IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN SISWA KELAS IVB SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010 2011 SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN SISWA KELAS IVB SD KANISIUS

SOROWAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN

2010/ 2011

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru

  Sekolah Dasar Disusun oleh:

  Tiksna Purnamasari 071134011

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PERSEMBAHAN Skripsi Ini Aku Persembahkan Kepada:  Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati kehidupanku.  Bapak dan Ibuku (Purbohadi dan Sunarti) tersayang, yang senantiasa membimbing, mendukung, memenuhi kebutuhan materi dan doa dalam setiap hela nafas hidupku.

   Adikku satu-satunya, Aris Kristiana Putri.  Ade Prabowo dan Billy Tungtik.  Pembaca yang budiman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku”

  

FILIPI 4:13

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang

memelihara kamu”

  

1 Petrus 5:7

“ Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari

situlah terpancar kehidupan”

Amsal 4:23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Tiksna Purnamasari.2007. Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif dalam

  

Pembelajaran Siswa Kelas IVB SD Kanisius Sorowajan Semester Genap

Tahun Pelajaran 2010/2011. Yogyakarta; Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu

  Pendidikan; Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) di SD Kanisius Sorowajan kelas IVB semester genap Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Serta dampak yang ditimbulkan dari penerapan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif tersebut.

  Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, wali kelas IVB, siswa kelas IVB dan orang tua murid. Metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan pengamatan sebagai sumber data utama. Pengolahan data wawancara dilakukan dengan koding, yaitu cara mengorganisasikan dan sistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa kelas telah menggunakan PPR, salah satunya adalah kelas IVB tetapi PPR belum bisa diterapkan pada semua materi pelajaran. Hal itu dikarenakan adanya faktor kesulitan yang dialami guru, antara lain: waktu persiapan, pengadaan media/alat peraga, tugas admistrasi guru yang banyak dan kurangnya pelatihan guru tentang PPR. Dampak yang ditimbulkan pasca pembelajaran PPR di kelas antara lain murid merasakan perubahan sikap positif dari hari ke hari dan prestasi akademik semakin meningkat. Tanggapan orang tua adalah mereka merasa senang dan terbantu dengan adanya PPR di SD K Sorowajan Yogyakarta.

  Kata Kunci; penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Tiksna Purnamasari.2007. Reflective Pedagogical Paradigm Implementation in

Class IVB SD Kanisius Sorowajan Semester Academic Year 2010/2011.

Yogyakarta, Faculty of Teacher Training and Education; Sanata Dharma University.

  This study aims to describe the application of Reflective Pedagogy Paradigm approach (PPR) in SD Kanisius Sorowajan IVB class semester academic year 2010/2011, and the impact of the application of the Reflective Pedagogical Paradigm Approach.

  The subject of this research was the principal, homeroom IVB, IVB grade students and parents. Qualitative research methods with interviews and observations as the primary data source. Interviews were conducted with the data processing coding, namely how to organize and systematize the data are complete and detailed picture so that the data can bring about the topic being studied. Results of this study showed that some classes have been using PPR, one of which was class IVB. But, PPR can not be applied to all subjects. It was due to the difficulty experienced by teachers, among others: the preparation, procurement of media/visual aids, teacher administration tasks are many and the lack of teacher training on PPR. The impact of post-learning PPR among other students in the class feel the positive attitude change from day to day and increasing academic achievement. Responses are their parents feel happy and helped with the PPR in SD K Sorowajan Yogyakarta.

  Keyword; application of Reflective Pedagogical Paradigm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PRAKATA

  Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Tuhan Yesus Kristus atas penyertaanNya dalam setiap langkah hidupku.

  2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan.

  Universitas Sanata Dharma.

  3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program Studi PGSD, dosen pembimbing akademik dan pembimbing 2.

  4. Drs. T. Sarkim, M.E.d., Ph.D. selaku pembimbing 1, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi dan telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi serta kesabaran selama penyelesaian skripsi.

  5. Segenap staf dan karyawan PGSD, terima kasih untuk setiap bantuan selama ini.

  6. Segenap warga SD K Sorowajan sebagai tempat penelitian. Bapak Suwardi, S.Pd. sebagai Kepala Sekolah, Ibu Wulan sebagai wali kelas

  IVB, siswa kelas IVB, dan orang tua siswa. Terima kasih karena sudah mau menjadi subjek penelitian.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN

  ………………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN

  ……………………………………………….. iv MOTTO ................... …………………………………………………………… v

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  ……………………………………… vii ABSTRAK ............... ………………………………………………………….. viii ABSTRACT ............... …………………………………………………………... ix

  PRA KATA ………………. ................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………....xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Pembatasan Masalah ............................................................................. 2 C. Rumusan Masalah ................................................................................ 2 D. Batasan Pengertian ............................................................................... 2 E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  F.

  Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Paradigma Pedagogi Reflektif……………………………………………..4 1. Sejarah Munculnya PPR………………………………………………4 2. Pengertian …………………………………………………………….5 3. Dinamika PPR…………………………………………………………6 4. Ciri-ciri PPR …………………………………………………………11 5. Pengembangan Pendidikan Melalui PPR……………………………13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN…………………………………………………….16 B. METODE PENGUMPULAN DATA …………………………………..16 C. METODE ANALISIS DATA ……………………………………….…20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN ……………………………………….22 B. DATA ……………………………………………………………………22 C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………………………..23 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………………………………………………………………30 B. Saran ………………………………………………………………….. 31 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...32 LAMPIRA N ……………………………………………………………………..33 DAFT AR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………..102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Panduan Wawancara ............................................................... 25Tabel 3.2 Panduan Pengamatan ................................................................ 26Tabel 3.3 Pelaksanaan Wawancara ......................................................... 27 Tabel 3.

4 Pelaksanaan Pengamatan ……………………………………. 28

Tabel 3.5 Pelaksanaan Pe nerapan PPR oleh Peneliti ……………...…… 28

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1: Pengamatan Guru Mengajar ............................................................ 45 Lampiran 2: Wawancara Kepala Sekolah ............................................................. 53 Lampiran 3: Wawancara Wali Kelas ..... .............................................................. 70 Lampiran 4: Wawancara Orang Tua Siswa .......................................................... 78 Lampiran 5: Wawancara Siswa .............. .............................................................. 82 Lampiran 6: Penerapan PPR oleh Peneliti ............................................................ 84 Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian dari PGSD USD dan SD K Sorowajan ........... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedagogi sebagai seni dan ilmu dalam mengajar mengalami perubahan

  dari tahun ke tahun. Berdasarkan pengamatan peneliti pada 1 Mei 2010 di SD Kanisius Wirobrajan (saat probaling 2), guru cenderung menerapkan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengalaman dan evaluasi. Murid dijejali berbagai ilmu pengetahuan, kemudian harus di evaluasi secara tertulis dengan tuntutan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) tertentu yang sudah ditentukan sekolah. Murid diforsir untuk belajar secara teoritis, tanpa melihat nilai-nilai moral dan kehidupan. Pengajaran seperti itu pada akhirnya hanya akan mencetak lulusan yang pintar dalam bidang akademik tanpa diimbangi dengan moralitas yang baik. Hal itu menjadi keprihatinan dalam dunia pendidikan saat ini.

  Paradigma Pedagogi Reflektif diangkat dalam dunia pendidikan di Indonesia sebagai angin segar yang membawa perubahan positif. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang mengandung lima langkah yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi, membimbing siswa untuk menjadi manusia yang utuh dalam perkembangan kehidupannya di dunia ini.

  Siswa dibimbing untuk mengembangkan diri dalam tiga ranah yaitu

  competence (kompetensi yang utuh), conscience (kepekaan dan ketajaman hati nurani) dan compassion (bela rasa bagi sesama) dalam pengalamannya.

  Pengalaman yang menunjukkan kegiatan kognitif dan afektif dalam pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan refleksi sebagai ciri khas dalam PPR guna memperdalam makna dari sebuah pengalaman.

  Penerapan PPR saat ini diharapkan dapat mengubah pola ajar guru selama ini yang hanya mengedepankan aspek akademik, sehingga tercipta lulusan yang mengalami perubahan pribadi dan sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B.

  Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran di kelas

  IVB SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

  C.

  Perumusan Masalah Dilandasi latar belakang masalah, masalah dan pembatasannya, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

  Bagaimanakah implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran di kelas IVB SD Kanisius Sorowajan semester genap Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

  D.

  Batasan Pengertian 1.

  Paradigma Pedagogi Reflektif Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan yang dilakukan pengajar untuk mendampingi siswanya dalam perkembangannya baik dalam segi berpikir dan bertindak dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga siswa memiliki pribadi yang utuh dan manusiawi.

2. Pemecahan Masalah

  Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang dan tersirat dalam rumusan masalah, masalah tentang pembelajaran yang hanya mengarah pada satu aspek (akademik), akan diatasi dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengarah pada suatu keutuhan (akademik dan non akademik), dan pelaksanaan pembelajarannya diusahakan sebanyak mungkin siswa terlibat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  E.

  Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah penerapan pendekatan Paradigma Pedagogik Reflektif di SD Kanisius Sorowajan kelas

  IVB semester genap Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

  F.

  Manfaat Manfaat penelitian: 1.

  Secara teoritis Hasil penelitian tersebut dapat menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran yang dapat membentuk keutuhan pribadi siswa terkait dengan menerapkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

2. Secara praktis

  a. Bagi peneliti sendiri, dapat memberikan pengalaman yang berharga dalam mempelajari dan menerapkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran, sehingga dapat menerapkannya saat menjadi guru.

  b.

  Bagi rekan-rekan guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan inspirasi bahwa menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok/mata pelajaran yang disesuaikan.

  c. Untuk perpustakaan sekolah, laporan penelitian ini dapat menambah satu bahan bacaan yang dapat dimanfaatkan untuk teman-teman guru sebagai contoh skripsi studi deskriptif, tertama bagi yang masih mengalami kesulitan dalam menyusun skripsi studi deskriptif melakukan; sedangkan bagi yang sudah bisa menyusun dapat dijadikan sebagai bahan pembanding.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR) Pengertian PPR dalam BAB II ini hampir semuanya diambil dari buku Paradigma Pedagogi Reflektif yang merupakan terjemahan dari Ignatian Pedagogy, A Practical Approach (diterjemahkan oleh Rm. J. Subagya, SJ.) tahun 2010.

1. Sejarah munculnya PPR

  Awal mula terbentuknya istilah PPR yaitu ada seorang yang bernama Ignatius. Ia mendirikan Serikat Jesus tahun 1540. Kelompok religius ini tidak pertama-tama langsung menerapkannya di sekolah-sekolah, namun kepentingan masyarakat waktu itu menuntut Ignatius untuk mengambil keputusan memilih pendidikan sebagai cara yang efektif bagi pengembangan manusia-manusia yang unggul dalam imannya dan berkarakter. Keberhasilan sekolah-sekolah yang didirikan oleh para Jesuit, anggota Serikat Jesus, menjadi kekaguman banyak orang sehingga dengan cepat tersebar dan diminati negara Eropa, yang menjadi kunci keberhasilannya adalah adanya seperangkat Rencana Pengajaran sekolah Jesuit.

  Pada tahun 1581 pemimpin tertinggi Serikat Jesus, Claudius Aquaviva membentuk sebuah tim yang tugasnya mengumpulkan “best practices” dari sekolah- sekolah Jesuit itu, dan merumuskan sebuah “ Rencana Pengajaran”. Di

  Eropa dikenal dengan nama” Ratio Studiorum” yang disingkat dengan nama “

  Ratio atque Institutio Studiorum Societatis Iesu

  ” (Rencana Pengajaran untuk Lembaga Pendidikan Serikat Jesus). Tim itu menyelesaikan draft Ratio

  Studiorum tahun 1586 dan digunakan untuk dievaluasi di kemudian hari. Sejak

  itu dengan cepat lebih dari 1000 sekolah yang dikelola Jesuit di berbagai tempat selalu mengacu pada Ratio Studiorum untuk mengembangkan pendidikannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Berabad-abad kemudian sampai abad ke-20, kehebatannya diterima dan diakui banyak orang. Pemimpin tertinggi Jesuit, P.H. Kolvenbach SJ, membuat tim untuk merumuskan ulang Ratio Studiorum agar sesuai dengan konteks zaman. Pada tahun 1993, di Roma ada tim yang betugas untuk menyebarluaskan Rencana Pengajaran itu di belahan dunia. Mereka selalu berkumpul dan berbagi pengalaman mengenai metode-metode kunci dalam penyelenggaraan pendidikan modern. Mereka sadar bahwa Ignatius telah mewariskan metode pedagogis yang berkembang dari spiritual Ignatian yang sangat mendalam. Maka dokumen yang dikembangkan dalam forum itu berjudul “Ignatian Pedagogy. A Practical Approach. Dari pertemuan itu, Paradigma Pedagogi Ignatian mulai menggema dan mengubah penyelenggaraan pendidikan disekolah-sekolah Jesuit di mana-mana.

2. Pengertian

  Menurut buku Paradigma Pedagogi Reflektif yang merupakan terjemahan dari Ignatian Pedagogy, A Practical Approach (yang diterjemahkan oleh Rm. J. Subagya, SJ.) tahun 2010, Paradigma Pedagogi Reflektif adalah

  “suatu pendekatan yang dilakukan pengajar untuk mendampingi siswanya dalam perkembangannya baik dalam segi berpikir dan bertindak dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga siswa memiliki pribadi yang utuh dan manusiawi

  ”. Pengertian tersebut sesuai dengan esensi dari pendidikan yaitu sebagai suatu proses penanaman nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan itu sendiri seharusnya mendampingi peserta didik untuk berproses tumbuh dan berkembangnya kesadaran nilai-nilai kehidupan atau nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan yang diperoleh tersebut akan direfleksikan, dan hasil dari refleksi siswa akan diterapkan dalam kehidupannya sehingga akan tampak perubahan pola tingkah laku dan sikap yang utuh. Utuh di sini adalah siswa mampu memiliki sikap yang berbudi pekerti, berbela rasa pada sesama dan lingkungan, yakni sikap yang mengarah ke arah positif yang mampu dipertanggungjawabkan. Hasil dari pembentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  semacam itu merupakan kemauannya sendiri dalam mengambil keputusan- keputusan yang bertanggung jawab.

  Proses pembelajaran berbasiskan PPR di sekolah atau di kelas, tidak lain mengarah pada perkembangan pribadi yang semakin utuh. Namun jangan hanya terintegrasi dalam keutuhan pribadinya sebagai seorang manusia, tetapi PPR yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah membantu peserta didik berkembang menjadi seorang pribadi yang kompeten, bersuara hati, bertanggung jawab, dan memiliki kepedulian pada sesama. Pribadi semacam itulah yang disebut pribadi yang utuh baik dari dalam dan luar dirinya.

3. Dinamika PPR

  Secara umum model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pedagogik reflektif ini mencakup lima langkah pokok, antara lain (Tim Penyusun P3MP dan LPM, Universitas Sanata Dharma, 2008:20 dan Riyanto, 2009): 1)

  Konteks Tahap awal dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif ini adalah pengenalan konteks siswa. Siswa diajak mencermati konteks-konteks yang ada dalam hidupnya sehingga mereka mampu mengenali faktor-faktor yang berpotensi mendukung atau menghambat proses pembelajaran yang akan dialaminya. Guru akan memulai proses pembelajarannya dari diri siswa yaitu dengan memahami dunia siswa termasuk cara-cara hidup keluarga dan lingkungannya, kebudayaan dan adat, dan juga tekanan sosial, politik, agama, ekonomi yang terjadi di sekitarnya, dan hal lain yang mempengaruhi dunia siswa dan mempengaruhinya ke arah yang baik dan buruk. Hal ini dilakukan karena siswa adalah subjek yang akan ditantang, didorong, dan didukung untuk mencapai perkembangan pribadi yang utuh. Pemahaman konteks ini akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  membantu guru dalam menciptakan suasana belajar yang berkualitas, yakni siswa akan lebih memahami bahwa orang lain merupakan teman sejati dalam belajar.

  Konteks-konteks yang perlu dipahami oleh guru: a.

  Konteks kehidupan nyata siswa. Kehidupan nyata siswa yang meliputi cara hidup keluarga, teman-teman, kelompok sebaya, keadaan sosial-ekonomi, kesenangan, lembaga pendidikan, susasana kebudayaan atau yang lain yang berdampak menguntungkan atau merugikan siswa. Selain itu, kadang berguna dan penting dalam mendorong para siswa berefleksi atas faktor-faktor kontekstual yang mereka alami dan bagaimana hal itu mempengaruhi sikap, tanggapan, penilaian dan pilihan mereka.

  1) Pengertian-pengertian yang dibawa siswa ketika memulai proses belajar. Pengertian dan pemahaman yang siswa peroleh dari studi sebelumnya atau dari lingkungan hidup siswa merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan. Selain itu, perasan, sikap, dan nilai- nilai yang para siswa miliki termasuk konteks nyata proses belajar mereka.

  2) Konteks sosio-ekonomi, politik, kebudayaan, kebiasaan kaum muda, agama, media massa, dan lain-lain merupakan lingkungan hidup siswa yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa dalam hubungannya dengan orang lain. Misalnya siswa yang status ekonominya rendah akan berdampak pada harapan siswa untuk berhasil dalam studi dan dalam mengembangkan kreativitas siswa secara bebas menjadi terhambat.

3) Situasi sekolah tempat proses belajar mengajar terjadi.

  Keberhasilan proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh situasi sekolah yang bersifat kondusif. Sekolah seharusnya diberi perhatian lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sebagai tempat pengembangan moral dan pembentukan religius siswa. Secara konkret, unsur-unsur suasana sekolah dapat diwujudkan dalam perhatian pada mutu akademik, kepercayaan orang lain, perhatian dan penghargaan pada sesama, memperlakukan sesama secara jujur dan adil, usaha membantu siswa menjadi pribadi yang dewasa dan utuh baik dalam hal moral dan imannya. Tanpa unsur-unsur tersebut kekuatan khas pendidikan dan pengajaran akan melemah, karena kepercayaan dan persahabatan antara guru dan siswa merupakan prasyarat yang menunjang Paradigma Pedagogi Reflektif.

  Pemahaman konteks itu akan sangat membantu para guru dalam menciptakan hubungan yang dicirikan oleh autentisitas dan kebenaran. Jika suasana saling mempercayai dan saling menghargai terjadi, siswa akan mengalami bahwa orang lain merupakan teman sejati dalam proses belajar. Dalam suasana seperti itulah proses belajar akan berjalan lancar secara sekaligus berkualitas.

  b.

  Pengalaman Bagi Ignatius, pengalaman berarti “mengenyam sesuatu hal dalam batin”.

  Pengalaman yang didapat siswa (fakta, pengertian, asas) akan dianalisis dan dinilai ide-idenya untuk lebih memahami dan menghargai maknanya. Tahap pengalaman merupakan tahap yang sangat penting dalam menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang dicapai baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Selain itu, tahap ini juga menjadi bahan atau dasar bagi tahap refleksi dan aksi yang merupakan kelanjutan dari tahap pengalaman.

  Di dalam pembelajaran, pengalaman sama artinya dengan pengalaman belajar, atau dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) disebut dengan kegiatan pembelajaran. Pengalaman di sini adalah pengalaman belajar yang dialami siswa untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Di dalam tahap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ini, siswa akan diajak mendalami materi belajar agar pada dirinya terbangun pemahaman dan menumbuhkan sikap positif terkait dengan pemahaman tersebut (keterampilan). Pengalaman yang akan dipelajari siswa berasal dari pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung didapat dari pengalaman interpersonal, misalnya saat diskusi, praktikum, kegiatan lintas alam, mengambil bagian dari olah raga, dan sebagainya. Sedangkan pengalaman tidak langsung bisa lewat membaca atau mendengarkan. Sesuatu hal yang siswa baca dan dengar akan ditantang guru untuk merangsang imajinasi dan indera siswa, sehingga mereka dapat dengan sunguh-sungguh memasuki kenyataan yang sedang dipelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode role playing, pemakaian audio visual, dan sebagainya.

  c.

  Refleksi Refleksi merupakan unsur yang penting dalam Pendekatan Pedagogi

  Reflektif, karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Agar pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat bermakana maka perlu direfleksikan. Tujuan dari kegiatan refleksi adalah a) Siswa mampu menangkap nilai hakiki dari apa yang dipelajari; b) Menemukan keterkaitan antar unsur pengetahuan dan antara pengetahuan dengan realitasnya; c) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggung jawabnya guna menemukan kebenaran dan kebebasan; dan d) Membentuk hati nurani siswa baik itu dalam hal keyakinan, nilai, sikap dan seluruh cara bernalar mereka.

  Istilah refleksi dipakai dalam arti: menyimak kembali penuh perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi. Di dalam proses ini guru membimbing siswa merefleksikan pengalaman belajarnya, dan siswa diberi kebebasan untuk berefleksi. Siswa mempertimbangkan pengalamannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dari sudut pandang pribadi dan manusiawi, dengan tujuan agar siswa mampu memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik, mengetahui reaksi perasaan yang dialami, agar siswa mampu menemukan maknanya bagi diri sendiri dan mulai memahami siapa dirinya serta bagaimana sikapnya terhadap orang lain. Ada kemungkinan siswa yang telah berefleksi tidak menunjukkan perubahan ke arah perkembangan. Hal ini bisa terjadi karena siswa baru dalam taraf perkembangan untuk menjadi dewasa, akan tetapi yang penting guru sudah menanamkan "benih" kehidupan ke dalam diri siswa dan benih itu pasti akan tumbuh pada saatnya.

  Refleksi dalam Pedagogi Ignasian harus bermuara pada keputusan dan tekad yang kuat untuk melakukan segala hal yang siswa rasakan, dan refleksi jangan menjadi mentah kalau hanya menghasilkan pemahaman dan reaksi afektif. Hal ini dikarenakan pengalaman harus bersifat positif dan memberikan perubahan pada diri siswa sehingga menjadi pribadi yang utuh.

  d.

  Tindakan Paradigma Pedagogi Ignasian tidak hanya berhenti pada refleksi, tetapi justru dari refleksi itu diharapkan siswa terdorong untuk mengambil keputusan atau komitmen dan kemudian melaksanakannya. Refleksi yang bermula dari pengalaman harus berakhir pada realitas pengalaman yang baru dalam wujud pengambilan sikap atau tindakan. Perwujudan pengalaman baru inilah yang disebut aksi.

  Di dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Jika siswa tersebut mengalami keberhasilan atau kegagalan, ia akan kembali kepada Tuhan untuk bersyukur atau memohon kepada-Nya agar semuanya menjadi lebih baik lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  e.

  Evaluasi Tahap terakhir dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif adalah evaluasi. Tahap ini dilakukan untuk memantau kemajuan akademik dan menilai kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Tes, ulangan, atau ujian merupakan alat evaluasi untuk menilai atau mengukur seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan keterampilan sudah diperoleh, yang tidak lain hal ini merupakan hasil dari evaluasi. Hasil evaluasi ini akan menjadi umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki cara belajarnya, sedangkan bagi guru merupakan masukan untuk memperbaiki cara dan metode pembelajaran yang digunakan.

  Di dalam pedagogi Ignasian, evaluasi dilakukan dalam aspek akademis dan aspek kemanusiaan. Evaluasi akan dilakukan secara periodik untuk mendorong guru dan siswa memperhatikan perkembangan pengetahuan, sikap dan tindakan-tindakan yang selaras dengan prinsip men and women for and

  with other .

2. Ciri-ciri PPR

  Paradigma Pedagogi Reflektif mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan pendidikan Jesuit (Paradigma Pedagogi Reflektif.2010:66), yaitu: a) Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua kurikulum. Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun selain pendekatan baru pada cara kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.

  b) Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar. Paradigma tersebut dapat diterapkan pada ranah akademik dan non-akademik (kegiatan ekstrakurikuler, olah raga, retret, dan sebagainya). Dalam bidang studi tertentu (sejarah, matematika, bahasa, sastra, fisika, dan kesenian),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  paradigma ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam mempersiapkan pengajaran, memilih bahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Paradigma ini dapat membantu peserta didik menemukan hubungan antara suatu bidang studi dengan bidang studi lain, selain itu dapat membantu menyaturagakan studi peserta didik dengan yang dahulu sudah dipelajari. Penerapan teratur dari pola ini dalam kegiatan belajar mengajar akan membantu pembentukan kebiasaan berefleksi dahulu sebelum bertindak.

  c) Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik. Paradigma ini akan membantu para pengajar memperkaya isi materi maupun susunan kegiatan yang diajarkan. Para pengajar akan berusaha lebih keras menuntut para siswa untuk belajar lebih aktif dan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap hasil studi. Paradigma ini membantu para pengajar memotivasi para siswa untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dalam pengalaman mereka.

  d) Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong siswa merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari.

  Pengalaman dalam hidup siswa akan membantu mereka menjadi lebih kritis dalam proses belajar mengajar serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Pengalaman yang siswa peroleh direfleksikan lebih pribadi agar tercipta hubungan pengajar dan siswa yang lebih dekat.

  e) Paradigma pedagogi reflektif menekankan matra sosial belajar maupun mengajar. Para pengajar harus mendorong kerja sama yang erat dan berbagi pengalaman serta dialog reflektif antara para siswa. Serta mendorong siswa untuk bergerak maju kearah kegiatan yang berdampak baik bagi hidup orang lain. Pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan manusiawi dengan sesama dan pengalaman bersama orang lain. Refleksi harus selalu mengantar siswa untuk makin menghargai hidup orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pengembangan Pendidikan Melalui PPR

  Penerapan PPR dapat membantu perkembangan pendidikan budaya yang ada di masyarakat. Beberapa kemungkinan yang masih terus dicoba dan dikembangkan lebih lanjut adalah sebagai berikut (Tim Redaksi Kanisius, 2008:45): a.

  Budaya antikorupsi, antikekerasan, antiperusakan lingkungan.

  Upaya yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan budaya ini satu per satu, misalnya sebagai berikut.

  1) Antinyontek ≈ antikorupsi

  Menumbuhkan budaya antikorupsi pada siswa dapat dilakukan dengan cara siswa diajak membahas masalah korupsi dengan memperbincangkan misalnya, kejadiannya, dampaknya, siapa yang dirugikan, siapa yang diuntungkan, perasaan orang-orang yang terkena imbas negatifnya dan lain- lain. Cara ini kemudian direfleksikan dan siswa diminta untuk melakukan aksinya.

  Antikorupsi dapat diberikan dengan mengembangkan budaya antinyontek. Strategi yang bisa dilakukan oleh guru adalah diciptakannya suasana atau wacana (sebagai konteks) bahwa lebih bekerja sendiri daripada menyontek.

  Bila ada siswa kedapatan nyontek, guru tidak memarahinya tetapi mengajak berefleksi. Dengan metode kerja kelompok, siswa kan diajak bekerja keras sehingga tumbuh rasa percaya diri dan tidak takut mengikuti tes tanpa gagal. 2)

  Persaudaraan, solidaritas dan saling menghargai ≈ antikekerasan Hubungan antara persaudaraan, solidaritas dan menghargai sesama sangat erat. Cara pengembangan persaudaraan dan solidaritas akan mengurangi tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat kita. Jika solidaritas tanpa disertai adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  penghargaan terhadap sesama, akan membuat persaudaraan menjadi kurang berarti. Persaudaraan akan mampu menumbuhkan cara pandang, sikap dan perilaku antikekerasan. Cara pengembangan ini akan berhasil jika pengalaman itu direfleksikan dan ditanggapi dengan aksi, dan selanjutnya seluruh proses dievaluasi. 3)

  Mencintai lingkungan hidup ≈ antiperusakan lingkungan Mencintai lingkungan di sini adalah mencintai kelas sehingga membuatnya nyaman. Pengalaman untuk mengembangkan cinta lingkungan dapat dilakukan praktik-praktik di sekolah misalnya dengan membersihkan kelas, membuat kelas nyaman, atau memelihara kebun di depan kelas masing-masing.

  b.

  Sikap kemanusiaan kritis Pendidikan tidak hanya menjadikan seorang siswa menjadi cerdas dalam hal akademik, tatapi harus cerdas dalam sikap kemanusiaan yang kritis.

  Maksudnya peserta didik yang cerdas dalam bersikap, memutuskan, memilih, menilai dan bertindak. Hal ini dapat diwujudkan dengan bantuan atau bimbingan guru yang selalu mengajak siswanya untuk melihat kejadian- kejadian aktual yang terjadi di mayarakat demi pembentukan sikap kritis dalam memberikan pendapat.

  c.

  Religiositas terbuka Di dalam pemberian materi ajar sebaiknya siswa tidak hanya menerimanya secara pasif, melainkan secara aktif yaitu siswa yang selalu diajak untuk berpikir dan bkerja secara aktif. Dengan adanya masalah yang dijadikan tantangan, siswa akan aktif bernalar, bereksplorasi dan berkreasi. Melalui pembelajaran religiositas siswa dibantu untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai keagamaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  d.

  Penalaran, eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian Siswa seharusnya diajak untuk melakukan perubahan sosial menuju kebersamaan yang damai (lawan korupsi, kekerasan, dan perusakan lingkungan hidup). Maka diperlukan kemampuan penalaran, eksplorasi, dan kemandirian dalam belajar.

  Untuk penalaran, siswa diajak untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, siswa akan berusaha mencari jalan keluar dengan mencari data-data (eksplorasi), mengutak-ngatik solusi, dan mencari data untuk mengujinya (kreativitas).

  e.

  Kemahiran berbicara Siswa diharapkan untuk mampu berbicara logis, sistematis, manarik dan berisi dalam bahasa yang baik dan benar. Dengan memiliki kemampuan ini, diharapkan siswa akan memiliki sikap kepemimpinan yang mempunyai tujuan untuk memperjuangkan perubahan sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

  suatu penelitian, karena semakin baik metode yang digunakan dalam penelitian, penelitian tersebut akan efektif dan efisien serta hasil yang dicapai akan semakin sempurna. Istilah metodologi penelitian berasal dari bahasa Yunani yaitu: “methodos” yang artinya metode atau cara, sedangkan logos artinya ilmu. Dari arti kata di atas dapat ditarik kesimpulan metodologi penelitian adalah ilmu pengetahuan tentang metode atau cara yang dapat ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan sebagainya (Poerwandari, 1998).

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data- data dengan menyajikan data, menganalisis, dan mengintrepretasikannya (Moleong, 2002).

B. Metode Pengumpulan Data

  Penelitian ini menggunakan wawancara dan pengamatan sebagai alat utama dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan kepada key informan dan pengamatan dilakukan kepada siswa-siswa kelas IVB pada saat kegiatan belajar berlangsung, yang direkam dengan menggunakan tape recorder, kamera foto, dan handycam.

  Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan yang dilakukan antara pencari informasi dengan sumber informasi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pola pikir (paradigma) untuk menumbuhkembangkan pribadi manusia menjadi pribadi yang utuh (kristiani)

  Selain itu, peneliti melakukan pengamatan terhadap guru IVB saat mengajar di kelas. Pengamatan dilakukan dua kali pertemuan sesuai dengan jadwal pelajaran kelas, dengan berbeda mata pelajaran (selama masing-masing

  Alternatif cara yang dipilh untuk mengatasi hambatan yang muncul Cara mengatasi hambatan

  4. Strategi pemecahan masalah

  Hambatan yang dialami informan

  3. Hambatan Faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perkembangan dari penerapan PPR

  2. Dampak Hasil yang akan diperoleh dari penerapan PPR Dampak positif dan negatif

  Penerapan PPR di SD Kanisius Sorowajan, yakni di kelas IVB

  pemahaman informan mengenai sesuatu hal baik itu pengalaman, perasaan, dan pemikiran individu (Poerwandari, 1998).

  Di dalam penelitian ini, wawancara dilakukan pada kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan, wali kelas IVB, siswa-siswa kelas IVB, dan orang tua murid kelas IVB. Untuk mencari subjek penelitian, peneliti melakukan beberapa hal berikut: a.

  No. Pengalaman Deskripsi Fokus

  Panduan Wawancara

  IVB, siswa-siswa kelas IVB, dan orang tua murid meliputi hal-hal berikut: Tabel 3. 1

  Mengadakan janji waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Pengalaman-pengalaman yang diungkap dalam wawancara dengan calon subjek penelitian baik itu kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan, wali kelas

  c.

  Mencari dua siswa kelas IVB SD Kanisius Sorowajan secara acak dengan kriteria dan karakter tertentu.

  b.

  Menghubungi secara langsung para calon subjek penelitian yang akan dimintai kesediaannya untuk diwawancara.

  1. Paradigma Pedagogi Reflektif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2JP alokasi waktu). Hal yang diamati selama kegiatan belajar mengajar adalah ingin mengetahui bagaimana guru menerapkan PPR dalam pembelajaran di kelas, yang menunjukkan langkah-langkah dari penerapan PPR.

  Tabel 3.2 Panduan Pengamatan

  No. Langkah- Deskripsi Fokus langkah PPR

  1. Konteks Pemahaman dunia siswa mengenali Konteks dari faktor-faktor yang berpotensi mendukung siswa atau menghambat proses pembelajaran yang akan dialaminya

  2. Pengalaman Pengalaman belajar yang dialami siswa Pemberian untuk mencapai tujuan yang sudah pengalaman ditetapkan atau pengetahuan pada siswa

  3. Refleksi Proses yang memunculkan makna dalam Pertanyaan pengalaman manusiawi refleksi, suasana dan keadaan saat refleksi berlangsung

  4. Tindakan Memaknai hasil pembelajaran dengan Aksi nyata pikiran dan hati untuk mewujudkan siswa setelah pengetahuannya dalam kehidupan nyata refleksi

  5. Evaluasi Memantau perkembangan akademik dan Hasil menilai kemajuan pembentukan pribadi akademik siswa secara menyeluruh yang siswa peroleh

  Sebelum melakukan wawancara dan pengamatan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.

  a) Panduan wawancara dan pengamatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b) Alat untuk merekam atau handycam dengan durasi berbeda-beda.

  12.40 WIB (7 menit) Ruang kelas Tabel 3.4

  23 Mei 2011

  24 Mei 2011

  10.58 WIB (17 menit)

  16.04 WIB (14 menit) Rumah orang tua murid.

Dokumen yang terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR).

0 3 29

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA DENGAN MEDIA LKS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20092010

0 0 138

KEGIATAN GURU MEMFASILITASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN SEMESTER 2 Tahun Ajaran 20102011 Skripsi

0 0 101

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD KANISIUS KLEPU SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20102011 SKRIPSI

0 1 129

PENELITIAN TINDAKAN KELAS EFEKTIVITAS PENGEMBANGAN KOMPETENSI MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VB SD KANISIUS SENGKAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuh

0 5 132

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN TAHUN PELAJARAN 20102011

0 0 184

PENINGKATAN KEAKTIFAN, CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI EKSPERIMEN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER I SD KANISIUS SOROWAJAN TAHUN PELAJARAN

0 1 150

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DI KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN TAHUN PELAJARAN 20102011

0 1 128

EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN Skripsi

0 0 105

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE BERMAIN PERAN MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD KANISIUS MANDING, BANTUL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI

0 3 182