif maupun promotif. Anggapan lain dari masyarakat yang memacu meningkatnya penggunaan obat tradisional dan tanaman obat adalah penggunaan yang relatif aman dibandingkan dengan obat sintetis yang umum dijual. Salah satu tanaman obat adalah Milk Thistle atau Silybum marianum (L.).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sonnenbichler et al. (1999) bagian yang diteliti dari tanaman Milk Thistle antara lain buah, daun, dan biji. Bagian tanaman tersebut mengandung silymarin dimana silybin merupakan zat yang paling aktif secara biologis konstituen. Efek yang ditunjukkan oleh tanaman ini adalah penghambatan migrasi sel netrofil, penghambatan sel Kupffer, menghambatan sintesis leukotrien, dan menghambat pembentukan prostaglandin.

Dehmlow et al. (1996) melaporkan bahwa mekanisme aktivitas antiinflamasi dari tanaman Milk Thistle dilakukan dengan menghambat pembentukan hidrogen peroksida. Efek silybin yang terkandung pada daun dilaporkan dapat menghambat sintesis leukotrien B4. Namun tidak berpengaruh pada pembentukan prostaglandin E2. Menurut penelitian yang dilakukan Balian et al. (2006)


(25)

melaporkan bahwa aktivitas antiinflamasi dalam ekstrak Milk Thistle dalam pengujiannya dilakukan pada tikus albino. Pemberian peroral ekstrak Milk Thistle menunjukan adanya aktivitas antiinflamasi pada tikus yang terinduksi karagenin 1% secara subkutan pada punggung tikus. Tanaman Milk Thistle telah terbukti memiliki efek antiinflmasi yang spesifik untuk inflamasi akut.

Silymarin yang merupakan ekstrak bioaktif Milk Thistle mengandung flavonolignans seperti silychristin, isosilychristin, silydianinsilybin A dan B, isosilybin A dan B. serta asam 35% lemak, flavonoid dan polifenol. Untuk menguji adanya efek antiinflamasi Milk Thistle diuji dengan mengekstraksi pada 96% etanol, dan adanya aktivitas penangkapan radikal bebas dalam DPPH (2,2-difenil-1-pycryl-hydrazyl). Ekstrak tanaman ini menunjukkan aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi parasetamol (Hadaruga et al.,2009).

Mekanisme aktifitas antiinflamasi dari tanaman Milk Thistle dilakukan dengan menghambat pembentukan hydrogen peroksida. Efek silybin yang terkandung pada daun, buah dan biji Milk Thistle menghambat sintesis leukotrien B4 (IC50 15umol / l) pada tikus terisolasi sel Kupffer. Ditemukan pada konsentrasi 100 umol/1 namun tidak berpengaruh pada pembentukan prostaglandin E2 (Dehmlow et al., 1996).

Penelitian ini menggunakan pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif dengan melakukan pengamatan histopatologi kulit punggu mencit yang diinduksikan karagenin secara subkutan, sedangkan kuantitatif dengan menghitung jumlah sel neutrofil dan ekspresi COX-2. Pengamatan histopatologi


(26)

berguna untuk mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat infektif. Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk memeriksa penyakit atau dalam hal ini adalah mendiagnosa penyakit dilihat dari kondisi jaringan (Harmita, 2006).

Sejauh pengamatan yang dilakukan penulis terkait penelitian tentang efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle yang terinduksi karagenin 3% secara subkutan yang didukung hasil pengamatan kualitatif histopatologi kulit mencit dan secara kuantitatif dengan menghitung jumlah netrofil pada kulit mencit yang mengalami peradangan belum pernah dilaporkan.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan beberapa uraian yang sudah disampaikan diatas, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah ekstrak Milk Thistle memiliki aktifitas antiinflamasi topikal pada mencit betina yang diinduksi karagenin 3%?

b. Bagaimana aktifitas antiinflamasi topikal yang dilihat dari besar rerata jumlah sel neutrofil ekstrak Milk Thistle pada mencit betina yang diinduksi karagenin 3% ?

c. Bagaimana aktifitas antiinflamasi topikal yang dilihat dari persen penghambatan ekspesi COX-2 ekstrak Milk Thistle pada mencit betina yang diinduksi karagenin 3%?


(27)

2. Keaslian penelitian

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sonnenbichler et al. (1999) bagian yang diteliti dari tanaman Milk Thistle antara lain buah, daun, dan biji. Bagian tanaman tersebut mengandung silymarin di mana silybin merupakan zat yang paling aktif secara biologis konstituen. Dehmlow et al. (1996) melaporkan bahwa mekanisme aktifitas antiinflamasi dari tanaman Milk Thistle dilakukan dengan menghambat pembentukan hydrogen peroksida. Efek silybin yang terkandung pada daun Milk Thistle menghambat sintesis leukotrien B4 pada tikus terisolasi sel Kupffer, namun tidak berpengaruh pada pembentukan prostaglandin E2. Menurut penelitian yang dilakukan Balian et al. (2006) bahwa aktivitas antiinflamasi dalam ekstrak etanol dari daun Milk Thistle dalam pengujiannya dilakukan pada tikus albino. Tanaman Milk Thistle telah terbukti memiliki efek antiinflmasi yang spesifik untuk inflamasi akut.

Silymarin yang merupakan ekstrak bioaktif Silybum marianum L. mengandung flavonolignans seperti silychristin, isosilychristin, silydianinsilybin A dan B, isosilybin A dan B. Serta asam, 35% lemak, flavonoid dan polifenol. Untuk menguji adanya efek antiinflamasi Milk Thistle diuji dengan mengekstraksi pada 96% etanol, dan adanya aktivitas penangkapan radikal bebas dalam DPPH (2,2-difenil-1-pycryl-hydrazyl). Ekstrak tanaman ini menunjukan aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi parasetamol (Hadaruga et al.,2009) Penelitian yang dilakukan oleh Balian et al. (2006) pemberian ekstrak daun Silybum marianum L. menunjukan adanya aktivitas antiinflamasi pada tikus yang terinduksi karagenin 1% secara subkutan pada punggung tikus.


(28)

Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, penelitian terkait uji efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle pada mencit betina terinduksi karagenin belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistle secara topikal.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pembuktian efek antiinflamasi dari ekstrak Milk Thistle sehingga dapat dijadikan alternatif untuk menggobati inflamasi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui aktifitas antiinflamasi yang terdapat pada ekstrak Milk Thistle.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui aktifitas antiinflamasi pada ekstrak Milk Thistle secara topical pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin 3%. b. Untuk mengetahui besar rerata jumlah sel neutrofil ekstrak Milk Thistle

pada mencit betina terinduksi karagenin 3%.

c. Untuk mengetahui persen penghambatan ekspresi COX-2 ekstrak Milk Thistle pada mencit betina terinduksi karagenin 3%.


(29)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Milk Thistle

Gambar 1.Tanaman Milk Thistle(Sabil et al.,2014).

1. KlasifikasiTanaman Domain : Eukaryota Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Filum : Tracheophyta

Subfilum : Euphyllophytina Infrafilum : Radiatopses Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Superorder : Asteranae Order : Asterales Famili : Asteraceae

Genus : Silybum

Spesies : Silybum marianum(L.) Gaertn


(30)

2. Sinonim

holy thistle, marian thistle, mary thistle, milk thistle, our lady’s thistle, St. mary thistle, wild artichoke, marien distel, chardon-marie (Peirce, 1999).

3. Nama Umum

Belanda : Mariendistel, vrouwendistel Inggris : thistle Lady, milk thistle

Perancis : Artichautsauvage, chardon marie Jerman : Feedistel, mariendistel, silberdistel

Yunani : Silybon

Italia : Cardodel latte, Cardomariano

Malta : thistle Blessed

Rumania : Armurariu

Rusia : Ostropestro

Spanyol : Cardolechal, Cardolechero

Swedia : Sempertin

(Kirtikar et al., 2006)

4. Penyebaran

Milk Thistle memiliki sejarah yang panjang dan penting dalam pengobatan herbal lebih dari 2.000 tahun dalam tradisi herbal Eropa.Tanaman ini tersebar luas di Amerika Selatan dan Amerika Utara di timur Amerika Serikat dan Caifornia (Peirce, 1999). Di Austria (wilayah Waldviertel), Jerman, Hungaria, Polandia,


(31)

Cina dan Argentina perkembangan Milk Thistle ini digunakan pada bidang farmasi (Bisset,1994).

5. Morfologi

Milk Thistlemerupakan tanaman yang tingginya 5 sampai 10 kaki dengan tinggi batang 20-150 cm. Sedikit berbulu halus dan pada bagian atasnya bercabang. Tanaman ini memiliki akar tunggang dan terkadang berserat (Kumar Takeshwar et al.,2011). Memiliki daun yang besar, pada tepi daun berduri dan bergaris, berwarna putih berurat dan berbulu.Tanaman Milk Thistlememiliki buah yang berkulit keras dengan panjang 6-8 mm yang terdapat pada bunga, yang dikenal secara teknis sebagai achenes, menyerupai biji dan umumnya brwarna coklat.Milk Thistle memiliki bunga capitula besar dan bulat, dan setiap pucuk batang atau cabang memiliki satu bunga (Peirce, 1999).

6. Kegunaan

Menurut Balianet al. (2006) Milk Thistlemerupakan tanaman obat yang bisa digunakan sebagai antioksidan, antiinflamasi, hepatoprotektif, antikanker, dan antidiabetes.Kandungan dari tanaman ini yang dilaporkan Hadaruga et al. (2009) mengandung flavonolignan Silymarin, yang memiliki aktivitas antioksidan dengan menangkap radikal bebas, antiinflamasi, efek antiimunomodulator dan antikanker. Di Eropa tanaman MilkThistledigunakan untuk mengobati hepatitis dan kerusakan pada hati yang diakibatkan karena keracunan alcohol dan keracunan oleh beberapa jenis jamur.


(32)

7. Kandungan Kimia

Silymarin merupakan ekstrak bioaktif dari biji Silybum marianum L. (Asteraceae) mengandung 65-85%flavonolignans (Silymarin) seperti silychristin, isosilychristin, silydianin, silybin A dan B, isosilybin A dan B, dan juga 20-35% asam lemak, flavonoid, stimulan metabolik dan polifenol lainnya.Selain mengandung flavolignans (silymarin) tanaman Milk Thistlejuga mengandung tyramine, histamine, asam linoleat gamma, dan minyak esensial (Hadaruga et al.,2009).

Sumber utama dari Milk Thistleadalah buah-buahan dan biji-bijian dari tanaman ini, namun kandungan lain terdapat pada semua bagian tanaman. Senyawa alami, silybin adalah campuran dari dua diastereomer dengan rasio 1:1 yaitu silybin A/B (2R, 3R) -3,5,7-trihidroksi-2 - [(2R, 3R / 2S, 3S) -3- (4-hidroksin 3-metoksifenil) -2-hidroksimetil-2,3-dihidro-1,4benzodioxin-6-il] chroman-4-satu.


(33)

B. Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kirakira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 . Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya.Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital dan esensial serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda, 2007).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu lapisan epidermis, dermis, subkutis (Djuanda, 2007).Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan keratin.Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah menjadi protein.Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya. Stratum spinosum (stratum Malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal dengan besar yang berbeda akibat adanya proses mitosis. Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal dan berbaris seperti pagar (palisade). Selanjutnya adalah lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal daripada lapisan


(34)

epidermis.Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut (Djuanda, 2007). Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak.Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan.Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening (Wasitaatmadja, 2010). Struktur lapisan kulit dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Struktur lapisan kulit (Kee dan Hayes,1996). C. Inflamasi

Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Saat proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vascular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan


(35)

untuk mempersiapkan keadaan untuk memperbaiki jaringan. Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi (Kee dan Hayes,1996).

Tanda-tanda utama inflamasi yaitu eritema (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi.Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin, dan histamin) histamin mendilatasi arteriol.Tahap kedua adalah edema (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cedera.Kinin mendilatasi asteriol, meningkatkan permeabilitas kapiler.Tahap ketiga adalah panas, disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah. Dapat disebabkan dari pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus.Nyeri, disebabkan oleh pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator kimia.Hilangnya fungsi, disebabkan oleh penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri.Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996).

Inflamasi terbagi menjadi 3 fase yaitu inflamasi akut, respon imun dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid yang terlibat antara lain histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat respon imun bagi tuan rumah mungkin menguntungkan, misalnya menyebabkan organisme penyerang


(36)

difagositosis atau dinetralisir. Sebaliknya akibat tersebut juga dapat bersifat merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera yang mendasarinya. Inflamasi kronis menyebabkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut. Salah satu kondisi yang paling penting yang melibatkan mediator ini adalah artritis rheumatoid, dimana inflamasi kronis menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang dan tulang rawan yang bisa menjurus pada ketidakmampuan untuk bergerak (Katzung, 2002).

Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsang kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida yang terdapat di situ menjadi asam arakidonat, kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim cyclo-oxygenase menjadi asam endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari asam arakidonat diubah oleh enzym lipooksigenase menjadi zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien bertanggungjawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Beberapa lipooksigenase mampu bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12-5-HPETE, dan 15-HPETE yang merupakan turunan dari peroksida yang tidak stabil, kemudian dikonversi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES) atau menjadi lipoksin atau leukotrien, hal ini tergantung pada jaringan. Cyclo-oxygenase terdiri dari 2 isoenzym yakni COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat di kebanyakan jaringan, antara lain di pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna. Zat ini berperan pada pemeliharaan perfusi ginjal, homeostase vaskuler, dan melindungi lambung dengan jalan membentuk bikarbonat dan lendir serta menghambat produksi asam. Enzim-enzim ini memiliki peran yaitu


(37)

mengubah asam arakidonat menjadi prostlagandin dan tromboksan. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan, tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel meningkat sampai 80 kali (Tjay dan Raharja, 2002). Proses pembentukan metabolit asam arakidonat dan peranan dalam inflamasi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pembentukan metabolit asam arakidonat dan peranan dalam inflamasi.(Robbins, 2004).

Ketika melalui jalur sikloogsigenase akan dihasilkan prostaglandin D2

(PGD2), Prostaglandin E2(PGE2), Prostaglandin F2α (PGF2α), Prostasiklin (PGI2)

dan tromboksan A2(TXA2). Setiap produk yang dihasilkan berasal dari


(38)

Prostaglandin H2(PGH2) adalah prekursor hasil akhir biologi aktif jalur

siklooksigenase. Trombosit mengandung enzim tromboksan sintetase, produk utamanya adalah TXA2 yang merupakan agen agregasi trombosit yang kuat dan

vasokonstriktor. Namun disisi lain endotelium mengalami kekurangan dalam tromboksan sintetase, tetapi kaya akan prostasiklin sintetase yang akan membentuk PGI2. PGI2adalah vasodilator serta penghambat agregasi trombosit.

Prostaglandin E2(PGE2) menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap rangsang yang

menyakitkan. Sedangkan D2(PGD2) merupakan metabolit utama dari jalur

siklooksigenase pada sel mast, nantinya akan menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas venula postcapillary. Kerja prostaglandin dalam hal ini bersama dengan PGE2dan PGF2α sehingga menyebabkan pembentukan edema.

5-lipoksigenase merupakan enzim metabolit asam arakidonat yang utama pada neutrofil. Enzim ini berada pada jalur lipoksigenase. Asam 5-hidroperoksieikosatetranoik atau 5-HPTE adalah derivat 5-hdroperoksi asam arakidonat dan direduksi menjadi asam 5-hidroksieikosatetraenoik (5-HETE) sebagai kemotaksis untuk neutrofil atau diubah menjadi leukotrien. Produk dari 5-HPTE diantaranya leukotrien A4(LTA4), LTB4, LTC4, LTD4, LTE4, dan LTE5.

Leukotrien B4(LTB4) adalah agen kemotaksis yang kuat dan dapat menyebabkan

neutrofil mengalami agregasi. LTC4, LTD4, danLTE4menyebabkan bronkospasme,

vasokonstriksi dan dapat meningkatkan permeabilitas vaskular (Kumar,2005). Pada jalur lipoksigenase yang disintesis menggunakan jalur transeluler juga menghasilkan lipoksin. Trombosit tidak dapat membentuk lipoksin A4(LXA4) dan lipoksin B4(LXB4), namun trombosit dapat membentuk metabolit


(39)

yang berasal dari intermediet LTA4dari neutrofil. Lipoksin memiliki aksi yang

baik dan daya antiinflamasi misalnya LXA4dapat menyebabkan vasodilatasi dan

antagonis vasokonstriksi yang distimulasi LTC4. Aktifitas lainnya mampu

menghambat kemotaksis neutrofil dan perlekatan ketika menstimulasi perlekatan monosit (Robbins, 2004).

D. Antiinflamasi

Antiinflamasi adalah sebutan untuk agen/obat yang bekerja melawan ataumenekan proses peradangan (Dorlan, 2002). Terdapat tiga mekanisme yangdigunakan untuk menekan peradangan yaitu pertama penghambatan enzimsiklooksigenase. Siklooksigenase mengkatalisa sintetis pembawa pesan kimia yangpoten yang disebut prostaglandin, yang mengatur peradangan, suhu tubuh, analgesia,agregasi trombosit dan sejumlah proses lain. Mekanisme kedua untuk mengurangikeradangan melibatkan penghambatan fungsi-fungsi imun. Dalam proses peradangan,peran prostaglandin adalah untuk memanggil sistem imun. Infiltrasi jaringan lokaloleh sel imun dan pelepasan mediator kimia oleh sel-sel seperti itu menyebabkangejala peradangan (panas, kemerahan, nyeri). Mekanisme ketiga untuk mengobatiperadangan adalah mengantagonis efek kimia yang dilepaskan oleh sel-sel imun.Histamin, yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil sebagai respon terhadap antigen,menyebabkan peradangan dan konstriksi bronkus dengan mengikat respon histaminpada sel-sel bronkus. Terdapat dua jalan untuk mengurangi peradangan secara farmakologi. Pendekatan yang pertama adalah kortikosteroid, dan yang kedua adalah penggunaan obat antiinflamasi non steroid (NSAID) (Olson, 2003).


(40)

Obat-obat antiinflamasi non steroid (NSAID) merupakan suatu kelompok obat yang secara kimiawi berbeda aktivitas antiinflamasinya. Obat-obat ini bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak menghambat enzim lipooksigenase (Mycek, 2001). Walaupun demikian obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping (Wilmana, 1995). Antiinflamasi nonsteroid menghambat siklooksigenase yang mengubah asamarakidonat menjadi PGG2 dan PGH2, yang akan diubah menjadi tromboksan A2 (TXA2) dan bentuk prostaglandin lainnya. Dosis terapeutik NSAID menurunkan biosintesis prostaglandin dengan menghambat COX, dan terdapat korelasi antara potensi sebagai penghambat COX dan aktivitas antiinflamasi(Nogrady, 1992).NSAID biasanya diklasifikasikan sebagai analgesik ringan.Obat ini efektif ketika inflamasi menyebabkan sensitisasi pada reseptor nyeri karena stimulus kimia atau mekanik.Nyeri yang menyertai inflamasi dan kerusakan jaringan dapat berasal dari stimulus lokal dari jaringan yang rusak dan meningkatkan sensitivitas nyeri (hiperalgesia), sebagai konsekuensi dari peningkatan rangsangan dari neuron di medula spinalis. Kapasitas prostaglandin untuk membuat reseptor nyeri peka terhadap stimulasi mekanik dan kimia berasal dari penurunan ambang pada nosiseptor fiber C. Umumnya, NSAID tidak memiliki efek langsung terhadap nyeri, karena kerja obat ini adalah dengan menghambat biosintesis prostaglandin (Brunton et al., 2008).Ada tujuh kelompok NSAID yaitu derivat salisilat, derivat asam para klorobenzoat atau indol, derivat pirazolon, derivat asam propionat, derivat fenamat, derifat oksikam, derivat asam fenilasetat (Kee dan Hayes, 1996).


(41)

Golongan steroid bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin melalui penghambatan metabolisme asam arakidonat. Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek terapeutik glukokortikoid yang paling penting adalah kemampuannya untuk mengurangi respon peradangan secara dramatis. Efek ini didapat dari proses penurunan dan penghambatan limfosit serta makrofag perifer A2 secara tidak langsung yang menghambat pelepasan asam arakidonat, prekursor prostaglandin dan leukotrien (Mycek, 2001). Setelah pemberian dosis tunggal glukokortikoid bekerja singkat dengan konsentrasi neutrofil meningkat yang menyebabkan pengurangan jumlah sel pada daerah peradangan (Katzung, 2002). Biosintesis prostaglandin dan tempat obat-obat antiinflamasi non steroid dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Skema biosintesis prostaglandin dan tempat obat-obat antiinflamasi non steroid bekerja (Anonim, 2008).


(42)

E. Karagenin

Karagenin adalah polimer linear yang tersusun dari sekitar 25.000 turunan galaktosa yang strukturnya tergantung pada sumber dan kondisi ekstraksi.Karagenin dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu kappa, iota, dan lambda karagenin. Karagenin lambda (λ karagenin) adalah karagenin yang diisolasi dari ganggang Gigartina pistillata atau Chondrus crispus, yang dapat larut dalam air dingin (Chaplin, 2005). Karagenin dipilih untuk menguji obat antiinflamasi karena tidak bersifat antigenik dan tidak menimbulkan efek sistemik (Chakraborty et al., 2004).

F. Biocream®

Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini, banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat efi kasi maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang terbaik (Strober,2008).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O) dan minyak dalam air (O/W) misalnya biocream. Krim ini bersifat ambifilik artinya berkhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim dipakai pada kelainan yang kering, superfi sial (Djuanda,1994).


(43)

G. Hidrokortison Asetat

Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai daya kerja antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis. Hidrokortison asetat (C23H32O6) digolongkan ke dalam obat antiinflamantori analgesik yang

dapat mengurangi radang, rasa gatal, dan rasa sakit pada kulit. Indikasi krim ini ,menekan reaksi radang pada kulit yang bukan diseba kulit 2-3 kali sehari. Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya dikombinasikan dengan suatu asam, misalnya bila dikombinasikan dengan suatu asam asetat maka nama dari sediaan tersebut adalah hidrokortison asetat ( Anief, 1996 ).

Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal yang mengandung obat-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi, dan lain-lain.Bentuk obat topikal dapat berupa salep, krim, lotio, dan pasta. Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan penyakit kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid ( Sartono, 1996).


(44)

H. Landasan Teori

Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Saat proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vascular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk memperbaiki jaringan. Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi (Kee dan Hayes,1996).

Aktivitas protein siklooksigenase (COX) bertanggung jawab untuk pengeluaran produksi prostaglandin (PG) yang tinggi selama proses inflamasi dan respon imum melalui metabolisme asam arakidonat. Respon imun berupa migrasi sel neotrofil ke daerah inflamasi merupakan fase seluler awal proses inflamasi. Penurunan jumlah sel neutrofil yang secara langsung menghambat pelepasan asam arakidonat yang menyebabkan kurang tersedianya substart arakidonat bagi jalur siklooksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin(Gomeset al., 2008).

Kandungan flavonoid padatanaman Milk Thistle diduga bertanggung jawab dalam memberi efek antiinflamasi. Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan dengan cara mengikat berbagai macam radikal bebas sehingga mencegah kerusakan jaringan yang semakin parah akibat aktifitas radikal bebas dari RSO yang dihasilkan dari proses metabolisme oksigen sel radang. Flavonoid juga menghambat pelepasan asam arakidonat dari sel radang


(45)

sehinggamenyebabkan berkurangnyaketersedian substrat arakidonat, baik jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase, untuk membentuk mediator inflamasi(Kimet al.,2004).

Silymarin yang merupakan ekstrak bioaktif Milk Thistle mengandung flavonolignans seperti silychristin, isosilychristin, silydianinsilybin A dan B, isosilybin A dan B. serta asam 35% lemak, flavonoid dan polifenol. Ekstrak tanaman ini menunjukan aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi parasetamol (Hadaruga et al.,2009). Penelitian yang dilakukan oleh Balian et al. (2006) pemberian peroral ekstrak etanol-air daun Milk Thistle menunjukan adanya aktivitas antiinflamasi pada tikus yang terinduksi karagenin 1% secara subkutan.

I. Hipotesis

EkstrakMilk Thistlememberikan efek antiinflamasi topikal ditandai dengan berkurangnya jumlah sel netrofil dan ekspresi COX-2 pada mencit betina yang telah diinduksi karagenin 3%.


(46)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistlesecara topikal pada mencit betina galur Swiss adalahjenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : konsentrasi dari ekstrak Milk Thistle

2) Variabel tergantung : pengurangan sel-sel neutrofl dan ekspresi pada COX-2 pada daerah subkutan yang diinduksi karagenin dan diberikan denganekstrak Milk Thistle

b. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

a) Subyek uji : mencit betina galur Swiss b) Umur subyek uji : 2-3 bulan (6–8 minggu) c) Berat badan subyek uji : 20–30 gram

d) Keadaan subyek uji : sehat

2) Variabel pengacau takterkendali : kondisi patofisiologis mencit yang digunakan dalam penelitian ini.


(47)

2. Skala Variabel

1. Ekstrak Milk Thistle: skala nominal

2. Penghitungan jumlah sel radang dan ekspresi COX-2 dari efek antiinflamasi : skala numerik

3. Definisi Operasional

a. Ekstrak Milk Thistledidapatkan dari Naturex ltimate Botanical Benefit, Eropa. Dibuktikan dengan adanya sertifikat dari Naturex. Dalam sertifikat tersebut di cantumkan bahwa ekstrak ini berbentuk serbuk dengan warna kuning kecoklatan. Ekstrak ini merupakan ekstrak etanol air dengan total etanol residual <0,1% yang berarti bahwa ekstrak ini aman bagi tubuh.

b. Perhitungan jumlah neutrofil yang bermigrasi dari pembuluh darah ke daerah subkutan (punggung mencit) dan ekspresi COX-2 secara mikroskopik pada pengukuran 24 jam setelah diinjeksikan karagenin 3 %. Pengukuran ini dilakukan karena sel neutrofil adalah sel yang bermigrasi pertama dan mendominasi pada 6 sampai 24 jam pertama yang dilakukan pengecatan Hematoksilin dan Eosin (HE), serta ekspresi COX-2 yang diduga merupakan sel neutrofil setelah dilakukan pengecatan dengan menggunakan antibodi anti COX-2.

c. Pengecatan Hematoksilin dan Eosin (HE) ini bertujuan untuk memberikan gambaran kemampuan ekstrak Milk Thistledalam memberikan efek antiinflamasi yang dinyatakan dengan penurunan jumlah migrasi sel neutrofil pada daerah subkutan. Perhitungan migrasi sel neutrofil mengunakan perhitungan langsung (direct counting) dengan mikroskopbinokuler (Olympus®) untuk setiap lima


(48)

bidang pandangberbeda denganperbesaran 400 kali. Metode ini dimulai dengan membedah kulit punggung mencit setelah diinjeksi dengan karagenin 3% serta pemberian perlakuan pada pengamatan selama 24 jam. Bagian kulit yang diambil diawetkanmengunakan larutan fiksatif, yaitu larutan formalin 10%. Pengawetan bertujuan untuk mengawetkan morfologi sel dan jaringan sesuai dengan kondisi pada saat hewan uji masih dalam keadaan hidup

d. Pengujian dengan metode immunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2 bertujuan untuk mengetahui mekanisme antinflamasi dari ekstrak etanol daun maja melalui pemeriksaan ekspresi protein COX-2. Pemeriksaan ekspresi COX-2 ekstrak Milk Thistledilakukan dengan melakukan pengecatan mengunakan antibodi anti COX-2 terhadap sel kulit punggung kulit yang selanjutnya dianalisis secara kuantitatif.

e. Efek antiinflamsi ekstrak Milk Thistlemerupakan kemampuan ekstrak Milk Thistleuntuk mengurangi akumulasi jumlah sel neutrofil dan ekspresi COX-2 di daerah subkutan secara mikroskopik pada pengukuran 24 jam setelah dilakukan penginjeksian karagenin 3%.

f. Pemberian secara topikal ekstrak Milk Thistledilakukan dengan cara mengoleskan sediaan sebanyak 0,1 gram yang akan menutupi area seluas 2,25 cm2 (1,5 cm x 1,5 cm) pada punggung kulit mencit setelah pemberian dengan karagenin secara merata.

g. Injeksi subkutan merupakan jenis injeksi yang dilakukan pada jaringan di bawah kulit pada punggung kulit yang sudah dicukur rambutnya terlebih dahulu.


(49)

C. Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bahan uji yaitu ekstrak ekstrak Milk Thistleyang diperoleh dariNaturexltimate Botanical Benefit, Eropa

2. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit betina galur Swiss yang berumur sekitar 6 – 8 minggu (2-3 bulan) dengan bobot sekitar 20- 30 gram dalam kondisi yang sehat yang diperoleh dari Laboratorium Immunologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Karagenin yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenin tipe I (Sigma Chemical co.) sebagai Inflamatogen yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Falkutas Farmasi Universitas Islam Indonesia. 4. Etanol diperoleh dari PT. Brataco.

5. NaCl 0,9% sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek K-24 Yogyakarta. 6. Akuades diperoleh dari PT. Brataco.

7. Biocream® sebagai basis krim diproduksi oleh Meck.

8. Hidrokortison cream sebagai control positif mengandung Hidrokortison Asetat 2.5% diproduksi oleh Galenium.


(50)

D. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian Alat – alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : 1. Alat Ekstraksi :

a. Oven b. Etanol

c. Mesin penyerbuk d. Ayakan no. 40 e. Alat – alat gelas

Labu ukur, gelas beer, erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselin, pipet tetes, batang pengaduk dan gelas arloji.

2. Alat induksi dan pengukuran edema kulit punggung mencit dan lain-lain a. Gunting

b. Alat pencukurur bulu mencit c. Spuit injeksi 1 ml

d. Mortir dan stamper e. Neraca analitik f. Stopwatch

g. Jangka sorong digital h. Mikroskop binokuler

3. Alat dan bahan yang digunakan untuk pemotongan organ kulit a. Karton


(51)

b. Container

c. Papan lilin dan pines d. Gunting bedah e. Pinset

f. Formalin 10%

E. Tata cara Penelitian 1. Pembuatan krim ekstrak Milk Thistle

Konsentrasi krim ekstrak Milk Thistleditentukan bedasarkan konsentrasi zat aktif Hidrokortison asetat 2,5 % pada Hidrokortison® cream sebagai krim kontrol positif. Konsentrasi tersebut dijadikan konsentrasi tengah (konsentrasi kedua) untuk sedian krim ekstrak Milk Thistle.Konsentrasi pertama diturunkan 1,5 kalinya dan konsentrasi ketiga dinaikan 1,5 kalinya. Maka diperoleh tiga konsentrasi ekstrak Milk Thistledalam krim yaitu 1,67; 2,5; dan 3,75 % b/b. Pembuatan krim ekstrak Milk Thistledengan menimbang ekstrak seberat 0,167; 0,25; dan 0,375 g yang dilarutkan dalam 10 g basis boicream®.

2. Penyiapan Hewan Uji

Dibutuhkan hewan uji sebanyak 30 ekor mencit betina, berumur 2-3 bulan, dengan bobot 20-30 gram. Hewan uji ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok karagenin, Biocream®, Hidrokortison®, ekstrak Milk Thistle1,67%; 2,5%; dan 3,75% b/b. Masing-masing Kelompok terdiri dari lima ekor mencit yang dipilih secara acak (random) untuk memenuhi syarat representative dari sampel.Hewan uji terlebih dahulu dicukur bulu punggungnya dengan gunting,


(52)

kemudian dioleskan Veet® untuk merontokkan bulu yang belum tercukur sempurna.Kulit punggung yang telah dicukur bulunya ini dibiarkan selama 2 hari untuk menghindari timbulnya inflamasi yang disebabkan oleh pencukuran dan pemberian Veet®.

3. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk menetapkankonsentrasikarageninoptimal yang akandigunakansebelumpenelitimelakukanujiefek anti inflamasitopikal. Konsentrasi karagenin 1,5%; 2% dan 3% dibuat dengan menimbang masing-masing karagenin sebanyak 1,5; 2; dan 3g karagenin dan melarutkanya dengan larutan fisiologis NaCl 0,9% dalam gelas beaker yang kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan larutan NaCl 0,9% hingga batas tanda.Tiga ekor mencit yang digunakan dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan konsentrasi karagenin, yaitu karagenin 1,5; 2; dan 3% masing-masing kelompok dinjeksi sebanyak 0,1 mL secara subkutan pada kulit punggung mencit yang telah dicukur bulunya. Tebal lipat kulit diukur setelah pemberian karagenin setriap 1 jam selama 6 jam. Kelompok karagenin yang dipilih,apabila edema yang timbul menunjukkan penebalan lipatan kulit sebesar 2-3 kali dari tebal lipat kulit awal .

4. Pembuatan larutan karagenin

Karagenin 3% dibuat dengan melarutkan 0,75 gram karagenin kedalam larutan NaCl 0,9% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 25mL, di add sampai tanda. Sehingga akan diperoleh larutan karagenin 3%.


(53)

5. Pengujian ekstrak Milk Thistle

Sebanyak 30 ekor mencit betina dibagi secara acak menjadi enam kelompok perlakuan :

a. Kelompok I

Terdiri dari lima ekor mencit sebagai kontrol negatif (karagenin). Mencit diinjeksi karagenin dengan konsentrasi 3%.

b. Kelompok 2,3,4, 5, dan 6

Masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit sebagai perlakuaan Biocream®, Hidrokortison®, ekstrak Milk Thistle 1,67; 2,5; dan 3,75% b/b. Ekstrak seberat 1,67; 2,5; dan 3,75 gram masing-masing dicampur dengan basis krim (Biocream) seberat 10 gram sehingga didapat konsentrasi 1,67; 2,5 dan 3,75% B/B. Biocream®, Hidrokortison®, dan masing-masing konsentrasi ekstrak dalam basis krim diambil sebanyak 0,1 gram untuk dioleskan seluas 2,25 cm2 disekitar suntikan.

6. Pengambilan Bagian kulit punggung mencit untuk data histopatologi

Dua puluh empat jam setelah diinjeksi karagenin 3% mencit dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher mencit dan dilakukan pengambilan kulitpunggung mencit dengan cara dibedah yang dilakukan dipapan bedah. Area pengambilan kulit disekitar daerah injeksi subkutan dengan ukuran 1 x 1cm. Hasil pemotongan jaringan kulit diletakkan di container yang telah berisi larutan fiksatif yaitu formalin 10% hingga potongan kulit terendam sempurna yang kemudian dibawa


(54)

ke bagian Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada untuk pembuatan preparat histologi. Pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dikerjakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada dan imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2 dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.Hasil pengecatan dianalisis di bawah mikroskop cahaya (Olympus CX21) dengan perbesaran 400xdi Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.

F. Tata Cara Analisis Hasil

1. Analisis hasil dilakukan dengan menghitung jumlah sel neutrofil yang bermigrasi dan sel yang mengekspresikan COX-2 pada daerah subkutan jaringan kulit punggung mencit pada 5 sudut pandang yang berbeda di bawah mikroskop cahaya (Olympus CX21) dengan perbesaran 400x.

2. Nilai persentase ekspresi COX-2 masing-masing perlakuan dihitung dengan persamaan:

% � � ��� −2 = �ℎ � � � � � −

2

� � ℎ � × 100%

(Ikawati, 2006) 3. Menghitung persentase penekanan ekspresi COX-2

% � � � � � � ��� −2 = � � ℎ � − �ℎ � � � ��� −2

� � ℎ � × 100%


(55)

4. Data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis secara statistik dengan Shapiro-Wilk untuk melihat kenormalan dan homogenitas distribusi data. Data yang terdistribusi dengan normal dan homogenitas sama dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA (taraf kepercayaan 95%) karena skala variabel penelitian adalah skala numerik, data tidak berpasangan dan lebih dari dua kelompok. Analisis dilanjutkan dengan Post Hoc Testdengan Scheffe test. Namun jika syarat uji One Way ANOVA tidak dapat dipenuhi maka digunakan uji alternatif non-parametrik Kruskal Wallis. Apabila uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05)maka dilanjutkan dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann Whitney.


(56)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktifitas antiinflamasi topikal pada ekstrak Milk Thistle dan mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi ekstrak Milk Thistle pada mencit betina galur Swiss, melihat jumlah sel-sel neutrofil, dan ekspresi COX-2 pada jaringan subkutan.

Hasil yang akan dibahas dalam penelitian meliputi ekstrak Milk Thistle, uji orientasi karagenin, dan pengujian efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistle.

A. Ekstrak Milk Thistle

Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan determinasi dan proses ekstraksi secara langsung karena peneliti mendapatkan ekstrak Milk Thistle dari NATUREX dengan disertakan sertifikat resmi yang menyatakan kebenaran bahwa ekstrak tersebut adalah ekstrak Milk Thistle.

Menurut sertifikat dari NATUREX, ekstrak Milk Thistle ini berbentuk serbuk dan berwarna kuning kecoklatan. Ekstrak ini merupakan ekstrak etanol air dengan total etanol residual <0,1% yang berarti bahwa ekstrak ini aman bagi tubuh. Dalam sertifikat tersebut juga dicantumkan kandungan dari ekstrak, kandungannya sesuai dengan kandungan ekstrak Milk Thistle seperti Silymarin yang berpotensi memberikan efek antiinflamasi mencapai >80%. Sehingga peneliti langsung melakukan tahap pengujian perlakuan dengan menggunakan ekstrak Milk Thistle.


(57)

B. Uji Orientasi Karagenin

Uji orientasi karagenin dilakukan sebelum uji efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle. Tujuan dilakukan uji orientasi adalah untuk menetapkan konsentrasi karagenin yang akan digunakan dalam penelitian. Tahap awal dilakukan uji orientasi adalah penetapan konsentrasi dari karagenin yang akan diinjeksikan pada mencit sebagai penginduksi terjadinya inflamasi. Pada penelitian ini, konsentrasi yang digunakan dalam orientasi adalah 1,5; 2 dan 3%. Dibagi berdasarkan tiga kelompok perlakuan, setiap kelompok terdapat satu ekor mencit dan diberikan injeksi karagenin dengan rute peberian secara subkutan. Setelah mencit diinjeksikan dengan karagenin, mencit diamati dengan mengukur ketebalan dari lipat kulit punggung yang sudah diinjeksi karagenin, dilakukan setiap satu jam sekali selama enam jam. Setelah punggung mencit diinjeksidengan karagenin, akan menunjukkan peningkatan dari tebal lipat kulit punggung mencit sekitar 2-3 kali dari tebal lipat kulit pada awal pengukuran, sehingga tebal tersebut yang akan dipilih menjadi konsentrasi karagenin penginduksi inflamasi. Kurva grafik dari hasil pengukuran peningkatan tebal lipat kulit punggung mencit yang menunjukkan adanya edema yang terjadi di setiap jamnya selama enam jam dapat dilihat pada gambar 6.


(58)

Gambar 6.Kurva grafik peningkatan tebal lipat kulit selama enam jam. Pada uji efek antiinflamasi ini hasil pengukuran tebal lipat kulit mencit yang sudah diinduksi karagenin menunjukkan adanya edema pada setiap jamnya selama enam jam. Kelompok perlakuan konsentrasi karagenin 1,5% peningkatan tebal lipat kulit punggung sebesar 1,17 kali. Pengukuran awal tebal lipat kulit 0,35 mm, setelah diinjeksi dengan karagenin pada satu jam pertama tebal kulit hanya menjadi 0,41 mm. Konsentrasi karagenin 2% peningkatan tebal lipat kulit punggung sebesar 2,31 kali dari 1,27 mm menjadi 2,94 mm. Konsentrasi karagenin 3% peningkatan tebal lipat kulit punggung sebesar 4,52 kali dari pengukuran tebal awal 0,75 mm menjadi 3,39 mm. Dari hasil pengukuran menunjukan bahwa konsentrasi karagenin 1,5% belum memperlihatkan peningkatan penebalan hingga 2-3 kali dari tebal lipat kulit awal. Konsentrasi karagenin 2% sudah menunjukan peningkatan penebalan hingga 2-3 kali dari tebal lipat kulit awal, tetapi edema terbentuk terdapat gelembung berisi cairan dan edema yang terbentuk tidak bertahan selama enam jam pengamatan. Konsentrasi karagenin yang digunakan sebagai penginduksi inflamasi pada penelitian ini

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

0 1 2 3 4 5 6

E d e m a ( m m ) waktu (jam)


(59)

adalah konsentrasi karagenin 3% karena pada konsentrasi karagenin 3% sudah menunjukan peningkatan tebal lipat kulit punggung mencit pada jam pertama yaitu lebih dari 2-3 kali dari lipat kulit awal dan tetap menunjukan edema lebih dari 2-3 kali dari lipat kulit awal selama enam jam pengamatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Balian et al. (2006), konsentrasi karagenin yang digunakan pada uji efek antiinflamasi Milk Thistle diinduksi dengan karagenin 1%. Namun dalam prapenelitian antiinflamasi ekstrak etanol buah Sylibum marianum L. apabila diberikan karagenin dengan konsentrasi 1%, tidak menghasilkan edema yang diharapkan. Pada uji orientasi yang dilakukan, konsentrasi edema dinaikan menjadi 1,5; 2; dan 3%, dan konsentrasi karagenin yang digunakan sebagai penginduksi inflamasi adalah karagenin dengan konsentrasi 3% karena dari hasil peningkatan tebal lipat kulit, konsentrasi 3% menunjukan peningkatan lebih dari 2-3 kali dari pengukuran awal.

C. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Milk Thistle Terhadap Jumlah Sel Neutrofil

Sebelum dilakukan pengujian efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle, maka terlebih dahulu bubuk ekstrak dibuat menjadi krim Milk Thistle menggunakan Biocream® sebagai basisnya sehingga dapat diaplikasikan secara topikal pada kulit punggung mencit. Ekstrak dibuat dalam seri konsentrasi yang berbeda yaitu 1,67; 2,5 dan 3,75%. Pembuatan tiga seri konsentrasi ini bertujuan untuk melihat apakah pada setiap seri konsentrasi tersebut menunjukan adanya efek antiinflamasi topikal yang berbeda dan untuk mengetahui masing-masing


(60)

perbandingan khasiat dari ekstrak Milk Thistle terhadap kontrol sebagai antiinflamasi topikal.

Pencukuran rambut pada bagian punggung mencit bertujuan untuk membersihkan tempat aplikasi (tidak terdapat rambut halus) agar mempermudah pembedahan kulit mencit. Setelah pencukuran mencit didiamkan selama satu hari yang betujuan untuk menghindari iritasi yang disebabkan selama proses pencukuran sehingga saat diinjeksikan dengan karagenan 3% secara subkutan, reaksi inflamasi yang terjadi murni disebabkan oleh induksi karagenan 3%.

Pada pengujian efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle, menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah sel-sel neutrofil pada bagian sub kutan kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin 3% dan telah diberikan perlakuan ekstrak Milk Thistle secara topikal, dan dilihat pula pengurangan sel-sel neutrofil pada masing-masing kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak Milk Thistle dalam memberikan efek antiinflamasi yang dinyatakan dengan penurunan jumlah migrasi sel neutrofil pada daerah subkutan dapat dilihat gambarannya dengan melakukan pengecatan hematoksilin eosin (HE). Perhitungan migrasi sel neutrofil mengunakan perhitungan langsung (direct counting) dengan mikroskop binokuler (Olympus®) untuk setiap lima bidang pandang berbeda dengan perbesaran 400 kali.

Reaksi inflamasi merupakan proses adanya reaksi pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan eksudasi cairan dan protein plasma yang kemudian memicu terjadinya emigrasi leukosit dalam hal ini adalah neutrofil pada jaringan ekstravaskular yang dapat disebut sebagai edema (Kumar dkk., 2005).


(61)

Data yang didapatkan merupakan jumlah dari sel neutrofil yang berada pada daerah subkutan di area terjadinya edema setelah 24 jam dari masing-masing kulit yang diberikan perlakuan, oleh sebab itu data tersebut digunakan untuk melihat aktifitas antiinflamasi.

Sel neutrofil adalah sel darah putih pertama yang bermigrasi dari pembuluh ke daerah cedera yang dijumpai pada waktu tingkat akut atau awal inflamasi. Sel neutrofil ditarik ke daerah inflamasi oleh faktor kemotaktik, yang dihasilkan oleh bakteri, produk perombakan jaringan, faktor komplemen aktif dan faktor lainnya (Tambayong, 2000). Neutrofil berupa sel bundar dengan diameter 12 µm, memiliki sitoplasma yang bergranula halus dan di tengah terdapat nukleus bersegmen. Neutrofil matang atau dewasa yang berada dalam peredaran darah perifer memiliki bentuk inti yang terdiri dari dua sampai lima segmen, sedangkan neutrofil yang belum matang (neutrofil band) akan memiliki bentuk inti seperti ladam kuda (Schmeltzerand Norsworthy, 2012).

Sel neutrofil mendominasi infiltrat peradangan selama 6 sampai 24 jam pertama, kemudian digantikan oleh monosit setelah 24 jam sampai 48 jam (Kumar dkk., 2005). Hasil perhitungan sel neutrofil maka terlebih dahulu dihitung rata-rata dari setiap jumlah sel yang ada pada perlakuan. Profil pengecatan hematoksilin eosin (HE) dan rerata masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada gambar 7 dan tabel 1.


(62)

Gambar 7. Mikrofotografi pengecatan HE kulit normal, perlakuan Milk Thistle konsentrasi 2,5% beserta kontrol negatif (karagenin) dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali. Migrasi sel neutrofil terlihat pada daerah subkutan jaringan kulit (tanda lingkaran kuning)

Keterangan :

1. Kulit normal dengan perbesaran 100 kali 2. Kulit normal dengan

perbesaran 400 kali 3. Kulit kontrol negatif

(karagenin) dengan perbesaran 100 kali

4. Kulit kontrol negatif

(karagenin) dengan perbesaran 400 kali

5. Kulit Milk Thistle 2,5% dengan perbesaran 100 kali

6. Kulit Milk Thistle 2,5% dengan perbesaran 400 kali

1 2

3 4

6

6

5


(63)

Tabel 1. Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap kelompok perlakuan Kelompok

Perlakuan

Perlakuan Rerata Jumlah sel neutrofil ± SE

I Kontrol negatif 111,36 ± 6,98

II Kontrol Biocream® 109,32 ± 13,26

III Kontrol positif 67,68 ± 7,50

IV Milk Thistle1,67% 77,84 ± 4,45 V Milk Thistle2,5% 61,64 ± 7,26 VI Milk Thistle3,75% 42,32 ± 3,45

Tabel diatas menunjukan hasil pengujian efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistle secara topikal pada setiap perlakuan hewan uji. Kelompok kontrol negatif, hewan uji hanya diinjeksikan karegenin menunjukkan rerata jumlah neutrofil pada daerah sub kutan yaitu 111,36 ± 6,98 dan pada perlakuan kontrol Biocream® rerata jumlah neutrofil yaitu 109,32 ± 13,26 masih tergolong jumlah yang cukup besar dibandingkan kelompok perlakuan yang lain. Hal ini menunjukan bahwa karagenin dapat menjadi penginduksi inflamasi yang ditandai terdapat peningkatan jumlah neutrofil pada daerah subkutan kulit punggung mencit. Inflamasi yang diinduksi oleh karagenin dapat digunakan sebagai model peradangan akut. Pada penelitian ini digunakan tipe κ-karagenin yang merupakan polisakarida sulfat yang dapat menginduksi respon inflamasi dengan mengaktifkan respon imun. Adapun migrasi sel neutrofil merupakan respon dari inflamasi akut (Wade, 2014).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara mikroskopik, pada perlakuan sebagai kontrol positif dan perlakuan yang diberikan ekstrak Milk


(64)

Thistle menunjukkan adanya pengurangan jumlah sel-sel neutrofil yang cukup berarti. Rerata jumlah sel neutrofil yang ditunjukan pada perlakuan kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5% ) yaitu 67,68 ± 7,50, sedangkan pada tiap perlakuan yang diberikan ekstrak dengan pemberian konsentrasi 1,67% rerata yang didapatkan 77,84 ± 4,45. Hasil rerata pada konsentrasi 1,67% menujukan ekstrak Milk Thistle mampu menghambat terjadinya edema dan pengurangan jumlah sel neutrofil yang bermigrasi pada daerah sub kutan, walaupun aktivitas penghambatannya tidak tinggi jika dibandingkan dengan kontrol positif. Profil rerata jumlah migrasi sel neutrofil pada daerah subkutan pada pengukuran 24 jam setelah injeksi karagenin 3% dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8.Diagram batang aktivitas sel neutrofil pada mencit setelah pemberian ekstrak Milk Thistle secara topikal.


(65)

Berdasarkan diagram diatas, profil kurva kontrol negatif dan kontrol Biocream® memiliki migrasi jumlah neutrofil pada daerah subkutan paling besar dibanding dengan kelompok lainnya. Hal ini menunjukan bahwa karagenin merupakan zat inflamatogen yang dibuktikan dengan peningkatan jumlah sel neutrofil di daerah subkutan. Basis yang digunakan untuk ekstrak Milk Thistle tidak memiliki efek dalam menurunkan migrasi sel neutrofil yang ditunjukan dari profil garis kurvanya hampir mirip dengan garis kurva kontrol negatif.

Pada penelitian ini kontrol positif yang diberikan adalah hidrokortison asetat 2,5%, yang termasuk kedalam golongan obat kortikosteroid. Memiliki mekanisme menghambat pembentukan interleukin, tumor nekrosis faktor (TNF) dan menurunkan permeabilitas kapiler. Selain itu kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis (Dipiro, 2008). Kortikosteroid merupakan antiinflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid pada manusia yang disentesis dan di ekskresi oleh korteks adrenal. Efek dari antiinflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritic, eosinophil, neutrophil, dan sel mast, dengan cara menghambat respons inflamasi yang menyebabkan apoptosis (Mycek, 2001).

Hasil perhitungan jumlah neutrofil antar kelompok dianalisis menggunakan uji Wilk untuk menentukan kenormalan data yang diperoleh. Uji Shapiro-Wilk menunjukan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p setiap kelompok lebih besar dari p=0,05. Dilanjutkan dengan uji Anova karena data yang didapatkan terdistribusi secara normal. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk


(66)

melihat perbedaan bermakna atau tidak antar tiap kelompok perlakuan. Hasil uji Scheffe setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.Hasil uji Scheffe aktivitas sel neutrofil pada mencit setelah pemberian ekstrak Milk Thistle secara topikal.

I II III IV V VI Rerata

Jumlah sel neutrofil ±

SE

I BTB BB BTB BB BB 111,36 ± 6,98

II BTB BB BTB BB BB 109,32 ±

13,26

III BB BB BTB BTB BTB 67,68 ± 7,50

IV BB BTB BTB BTB BTB 77,84 ± 4,45

V BB BB BTB BTB BTB 61,64 ± 7,26

VI BB BB BTB BTB BTB 42,32 ± 3,45

Keterangan :

I : Kontrol negatif (Karagenin 3%)

II : Kontrol Biocream ®

III : Kontrol positif (Hidrokortison asetat 2,5%)

IV : Ekstrak Milk Thistle 1,67%

V : Ekstrak Milk Thistle 2,5%

VI : Ekstrak Milk Thistle 3,75%

BB : Berbeda bermakna (p < 0,05 )

BTB : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

SE : Standart error

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengurangan jumlah migrasi neutrofil pada daerah subkutan secara statistik dari hasil pemberian ekstrak Milk Thistle konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% terhadap kontrol negatif, kontrol positif dan kontrol biocream®. Rerata sel neutrofil kelompok karagenin


(1)

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Persen

Penekanan Ekspresi COX-2

Kontrol Positif 5 8.00 40.00

Ekstrak SM 2,5% 5 3.00 15.00

Total

10

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Persen Penekanan

Ekspresi COX-2 30 19.0128 26.66341 .89 78.48

Kelompok

Perlakuan 30 3.5000 1.73702 1.00 6.00

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Persen

Penekanan Ekspresi COX-2

Kontrol Positif 5 8.00 40.00

Ekstrak SM 3,75% 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen Penekanan Ekspresi COX-2

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.


(2)

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Persen Penekanan

Ekspresi COX-2 30 19.0128 26.66341 .89 78.48

Kelompok Perlakuan 30 3.5000 1.73702 1.00 6.00

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Persen Penekanan

Ekspresi COX-2

Ekstrak SM

1,65% 5 4.20 21.00

Ekstrak SM

2,5% 5 6.80 34.00


(3)

Test Statisticsb

Persen Penekanan Ekspresi COX-2

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 21.000

Z -1.358

Asymp. Sig. (2-tailed) Persen Penekanan Ekspresi COX-2

.175

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Persen

Penekanan Ekspresi COX-2

30 19.0128 26.66341 .89 78.48

Kelompok

Perlakuan 30 3.5000 1.73702 1.00 6.00

Ranks

Kelompok Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Persen Penekanan

Ekspresi COX-2

Ekstrak SM 1,65% 5 7.00 35.00

Ekstrak SM 3,75% 5 4.00 20.00


(4)

Wilcoxon W 20.000

Z -1.567

Asymp. Sig. (2-tailed) .117 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Persen Penekanan

Ekspresi COX-2 30 19.0128 26.66341 .89 78.48

Kelompok

Perlakuan 30 3.5000 1.73702 1.00 6.00

Ranks

Kelompok Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Persen

Penekanan Ekspresi COX-2

Ekstrak SM 2,5% 5 8.00 40.00

Ekstrak SM 3,75% 5 3.00 15.00

Total

10

Test Statisticsb

Persen Penekanan Ekspresi COX-2

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.


(5)

Test Statisticsb

Persen Penekanan Ekspresi COX-2

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.


(6)

108

Terinduksi Karagenin

” bernama lengkap

Sinta Atmi

Utami, dilahirkan di Jepara pada tanggal 3 Mei 1995

sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari

pasangan Ngadiran dan Sudiyem.

Penulis menempuh pendidikan di SD hingga

SMA di Jepara, Jawa Tengah, yaitu SD N 1 Keling

(2001-2007), SMP N 1 Keling (2007-2010), SMA N

1 Jepara (2010-2012), kemudian melanjutkan

pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta (2012-2016).

Semasa kuliah, penulis aktif dalam kepanitiaan, baik dalam fakultas

maupun di luar fakultas. Penulis pernah menjadi sekretaris Desa Mitra 2012,

sekretaris Donor Darah Farmasi Islam Sanata Dharma (FISTARA) 2014, Divisi

keamanan Inisiasi Sanata Dharma 2013, dan anggota kelompok Program

Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos dibiayai DIKTI

pada tahun 2015.


Dokumen yang terkait

Uji antiinflamasi topikal ekstrak milk Thistle® pada edema punggung mencit betina terinduksi karagenin.

0 2 87

Uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun majapait (Crescentia cujete L.) pada edema kulit punggung mencit galur swiss terinduksi karagenin.

4 5 126

Efek antiinflamasi infusa daun songgolangit (Tridax procumbens L.) pada mencit betina galur swiss terinduksi karagenin.

0 1 42

Uji efek antiinflamasi dekokta daun songgolangit (Tridax procumbens L.) pada mencit betina galur Swiss terinduksi karagenin.

4 14 56

Uji efek antiinflamasi dekokta herba baru Cina (Artemisia vulgaris L.) pada mencit betina galur Swiss terinduksi karagenin menggunakan Plethysmometer.

0 0 49

Uji efek antiinflamasi topikal ekstrak buah lada hitam(piper nigrum l.) pada edema kulit punggung mencit galur swiss terinduksi karagenin.

3 6 67

Uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun majapait (Crescentia cujete L.) terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi siklooksigenase 2 pada mencit terinduksi karagenin.

0 13 133

Uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun trengguli (Cassia fistula L.) secara topikal terhadap neutrofil dan siklooksigenase-2 (cox-2) pada mencit terinduksi karagenin.

1 10 143

Efek antiinflamasi topikal ekstrak metanol-air daun senu (macaranga tanarius l. mull. arg) pada mencit betina terinduksi karagenin - USD Repository

0 0 104

Uji antiinflamasi ekstrak etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) topikal pada edema punggung mencit betina Galur Swiss terinduksi karagenin - USD Repository

0 0 74