Uji antiinflamasi topikal ekstrak milk Thistle® pada edema punggung mencit betina terinduksi karagenin.

(1)

berbahaya atau agen mikrobiologi dengan respon berupa rubor, calor, dolor, dan tumor. Milk Thistle diketahui memiliki banyak efek farmakologis, salah satunya adalah sebagai antiinflamasi baik pada inflamasi akut maupun inflamasi kronis. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji efek antiinflamasi sediaan topikal, mengukur persen penghambatan inflamasi ekstrak Milk Thistle® sebagai agen antiinflamasi pada kulit punggung mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin.

Penelitian ini termasuk dalam ekperimental murni rancangan acak lengkap pola searah yang dilakukan pada mencit berumur 6-8 minggu dengan berat badan 20-25 gram. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 3%, kelompok kontrol positif Hydrocortisone® 2,5%, kontrol basis Biocream®, dan kelompok perlakuan krim ekstrak Milk Thistle® 1,67; 2,5; 3,75% B/B. Krim dioleskan setelah punggung hewan uji diinduksi karagenin, kemudian tiap jam dilakukan pengukuran tebal lipatan kulit punggung hewan uji selama 6 jam pengamatan. Data tebal lipatan kulit dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan analisis Kruskall-Wallis dan Post hoc Mann-Whitney.

Persen penghambatan inflamasi (%PI) ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% secara berurutan adalah 74,70; 80,31; dan 81,98%. Konsentrasi 3,75% menunjukkan efek antiinflamasi topikal terbesar. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak Milk Thistle® memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap edema kulit punggung mencit terinduksi karagenin.


(2)

trauma, hazardous chemicals or microbiological agent, with a response in the form of rubor, calor, dolor and tumor. Milk thistle was known to have many pharmacological effects, one of which is as anti-inflammatory in both acute and chronic inflammation. The aim of this study is to examine the anti-inflammatory effects topical preparations, measuring the percent inhibition of inflammation (% PI) Milk thistle® extract as an anti-inflammatory agent in the back skin of female Swiss strain mice induced by carageenan. The method used is inflammation-associated oedema by measuring back skin fold thickness of mice.

This study is included in a purely experimental study one way randomized design that is performed on 6-8 weeks, 20-25 grams mice. Test animals were divided into 6 groups, the negative control group carageenan 3%, the positive control group Hydrocortisone®, the base control group Biocream® and treatment group the extract of Milk Thistle® cream 1.67; 2.5%; 3.75% b/b. Ethanol extract of Milk Thistle® applied after back of test animals was induced by 0,2 ml of 3% carageenan, then every hour middorsal skin folds thickness was measured over 6 hour observation. Skin folds thickness data were analyzed using the Shapiro-Wilk test continued with Kruskal-Wallis analysis and Post hoc Mann-Whitney.

Percent inhibition of inflammation (%PI) extract of Milk Thistle® from the concentration 1.67; 2.5; and 3.75% w/w respectively was 74.70; 80.31; dan 81.98%. The 3.75% concentration showed the greatest topical anti-inflammatory effect. Based on linear regression between log concentration of Milk Thistle® extract. The results above showed that extract of Milk Thistle® has topical anti-inflammatory effect of mice back skin oedema induced by carrageenan.


(3)

i

UJI ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK MILK THISTLE® PADA EDEMA PUNGGUNG MENCIT BETINA TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

oleh :

Farra Ayu Efariyanti NIM : 128114066

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Jangan berfikir terlalu rumit, semua yang hebat selalu

dimulai dari yang sederhana tapi tulus”

Skripsi ini ku persembahkan untuk : Terutama kepada kedua orang tuaku Bapak Fadillah .Z. dan Ibu Ely Wati Adikku tercinta Marsha Orlanda F.Z.A yang terkasih Ryan Vreedriik Siregar para sahabatku dan almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

(8)

(9)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Antiinflamasi Topikal Ekstrak Milk Thistle® pada Edema Punggung Mencit Betina Terinduksi Karagenin”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini banyak melibatkan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP, Ph.D., selaku pembimbing utama atas bimbingan, waktu, kesabaran, motivasi, dukungan, dan pengarahan serta masukan bagi penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi berlangsung.

2. Prof. Dr.C.J.Soegihardjo, Apt. selaku pembimbing pendamping atas segala dukungan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam proses penelitian.

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka M.Si dan Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt, selaku dosen penguji skripsi atas bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini sehingga skripsi ini tersusun.


(10)

viii

4. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.

5. Pak Heru, Pak Kayat, dan Pak Andri serta semua staf laboratorium Farmasi yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian di laboratorium selama penelitian berlangsung.

6. Kedua Orang tua, Fadillah Zaman Ali dan Ely Wati yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, doa, dan dukungan baik secara materi maupun non-materi sehingga penulis tetap bersemangat dalam penusunan skripsi ini.

7. Adik tercinta, Marsha Orlanda Fadillah Zaman Ali yang selalu memberikan motivasi serta dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.

8. Ryan Vreedriik Siregar yang selalu mendukung, memotivasi, menyemangati, dan mendoakan yang terbaik untuk penulis.

9. Teman-teman satu kelompok penelitian, Kathrin, Dui, Rury, dan Monika atas bantuan, kebersamaan, kerja sama, dan suka duka selama penelitian berlangsung.

10.Sahabat-sahabatku Dikna, Tiara, Rivo, Valentina, Ci Shiro yang telah menemani dengan canda, tawa, senang, dan sedih bersama.

11.Teman-teman angkatan 2012 terutama FSM-B dan FKK-A atas kebersamaannya selama ini.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis.


(11)

ix

Penulis menyadari bahwa laporan akhir skripsi yang disusun oleh penulis masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam laporan akhir skripsi ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan.


(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan Masalah ... 3

2. Keaslian Penelitian ... 3

3. Manfaat Penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5


(13)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Tanaman Milk Thistle ... 6

1. Klasifikasi tanaman ... 6

2. Nama Daerah ... 7

3. Deskripsi Tanaman ... 8

4. Kegunaan Milk Thistle ... 8

5. Kandungan kimia Milk Thistle ... 8

B. Kulit ... 10

C. Inflamasi ... 11

D. Antiinflamasi ... 15

E. Karagenin ... 16

F. Biocream ... 17

G. Landasan Teori ... 17

H. Hipotesis ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 19

1. Variabel Penelitian ... 19

2. Definisi Operasional ... 19

C. Bahan Penelitian ... 21

D. Alat Penelitian ... 22 1. Alat penginduksi dan pengukur edema kulit punggung


(14)

xii

mencit... 22

2. Tata Cara Penelitian ... 22

1. Pembuatan konsentrasi karagenin ... 22

2. Orientasi pemberian karagenin ... 22

3. Pembuatan krim ekstrak Milk Thistle® 1,67; 2,5; dan 3,75% ... 23

4. Penyiapan Hewan Uji ... 23

5. Pengujian dengan Krim ekstrak Milk Thistle® ... 24

3. Tata Cara Hasil Analisis ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Determinasi Tanaman ... 28

B. Uji Pendahuluan Karagenin ... 28

C. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Milk Thistle® ... 30

D. Rata-rata AUC Total dan Persen Penghambatan Inflamasi (%PI) Ekstrak Milk Thistle® Secara Topikal ... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 43


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-rata AUC total tiap kelompok perlakuan ... 32 Tabel 2. Rata-rata persen penghambatan inflamasi (%PI) tiap kelompok


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman dan biji Milk Thistle ... 6

Gambar 2. Struktur kandungan Milk Thistle berturut-turut Silibin (1), Silicristin (2), Silidianin (3) ... 9

Gambar 3. Struktur komponen utama tanaman Milk Thistle ... 10

Gambar 4. Perubahan asam arakidonat dan perannya dalam inflamasi, serta target aksi obat-obat antiinflamasi ... 15

Gambar 5. Skema jalannya penelitian ... 25

Gambar 6. Kurva rata-rata tebal lipat kulit hasil uji pendahuluan karagenin 1,5; 2: dan 3% ... 29

Gambar 7. Kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit pada jam ke-0 hingga jam ke-6 ... 32

Gambar 8. Diagram batang persen penghambatan inflamasi (%PI) masing-masing kelompok perlakuan ... 35

Gambar 9. Bagan aktivitas, mekanisme, dan efek anti-inflamasi flovonoid dalam proses inflamasi ... 38

Gambar 10. Serbuk buah Milk Thistle® ... 46

Gambar 11. Ekstrak yang dicampurkan dalam basis Biocream® ... 46

Gambar 12. Serbuk Karagenin ... 46

Gambar 13. Mencit betina galur swiss ... 47

Gambar 14. Kulit punggung mencit setelah pencukuran ... 47


(17)

xv

Gambar 16. Krim Hydrocortisone® yang mengandung 2,5% hidrokortison

asetat sebagai kontrol positif ... 48 Gambar 17. Alat spuit injeksi ... 48 Gambar 18. Alat jangka sorong digital ... 48


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis dari NATUREX (Ultimate Botanical

Benefits) ... 44 Lampiran 2. Surat Ethical Clirens ... 45 Lampiran 3. Serbuk ekstrak Milk Thistle® beserta ekstrak dalam basis

Biocream® ... 46 Lampiran 4. Hewan uji yang digunakan beserta cara pengukuran edema ... 47 Lampiran 5. Kontrol yang digunakan dalam penelitian ... 47 Lampiran 6. Alat spuit injeksi beserta jangka sorong digital yang digunakan.. 48 Lampiran 7. Tebal lipat kulit pada uji pendahuluan karagenin ... 49 Lampiran 8. Data AUC dan rata-rata AUC ... 49 Lampiran 9. Kurva rata-rata selisi tebal lipat kulit punggung mencit pada

jam ke-0 hingga jam ke-6 ... 51 Lampiran 10. Rata-rata AUC total tiap kelompok perlakuan ... 52 Lampiran 11. Data perhitungan persen penghambatan inflamasi (%PI) ... 52 Lampiran 12. Rata-rata persen penghambatan inflamasi (%PI) tiap kelompok

perlakuan dan hasil uji analisis Mann-Whitney ... 54 Lampiran 13. Uji statistik persen PI ... 54


(19)

xvii

INTISARI

Inflamasi merupakan respon normal pertahanan tubuh terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi dengan respon berupa rubor, calor, dolor, dan tumor. Milk Thistle diketahui memiliki banyak efek farmakologis, salah satunya adalah sebagai antiinflamasi baik pada inflamasi akut maupun inflamasi kronis. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji efek antiinflamasi sediaan topikal, mengukur persen penghambatan inflamasi ekstrak Milk Thistle® sebagai agen antiinflamasi pada kulit punggung mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin.

Penelitian ini termasuk dalam ekperimental murni rancangan acak lengkap pola searah yang dilakukan pada mencit berumur 6-8 minggu dengan berat badan 20-25 gram. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 3%, kelompok kontrol positif Hydrocortisone® 2,5%, kontrol basis Biocream®, dan kelompok perlakuan krim ekstrak Milk Thistle® 1,67; 2,5; 3,75% B/B. Krim dioleskan setelah punggung hewan uji diinduksi karagenin, kemudian tiap jam dilakukan pengukuran tebal lipatan kulit punggung hewan uji selama 6 jam pengamatan. Data tebal lipatan kulit dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan analisis Kruskall-Wallis dan Post hoc Mann-Whitney.

Persen penghambatan inflamasi (%PI) ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% secara berurutan adalah 74,70; 80,31; dan 81,98%. Konsentrasi 3,75% menunjukkan efek antiinflamasi topikal terbesar. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak Milk Thistle® memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap edema kulit punggung mencit terinduksi karagenin.


(20)

xviii

ABSTRACT

Inflammation was a normal response of the body's defense system against physical trauma, hazardous chemicals or microbiological agent, with a response in the form of rubor, calor, dolor and tumor. Milk thistle was known to have many pharmacological effects, one of which is as anti-inflammatory in both acute and chronic inflammation. The aim of this study is to examine the anti-inflammatory effects topical preparations, measuring the percent inhibition of inflammation (% PI) Milk thistle® extract as an anti-inflammatory agent in the back skin of female Swiss strain mice induced by carageenan. The method used is inflammation-associated oedema by measuring back skin fold thickness of mice.

This study is included in a purely experimental study one way randomized design that is performed on 6-8 weeks, 20-25 grams mice. Test animals were divided into 6 groups, the negative control group carageenan 3%, the positive control group Hydrocortisone®, the base control group Biocream® and treatment group the extract of Milk Thistle® cream 1.67; 2.5%; 3.75% b/b. Ethanol extract of Milk Thistle® applied after back of test animals was induced by 0,2 ml of 3% carageenan, then every hour middorsal skin folds thickness was measured over 6 hour observation. Skin folds thickness data were analyzed using the Shapiro-Wilk test continued with Kruskal-Wallis analysis and Post hoc Mann-Whitney.

Percent inhibition of inflammation (%PI) extract of Milk Thistle® from the concentration 1.67; 2.5; and 3.75% w/w respectively was 74.70; 80.31; dan 81.98%. The 3.75% concentration showed the greatest topical anti-inflammatory effect. Based on linear regression between log concentration of Milk Thistle® extract. The results above showed that extract of Milk Thistle® has topical anti-inflammatory effect of mice back skin oedema induced by carrageenan.


(21)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi dapat juga diartikan sebagai usaha tubuh untuk mengaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur perbaikan jaringan. Tanda-tanda inflamasi adalah kemerahan, bengkak, panas, nyeri, dan hilangnya fungsi (Mycek, Harvey, dan Champe, 2001). Inflamasi pada umumnya dibagi dalam tiga fase yaitu : peradangan akut, respon imun dan peradangan kronis. Peradangan akut adalah respon awal dari luka jaringan, yang diperantai oleh pelepasan autokoid dan biasanya mendahului perkembangan respons imun. Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai dua tujuan utama, yaitu: meringankan rasa nyeri, yang sering kali gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien. Selain itu juga memperlambat atau membatasi proses kerusakan jaringan (Martini, Lim, dan Yule, 2009).

Penderita inflamasi melakukan banyak cara pengobatan agar mengurangi atau bahkan mengobati rasa yang dianggap kurang nyaman akibat inflamasi yang terjadi, diantaranya adalah pemberian obat antiinflamasi non steroid (AINS) secara per oral. Namun, untuk penggunaan obat antiinflamasi golongan non steroisd dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti


(22)

mengiritasi lambung dikarenakan ketidakselektifan terhadap enzim silooksigenase (COX). Hampir semua obat AINS bekerja pada kedua isoform dari enzim siklooksigenase sehingga senyawa proteksi lambung yang seharusnya dihasilkan oleh enzim siklooksigenase-1 (COX-1) dihambat pembentukannya (Schror and Meyer, 2000). Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan mengubah jalur pemberian obat secara per oral menjadi pemberian secara topikal karena pemberian secara topikal dianggap lebih mudah, cepat, mengurangi first pass effect dan lebih praktis sebagai pertolongan pertama dalam mengatasi peradangan dibandingkan dengan pemberian obat-obat golongan AINS yang diberikan secara oral (Ganiswarna, 1995).

Banyak tanaman yang dapat digunakan untuk mencegah maupun mengobati berbagai macam penyakit. Namun, banyak pula masyarakat yang belum mengetahui bahkan mengenal manfaat dari suatu tanaman yang mampu mengurangi bahkan mengobati suatu penyakit, misalnya inflamasi atau peradangan yang sering terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu, penelitian tanaman yang memiliki kandungan sebagai antiinflamasi mulai dikembangkan untuk menambah informasi terkait khasiat dari suatu tanaman.

Silybum marianum (milk thistle) merupakan tanaman tahunan atau dua tahunan di Eropa dan juga ditemukan di beberapa bagian Amerika Serikat. Tumbuh ditanah berbatu dengan ketinggian tiga sampai sepuluh kaki. batang berdiri tegak, daun berduri (Bisset, 1994).

Penelitian yang dilakukan oleh Balian, Ahmad, dan Zafar (2006) dilaporkan bahwa ekstrak daun S. marianum memberikan efek antiinflamasi pada


(23)

tikus betina galur wistar dengan berat 150-200 g dan perlakuan dilakukan dengan dosis 100mg/kg dan dengan rute oral, kemudian dibandingkan dengan efek antiiflamasi yang terdapat pada ekstrak daun kalus dengan dosis dan rute pemberian yang sama. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah efek antiinflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak daun S. marianum lebih besar dibandingkan dengan ekstrak daun kalus.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian mengenai efek anti-inflamasi topikal ekstrak Milk Thistle® terhadap edema punggung mencit terinduksi karagenin 3% menarik untuk dilakukan dan penting untuk menambahkan informasi baru yang dapat berguna untuk masyarakat.

1. Rumusan masalah

a. Apakah ekstrak Milk Thistle® memiliki efek antiinflamasi topikal pada edema kulit punggung mencit betina yang diinduksi karagenin?

b. Berapakah persen penghambatan inflamasi ekstrak Milk Thistle® sebagai agen antiinflamasi terhadap edema kulit punggung mencit betina?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang dilakukan Dixit, Baboota, Kohli, Ahmad, dan Ali (2009) melaporkan bahwa Biji milk thistle dan ekstrak silymarin yang terkandung dalam biji milk thistle yang memberikan efek inflamasi dan anti reumatik. Dalam kandungan milk thistle terdapat komponen antioksidan yang cukup baik serta pengambilan radikal bebas yang bertindak sebagai agen


(24)

pro-inflamasi. Silymarin dan silibinin menghambat proses inflamasi dengan menghambat migrasi neutrofil dan sel Kuppfer. Silymarin dan silibin juga menghambat pembentukan mediator inflamasi yaitu prostaglandin dan leukotrien utama (dengan menghambat jalur 5-lipoxigenase) dan pelepasan histamin dari basofil.

Dehmlow, Erhard, dan De Groot (1996) melaporkan bahwa efek silybin yang terkandung pada buah milk thistle menghambat sintesis leukotrien B4 dengan konsentrasi (IC50 15umol /Ll) pada sel Kupffer tikus. Namun tidak berpengaruh pada pembentukan prostaglandin E2 konsentrasi 100 umol /Ll. Pada uji in vitro leukosit polimorfonuklear manusia silybin mempunyai aktivitas anti - inflamasi dengan menghambat pembentukan hidrogen peroksida.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistle® yang diberikan secara topikal.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsi ekstrak Milk Thistle® sebagai agen antiinflamasi sehingga dapat dijadikan alternatif untuk mengobati inflamasi.


(25)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi yang terdapat pada ekstrak Milk Thistle® secara topikal.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui aktivitas efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle® pada edema punggung mencit betina yang terinduksi karagenin.

b. Mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi dari ekstrak Milk Thistle® terhadap edema punggung mencit.


(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Milk Thistle

Gambar 1. Tanaman dan Biji Milk Thistle (Lee and Liu, 2003)

1. Klasifikasi tanaman

Domain : Eukaryota Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae Phylum : Tracheophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Asteridae Superorder : Asteranae Order : Asterales Family : Asteraceae


(27)

Genus : Silibum Species : S. marianum

Botanical name : Silybum marianum ( L. ) Gaertn

(Kumar Tekeshwar, Yogesh, Shiv, Arvind, dan Tripathi, 2011).

2. Nama daerah

Belanda : Mariendistel, Vrouwendistel

Inggris : thistle Kudus, thistle Lady, thistle Susu Perancis : Artichautsauvage, Chardon marie Jerman : Feedistel, Mariendistel, Silberdistel Yunani : Silybon

Italia : Cardodel latte, Cardomariano Malta : thistle Blessed

Rumania : Armurariu Rusia : Ostropestro

Spanyol : Cardolechal, Cardolechero Swedia : Sempertin

(Anonim b, 2015) 3. Deskripsi tanaman

Tanaman Milk Thistle merupakan tanaman yang mempunyai akar tunggang dan terkadang berserat. Memiliki tinggi batang 20-150 cm, sedikit berbulu halus dan di bagian atasnya bercabang. Daunnya besar, berwarna putih berurat, berbulu dan terdapat duri di tepi daun. Milk Thistle memiliki bunga dengan capitula besar


(28)

dan bulat, dan setiap pucuk batang atau cabang memiliki satu bunga, sedangkan pada bagian buah memiliki kulit yang keras dan kering dengan panjang 6-8 mm dan umumnya berwarna coklat (Kumar, dkk., 2011).

4. Kegunaan

Milk thistle merupakan tanaman obat yang umumnya dikenal sebagai Milk-thistle, atau thistle St. Mary. ekstrak yang dilaporkan memiliki hepatoprotektif, antioksidan, antikanker, antiinflamasi dan antidiabetes ini berisi flavonolignan Silymarin, yang merupakan prinsip bioaktif yang penting memiliki antikanker, antiinflamasi, antioksidan, dan efek imunomodulator (Balian, Ahmad, dan Zafar, 2006).

5. Kandungan kimia

Kandungan kimia utama Milk Thistle termasuk flavolignans (silymarin), tyramine, histamin, asam linoleat gamma, minyak esensial, lendir, dan prinsip pahit. Buah kering Milk Thistle mengandung kompleks flavonoid yang dikenal sebagai silymarin - konstituen bertanggung jawab atas manfaat kesehatan dari tanaman. Ekstrak utama Milk Thistle, silymarin (4% sampai 6% di buah matang), terdiri dari beberapa flavonolignans polifenol. Komponen utama (60%) adalah silybin (juga dikenal sebagai silibinin atau silybinin), dan juga yang paling aktif secara biologis; komponen lainnya termasuk silichristin (juga dikenal sebagai silychristin, silycristine atau silicristin), stimulan metabolik, dan silydianin (gambar 2.). Silymarin ditemukan dalam konsentrasi tertinggi dalam buah tanaman (Cheung, Gibbons, Johnson, dan Nicol, 2010).


(29)

1 2 3 Gambar 2. Struktur kandungan buah Milk thistle berturut-turut silibin

(1), silicristin (2), silidianin (3) (Tittel dan Wagner, 1978). Penelitian yang dilakukan oleh Lee and Liu (2003) juga menyatakan bahwa ditemukan Komponen utama dari silymarin adalah silybin A, B silybin, isosilybin A, B isosilybin, silychristin A, B dan silychristin silydianin (Gambar 3.). Enam senyawa pertama terdapat campuran sebagai molar yang sama sebagai diastereoisomer trans. Diastereomer ini memiliki spektrum 1H dan 13C NMR. Ditemukan juga beberapa senyawa kimia lainnya dari buah Milk thistle diantaranya adalah dehydrosilybin, desoxysilychristin, desoxysilydianin, silandrin, silybinome, silyhermin dan neosilymermin.


(30)

Gambar 3. Struktur komponen utama tanaman Milk thistle (Lee and Liu, 2003)

B. Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Pearce, 2009).


(31)

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum, yaitu sebagai fungsi proteksi dimana kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis ataupun mekanik, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi. Kulit juga penting sebagai mekanisme pertahanan non spesifik yang bertindak sebagai penghalang terhadap invasi oleh mikroba, bahan kimia, agen fisik seperti trauma ringan maupun sinar ultraviolet (Ross and Wilson, 2001).

Adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Kulit juga berfungsi sebagai proteksi rangsangan kimia karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Kulit juga berperan dalam fungsi absorbsi, fungsi pengatur panas, fungsi eksresi, fungsi keratinasi, serta fungsi pembentukan vitamin D (Syaifuddin, 2006).

Pada orang dewasa luas permukaan kulit sekitar 1,5 sampai 2 m2. Kulit dilengkapi dengan kelenjar, rambut maupun kuku. Kulit memiliki dua lapisan utama yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis serta diantara kulit dan struktur yang mendasari kulit terdapat lapisan lemak subkutan (Ross and Wilson, 2001).

C.Inflamasi

Menurut Baratawidjaja dan Rengganis (2012), Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis. ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah, sel


(32)

darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi.

Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Pearce, 2009). Tanda-tanda inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit ke daerah inflamasi.

Mekanisme inflamasi sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang dihasilkan oleh asam arakidonat. Apabila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase kemudian diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang terdapat di membran sel tersebut menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat dapat dimetabolisme dalam dua jalur yaitu jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase (Wilmana, 1995). Kerusakan sel inilah yang pada umunya dapat memicu proses terjadinya pembebasan asam arakidonat. Asam arakidonat ini merupakan suatu asam lemak 20-karbon yang merupakan prekursor dari prostaglandin.

Metabolit asam arakidonat yang disebut eikosanoid dapat dimetabolisme melalui beberapa jalur diantaranya yaitu :

a. Melalui asam lemak siklooksigenase (COX). Siklooksigenasi (COX) mempunyai 2 bentuk isoform yaitu COX-1 dan COX-2. Kedua enzim


(33)

inilah yang nantinya akan mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan.

b. Melalui lipooksigenase, beberapa lipooksiganenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12-HPETE yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang dikonversi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai atau menjadi leukotrien atau lipoksin, tergantung pada jaringan (Mycek, Harvey, dan Champe, 2001).

Dalam jalur siklooksigenase akan dihasilkan prostaglandin D2 (PGD2), prostaglandin E2 (PGE2), prostaglandin F2α (PGF2α), prostasiklin (PGI2) dan tromboksan A2 (TXA2). Produk-produk yang dihasilkan tersebut berasal dari prostaglandin H2 (PGH2) yang dipengaruhi oleh kerja enzim yang spesifik. PGH2 sangat tidak stabil, merupakan prekursor hasil akhir biologi aktif jalur siklooksigenase. Beberapa enzim mempunyai distribusi jaringan tertentu. Misalnya trombosit mengandung enzim tromboksan sintetase sehingga produk utamanya adalah TXA2. TXA2 merupakan agen agregasi trombosit yang kuat dan vasokontriktor (Kumar, dkk., 2005).

Prostaglandin E2 (PGE2) merupakan hiperalgesik yang dapat menyebabkan kulit sensitif terhadap rangsangan yang menyakitkan. Prostagandin D2 (PGD2) merupakan trombosit utama dari jalur siklooksigenase pada sel mast, bersama dengan PGE2 dan PGF2α yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatakan permeabilitas venula postcapillary sehingga berpotensi terjadinya pembentukan edema. Siklooksigenas-1 (COX-1) diproduksi sebagai respon terhadap rangsangan inflamsi dan bersiffa konstitutif yang keberadaannya selalu


(34)

tetap dan tidak dipengaruhi oleh stimulus. Siklooksigenase-1 (COX-1) berperan normal dalam tubuh untuk menghasilkan prostaglandin yang dibutuhkan oleh tubu dan bertanggung jawab untuk memproduksi prostaglandin yang terlibat dalam peradangan serta menjaga fungsi homeostatis seperti keseimbangan cairan dan elektrolit di ginjal maupun sebagai sitoproteksi pada saluran cerna. Selain prostaglandin, COX-1 juga mengkatalis pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang dapat meningkatkan agregasi platelet dan menimbulkan vasokontriksi. Sebaliknya, COX-2 bersifat indusibel, dimana keberadaannya dipengaruhi oleh adanya stimulus. Siklooksigenase (COX-2) merangsang produkai prostaglandin (PGI2) yang terlibat dalam proses peradangan. Selain menghasilkan prostaglandin, COX-2 juga menghasilkan pembentukan prostasiklin yang dapat menurunkan agregasi platelet (Kumar, dkk., 2005). Peran asam arakhidonat dalam proses inflamasi dapat dilihat pada gambar 4.


(35)

Gambar 4. Perubahan asam arakhidonat dan perannya dalam inflamasi, serta target aksi obat-obat antiinflamasi (Kumar, dkk., 2005)

D. Antiinflamasi (Obat)

Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu pada obat yang menekan inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek samping steroid. Berbeda dengan steroid yang bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakhidonat pada membran sel, obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi (Wilmana, 1995).

Mekanisme penghambatan inflamasi dari golongan obat kortikosteroid yaitu dengan cara mengurangi aktivitas fosfolipase A2 dan meningkatkan lipooksigenase serta mengurangi terbentuknya leukotrin sehingga dapat mengurangi peradangan yang terjadi. Mekanisme penghambatan inflamasi dari


(36)

golongan obat NSAID yaitu dengan cara mengikat siklooksigenase (COX). Siklooksigenase (COX) berfungsi mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin, tromboksan, dan postasiklin yang akan merangsang timbulnya tanda-tanda inflamasi. Dengan dihambatnya COX tersebut oleh golongan obat NSAID maka dapat mengurangi bahkan menghilangkan tanda-tanda inflamasi (Priyanto, 2010).

E. Karagenin

Karagenin adalah suatu turunan dari polisakarida yang di dalam tubuh dekenali sebagai suatu benda asing yang dapat menginduksi terjadinya inflamasi melalui berbagai macam mekanisme. Pada jaringan ikat, fosfolipid membran sel mast akan dirangsang oleh karagenin untuk menghasilkan asam arakidonat yang dibantu dengan enzim fofolipase A2 yang nantinya akan menghasilkan berbagai macam mediator-mediator inflamasi dengan bantuan dari Reactive Oxygen Species (ROS) (Walidah, 2014).

Mekanisme dari induksi karagenin yang dapat menyebabkan inflamasi terhadap dua tahap yaitu pada tahap pertama terkait dengan pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Mediator-mediator tersebut yang pertama kali terdeteksi pada fase awal. Tahap kedua disebabkan karena kelebihan produksi prostaglandin pada jaringan dan berhubungan juga dengan pelepasan bradikinin, protease dan enzim lisosomal (Singh, Kaurl, Singh and Kumar, 2014).


(37)

F. Biocream®

sediaan obat topikal merupakan sediaan obat yang mengandung dua komponen dasar, yaitu zat pembawa dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa merupakan bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa ini mudah untuk dioleskan, mudah debersihkan serta tidak mengiritasi. Salah satu bahan pembawa yang dapat digunakan misalnya biocream®. biocream® bersifat ambifilik berkhasiat sebagai W/O atau O/W (yahendri dan yenny, 2012).

Biocream merupakan system emulsi yang stabil dengan distribusi lemak dan air yang merata. Biocream® menggabungkan sifat-sifat emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak. Biocream dapat dicampur dengan air, zat-zat yang larut dalam air, lemak, maupun zat-zat yang larut dalam lemak, tanpa mengganggu stabilitasnya, sehingga sangat sesuai dengan kondisi fisiologis kulit dan tidak mengandung zat-zat alergen (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

G. Landasan teori

Inflamasi didefinisikan sebagai reaksi peradangan local pada jaringan tehadap infeksi atau cidera yang melibatkan lebih banyak mediator disbanding respon imun yang didapat. Tetapi apabila respon inflamasi ini tidak dikontrol dapat menyebabkan penyakit akut dan kronis lanjutan, seperti asma dan rheumatoid arthritis. Gejala dari inflamasi antara lain rubor, calor, tumor, dolor, dan function laesa.


(38)

Terapi farmakologi yang sering diberikan untuk mengatasi inflamasi adalah dengan pemberian obat NSAID. Obat golongan ini memiliki mekanisme menghambat COX-1 dan COX-2 sehingga mediator inflamasi prostaglandin tidak terbentuk. adanya efek samping obat tradisional atau obat herbal sering kali menjadi pilihan utama dalam menangani inflamasi. salah satunya adalah Milk Thistle.

Silymarin merupakan kandungan utama dari Milk Thistle di mana silymarin tersebut dapat juga berperan dalam efek anti inflamasi. Pada Certificate of Analysis (COA) disebutkan bahwa kandungan silymarin yang terdapat pada ekstrak yaitu sebesar >80 %.

Pengujian aktivitas antiinflamasi secara topikal dilakukan dengan pengukuran tebal kulit punggung mencit yang telah terinduksi karagenin yang dilakukan setiap jam selama enam jam. Adanya penurunan edema pada kelompok perlakuan ekstrak Milk Thistle® dibandingkan dengan kelompok kontrol karagenin menunjukkan bahwa ekstrak Milk Thistle® memiliki efek antiinflamasi topikal.

H. Hipotesis

Ekstrak Milk Thistle® memiliki aktivitas antiinflamasi yang ditunjukkan dengan berkurangnya tebal edema kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin.


(39)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle® pada mencit betina galur Swiss merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : konsentrasi ekstrak Milk Thistle®

2) Variabel tergantung : tebal edema kulit punggung mencit b. Variabel pengacau :

1) Variabel pengacau terkendali

a) Subyek uji : mencit betina galur Swiss b) Umur : 2-3 bulan

c) Berat badan : 20-25 gram d) Keadaan subyek : sehat

2) Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patofisiologi mencit yang digunakan dalam penelitian.

2. Definisi operasional

a. Konsentrasi ekstrak Milk Thistle® berupa sejumlah berat ekstrak dalam bentuk serbuk Milk Thistle® (g) tiap bobot basis (g) yang


(40)

digunakan dengan satuan g/g (b/b). Konsentrasi yang digunakan yaitu 1,67; 2,5; dan 3,75%.

b. Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya benda asing. Respon inflamasi berupa merah, nyeri, bengkak, perubahan fungsi, dan panas. Dalam hal ini, yang diamati berupa edema pada kulit punggung mencit.

c. Tebal edema merupakan tebal lipat kulit punggung mencit yang meningkat dari tebal lipat kulit punggung normal setiap 1 jam selama 6 jam setelah diinjeksikan karagenin 3% yang diukur dengan menggunakan jangka sorong digital.

d. Efek antiinflamasi adalah kemampuan suatu zat uji (ekstrak Milk Thistle®) dalam mengurangi edema pada kulit punggung mencit akibat injeksi karagenin 3% secara subkutan.

e. Uji antiinflamasi adalah uji yang menggunakan mencit betina galur Swiss sebagai hewan uji yang diradangkan pada kulit punggung mencit dan diukur ketebalan lipat kulit punggungnya (reaksi edema yang terjadi) mengunakan jangka sorong digital dan dibandingkan dengan perlakuan topikal ekstrak Milk Thistle®

f. Pemberian topikal adalah pemberian seri konsentrasi ekstrak Milk Thistle® dengan cara mengoleskannya pada kulit punggung mencit setelah diinjeksikan dengan karagenin 3%.

g. Konsentrasi optimum adalah konsentrasi tertinggi dari ekstrak Milk Thistle® yang menunjukan efek antiinflamasi topikal yang dilihat


(41)

dari % penghambatan inflamasi yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol Biocream®.

h. Injeksi subkutan adalah injeksi yang dilakukan pada jaringan dibawah kulit punggung mencit.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Hewan uji : mencit betinaa galur Swiss, dengan umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari Laboratorium Imunologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bahan uji : ekstrak Milk Thistle® diperoleh dari NATUREX

3. Zat Inflamatogen : Karagenin tipe 1 (Sigma Chemical Co) yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

4. NaCl fisiologi 0,9% sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Biocream® yang diproduksi oleh Merck diperoleh dari Apotek K-24 jalan Seturan Raya 101 A Catur Tunggal, Yogyakarta.

6. Veet cream® yang diperoleh dari toko Alfamart jalan Paingan, Yogyakarta.


(42)

D. Alat atau Instrument penelitian Alat-alat yang digunakan dalam ini terdiri dari :

1. Alat induksi dan pengukuran edema kulit punggung mencit dan lain-lain

a. Neraca analitik

b. Alat pencukur bulu mencit c. Spuit injeksi 1 ml

d. Stopwatch

e. Jangka sorong Digital Caliper “Wipro” f. Mortir dan stamper

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan konsentrasi karagenin

Karagenin 1,5 ;2 ; dan 3% dibuat dengan melarutkan masing-masing 0,375 ; 0,5 ; 0,75g karagenin dalam sedikit NaCl fisiologis 0,9% dalam gelas beaker kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, selanjutnya ditambahkan NaCl fisiologis 0,9% hingga tanda. 2. Orientasi pemberian karagenin

Mencit yang digunakan sebanyak 3 ekor. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan konsentrasi karagenin, yaitu kelompok pemberian karagenin 1,5, 2, dan 3 % dengan masing-masing volume pemberian 0,2 ml secara subkutan. Sebelum diinjeksikan karagenin, kulit punggung mencit dicukur terlebih dahulu. Kulit punggung mencit


(43)

diukur sebelum pemberian karagenin dan sesudah pemeberian karagenin setiap 1 jam selama 6 jam. Edema pada kulit punggung mencit dari pemberian karagenin yang mengalami peningkatan tebal kulit sebesar 2-3 kali dari tebal awal dipilih sebagai konsentrasi penginduksi karagenin.

3. Pembuatan krim ekstrak Milk Thistle® 1,67; 2,5; dan 3,75%

Ekstrak Milk Thistle® 1,67; 2,5; dan 3,75% dibuat dengan menimbang ekstrak Milk Thistle® seberat 0,835; 0,125; dan 0,1875 g dilarutkan dalam 5 g basis Biocream.

4. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 33 ekor mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-25 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok untuk pra-studi sebanyak 3 ekor mencit dan kelompok perlakuan terdiri dari enam kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok kontol Biocream, kelompok tiga seri konsentarasi ekstrak Milk Thistle® (1,67; 2,5; dan 3,75%) dan masing-masing kelompok terdiri 5 ekor mencit. Penelitian dengan menggunakan hewan uji ini telah mendapatkan Medical and Health Research Ethics Committe (MHREC) Facultas Kedokteran Universitaas Gadjah Mada dengan Ref : KE/FK/908/EC (lampiran 2).


(44)

5. Pengujian dengan krim ekstrak Milk Thistle®

Sebanyak 30 ekor mencit betina dibagi secara acak menjadi enam kelompok perlakuan. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2 (kontrol biocream®), kelompok 3 (kontrol positif), kelompok 4 (ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 1,67%), kelompok 5 (ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 2,5%), dan kelompok 6 (ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 3,75%) dengan masing-mnasing 5 ekor mencit, dicukur bulu pada bagian punggungnya dan dibiarkan selama satu hari kemudian diinjeksikan dengan karagenin dengan konsentrasi 3% dan diukur edema yang muncul dengan jangka sorong setiap 6 jam.

Mencit kelompok 1 hanya diinjeksikan dengan karagenin, mencit kelompok 2 dioleskan dengan biocream® (basis ekstrak), mencit kelompok 3 dioleskan dengan hidrokortison asetat 2,5% sedangkan mencit kelompok 4, 5, dan 6 dioleskan dengan tiga peringkat seri konsentrasi ekstrak Milk Thistle® serta dilihat penghambahtan imflamasinya dengan mengukur edema yang mengempis dengan jangka sorong setiap jam selama 6 jam. Masing-masing dari ekstrak Milk Thistle® dengan tiga seri konsetrasi (1,67; 2,5; 3,75%) dan krim hidrokortison asetat 2,5% ditimbang seberat 0,1 gram dan dioleskan pada area suntikan karagenin. Skema jalannya penelitian dapat dilihat pada gambar 5.


(45)

Gambar 5. Skema jalannya penelitian

Keterangan :

Kel. 1 : injeksi karagenin 3%

Kel. 2 : injeksi karagenin + diolesi hidrokortison asetat 2,5% Kel. 3 : injeksi karagenin + diolesi basis ekstrak (Biocream®) Kel. 4 : injeksi karagenin + diolesi ekstrak Milk Thistle® 1,67%

Kel. 5 : injeksi karagenin + diolesi ekstrak Milk Thistle® 2,5%

Kel. 6 : injeksi karagenin + diolesi ekstrak Milk Thistle® 3,75%

Dihitung selisih edema kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin dengan kulit normal mencit yang

tidak terinduksi karagenin enam kelompok

Mencit diinjeksikan dengan larutan karagenin 3% secara subkutan pada

Diukur kulit normal mencit sebelum diinjeksi dengan karagenin

selama 1,5% dengan jangka sorong digital

Masing-masing mencit terlebih dahulu dicukur bulu punggung

mencit

Edema diukur menggunakan jangka sorong digital setiap 1 jam selama 6 jam Kel. I Kel. II Kel. III Kel. IV Kel. V Kel. VI


(46)

F. Tata Cara Analisis Hasil

1. Analisis hasil dilakukan dengan mengukur ketebalan edema kulit punggung mencit yang diukur menggunakan jangka sorong digital.

2. Nilai selisih edema tiap jam diukur dan dihitung nilai AUC total masing-masing perlakuan dengan rumus :

Keterangan :

AUC0-6 = area di bawah kurva dari jam ke-0 sampai jam ke-6 (cm 2

.jam) = luas area pigmentase pada jam ke-(n-1)(cm2)

= luas area pigmentase pada jam ke-n (cm2)

= jam ke-n (jam)

= jam ke-(n-1) (jam)

(Ikawati, Supardjan, dan Asmara, 2007). 3. Menghitung presentase penghambatan inflamasi

x 100%

Keterangan :

= rata-rata kontrol negatif (mm.jam)

= masing-masing mencit pada kelompok yang diberi senyawa uji dengan konsentrasi sebesar n (mm.jam)

(Ikawati, Supardjan, dan Asmara, 2007). 4. Analisis hasil

Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data normal atau tidak, apabila data terdistribusi dengan normal maka dilanjutkan dengan analisis Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% sedangkan apabila tidak terdistribusi dengan normal akan dilanjutkan dengan analisis Scheffe test untuk data yang terdistribusi


(47)

normal dan uji Mann-Whitney untuk data yang terdistribusi tidak normal. Analisis ini untuk mengetahui apakah perbedaan yang ditemukan berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna, apabila diperoleh dengan nilai p<0,005 maka diartikan perbedaan bermakna secara statistik dan jika diperoleh nilai p>0,005 diartikan perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.


(48)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Pendahuluan Karagenin

Uji pendahuluan dilakukan sebelum dilakukan pengujian efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistle®. tujuan dari uji pendahuluan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi karagenin yang paling optimal dalam menginduksi inflamasi dan menyebabkan edema. Uji pendahuluan ini meliputi penetapan konsentrasi karagenin yang digunakan dan penetapan rute pemberian injeksi karagenin secara subkutan. Uji pendahuluan dimulai dengan melakukan orientasi penetapan konsentrasi karagenin. Pada penelitian ini digunakan 3 konsentrasi karagenin yaitu 1,5; 2; dan 3%. Pengujian dilakukan dengan menginjeksikan 0,2 mL karagenin dari masing-masing konsentrasi pada kulit punggung mencit secara sub kutan. Mencit yang digunakan pada tiap konsentrasi adalah satu ekor. Setelah karagenin diinjeksikan, dilakukan pengukuran tebal lipat kulit punggung mencit tiap satu jam selama enam jam. Tebal lipat kulit rata-rata yang diperoleh dari masing-masing konsentrasi karagenin dapat dilihat pada gambar 6.


(49)

Gambar 6. Kurva rata-rata tebal lipat kulit hasil uji pendahuluan karagenin 1,5; 2; dan 3 %.

Peningkatan 2 sampai 3 kali tebal lipat kulit pada saat penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi karagenin tersebut adalah konsentrasi yang baik (Harijadi, 2009). Pada konsentrasi 1,5% terjadi peningkatan tebal lipat kulit sebesar 1,17 kali yakni pada jam pertama dari 0,35 mm menjadi 0,41; sedangkan pada jam ke-2 peningkatan tebal lipat kulit yang terjadi sebesar 4,1 kali yakni dari 0,35 menjadi 1,46 mm. Pada konsentrasi 2% terjadi terjadi peningkatan tebal lipat kulit sebesar 2,3 kali, dari 1,27 mm menjadi 2,94 mm, tetapi edema yang terbentuk tidak cukup bagus dan tidak terlihat jelas serta pada jam ke dua terjadi penurunan yang drastis atau tidak konstan. pada konsentrasi 3% terjadi peningkatan sebesar 4,5 kali dari 0,75 mm menjadi 3,39 mm. berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti menggunakan konsentrasi karagenin 3%, dikarenakan pada konsentrasi tersebut menghasilkan pembentukan edema yang


(50)

paling maksimal dan pada konsentrasi karagenin 3% edema yang terbentuk sampai jam ke enam relatif tetap.

B. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Milk Thistle®

Penelitian efek antiinflamasi ekstrak Milk Thistle® ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Milk Thistle® memiliki efek antiinflamasi topikal, mengetahui konsentrasi optimum ekstrak Milk Thistle® yang menunjukkan adanya efek antiinflamasi topikal, serta mengetahui persen penghambatan inflamasi ekstrak Milk Thistle® terhadap mencit betina galur Swiss. Adanya efek antiinflamasi topikal ditandai dengan adanya penurunan tebal lipat kulit pada punggung mencit yang menunjukkan edema setelah diinjeksi karagenin dengan konsentrasi 3% dengan secara subkutan akibat pemberian ekstrak Milk Thistle® secara topikal.

Metode yang digunakan dalam pengukuran efek antiinflamasi topikal ini adalah metode inflammation-associated oedema. Konsentrasi ekstrak Milk Thistle® digunakan adalah 1,67; 2,5; dan 3,75%. Konsentrasi kontrol positif Hydrocortisone® yang digunakan mengandung hidrokortison asetat 2,5%, pada konsentrasi ini digunakan sebagai acuan konsentrasi krim ekstrak Milk Thistle®. berdasarkan konsentrasi tersebut dilakukan penurunan dan peningkatan dosis dengan cara dikali dan dibagi dengan nilai 1,50. Tujuan digunakannya 3 konsentrasi krim ekstrak Milk Thistle® ini adalah untuk melihat apakah pada konsentrasi tersebut sudah menghasilkan efek antiinflamasi dan pada konsentrasi


(51)

berapa dihasilkan efek antiinflamasi yang paling optimum atau sebanding dengan kontrol positif Hydrocortisone®.

Masing-masing konsentrasi ekstrak Milk Thistle®,krim Hydrocortisone® 2,5% sebagai kontrol positif, dan biocream® sebagai kontrol negatif dioleskan secara merata pada kulit punggung mencit yang telah diinjeksi 0,2 mL karagenin 3%. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan pengukuran tebal lipat kulit pada jam ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 menggunakan jangka sorong digital. Penurunan tebal lipat kulit diukur dengan menghitung selisih antara tebal lipat kulit tengah punggung (middorsal skinfold thickness) sebelum diinjeksi karagenin (jam ke-0) dengan tebal lipat kulit setelah diinjeksi pada jam ke-1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (Lampiran 8). jam pertama terjadi peningkatan tebal lipat kulit pada semua kelompok perlakuan. Menurut Singh, dkk., (2014) pada jam pertama setelah injeksi karagenin akan terjadi peningkatan edema karena karagenin akan menginduksi cedera sel sehingga sel tersebut akan melepaskan mediator yang seperti histamin, serotonin, dan bradikinin, serta produksi prostaglandin berlebih dalam jaringan. Mediator-mediator itulah yang nantinya akan memicu terjadinya inflamasi dan munculnya edema. Profil rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit dapat dilihat pada gambar 7.


(52)

Gambar 7. kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit pada jam ke-0 hingga jam ke-6

Keterangan:

Kontrol positif : krim Hydrocortisone® Konsentrasi 1,67% : ekstrak Milk Thistle® 1,67% Konsentrasi 2,5% : ekstrak Milk Thistle® 2,5% Konsentrasi 3,75% : ekstrak Milk Thistle® 3,75%

C. Rata-rata Nilai AUC Total dan Persen Penghambatan Inflamasi (%PI) Ekstrak Milk Thistle® Secara Topikal

Data selisih lipat kulit yang didapatkan dilanjutnya dengan penghitungan AUC dan AUC rata-rata dari tiap kelompok perlakuan. Hasil rata-rata AUC dari tiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata AUC total tiap kelompok perlakuan

Kelompok Rata-rata AUC total ± SE (mm.jam) Kontrol Karagenin 11,59 ± 2,49

Kontrol Biocream® 13,05 ± 2,94 Kontrol Hydrocortisone® 2,5% 2,87 ± 0,26 Ekstrak Milk Thistle® 1,67% 2,93 ± 0,35 Ekstrak Milk Thistle® 2,5% 2,28 ± 0,56 Ekstrak Milk Thistle® 3,75% 2,09 ± 0,34


(53)

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata AUC kelompok kontrol karagenin dengan nilai 11,59 ± 2,49 (mm.jam) jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan kontrol Hydrocortisone® 2,5% dan kelompok ekstrak Milk Thistle® 1,67; 2,5; dan 3,75%, hal ini menunjukkan bahwa karagenin 3% benar dapat menginduksi edema, ditandai dengan peningkatan tebal lipat kulit. Fungsi dari kontrol Biocream® adalah untuk melihat ada tidaknya efek antiinflamasi pada Biocream® yang digunakan sebagi base cream ekstrak S. marianum. Terdapat kedekatan nilai rata-rata AUC antara kelompok kontrol Biocream® dengan kontrol karagenin, hal ini menunjukkan bahwa Biocream® tidak memiliki efek antiinflamasi yang bermakna. Pada kelompok kontrol positif Hydrocortisone® 2,5% terlihat penurunan tebal lipat kulit yang signifikan bila dibandingkan dengan kontrol karagenin dan Biocream®. Hal tersebut menunjukkan bahwa Hydrocortisone® 2,5% benar memiliki kemampuan sebagai agen antiinflamasi. Hydrocortisone® yang mengandung 2,5% hidrokortison asetat ini dipilih sebagai kontrol positif karena merupakan obat antiinflamasi golongan kortikosteroid yang bekerja dengan menghambat aktivitas forfolipase A2, sehingga tidak terbentuk asam arakhidonat yang dapat memicu inflamasi. Selain itu pemilihan juga didasarkan pada produk obat antiinflamasi topikal yang beredar di pasaran. Pada kelompok ekstrak Milk Thistle® konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75%, penurunan rata-rata AUC terjadi bersamaan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak Milk Thistle®.

Data AUC yang diperoleh selanjutnya digunakan dalam perhitungan persen penghambatan inflamasi (% PI). Nilai PI didapatkan dengan menghitung


(54)

selisih antara rata-rata AUC kontrol karagenin dengan total nilai AUC kelompok uji dibagi dengan rata-rata AUC kontrol karagenin, perhitungan % PI dapat dilihat pada lampiran 11. Rata-rata persen penghambatan inflamasi dari tiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata persen penghambatan inflamasi (% PI) tiap kelompok perlakuan dan hasil uji analisis Mann-Whitney

Kelompok Mean %PI ± SE I II III IV V VI I 0,00 ± 21,50 - TB B B B B II -12,61 ± 25,36 TB - B B B B III 75,28 ± 2,23 B B - TB TB TB IV 74,70 ± 11,99 B B TB - TB TB V 80,31 ± 2,73 B B TB TB - TB VI 81,98 ± 4,31 B B TB TB TB - Kelompok I : kontrol karagenin

Kelompok II : kontrol Biocream®

Kelompok III : kontrol positif Hydrocortisone® Kelompok IV : konsentrasi Milk Thistle® 1,67% Kelompok V : konsentrasi Milk Thistle® 2,5% Kelompok VI : konsentrasi Milk Thistle® 3,75% B : berbeda bermakna (p<0,05) TB : berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Selanjutnya nilai % PI diuji dengan analisis analisis data (Lampiran 3). Pertama-tama dilakukan uji distribusi data menggunakan uji Saphiro-Wilk. Hasil menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal (p<0,05), oleh sebab itu dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil uji Kruskal-Wallis (p<0,05) menunjukkan bahwa paling tidak terdapat perbedaan indeks Brinkman antara dua kelompok perlakuan. Untuk melihat perbedaan yang ada maka dilanjutkan analisis post hoc Mann-Whitney. Hasil analisis Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 2. Perbedaan


(55)

bermakna ditunjukkan dengan nilai p<0,05 sedangkan pada perbedaan tidak bermakna p>0,05.

Gambar 8. Diagram batang persen penghambatan inflamasi (% PI) masing-masing kelompok perlakuan

Pada gambar 8 menunjukkan bahwa %PI kelompok karagenin dan kontrol Biocream® berbeda tidak bermakna, hal ini dapat diartikan bahwa kontrol Biocream® tidak memiliki efek antiinflamasi. Standard error (SE) pada kelompok kontrol karagenin dan kontrol Biocream® cukup besar yaitu 21,50% dan 25,36%. Nilai SE tersebut menunjukkan bahwa nilai %PI dari tiap-tiap hewan uji pada kelompok kontrol karagenin dan kontrol Biocream® memiliki variansi yang cukup besar. Namun walaupun begitu hasil penelitian tetap dapat digunakan karena sesuai dengan teori bahwa karagenin dan Biocream® tidak memiliki efek antiinflamasi, yang ditunjukkan dengan nilai %PI ≤0.


(56)

Kelompok kontrol karagenin dibandingkan dengan ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% berbeda bermakna, hal ini dapat diartikan bahwa pada ketiga konsentrasi ekstrak Milk Thistle® mempunyai efek penghambatan inflamasi. Pada kelompok kontrol karagenin dibandingkan dengan kelompok kontrol positif Hydrocortisone® hasil yang didapatkan adalah berbeda bermakna, hal ini dapat diartikan bahwa kelompok kontrol positif Hydrocortisone® benar mempunyai kemampuan sebagai antiinflamasi. Selanjutnya, kelompok kontrol biocream® dibandingkan dengan kontrol positif Hydrocortisone® dan kelompok ekstrak Milk Thistle® konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% yaitu berbeda bermakna (P>0,05), dimana hal ini dapat diartikan bahwa kelompok biocream® tidak memiliki efek sebagai antiinflamasi dan didukung dengan nilai %PI sebesar -12,61%. Kelompok kontrol positif Hydrocortisone® dibandingkan dengan ketiga konsentrasi ekstrak Milk Thistle® menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, dimana hal ini menunjukkan bahwa ketiga konsentrasi ekstrak Milk Thistle® memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi yang sebanding dengan kontrol positif Hydrocortisone®. Perbedaan tidak bermakna secara statistik juga ditunjukkan pada kelompok ekstrak Milk Thistle® dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% dimana ini artinya adalah bahwa ketiga konsentrasi ekstrak Milk Thistle® memiliki efek sebagai antiinflamasi yang sama.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui konsentrasi ekstrak Milk Thistle® secara topikal yang digunakan untuk menghambat inflamasi pada kulit punggung mencit terinduksi karagenin adalah 1,67%. Oleh karena itu


(57)

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi dibawah 1,67% yang dapat dihasilkan sebagai antiinflamasi.

Pada penelitian ini ditujukan sebagai skrining awal untuk mengetahui ada tidaknya efek antiinflamasi dari ekstrak Milk thistle®. Dari hasil yang didapatkan ekstrak Milk thistle® menunjukkan adanya efek antiinflamasi yang dibuktikan dengan nilai %PI berturut-turut sebesar 74,70; 80,31; dan 81,98% dari konsentrasi ekstrak 1,67; 2,5; dan 3,75%.

Ekstrak Milk thistle® dapat menimbulkan efek antiinflamasi salah satunya dikarenakan Milk thistle® mengandung senyawa flavonoid (Anita dan Miruthula, 2014). Dalam respon inflamasi, flavonoid menghambat terjadinya inflamasi melalui dua jalur yaitu lipooksigenase dan siklooksigenase. Pada jalur lipooksigenase flavonoid menghambat pelepasan mediator-mediator inflamasi, sedangkan pada jalur siklooksigenasi flavonoid menghambat pelepasan asam arakhidonat dengan menekan ekspresi COX-2 (Winarsi, 2007).


(58)

Gambar 9. Bagan aktivitas, mekanisme, dan efek anti-inflamasi flavonoid dalam proses inflamasi (Lafuente, dkk., 2009)

Menurut Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan Martinez (2009) selain menghambat pelepasan mediator inflamasi dan menghambat pelepasan asam arakhidonat, flavonoid juga memiliki aktivitas antioksidan yang akan menangkap radikal bebas, menghambat produksi ROS sehingga jumlah radikal bebas dan peroksidasi lipid penyebab inflamasi akan menurun. Selain itu flavanois juga dapat memodulasi aktivitas enzimatik dan proses sekretori sehingga terjadi penurunan aktivasi sel inflamasi. Aktivitas, mekanisme dan efek flavonoid terhadap inflamasi dapat dilihat pada gambar 9.


(59)

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak Milk Thistle® memiliki efek antiinflamasi topikal pada punggung

mencit yang terinduksi karagenin.

2. Persen penghambatan inflamasi (%PI) dari ekstrak Milk Thistle® konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% secara berturut-turut adalah 51,87; 61,58; dan 75,94%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi ekstrak Milk Thistle® dibawah 1,67% yang dapat memberikan efek anttiinflamasi.


(60)

40

DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2015, IPB Biodeversity- IPBiotics,

http://apps.cs.ipb.ac.id/ipbiotics/user/organism/detail/detailorganismeobat.p hp, diakses tanggal 18 Maret 2015.

Balian, S., Ahmad, R. Zafar., 2006, Antiinflammatory Activity of Leaf and Leaf Callus of Silybum Marianum (L.) Gaertn. In Albino Rats, Indian Journal Pharmacology,38(3), 213-214.

Baratawidjaja, K.G., Rengganis, I., 2012, Imunologi Dasar, Edisi Ke-10, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, p. 259.

Bisset, N., 1994, Herbal Drugs and Pharmaceuticals, CRC Press, London, pp. 121-123.

Cheung, C. W., Gibbons, N., Johnson, D. W., Nicol, D. L., 2010, Silibinin-a promising new treatment for cancer. Anti-cancer Agents in Medicinal Chemistry, 10, 186-95.

Dehmlow, C., Erhard, J., De Groot, H., 1996, Inhibition of Kupffer cell functions as an explanation for the hepatoprotective properties of silibinin. Hepatology, 23(4), 749-754.

Dixit, N., Baboota, S., Kohli, K., Ahmad, S., Ali, J., 2009, Silymarin: A review of Pharmacological Aspects and Bioavailability Enhancement Approaches, Indian Journal Pharmacology, 39(4), 172-179.

Ganiswarna., 1995, Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 3,6.

Harijadi., 2009, Radang/Inflamasi, http:medicine.uii.ac.id/, diaksespadatanggal 20 Oktober 2015.

Ikatan Apoteker Indonesia., 2012, Informasi Sediaan Obat, Vol. 47, PT. ISFI, Jakarta, hal. 367.

Ikawati, Z., Supardjan, A. M., dan Asmara, L. S., 2007, Pengaruh Senyawa Heksagamavunon-1 (HGV-1) Terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif Pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi Ovalbumin, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


(61)

Tekeshwar, K., Larokar, Y. K., Iyer, S. K., Kumar, A., 2011, Phytochemistry and Pharmacological Activities of Silybummarianum: A Review, International Journal Pharmacology PhytopharmacolResearch, 1(3), 124-133.

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005, Pathologic Basis of Disease, 7th ed, Elsevier Saunders, Philadelphia, pp. 48, 70-73.

Lafuente, A. G., Guillamon, E., Villares, A., Rostagno, M. A., Martinez, J. A., 2009, Flavonoids as Anti-Inflammatory Agents: Implication in Cancer and Cardiovascular Disease, Inflammation Research, 58(9), 537-552.

Lee, D.Y.W., Liu, Y., 2003, Molecular structure and stereochemistry of silybin A, silybin B, isosilybin A, and isosilybin B, isolated from Silybum marianum (Milk thistle), Journal of Natural Products, 66(9), 1171-1174.

Martini, F.H., Lim, Y.Y., Yule, C.M., 2009, Evaluation of Antioxidant, Antibacterial and Anti-tyrosinase Activities of Four Silybum marianum Species, 114, 549-599.

Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., 2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar, Edisi II, Widya Medika, Jakarta, hal. 404.

Pearce, E.C., 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 290-297.

Priyanto., 2010, Farmakologi Dasar, edisi II, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi, Jakarta, hal. 118-120.

Ross, and Wilson., 2001, Anatomy and Physiology In Healthand Illness, 9th ed, Churchill Livingstone, London, pp. 362-363.

Schror, K., and Meyer, K.J., 2000, Cyclooxygenase-2 Inhibition and Side-effects of Non-steroidal Antiinflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Current Medicinal Chemistry, 7(11), 1121-1129.

Singh, S., Kaur, M., Singh, A., and Kumar, B., 2014, Pharmacological Evaluation of Non-steroidal Antiinflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Current Medicinal Chemistry, 7, 1121-1129.

Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi : untuk Mahasiswa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 310.


(62)

Tittel, G., Wagner, H., 1978, High-performance Liquid Chromatographic Separation of Silymarin and Their Determination in Raw Extracts of Silybum marianum Geartn, Journal of Chromatography, 135 (2), 499-501. Walidah, C., 2014, Uji Efek Amtiinflamasi Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati

Mastigophora diclados Secara In Vivo, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam Ganiswara, S.G.(Editor), Farmakologi dan Terapi, edisi V, Bagian Farmakologi-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 207. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius, Yogyakarta,

hal.186.

Yanhendri dan Yenny, S.W., 2012, Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam Dermatologi, Cermin Dunia Kedokteran, CDK-194, 39(6), 423-43.


(63)

(64)

(65)

(66)

Lampiran 3. Serbuk Milk Thistle® beserta ekstrak dalam basis Biocream®

Gambar 10. Serbuk Milk Thistle®

Gambar 11. Ekstrak yang dilarutkan dalam basis Biocream®


(67)

Lampiran 4. Hewan uji yang digunakan beserta cara pengukuran edema

Gambar 13. Mencit betina galur Swiss

Gambar 14. Kulit punggung mencit setelah pencukuran

Lampiran 5. Kontrol yang digunakan dalam penelitian


(68)

Gambar 16. Krim Hydrocortisone® yang mengandung 2,5% hidrokortison asetat sebagai kontrol positif

Lampiran 6. Alat spuit injeksi beserta jangka sorong digital yang digunakan

Gambar 17. Alat spuit injeksi


(69)

Lampiran 7. Tebal lipat kulit pada uji pendahuluan karagenin

Jam ke- Karagenin 1,5% Karagenin 2% Karagenin 3%

0 0.35 1.27 0.75

1 0.41 2.94 3.39

2 1.46 1.98 2.89

3 1.52 1.76 2.5

4 1.56 1.64 2.4

5 1.54 1.52 2.07

6 1.33 1.41 2.03

Lampiran 8. Data AUC dan rata-rata AUC

Kontrol Karagenin

Jam ke- 1 2 3 4 5

0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 1.05 1.20 2.05 0.86 1.33 2 1.58 2.53 4.08 1.64 2.58 3 1.02 2.57 3.96 1.47 2.46 4 0.94 2.39 3.66 1.30 2.18 5 0.83 2.21 3.33 1.06 1.76 6 0.72 2.02 3.03 0.79 1.43 Total AUC 6.12 12.91 20.10 7.10 11.73 Rata-rata AUC ± SE 11,59 ± 2,49

KontrolBiocream®

Jam ke- 1 2 3 4 5

0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 2.05 2.02 1.24 0.70 1.21 2 4.01 3.97 2.44 1.29 2.21 3 3.82 3.67 1.92 1.11 1.95 4 3.70 3.40 1.22 0.99 1.87 5 3.53 3.32 0.95 0.91 1.83 6 3.25 3.25 0.86 0.87 1.77 Total AUC 20.35 19.62 8.62 5.85 10.83


(70)

KontrolPositif

Jam ke- 1 2 3 4 5

0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 0.35 0.54 0.34 0.47 0.40 2 0.63 0.98 0.62 0.66 0.74 3 0.46 0.82 0.54 0.62 0.62 4 0.35 0.61 0.50 0.57 0.53 5 0.28 0.45 0.46 0.51 0.48 6 0.17 0.30 0.32 0.36 0.38 Total AUC 2.23 3.69 2.45 2.83 3.15

Rata-rata AUC ± SE 2,87 ± 0,26

Ekstrak Milk Thistle® 1,67%

Jam ke- 1 2 3 4 5

0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,16 0,07 0,10 1,12 0,28 2 0,31 0,16 0,28 1,97 0,46 3 0,27 0,16 0,30 1,87 0,96 4 0,29 0,13 0,19 1,63 0,95 5 0,30 0,09 0,13 1,00 0,32 6 0,20 0,05 0,10 0,64 0,24 total AUC 1,515 0,65 1,09 8,22 3,19 Rata-rata AUC ± SE 2,93 ± 0,35

Ekstrak Milk Thistle® 2,50%

Jam ke- 1 2 3 4 5

0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,19 0,22 0,15 0,30 0,31 2 0,40 0,38 0,28 0,61 0,58 3 0,53 0,51 0,22 0,70 0,51 4 0,56 0,60 0,17 0,62 0,46 5 0,43 0,49 0,14 0,40 0,38 6 0,37 0,37 0,10 0,24 0,27 total AUC 2,465 2,545 1,05 2,86 2,49


(71)

Ekstrak Milk Thistle® 3,75%

Jam ke- 1 2 3 4 5

0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,11 0,08 0,28 0,16 0,17 2 0,34 0,25 0,76 0,47 0,38 3 0,40 0,32 0,90 0,49 0,39 4 0,32 0,25 0,82 0,35 0,32 5 0,27 0,18 0,72 0,29 0,23 6 0,20 0,11 0,56 0,22 0,16 total AUC 1,63 1,18 4,025 1,97 1,64

Rata-rata AUC ± SE 2,09 ± 0,34

Lampiran 9. Kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit pada jam ke-0 hingga jam ke-6

Keterangan:

Kontrol positif : krim Hydrocortisone® Konsentrasi 1,67% : ekstrak Milk Thistle® 1,67% Konsentrasi 2,5% : ekstrak Milk Thistle® 2,5% Konsentrasi 3,75 : ekstrak Milk Thistle® 3,75%


(72)

Lampiran 10. Rata-rata AUC total tiap kelompok perlakuan

Kelompok Rata-rata AUC total ± SE (mm.jam) Kontrol Karagenin 11,59 ± 2,49

Kontrol Biocream® 13,05 ± 2,94 Kontrol Hydrocortisone® 2,5% 2,87 ± 0,26

Ekstrak Milk Thistle® 1,67% 2,93 ± 0,35 Ekstrak Milk Thistle® 2,5% 2,28 ± 0,56 Ekstrak Milk Thistle® 3,75% 2,09 ± 0,34

Lampiran 11. Data perhitungan persen penghambatan inflamasi (%PI) Kontrol Positif Mencit ke- AUC Kontrol Negatif Nilai AUC

Kontrol Positif %PI 1 11.59 2.23 80.80 2 11.59 3.69 68.21 3 11.59 2.45 78.91 4 11.59 2.83 75.60 5 11.59 3.15 72.87 Rata-rata %PI 75.28

Kontrol Karagenin Mencit ke- AUC Kontrol Negatif Nilai AUC

Karagenin %PI 1 11.59 2.23 47.20 2 11.59 3.69 -11.38 3 11.59 2.45 -73.37 4 11.59 2.83 38.75 5 11.59 3.15 -1.20 Rata-rata %PI 0.00

Kontrol Biocream Mencit ke- AUC Kontrol Negatif Nilai AUC

Biocream %PI 1 11.59 20.35 -75.57 2 11.59 19.62 -69.27 3 11.59 8.62 25.63 4 11.59 5.85 49.53 5 11.59 10.83 6.61


(73)

Rata-rata %PI -12.61 1,67%

Mencit AUC Kontrol

negatif Nilai AUC %PI

1 11,59 1,52 86,93

2 11,59 0,65 94,39

3 11,59 1,09 90,60

4 11,59 8,22 29,08

5 11,59 3,19 72,48

Rata-rata %PI 74.70 2,5%

Mencit AUC Kontrol negatif

Nilai

AUC %PI 1 11,59 2,47 78,73 2 11,59 2,55 78,04 3 11,59 1,05 90,94 4 11,59 2,86 75,33 5 11,59 2,49 78,52 Rata-rata %PI 80,31

3,75% Mencit AUC Kontrol

negatif

Nilai

AUC %PI 1 11,59 1,63 85,94 2 11,59 1,18 89,82 3 11,59 4,03 65,27 4 11,59 1,97 83,00 5 11,59 1,64 85,85 Rata-rata %PI 81,98


(74)

Lampiran 12. Rata-rata persen penghambatan inflamasi (%PI) tiap kelompok perlakuan dan hasil uji analisis Mann-Whitney

Kelompok Mean %PI ± SE I II III IV V VI I 0,00 ± 21,50 - TB B B B B II -12,61 ± 25,36 TB - B B B B III 75,28 ± 2,23 B B - TB TB TB IV 74,70 ± 11,99 B B TB - TB TB V 80,31 ± 2,73 B B TB TB - TB VI 81,98 ± 4,31 B B TB TB TB - Kelompok I : kontrol karagenin

Kelompok II : kontrol Biocream®

Kelompok III : kontrol positif Hydrocortisone® Kelompok IV : konsentrasi 1,67%

Kelompok V : konsentrasi 2,5% Kelompok VI : konsentrasi 3,75%

B : berbeda bermakna (p<0,05) TB : berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Lampiran 13. Uji statistik persen PI a. Tes normalitas

Descriptives

Perlakuan Statistic Std. Error

Persen PI "Kontrol Karagenin"

Mean .0000 21.49826

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -59.6887 Upper Bound 59.6887 5% Trimmed Mean 1.4539

Median -1.2000

Variance 2310.876

Std. Deviation 48.07157

Minimum -73.37

Maximum 47.20

Range 120.57

Interquartile Range 85.35

Skewness -.874 .913


(75)

"Kontrol Positif" Mean 75.2780 2.23095 95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 69.0839 Upper Bound 81.4721 5% Trimmed Mean 75.3639

Median 75.6000

Variance 24.886

Std. Deviation 4.98855

Minimum 68.21

Maximum 80.80

Range 12.59

Interquartile Range 9.31

Skewness -.506 .913

Kurtosis -.667 2.000

"Kontrol Biocream"

Mean -12.6140 25.36474 95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound -83.0378 Upper Bound 57.8098 5% Trimmed Mean -12.5689

Median 6.6100

Variance 3216.851

Std. Deviation 56.71729

Minimum -75.57

Maximum 49.53

Range 125.10

Interquartile Range 110.00

Skewness -.293 .913

Kurtosis -2.781 2.000

"Konsentrasi 1,67%"

Mean 74.6960 11.99206

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 41.4007 Upper Bound 107.9913 5% Trimmed Mean 76.1361


(76)

Median 86.9300

Variance 719.048

Std. Deviation 26.81507

Minimum 29.08

Maximum 94.39

Range 65.31

Interquartile Range 41.72

Skewness -1.760 .913

Kurtosis 3.041 2.000

"Konsentrasi 2,5%"

Mean 80.3120 2.72627

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 72.7427 Upper Bound 87.8813 5% Trimmed Mean 79.9983

Median 78.5200

Variance 37.163

Std. Deviation 6.09612

Minimum 75.33

Maximum 90.94

Range 15.61

Interquartile Range 8.15

Skewness 1.941 .913

Kurtosis 4.145 2.000

"Konsentrasi 3,75%"

Mean 81.9760 4.31502

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 69.9956 Upper Bound 93.9564 5% Trimmed Mean 82.4683

Median 85.8500

Variance 93.097

Std. Deviation 9.64869

Minimum 65.27

Maximum 89.82


(77)

Interquartile Range 13.75

Skewness -1.882 .913

Kurtosis 3.848 2.000

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

.253 30 .000 .765 30 .000 a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Kruskal Wallis

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Persen PI "Kontrol Karagenin" 5 6.00

"Kontrol Positif" 5 17.60 "Kontrol Biocream" 5 5.60 "Konsentrasi 1,67%" 5 21.20 "Konsentrasi 2,5%" 5 20.40 "Konsentrasi 3,75%" 5 22.20

Total 30

Test Statisticsa,b Persen PI Chi-square 18.972

df 5

Asymp. Sig. .002 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan


(78)

c. Uji Mann-Whitney

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Karagenin" 5 5.60 28.00 "Kontrol Biocream" 5 5.40 27.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000

Z -.104

Asymp. Sig. (2-tailed) .917 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] 1.000a Ranks Perlakuan N Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Karagenin " 5 3.00 15.00 "Kontrol Positif " 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(79)

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Positif" 5 8.00 40.00 "Kontrol Biocream" 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .008a Ranks Perlakuan N Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Karagenin" 5 3.40 17.00 "Konsentrasi 1,67%" 5 7.60 38.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000

Z -2.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(80)

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Karagenin" 5 3.00 15.00 "Konsentrasi 2,5%" 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .008a Ranks Perlakuan N Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Karagenin" 5 3.00 15.00 "Konsentrasi 3,75%" 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(81)

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Positif" 5 8.00 40.00 "Kontrol Biocream" 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .008a Ranks Perlakuan N Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Biocream" 5 3.20 16.00 "Konsentrasi 1,67%" 5 7.80 39.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 16.000

Z -2.402

Asymp. Sig. (2-tailed) .016 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(1)

N Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Biocream" 5 3.00 15.00 "Konsentrasi 2,5%" 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.008a

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Biocream" 5 3.00 15.00 "Konsentrasi 3,75%" 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(2)

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Positif" 5 4.80 24.00 "Konsentrasi 1,67%" 5 6.20 31.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.548a

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Positif" 5 4.80 24.00 "Konsentrasi 2,5%" 5 6.20 31.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(3)

N Rank Sum of Ranks Persen PI "Kontrol Positif" 5 4.00 20.00 "Konsentrasi 3,75%" 5 7.00 35.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.567

Asymp. Sig. (2-tailed) .117 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.151a

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Konsentrasi 1,67%" 5 5.60 28.00 "Konsentrasi 2,5%" 5 5.40 27.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.104

Asymp. Sig. (2-tailed) .917 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(4)

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks Persen PI "Konsentrasi 1,67%" 5 6.00 30.00 "Konsentrasi 3,75%" 5 5.00 25.00

Total 10

Test Statisticsb

Persen PI Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.522

Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.690a

Ranks Perlakuan

N

Mean

Rank Sum of Ranks PersenPI "Konsentrasi 2,5%" 5 4.80 24.00 "Konsentrasi 3,75%" 5 6.20 31.00

Total 10

Test Statisticsb

PersenPI

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]


(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Milk Thistle® pada Edema Punggung Mencit

Betina Terinduksi Karagenin” memiliki nama lengkap

Farra Ayu Efariyanti yang merupakan anak sulung dari pasangan Fadillah Zaman Ali dan Ely wati. Penulis lahir di Lampung tepatnya di Metro pada 8 Desember 1994. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu mengawali masa pendidikannya di TK Pertiwi Metro Lampung (1998-2000), kemudian melanjutkan pendidikan di SD Pertiwi Teladan Metro Lampung (2000-2006). Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat pertama ditempuh penulis di SMP N 4 Metro Lampung (2006-2009), Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMA N 3 Metro Lampung (2009-2012). Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012.

Selama menempuh kuliah, penulis pernah tergabung dalam kepanitiaan TITRASI sebagai anggota (2013), sie perlengkapan Pemilihan BEMF dan DPMF Farmasi (2014), coordinator sie acara Donor Darah (2014), sie perlengkapan Kegiatan Pengambilan Sumpah / Janji Apoteker Angkatan XXVIII (2015). Selain kepanitiaan penulis juga pernah menjadi asisten praktikum compounding