Analisis Semiotik terhadap Lagu-lagu dan Video Klip Didi Kempot SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PENGALAMAN DAN EKSPRESI KESEDIHAN

  

Analisis Semiotik terhadap Lagu-lagu dan Video Klip Didi Kempot

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Alfonsa Maria Theoterra Yoshanti

  

039114019

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

  Dedicated to: My beloved Papi, Andreas A.Susanto Who always believe in me

  Dedicated to: My beloved Papi, Andreas A.Susanto Who always believe in me

  

ABSTRAK

PENGALAMAN DAN EKSPRESI KESEDIHAN

Analisis Semiotik terhadap Lagu-lagu dan Video Klip Didi Kempot

Alfonsa Maria Theoterra Yoshanti

  Lagu-lagu campursari yang dipopulerkan oleh Didi Kempot banyak mengusung tema kisah cinta yang sedih. Kesedihan itu dikisahkan lewat lirik lagunya dan semakin ditegaskan dengan ekspresi wajah dan gerak tubuh dalam video klipnya. Pengalaman dan ekspresi kesedihan yang disajikan sedemikian rupa dalam video klip dan lagu-lagu Didi Kempot sangat kontras jika dibandingkan dengan penampilannya yang sangat maskulin. Kontradiksi ini mengacu pada tradisi maskulin dalam kehidupan sosial, dimana laki-laki dianggap tidak maskulin jika mengalami dan mengekspresikan emosi yang dianggap ‘milik’ dimensi feminin yaitu emosi sedih. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kesedihan dialami dan diekspresikan oleh laki- laki, yang dalam penelitian ini ditampilkan oleh Didi Kempot lewat lagu-lagu dan video klipnya. Selain itu, melalui penelitian ini juga dapat diketahui dinamika antara kesedihan dan maskulinitas.

  Penelitian ini menggunakan lirik lagu dan video klip Didi Kempot sebagai obyek penelitian. Adapun kriterianya adalah: (1) lagu yang dipopulerkan oleh Didi Kempot, (2) memiliki tema kesedihan, (3) aransemen asli, tidak termasuk lagu-lagu pop Indonesia yang disadur dalam bahasa Jawa, maupun lagu-lagu versi

  

remix atau house music. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

  metode analisis semiotik. Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik simak dan catat.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kesedihan pada lagu- lagu Didi Kempot disebabkan karena kehilangan sang kekasih, sementara sikap terhadap kesedihan itu dapat dikatakan sebagai sikap yang pasif. Ekspresi kesedihan ditunjukkan lewat ekspresi fasial, gestural, dan postural seperti dahi berkerut, tatapan mata yang sayu, tangan menyentuh dada, dan badan yang membungkuk. Keberanian Didi Kempot dalam menyajikan pengalaman dan ekspresi kesedihan dapat dinyatakan sebagai wujud maskulinitas yang baru, yang tetap mempertahankan sifat tegar, kuat, dan percaya diri namun di sisi lain juga

  

PENGALAMAN DAN EKSPRESI KESEDIHAN

Analisis Semiotik terhadap Lagu-lagu dan Video Klip Didi Kempot

Alfonsa Maria Theoterra Yoshanti

ABSTRAK

  Lagu-lagu campursari yang dipopulerkan oleh Didi Kempot banyak mengusung tema kisah cinta yang sedih. Kesedihan itu dikisahkan lewat lirik lagunya dan semakin ditegaskan dengan ekspresi wajah dan gerak tubuh dalam video klipnya. Pengalaman dan ekspresi kesedihan yang disajikan sedemikian rupa dalam video klip dan lagu-lagu Didi Kempot sangat kontras jika dibandingkan dengan penampilannya yang sangat maskulin. Kontradiksi ini mengacu pada tradisi maskulin dalam kehidupan sosial, dimana laki-laki dianggap tidak maskulin jika mengalami dan mengekspresikan emosi yang dianggap ‘milik’ dimensi feminin yaitu emosi sedih. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kesedihan dialami dan diekspresikan oleh laki- laki, yang dalam penelitian ini ditampilkan oleh Didi Kempot lewat lagu-lagu dan video klipnya. Selain itu, melalui penelitian ini juga dapat diketahui dinamika antara kesedihan dan maskulinitas.

  Penelitian ini menggunakan lirik lagu dan video klip Didi Kempot sebagai obyek penelitian. Adapun kriterianya adalah: (1) lagu yang dipopulerkan oleh Didi Kempot, (2) memiliki tema kesedihan, (3) aransemen asli, tidak termasuk lagu-lagu pop Indonesia yang disadur dalam bahasa Jawa, maupun lagu-lagu versi

  

remix atau house music. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

  metode analisis semiotik. Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik simak dan catat.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kesedihan pada lagu- lagu Didi Kempot disebabkan karena kehilangan sang kekasih, sementara sikap terhadap kesedihan itu dapat dikatakan sebagai sikap yang pasif. Ekspresi kesedihan ditunjukkan lewat ekspresi fasial, gestural, dan postural seperti dahi berkerut, tatapan mata yang sayu, tangan menyentuh dada, dan badan yang membungkuk. Keberanian Didi Kempot dalam menyajikan pengalaman dan ekspresi kesedihan dapat dinyatakan sebagai wujud maskulinitas yang baru, yang tetap mempertahankan sifat tegar, kuat, dan percaya diri namun di sisi lain juga sensitif dan peka terhadap emosinya sendiri. Kata Kunci: Didi Kempot, Pengalaman dan Ekspresi Kesedihan, Maskulinitas.

  

THE EXPERIENCE AND EXPRESSION OF SADNESS

A Semiotic Analysis toward Didi Kempot’s Songs and Clips

Alfonsa Maria Theoterra Yoshanti

ABSTRACT

  Most of campursari songs, which are popularized by Didi Kempot perform

a sad love story theme. The sadness is described by its lyric and is more

confirmed by facial expression and gestures in its musical video. The experience

and expression of sadness performed in the musical video is somehow in contrast

to Didi Kempot masculine physical appearance. This contradiction refers to the

masculine tradition in the society where man is considered not to be masculine if

he experiences and express such an emotion which belongs to feminine dimension,

which is, sadness. Therefore, this research is intended to find out how sadness is

experienced and expressed by men, which in the research is represented by Didi

Kempot through his songs and musical videos. In addition, through this research,

the dynamics between sadness and masculinity is discovered as well.

  The object of this research are Didi Kempot’s song lyrics and musical

video. The criteria of which is: (1) it’s popularized by Didi Kempot, (2) its theme

is sadness, (3) it has original arrangement, not to include Indonesian pop songs

which were translated to Javanese, or its remix version or house music. This is a

qualitative research with a semiotic analysis method. Data collecting process was

done by refer and record technique.

  The result of the research shows that the experience of sadness in Didi

Kempot songs is caused by loosing someone who is loved. The attitude towards

the sadness can be categorized as a passive attitude. The expression of sadness is

shown by facial expression, gestures, and postures, such as frown, glaucous,

touching chest with hand, and bent body. Didi Kempot’s courage in performing

the experience and expression of sadness can be stated as a new form of

masculinity, in which keeping the character of tough, strong, and confidence, yet

sensitive to his own emotion in other way.

  Keywords: Didi Kempot, Experience and Expression of Sadness, Masculinity.

  KATA PENGANTAR Tibalah saat yang paling membahagiakan dari seluruh proses penyusunan skripsi: menulis Kata Pengantar. Penulisan skripsi ini sungguh merupakan suatu proses pendewasaan yang pada akhirnya proses itu hanyalah awal dari berbagai proses pendewasaan selanjutnya.

  Bermula dari keinginan peneliti untuk menyajikan suatu penelitian yang berbeda, maka peneliti mengangkat tema tentang kesedihan dan maskulinitas.

  Peneliti juga memberanikan diri untuk menggunakan metode analisis semiotik, yang belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya pada Fakultas Psikologi USD.

  Untuk semua pihak yang berperan dalam proses pendewasaan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk:

  1. Bapak A.Supratiknya, terima kasih banyak atas bimbingan serta pendampingan selama saya berproses, dan atas kehormatan dan kebanggaan menjadi salah satu mahasiswa bimbingan Bapak.

  2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, terima kasih atas jam-jam perkuliahan inspiratif yang saya ikuti selama menjadi mahasiswa, yang membuat saya tertantang untuk lebih banyak membaca. Terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi salah satu penguji bagi skripsi saya.

3. Ibu Sylvia Carolina MYM., terima kasih atas kesabaran dan senyum yang

  selalu dibutuhkan para mahasiswa, dan terima kasih atas kesediaan Ibu

4. Tangan dan senyum yang selalu membantu dalam segala urusan teknis di Fakultas Psikologi: Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Doni.

  5. Penggemar Didi Kempot nomor wahid, yang memberikan dukungan dan apresiasi tiada henti: Mas Muji. Mas, saatnya menentukan pilihan: Didi Kempot atau David Beckham? 6. Dua orang terhebat dalam hidup, yang kasih sayang dan pengorbanannya layak mendapat piala: kedua orangtuaku Bapak C. Teguh Dalyono dan Ibu

C. Indah Retnowati.

  7. Kakak dan sahabat tercinta, jam weker di waktu pagi, jaket di siang hari, dan selimut di malam hari: my duddie dudders, AY.Adventa Pramushanti.

  8. A man with a sharp and brilliant mind, my beloved Papi: Andreas A.

  Susanto. Your patience and support definitely contributed many to the completion of my thesis.

  9. Doa dan semangat yang selalu menyertai dari Pakdhe Romo Y.Puryanto, SCJ.

  10. Kehangatan dan keceriaan yang selalu hadir setiap kita semua berkumpul: Eyang, Pakdhe-budhe, Oom-tante, dan RemAh Martowidjojo.

  11. Sahabat yang lucu dan baik hati, Maria Goreti Tri Yuliasari a.k.a Gothe.

  Bersamanya hari-hari kuliah menjadi lebih menyenangkan, terlebih karena

  Betapa ini sangat berarti, membagi gelisah dengan

  hadirnyaberbagai ‘suasana’. (

  dirimu oh kawan

  • – PADI) 12.

  13. Teman diskusi yang tidak saja rela membukakan pintu rumahnya untuk disambangi sewaktu-waktu, namun juga pintu hati dan telinganya demi mendengar segala keluh: Agatha Dewan Ayu Budaya.

  14. Teman seperjuangan yang sudah dibuat repot oleh segala ketidaktahuanku akan skripsi: Inung, Ayu, Ita. Sepertinya memang harus diadakan bimbingan ‘skripsi for dummies’ deh.

  15. Ibu Maya a.k.a Haksi dan Pak Siswo atas buku-buku tentang Jawa yang menyelamatkan.

  16. Teman-teman yang asik berserta gosip-gosipnya yang ciamik: Memey,

  Wedha, Nia. Mari kita update sekarang juga! 17.

  Semua pengalaman berharga, yang diberikan oleh teman-teman di Marching

  Band Universitas Gadjah Mada dan Marching Band UPN Veteran Yogyakarta. Sungguh sebuah kehormatan dan kenangan yang tidak akan

  lewat begitu saja… 18. Sang Mellophone player dengan bakat yang memukau dan selera humor yang istimewa, Sulka Wijaya. Disadari atau tidak, kau memberiku semangat sobat! 19. Pertolongan dan semangat dalam sekeping koin dari Romo Bambang

  Widiyatmoko, Pr yang hadir tepat pada waktunya. Sekarang saya bisa bertemu Romo dengan penuh percaya diri.

  20. Terakhir, untuk Dia yang telah menuliskan segalanya. Terima kasih telah membuatku percaya akan perhatianMu yang tidak mengecewakan dan

DAFTAR ISI

  11 1. Pengertian dan Konsep Emosi……………………………

  18

  18 1.

  17 B. Ekspresi Emosi……………………………………………….

  15 4. Pengalaman Emosi……………………………………….

  13 3. Fungsi Emosi…………………………………………….

  11 2. Pendekatan dalam Memahami Emosi……………………

  HALAMAN JUDUL………………………………………………… i HA LAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………….. iv HALAMAN PERNYATAAN……………………………………….. v ABSTRAK…………………………………………………………... vi ABSTRACT…………………………………………………………. vii

  HALAMAN PERSETU JUAN PUBLIKASI………………………... viii KATA PENGANTAR……………………………………………….. ix

  9 BAB II. TINJAUAN TEORI ……………………………………….

  9 D. Manfaat Penelitian……………………………………………

  8 C. Tujuan Penelitian……………………………………………..

  1 B. Permasalahan…………………………………………………

  1 A. Latar Belakang……………………………………………….

  BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………....

  DAFTAR ISI………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL…………………………………………………… xvi

  11 A. Emosi…………………………………………………………

  3.1 Klasifikasi Pesan Nonverbal …………………………..

  Musik dan Lagu…………………………………………..

  56 J. Kesedihan dan Maskulinitas dalam Lagu Didi Kempot……...

  55 2. Makna Konotasi, Makna Denotasi, dan Mitos…………...

  54 1. Tanda, Penanda, dan Petanda…………………………….

  53 I. Semiotik………………………………………………………

  50 2. Posisi Didi Kempot dalam Penelitian…………………….

  Sejarah Hidup Didi Kempot……………………………...

  46 H. Didi Kempot…………………………………………………. 50 1.

  44 2. Perkembangan Musik Campursari……………………….

  44 1. Keroncong dan Lahirnya Musik Campursari…………….

  41 G. Campursari……………………………………………………

  39 3. Lirik Lagu sebagai Puisi………………………………….

  38 2. Lirik Lagu………………………………………………...

  Musik, Lagu, dan Lirik Lagu……………………………….... 38 1.

  21 C. Kesedihan…………………………………………………….

  35 E. Tinjauan Umum Mengenai Karakteristik Gender dan Emosi dalam B udaya Jawa………………………………………….. 36 F.

  34 3. Emosi Maskulin – Feminin……………………………….

  33 2. Sifat Maskulin – Feminin………………………………....

  1.3 Teori Belajar………………………………………….

  1.2 Teori Perkembangan Kognitif……………………….. 32

  31

  1.1 Psikoanalisis………………………………………….

  30

  29 1. Teori Perkembangan Identitas Gender…………………...

  29 D. Maskulinitas………………………………………………….

  26 3. Ekspresi Kesedihan………………………………………

  25 2. Kesedihan dan Depresi…………………………………...

  25 1. Pengertian dan Konsep Kesedihan……………………….

  59

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...........................................

  61 A.

  61 Jenis Penelitian………………………………………………..

  B.

  62 Obyek Penelitian……………………………………………...

  C.

  63 Fokus Penelitian……………………………………………… D.

  64 Sumber dan Jenis Data………………………………………..

  E.

  65 Proses Pengambilan Data………………………………….....

  F.

  66 Metode Analisis Data………………………………………...

  1.

  67 Analisis Isi………………………………………………..

  2.

  71 Analisis Semiotik………………………………………… G.

  71 Keabsahan Data……………………………………………… 1.

  71 Kredibilitas……………………………………………….

  2.

  73 Dependabilitas……………………………………………

  BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  74 ……………….

  A.

  74 Analisis Data………………………………………………… 1. Lagu-lagu yang Liriknya Memperlihatkan Tema-tema

  74 Kesedihan…………………………………………….......

  2.

  76 Analisi Isi………………………………………………… 3.

  76 Analisis Semiotik………………………………………… B. 120 Hasil Analisis Data…………………………………………...

  1.

  120 Hasil Analisis Isi………………………………………….

  2.

  122 Hasil Analisis Semiotik…………………………………..

  3.

  129 Ringkasan Hasil Analisis Data…………………………...

  C.

  131 Pembahasan…………………………………………………..

  1. Pengalaman Kesedihan dalam Lirik Lagu-lagu 131 Didi Kempot……………………………………………...

  2. Ekspresi Kesedihan dalam Video Klip Lagu-lagu 140 Didi Kempot……………………………………………...

  3.

  145

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 160 …………………………….. A.

  160 Kesimpulan…………………………………………………...

  B.

  162 Keterbatasan Penelitian……………………………………….

  C.

  163 Saran…………………………………………………………. DAFTAR PUS

  164 TAKA…………………………………………………

  LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel1. Sifat Maskulin – Feminin…………………………………....

  35 Tabel2. Peta Tanda Roland Barthes…………………………………..

  57 Tabel3. Daftar Lagu dan Video Klip Didi Kempot…………………..

  65 Tabel4. Penjela san Tabel Analisis Data Verbal……………………… 68-69

  Tabel5. Penjelasan Tabel Analisis Data Nonverbal ………………….

  70 Tabel6. Daftar Lagu-lagu yang Memiliki Tema Kesedihan …………..

  75 Tabel7. Tema Kesedihan pada Masing-masing Lagu …………………

  121 Tabel8. Penanda dan Petanda Konotatif pada Masing-masing Lagu

  … 123-128

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Segala sesuatu yang disaksikan, dialami, dan direnungkan tentang

  kehidupan dapat dituangkan dalam berbagai bentuk seni, salah satunya seni musik yang termasuk di dalamnya adalah lagu. Sebuah lagu merupakan produk karya seni yang tidak semata-mata berurusan dengan masalah estetika saja, melainkan ada nilai-nilai di dalamnya yang terkait dengan pengupayaan suatu realitas sosial tertentu. Oleh karena itu, lagu merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk memahami suatu realitas.

  Selain terdiri dari komposisi nada-nada, sebuah lagu mempunyai wujud bahasa (verbal) dalam bentuk lirik lagu dan wujud visual (nonverbal) dalam bentuk video klip. Dengan demikian, musik dan lagu pada hakikatnya merupakan suatu ungkapan atau ekspresi si penyanyi atau penulis lagu terhadap realita dan kehidupan di sekitarnya.

  Salah satu jenis musik yang populer, terutama di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, adalah campursari. Musik jenis ini memang sangat akrab di telinga masyarakat Jawa terutama kelas menengah ke bawah. Begitu akrab dan tenarnya sehingga musik campursari masih terdengar dimana-mana hingga kini. Maka tidaklah mengherankan jika ketika bepergian menumpang bus antarkota, singgah di warung kaki lima, atau menghadiri pesta perangkat pemutar musik, organ tunggal, atau dibawakan langsung oleh orkes campursari.

  Campursari sendiri merupakan jenis musik yang menggabungkan alat-alat musik tradisional (gamelan) dan alat-alat musik modern (keyboard, gitar elektrik, bass, dan drum). Munculnya jenis musik campursari telah mendobrak pakem irama musik keroncong termasuk jenis-jenis seni keroncong yang di dalamnya terdapat langgam, stambul, serta keroncong asli sendiri (Suparno, t

  .t.). Kata „campursari‟ sendiri diambil dari kata „campur‟ yang berarti bergabungnya beberapa alat musik, baik tradisional maupun modern, dan kata „sari‟ yang berarti penggabungan tadi menghasilkan jenis irama khas, rancak, dan enak untuk dinikmati (Suparno, t.t.).

  Salah satu generasi baru seniman campursari yang cukup fenomenal adalah Didi Kempot. Pria kelahiran Solo, 31 Desember 1966 ini bernama asli Didi Prasetyo. Ayahnya adalah Ranto Edi Gudhel, pelawak terkenal asal Solo, dan kakaknya adalah pelawak Mamiek Prakosa yang lebih dikenal dengan nama „Mamiek Srimulat‟.

  Nama besar dan popularitas Didi Kempot tidak datang begitu saja. Didi Kempot merintis kariernya sebagai seorang pengamen jalanan bersama teman- temannya dalam Kelompok Penyanyi Trotoar (kata „Kempot‟ di belakang namanya adalah kependekan dari Kelompok Penyanyi Trotoar).

  Kehidupan jalanan yang merupakan kehidupan kelas menengah ke bawah adalah lingkungannya sehari-hari. Maka tidaklah mengherankan jika lagu- menengah ke bawah, demikian juga dengan lirik lagunya menggunakan bahasa Jawa ngoko (Gani & Chandra, 2007).

  Tema lagu yang sederhana dan nuansa musik yang khas membuat lagu-lagu Didi Kempot menjadi populer dan disukai. Didi Kempot membaurkan semua jenis musik mulai dari keroncong, dangdut, pop, hingga slowrock. Oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa jenis musik Didi Kempot lebih tepat disebut pop jawa atau congdut (keroncong dangdut) daripada campursari klasik ala Manthous. Meski demikian, di tangan Didi Kempot musik campursari menjadi lebih disukai terutama karena menggunakan irama musik dangdut. Seperti yang ditulis oleh Bre Redana (2002), mengenai pembauran beberapa jenis musik tersebut:

  

“Itu semua dimungkinkan oleh perkembangan teknologi

musik, tentunya juga oleh potensi orang seperti Didi

Kempot ini. Dia seakan sudah tidak ambil pusing lagi

dengan persoalan teknis seperti penggunaan instrumen.

Perhatian tertumpah penuh pada semangat lagu-lagunya,

yakni semangat „kampungan‟, „norak‟, ‟edan-edanan‟,

‟main-main‟ ”.

  Meski menyajikan tema-tema yang sederhana, lagu-lagu Didi Kempot kaya akan kode-kode sosial yang menggambarkan relasi perempuan dan laki-laki (Gani & Chandra, 2007). Seperti dalam salah satu lagunya yang ber judul „Tangise Ati‟. Dalam lagu itu, perempuan dipandang juga sebagai sumber utama kesedihan (heartbreaker) dengan mengakhiri hubungan cinta secara sepihak. Di sisi lain, laki-laki cenderung tidak berdaya dan selalu

  Sifat, peran, serta posisi laki-laki dan perempuan yang ditampilkan dalam lagu-lagu Didi Kempot menunjukkan perbedaan gender yang selama ini dikonstruksi oleh masyarakat secara sosial maupun kultural. Istilah gender merujuk pada suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Kasiyan, 2008).

  Konsep gender yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat lantas menghasilkan suatu standardisasi pelabelan laki-laki dan perempuan dalam konteks sosial, atau dengan kata lain menghasilkan sebuah konsep mengenai stereotip gender. Stereotip gender adalah terminologi

  „kebiasaan‟ atau ‟kepantasan‟ perihal sifat serta perilaku laki-laki dan perempuan di masyarakat. Artinya hal- hal apa yang „pantas‟ dan „biasa‟ dilakukan oleh perempuan dimaknai sebagai stereotip feminin. Sedangkan hal-hal yang dianggap „pantas‟ dan „biasa‟ dilakukan laki-laki dimaknai sebagai stereotip maskulin (Kasiyan, 2008).

  Stereotip maskulin yang senantiasa dilekatkan pada laki-laki menjelma dalam serangkaian sifat yang cenderung positif, seperti: rasional, tegar, kuat, mandiri, tegas, dan dominan. Sementara itu stereotip feminin yang dilekatkan pada perempuan menjelma dalam bentuk serangkaian sifat yang cenderung dianggap negatif, seperti: emosional, lemah, halus, tergantung (dependen), tidak tegas, dan submisif.

  Maskulinitas sendiri juga disebut sebagai manhood atau „kelelakian‟, dengan kata lain maskulinitas merupakan konstruksi kelelakian terhadap laki-laki. Secara umum, maskulinitas tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan, kekuasaan, ketabahan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan laki-laki, dan kerja. Di antara yang dipandang rendah adalah hubungan interpersonal, kemampuan verbal, kehidupan domestik, kelembutan, komunikasi, perempuan, dan anak-anak (Barker, 2005).

  Penelitian yang dilakukan Brody dan Hall (dalam Lewis (Ed), 2008) mengenai perbedaan gender dalam hal emosi menunjukkan bahwa ada perbedaan frekuensi dalam mengalami dan mengekspresikan emosi antara laki-laki dan perempuan. Sementara Plant, dkk (2000) menemukan bahwa beberapa emosi seperti gembira, malu, takut, dan sedih dipandang lebih sering dialami dan diekspresikan oleh perempuan (emosi feminin) sedangkan emosi seperti bangga, marah, dan jijik adalah emosi yang lebih sering dialami dan dirasakan oleh laki-laki, atau dengan kata lain dikelompokkan dalam emosi maskulin (Aloge, 2000).

  Dalam kehidupan sosial, dengan tradisi maskulin yang semacam ini, laki-laki dianggap gagal jika mereka tidak maskulin, salah satunya jika laki- laki berpenampilan lemah dan emosional, khususnya jika laki-laki mengalami emosi yang dianggap „milik‟ dimensi feminin yaitu emosi sedih. Kesedihan, sebagai salah satu emosi, adalah perasaan yang dialami orang lain atau lingkungan, serta jika gagal mencapai tujuan. Izard (dalam Strongman, 2003) mengemukakan bahwa kesedihan lebih merupakan suatu pengalaman yang dapat menimbulkan keputusasaan, kesepian, dan keterpisahan. Penyebab khususnya adalah kejadian dalam hidup sehari-hari manusia, terutama kejadian-kejadian yang melibatkan unsur kehilangan.

  Menurut Parrot (dalam Sloboda & Juslin, 2001), kesedihan merupakan salah satu emosi dasar (basic emotion) yang dimiliki manusia selain cinta, marah, terkejut, dan takut. Frijda (dalam Prawitasari, 1995) mengemukakan bahwa emosi lebih merupakan pengalaman internal dan bukan hanya sekedar kata yang dilabelkan padanya. Dengan kata lain setiap orang dapat mengalami suatu emosi tertentu, namun makna dan intensitas dari emosi itu berbeda-beda demikian juga cara atau ekspresi emosinya.

  Ekspresi emosi adalah cara untuk mengkomunikasikan emosi seseorang pada orang lain lewat komunikasi verbal maupun nonverbal (Widiyanto, 2001). Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan bahasa baik bahasa lisan maupun tulis. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi menggunakan gerak tubuh dan tangan, juga melalui ekspresi wajah.

  Lirik lagu-lagu Didi Kempot banyak menunjukkan ekspresi kesedihan. Misalnya dalam salah satu lagu yang berjudul „Parangtritis‟:

  rasane kepingin nangis/ yen kelingan parangtritis...

  atau dalam lagu „Stasiun Balapan‟ secara jelas diungkapkan bahwa dirinya meneteskan air mata: ra Ekspresi wajah dan gerak tubuh Didi Kempot dalam video klipnya semakin menegaskan kesedihan yang sedang dirasakannya. Dalam video klipnya Didi Kempot sering menutup kelopak mata dan menengadahkan wajah yang menandakan kepasrahannya menghadapi peristiwa sedih yang ia alami. Bahkan tanpa malu-malu dia pun menangis dalam salah satu video klipnya.

  Apa yang disajikan Didi Kempot dalam video klip dan lagu-lagunya sangat kontras jika dibandingkan dengan penampilan dan perawakannya yang sangat maskulin. Didi Kempot yang tampil gagah, berkulit gelap, berambut gondrong, mengenakan jaket dan celana kulit, dan dalam salah satu video klipnya mengendarai „motor besar‟, secara keseluruhan menampilkan citra maskulin.

  Dalam banyak kasus, penelitian dan kajian yang bertemakan persoalan gender cenderung mengetengahkan topik tentang persoalan perempuan dan dikaji berdasarkan perspektif perempuan (feminin) saja sehingga kurang didapat gambaran komparatifnya dengan gender laki-laki.

  Berangkat dari stereotip gender yang menggolongkan emosi sedih sebagai emosi feminin, maka penelitian ini mencoba menghadirkan sosok laki-laki yang (sama seperti perempuan) juga mengutamakan perasaannya.

  Melalui penelitian ini, permasalahan yang akan dijawab adalah bagaimanakah emosi sedih dialami dan diekspresikan oleh laki-laki, yang dalam penelitian ini ditampilkan oleh Didi Kempot lewat lagu-lagu dan video akan ditempatkan pada konteks maskulinitas. Oleh karena itu penelitian ini juga akan menjawab pertanyaan mengenai dinamika antara kesedihan dan maskulinitas.

  Pengalaman kesedihan akan diteliti lewat lirik pada lagu-lagu Didi Kempot (verbal ) sedangkan ekspresi kesedihan akan diamati lewat potongan adegan atau scene (nonverbal) dalam video klip Didi Kempot. Dengan demikian lirik lagu-lagu dan video klip Didi Kempot menjadi data penelitian.

  Dalam penelitian ini, lirik lagu akan diperlakukan sebagai puisi. Hal ini sangat memungkinkan karena pada dasarnya penulisan lirik lagu mengikuti kaidah-kaidah penyusunan puisi terutama dalam penggunaan kata- kata yang bersifat puitis (Pradopo, 2005).

  Selain itu, penelitian ini juga mencoba menambah keragaman penelitian psikologi dari segi metode dengan menggunakan lirik lagu dan video klip sebagai data penelitian serta menggunakan semiotik sebagai metode analisis datanya.

B. PERMASALAHAN

  Permasalahan yang ingin dijawab lewat penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan inti dari penelitian ini adalah: (1) bagaimana emosi sedih dialami dan diekspresikan oleh laki-laki, yang dalam penelitian ini ditampilkan Didi Kempot lewat lagu-lagu dan video klipnya, serta (2) bagaimana kaitan antara pengalaman dan ekspresi

  Untuk mengetahui bagaimana pengalaman dan ekspresi kesedihan serta kaitan antara kesedihan dan maskulinitas, terdapat beberapa pertanyaan turunan dalam penelitian ini, yaitu: (a) situasi dan tindakan apakah yang menyebabkan munculnya emosi sedih dalam diri Didi Kempot? (b) bagaimanakah Didi Kempot menyikapi kesedihan yang dirasakannya? (c) bagaimanakah ekspresi kesedihan diungkapkan secara nonverbal lewat klip lagu-lagu Didi Kempot? (d) apa saja tanda-tanda maskulinitas yang tampak pada video klip Didi Kempot? (e) makna apakah yang terkandung dalam tanda-tanda tersebut? dan (f) bagaimana tanda-tanda tersebut bekerja dalam kaitannya dengan kesedihan?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana emosi sedih dialami dan diekspresikan oleh laki-laki, yang dalam penelitian ini ditampilkan oleh Didi Kempot lewat lagu-lagu dan video klipnya, serta untuk mengetahui bagaimana dinamika antara kesedihan dan maskulinitas.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  Secara umum, manfaat penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

  Penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana yang meninjau pengalaman sosial, budaya, dan psikologi. Penggunaan maskulinitas sebagai konsep terkait juga dapat memberikan sumbangan bagi teori-teori psikologi khususnya dalam hal emosi.

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini dapat memberikan alternatif cara bersikap bagi laki- laki dimana laki-laki tidak perlu takut dan malu untuk dapat mengalami dan mengekspresikan kesedihannya.

  Selain itu, dengan menggunakan analisis semiotik, yang tidak banyak dilakukan untuk penelitian psikologi, penelitian ini dapat menjadi alternatif penelitian psikologi dengan menggunakan metode semiotik.

BAB II TINJAUAN TEORI A. EMOSI 1. Pengertian dan Konsep Emosi Emosi merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-

  hari, sering terdengar kata „emosi‟ diucapkan oleh hampir setiap orang pada berbagai kesempatan. Kata „emosi‟ memang akrab dengan kehidupan sehari-hari,namun penggunaannya cenderung diartikan secara negatif. Emosi dianggap sebagai hal yang berkonotasi dengan kemarahan atau hal-hal yang merugikan orang lain, padahal emosi sangat bermanfaat dan dapat memberi warna pada kehidupan manusia.

  „Kesalahan‟ seperti di atas memang tidak bisa dihindari karena emosi merupakan sesuatu yang sangat kompleks, sehingga emosi tidak memiliki satu pengertian yang dapat dipahami dan diterima secara universal. Salah satu upaya menyelidiki definisi emosi adalah dengan memperhatikan asal katanya atau etimologi emosi. Kata „emosi‟ berasal dari bahasa Latin emovere

  , yang terdiri dari kata ‟e‟ berarti keluar dan ‟movere‟ berarti gerak. Dengan demikian secara sederhana emosi dapat dirumuskan sebagai gerak keluar atau gerak menjauh dari-. Namun upaya ini tidak cukup menjelaskan kompleksitas emosi, sehingga mendorong para ahli dan peneliti untuk terus berupaya merumuskan definisi dan konsep emosi.

  Pada awal sejarah psikologi, William James (dalam Dayakisni, 2004) merumuskan emosi sebagai hasil dari reaksi terhadap sebuah stimulus. Kemudian Buck (dalam Dayakisni, 2004) menyempurnakan definisi emosi sebagai perasaan mendalam yang diikuti adanya perubahan elemen kognitif maupun fisik dan mempengaruhi perilaku.

  Konsep emosi lainnya juga dikemukakan oleh Sloman (t.t). Menurut Sloman, emosi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang melibatkan seluruh aktifitas kognitif lainnya seperti memori, presepsi, evaluasi, dan pemecahan masalah. Sedangkan Kleinginna dan Kleinginna (sebagaimana dikutip oleh Sloboda & Juslin, 2001) mencoba menemukan definisi emosi yang terdapat dalam 92 buah buku, artikel, kamus, dan sumber-sumber lain. Mereka menemukan bahwa emosi merupakan suatu interaksi yang kompleks antara faktor subyektif dan obyektif dan dihubungkan oleh sistem saraf dan hormonal, yang dapat (a) membangkitkan pengalaman afektif, (b) menimbulkan proses kognitif, (c) mengaktifkan penyesuaian fisiologis yang luas terhadap situasi yang menggerakkan, (d) membawa pada tingkah laku yang ekspresif, bertujuan, dan adaptif.

  Ortony, dkk (dalam Guerrero dan Andersen, 1997) mendefinisikan emosi sebagai keadaan mental spesifik yang berfokus pada afek. Dengan behavioral. Meski demikian, menurut Scherer (dalam Guerrero dan Andersen, 1997) komponen kognitif dan behavioral termasuk dalam komponen yang membentuk emosi selain komponen fisiologis dan faktor kesiapan aksi.

  Selain definisi di atas, masih terdapat banyak sekali definisi emosi yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa emosi merupakan fenomena yang sangat kompleks. Namun, semua definisi di atas memiliki kesamaan bahwa emosi merupakan keadaan internal yang melibatkan unsur afektif, kognitf, behavioral, dan perubahan fisiologis yang kesemuanya membawa pada tingkah laku yang ekspresif, bertujuan, dan adaptif.

2. Pendekatan dalam Memahami Emosi

  Cara-cara individu dalam mengalami dan mengekspresikan emosi sangat membantu untuk merumuskan konsep emosi dan membedakannya.

  Menurut Sloboda & Juslin (2001), ada beberapa pendekatan untuk memahami emosi yaitu pendekatan kategorial, pendekatan dimensional, dan pendekatan prototip.

  a.

  Pendekatan Kategorial Menurut pendekatan kategorial, emosi dibagi menjadi beberapa kategori yang berbeda satu sama lain, yang disebut basic emotions (emosi-emosi dasar). Basic emotions adalah suatu konsep yang mengasumsikan bahwa terdapat beberapa emosi yang bersifat asli dan

  Emosi-emosi dasar tersebut adalah gembira, marah, sedih, takut, dan jijik.

  b.

  Pendekatan Dimensional Jika pendekatan kategorial menitikberatkan pada karakteristik yang membedakan emosi satu dengan yang lain, maka pendekatan dimensional mengidentifikasi emosi berdasarkan dimensi-dimensi yang dimiliki seperti aktivitas, potensi, dan valensi.

  Russell (1980) dalam penelitiannya mengemukakan circumplex model yang membagi emosi ke dalam dua dimensi, yaitu valensi dan aktifasi.

  Model semacam ini dianggap sebagai cara yang sederhana dan kuat untuk mengkategorikan emosi berdasarkan penilaian afeknya (menyenangkan atau tidak menyenangkan) dan reaksi fisiologisnya (tinggi atau rendah).