Analisis perlakuan akuntansi istishna pada PT.Bank Muamalat Indonesia,TBK

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA` PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

OLEH :

ABDUL MUJIB NIM : 204046102876

MUAMALAT/PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 November 2008

Abdul Mujib


(3)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI

ISTISHNA`

PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Muamalat

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

ABDUL MUJIB NIM : 204046102876

Menyetujui, Pembimbing I,

Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM NIP. 150 203 012

Pembimbing II,

Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, M. Pd NIP. 150 204 484

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA` PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 28 November 2008 Mengesahkan

Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP: 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH,MA,MM.( ) NIP: 150 210 422

2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA. ( ) NIP: 150 269 678

3. Pembimbing I : Dr Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM ( ) NIP: 150 203 012

4. Pembimbing II: Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, M. Pd ( ) NIP: 150 204 484

5. Penguji I : Dr. A. Sudirman Abbas, MA. ( ) NIP: 150 294 051

6. Penguji II : Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA ( ) NIP: 130 789 745


(5)

ABSTRAK

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sebagai perintis perbankan syariah di tanah air memiliki produk-produk perbankan yang sangat variatif yang mengikuti produk-produk hukum syariah karena mendasarkan pengembangan produknya kepada teori perbankan syariah. Produk-produk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk tersebut tertuang dalam bentuk akad jual-beli, bagi hasil, dan akad-akad jasa. Salah satu akad jual-beli adalah akad bai` al-istishna` yang berguna bagi pengembangan sektor perekonomian suatu negara pada umumnya, dan sektor industri dan manufaktur pada khususnya.

Penelitian ini juga dilakukan guna mendapatkan jawaban atas permasalahan “Bagaimana prosedur pembiayaan istishna` di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk?, bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan istishna` yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan apakah perlakuan akuntansi pembiayaan istishna` yang diterapakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah sesuai dengan ketentuan atau prinsip akuntansi yang berlaku secara umum?”.

Untuk menjawab permasalahan tersebut telah dilakukan penelitian perlakuan akuntansi yang bersifat deskriptif analitis dengan menitikberatkan pada studi dokumen yang dilengkapi dengan wawancara dengan nara sumber untuk mempelajari data sekunder di bidang akuntansi, yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.


(6)

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh jawaban dari permasalahan di atas. Pertama, untuk dapat memperoleh pembiayaan istishna` di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pemohon harus melalui beberapa tahap, dimulai dengan pengajuan proposal pembiayaan secara tertulis hingga pada akhirnya diadakan ijab kabul sebagai tanda pengikatan (akad) antara bank dengan pemohon dan secara resmi pemohon mendapatkan pembiayaan istishna` dan berkewajiban melunasinya berdasarkan akad tersebut. Kedua, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dalam mencatat akuntansi pembiayaan istishna` mengacu pada PSAK No. 59 dan PAPSI 2003. Ketiga, bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan istishna` di PT. Bank Muamalat Indonesia pada dasarnya telah memenuhi ketentuan yang berlaku secara umum, yakni mengacu kepada PSAK No. 59 dan PAPSI 2003. Akuntansi bank Islam dirasa masih memiliki kekurangan sehingga perlu dikembangkan lagi terutama tentang perlakuan akuntansi pembiayaan istishna`.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang penulis susun adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil yang mensukseskan harapan penulis.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini. 3. Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM dan Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, M. Pd.


(8)

disela-sela kesibukan dalam memberikan masukan maupun nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah & Hukum dan Pusat, yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan. 5. Pihak PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda Muhammad Za`im (Almarhum) dan Ibunda Hj. Roifah atas dukungan moril dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak habis bahkan doa-doa munajatnya yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT. Penulis persembahkan skripsi ini. Doa untuk kedua orangtua

7. Kakak dan adikku tersayang: Mas Tubagus Mansur, Mas Abdul Hayyi, Mbak Nurjanah, Mas Arif Suadi, kedua adikku Rahmat Hidayat dan Muhammad Darussalam yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. Terima kasih untuk semua atas perhatian dan kasih sayangnya.

8. Semua kru CV. Nugraha Abadi Ekspress dan Java Technology, bersabar dalam cobaan dan bersyukur serta berdoa dalam kejayaan. Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja. Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan.Untuk keponakan-keponakan penulis: Ahmad Sahal Baihaqi, Adi Nugroho Fanani, Eka Hadi Setyo N, Hilwa Aulia Putri Anjani, dan Nouval Gulmi Adzin.


(9)

9. Untuk sahabat-sahabat terbaik penulis: Ahmad Syarif, Moh. Syafi`i, Erdy Nasrul, Titin Supriyatin, Juju, Elyzabeth, Vien Maria Esther, Mas Habibie, semua sahabat penulis di IKPM Gontor, RISKA Menteng, Tazkia Bogor, juga untuk seluruh teman-teman Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah 2004 terutama kelas D yang tercinta dan tidak dapat menyebutkan namanya satu persatu dan semoga hubungan kita tidak akan terputus sampai kapanpun. 10.Untuk waktu yang bergerak perlahan namun pasti, yang selalu menemani

penulis dalam suka maupun duka. Untuk malam yang selalu mendengarkan gema doa yang bergetar di tengah kesunyian. Untuk semua rasa dan pengalaman, yang menjadi saksi bisu bagi penulis untuk tetap tegar melewati manis dan pahit hidup.

Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi setiap langkah kita. Amin

Jakarta, 28 November 2008


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang penulis susun adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil yang mensukseskan harapan penulis.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

11.Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

12.Dr. Euis Amalia, M. Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini. 13.Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM dan Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, M. Pd.


(11)

disela-sela kesibukan dalam memberikan masukan maupun nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

14.Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah & Hukum dan Pusat, yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan. 15.Pihak PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

16.Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda Muhammad Za`im (Almarhum) dan Ibunda Hj. Roifah atas dukungan moril dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak habis bahkan doa-doa munajatnya yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT. Penulis persembahkan skripsi ini. Doa untuk kedua orangtua

17.Kakak dan adikku tersayang: Mas Tubagus Mansur, Mas Abdul Hayyi, Mbak Nurjanah, Mas Arif Suadi, kedua adikku Rahmat Hidayat dan Muhammad Darussalam yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. Terima kasih untuk semua atas perhatian dan kasih sayangnya.

18.Semua kru CV. Nugraha Abadi Ekspress dan Java Technology, bersabar dalam cobaan dan bersyukur serta berdoa dalam kejayaan. Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja. Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan.Untuk keponakan-keponakan penulis: Ahmad Sahal Baihaqi, Adi Nugroho Fanani, Eka Hadi Setyo N, Hilwa Aulia Putri Anjani, dan Nouval Gulmi Adzin.


(12)

19.Untuk sahabat-sahabat terbaik penulis: Ahmad Syarif, Moh. Syafi`i, Erdy Nasrul, Titin Supriyatin, Juju, Elyzabeth, Vien Maria Esther, Mas Habibie, semua sahabat penulis di IKPM Gontor, RISKA Menteng, Tazkia Bogor, juga untuk seluruh teman-teman Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah 2004 terutama kelas D yang tercinta dan tidak dapat menyebutkan namanya satu persatu dan semoga hubungan kita tidak akan terputus sampai kapanpun. 20.Untuk waktu yang bergerak perlahan namun pasti, yang selalu menemani

penulis dalam suka maupun duka. Untuk malam yang selalu mendengarkan gema doa yang bergetar di tengah kesunyian. Untuk semua rasa dan pengalaman, yang menjadi saksi bisu bagi penulis untuk tetap tegar melewati manis dan pahit hidup.

Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi setiap langkah kita. Amin

Jakarta, 28 November 2008


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Kerangka Teori dan Konsep ... 7

E. Kajian Kepustakaan Terdahulu ... 8

F. Metodologi Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi ... 14

2. Proses Akuntansi ... 17


(14)

4. Tujuan Akuntansi dan Laporan Keuangan Bank Syariah ... 21

5. Perbedaan Prinsip antara Akuntansi Konvensional dan Syariah.... 23

B. Istishna` 1. Pengertian dan Jenis-jenis Istishna` ... 25

... ... ... ... 2. Landasan Hukum dan Operasional Istishna` ... 27

3. Rukun dan Syarat-syarat Istishna` ... 31

4. Hak dan Kewajiban Kedua Belah Pihak ... 35

5. Perbedaan antara Istishna` dengan Salam... 35

6. Perlakuan Akuntansi Transaksi Istishna` dari pihak Bank sebagai Shani`. ... 36

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk... 49

B. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 50

C. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk... 51

D. Prinsip Operasional PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 56


(15)

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN AKUNTANSI ISTISHNA`

A. Analisa Pelaksanaan Permohonan Pembiayaan Calon Debitur, Untuk Pembiayaan Istishna`

1. Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Pembiayaan Bai` Al-Istishna`

di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 67

2. Analisa dan Mekanisme Pembiayaan Istishna` pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk... 75

B. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Istishna` pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1. Perhitungan Margin Istishna` ... 79

2. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Istishna` ... 80

3. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Istishna`... 84

4. Penyajian ... 89

5. Pengungkapan... 89

C. Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Istishna` dengan PSAK No.59 dan PAPSI... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 96


(16)

(17)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Perbedaan Prinsip antara Akuntansi Konvensional dan Syariah 23

2. Tabel 4.1 Penandatanganan kontrak pembiayaan istishna`... 86

3. Tabel 4.2 Harga perolehan kelapa sawit bank dari sub-kontraktor ... 86

4. Tabel 4.3 Pendapatan bank pada bulan Juni ... 86

5. Tabel 4.4 Persetujuan pembiayaan ... 86

6. Tabel 4.5 Penerimaan uang muka ... 87

7. Tabel 4.6 Penerimaan pendapatan setiap bulan ... 87

8. Tabel 4.7 Pengembalian modal setiap bulan ... 87

9. Tabel 4.8 Kerugian bukan karena kelalaian nasabah ... 87

10. Tabel 4.9 Modal akhir tidak dapat dikembalikan ... 87

11. Tabel 4.10 Penyerahan kelapa sawit disertai cacatnya barang ... 87

12. Tabel 4.11 Penyerahan ulang kelapa sawit ... 88

13. Tabel 4.12 Termin penyerahan barang ... 88

14. Tabel 4.13 Penyelesaian akad dan penyerahan sisa barang pesanan ... 88

15. Tabel 4.14 Pengakuan dan Pengukuran... 91

16. Tabel 4.15 Penyajian ... 94


(18)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Proses Akuntansi... 18

2. Gambar 2.2 Siklus Akuntansi melalui Komputer... 19

3. Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk... 53

4. Gambar 4.1 Skema Teknis Perbankan Pembiayaan Istishna` ... 77

5. Gambar 4.2 Skema Teknis Pembiayaan Istishna` di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk... 78


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian yang modern mencerminkan keragaman (kompleksitas) kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan dan kemudahan hidup. Keragaman aktivitas ekonomi memungkinkan untuk berkembangnya berbagai sarana dan prasarana yang memang dibutuhkan dalam melancarkan dan memudahkan kegiatan ekonomi yang dilakukan. Salah satu sarana yang muncul dan berkembang dalam perekonomian modern adalah lembaga keuangan atau financial institution (institusi keuangan).

Yang dimaksud dengan lembaga keuangan atau institusi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka.1 Tabungan yang dikumpulkan lembaga keuangan

tersebut selanjutnya akan dipinjamkan kembali kepada individu dan perusahaan yang membutuhkannya, sebagian lagi untuk membeli saham-saham berbagai perusahaan.

1

Sardono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Edisi 2, hal.199


(20)

Lembaga-lembaga keuangan muncul dan berkembang karena adanya kebutuhan dari dua fihak, yaitu antara arus permintaan dan arus penawaran akan aktiva financial (financial assets).2

Menurut pengertiannya bank adalah suatu lembaga yang mendapat izin untuk mengerahkan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman sehingga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediary institution) antara unit defisit dan unit surplus.3 Kegiatan usaha sangat membutuhkan modal aktiva, hal ini dapat dipenuhi oleh bank dalam usahanya menghimpun dana dan menyalurkannya.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pembangunan pun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dapat disaksikan di Indonesia telah begitu banyak infrastruktur dan bangunan-bangunan yang dapat menunjukkan perkembangan pembangunan tersebut. Perkembangan pembangunan tersebut antara lain ditunjang oleh perusahaan-perusahaan yang memang ikut serta dalam pembangunan di Indonesia, seperti halnya perusahaan di bidang jasa industri, kontruksi dan manufaktur.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya perusahaan tersebut seringkali dihadapkan untuk membeli peralatan-peralatan ataupun barang-barang yang tidak

2

Suad Husnan, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1996), Edisi 4, hal. 19

3

Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Syariah dan Kedudukannya dalam Tata Hukum di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), hal.1


(21)

murah dan tidak dijual secara umum. Tentu hal terkait menjadi suatu masalah bagi perusahaan tersebut.

Jual beli dengan sistem istishna` merupakan salah satu jalan keluar bagi perusahaan-perusahaan yang terkadang sulit mendapatkan barang-barang yang tidak dijual secara umum. Perusahaan dapat memperoleh barang dari produsen melalui pesanan dengan aturan dan jangka waktu tertentu.

Istishna` merupakan salah satu bentuk kegiatan transaksi yang diatur dalam ajaran Islam yang memerlukan pencatatan sebagai alat bukti, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT: Al-Baqarah 282

ی ی

ی

ی !

" ی

#

"$%

#& ﻡ

' ( ) *

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...” (Al-Baqarah : 282)

Mayoritas mufassir berpendapat bahwa kata tadaayantum yang terdapat dalam ayat tersebut adalah kegiatan muamalah dalam bentuk transaksi yang dilakukan oleh dua belah pihak, seperti hutang-piutang, jual-beli dan sewa menyewa, baik secara kontan maupun cicilan.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa sejak munculnya peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad saw telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanannya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan


(22)

antara dua pihak yang melakukan transaksi muamalah, sedangkan pencatatan untuk tujuan lainnya seperti data untuk pengambilan data tidak diharuskan.4

Urgensi pencatatan dalam ajaran Islam tersebut sejalan dengan konsep akuntansi yang berupaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountability (pertanggungjawaban) dalam menjamin akurasinya.5 Akuntansi merupakan alat untuk merefleksikan realitas.

Akuntansi harus didasarkan pada etika realitas dikonstruksi dalam kaitannya dengan nilai etika. Jika tidak, realitas dalam akuntansi akan direfleksikan dalam presentasi lain dan pada gilirannya akan menyesatkan pihak-pihak yang tertarik padanya.6

Oleh karena sangat pentingnya pencatatan dalam setiap transaksi dan tidak diberlakukannya sistem bunga dalam kegiatan operasional pada bank syariah, maka dalam hal jasa istishna` perlakuan akuntansinya membutuhkan aturan-aturan tertentu pada pencatatannya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai jual beli pesanan dengan judul : ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA` PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

4

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 120-121.

5

Sofyan Syafri Harahap, hal. 121

6


(23)

Pembatasan Masalah

Penyajian informasi perlakuan akuntansi penting bagi proses pembuatan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan bank. Lebih dari itu, bagi bank syariah memiliki dampak positif terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip syariah Islam memberikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan tema pokok yang penulis angkat dalam skripsi ini agar mendapatkan suatu batasan yang jelas sekaligus mencegah pembahasan yang meluas yang tidak ada kaitannya dengan masalah pokok maka penulis akan membatasi permasalahan yaitu meneliti tentang kesesuaian perlakuan akuntansi istishna` pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu PSAK No.59 tentang akuntansi perbankan syariah dan juga PAPSI 2003.

Perumusan Masalah

Adapun beberapa pokok bahasan yang akan penulis kembangkan dalam penyusunan skripsi ini antara lain:

1. Bagaimanakah prosedur permohonan pembiayaan calon debitur dalam pembiayaan istishna` yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk?

2. Bagaimanakah perlakuan akuntansi istishna` yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk?


(24)

3. Apakah perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan istishna` yang dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana analisis permohonan pembiayaan calon debitur dalam pembiayaan istishna` yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

2. Mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi istishna` yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

3. Untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan istishna` yang dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

4. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam usaha mencapai gelar sarjana S1 disiplin ilmu syariah dalam bidang muamalah (Ekonomi Islam) pada Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini yang telah didapat di bangku kuliah.


(25)

2. Bagi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam menentukan langkah selanjutnya berkaitan dengan pengembangan dan penelitian (research and development).

3. Bagi pembaca dan dunia pustaka

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, sehingga dapat memperdalam pemahaman istishna` dan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.

D. Kerangka Teori dan Konsep

Kerangka teori atau landasan teori pada penelitian ini adalah teori-teori yang melandasi permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi baik teori yang bersifat umum maupun teori yang lebih khusus yang terkait dengan topik kajian.

Untuk keperluan penelitian ini, hal-hal yang termasuk dalam objek penelitian dipertegas format dan substansinya, oleh karena itu dalam penelitian ini dijelaskan batasan-batasan pengertian sebagai berikut:

Pembiayaan : adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk


(26)

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.7

Istishna` : adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk pembeli/pemesan.8

Akuntansi : proses pencatatan, pengukuran, interpretasi dan komunikasi data keuangan. Akuntan mempersiapkan laporan keuangan untuk mencerminkan keadaan keuangan dan kinerja operasi. Juga, praktisi akuntansi memberikan pelayanan akuntansi pribadi kepada klien seperti mempersiapkan laporan keuangan pribadi dan rencana perpajakan.9

E. Kajian Kepustakaan Terdahulu

Adapun kajian data kepustakaan terdahulu yang peneliti dapatkan antara lain: 1. Pada tahun 2000, Dadang Romansyah mahasiswa fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang membahas judul skripsi “Analisis terhadap Etika Akuntansi dalam Perspektif Islam”. Adapun cakupan bahasan terbatas pada pandangan Islam terhadap etika akuntansi.

7

Z. Dunil, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia, 2004), hal. 324

8

Arcarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet ke-1, hal. 96

9

Joel G.Siegel & Jae K. Shim, Kamus Istilah Akuntansi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, cetakan ke-3, Agustus 2003), hal. 59


(27)

2. Pada tahun 2005, Juliano Satria mahasiswa jurusan Hukum tentang Kegiatan Ekonomi FEUI membahas judul skripsi “Tinjauan Yuridis Pembiayaan Bai` al-Istishna` (Purchase By Order or Manufakture) pada PT. Bank Muamalat Indonesia”. Adapun cakupan bahasan hanya terbatas pada hukum kegiatan ekonomi yang berbasis Bai` al-Istishna`.

3. Pada tahun 2006, Siti Hairany mahasiswi jurusan Muamalat/Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah membahas judul skripsi “Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan pada BMT Al-Husnayain”. Adapun cakupan bahasan hanya menggambarkan secara umum perlakuan akuntansi pada sisi pembiayaan secara umum di BMT Al-Husnayain.

F. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Muamalat Institute (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) yang beralamat di Celestial Cyber Center Jl. Futuris No.2-3 Ruko Pinangsia, Karawaci Park Office, Tangerang .

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif-analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang diperoleh peneliti di lapangan mengenai perlakuan akuntansi istishna` dan istishna` pararel dan aplikasinya pada bank syariah dengan melakukan


(28)

kajian terhadap data dan informasi yang diperoleh serta memberikan penilaian terhadap hal tersebut.

3. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelititan yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

4. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber data, yaitu: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil konsultasi pada salah

satu pejabat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

b. Data sekunder, yaitu catatan-catatan akuntansi dan laporan keuangan istishna` dan istishna` pararel pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa buku, jurnal, majalah, artikel, download internet dan lain sebagainya. Langkah dalam melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip serta menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini.


(29)

b. Penelitian Lapangan (field research), untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis langsung terjun ke obyek penelitian yaitu pada lembaga yang diteliti, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang didapat dari perusahaan/ instansi yang diteliti dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

6. Teknik Analisa dan Interpretasi Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh peneliti bersifat kualitatif yakni data yang dinyatakan dalam bentuk kata atau kalimat. Dan data kuantitatif yang bersifat diskrit yakni data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil meneliti di lapangan. Data-data yang telah diperoleh akan diinterpretasikan dalam bentuk pemaparan dan analisis sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini.

7. Teknik Penulisan

Adapun tekhnik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang disusun oleh TIM Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.


(30)

G. Sistematika Penulisan

Secara geris besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis dalam skripsi ini, maka akan dijelaskan beberapa hal dalam sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian kepustakaan terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan bab yang membahas tinjauan teoritis mengenai akuntansi, proses akuntansi, akuntansi perbankan syariah, tujuan akuntansi dan laporan keuangan bank syariah, perbedaan prinsip antara akuntansi syariah dan konvensional, pengertian dan jenis-jenis istishna`, landasan hukum dan operasional istishna`, rukun dan syarat-syarat istishna`, hak dan kewajiban kedua belah pihak, perbedaan antara istishna` dan salam, dan perlakuan akuntansi transaksi istishna` dari pihak bank sebagai shani`.

Bab III adalah bab yang membahas tentang deskripsi objek penelitian yang meliputi gambaran umum perusahaan, yakni sejarah singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, visi dan misi, struktur organisasi, prinsip operasional, produk dan jasa.

Bab IV merupakan bab yang membahas dan menganalisa hasil penelitian mengenai perlakuan akuntansi istishna` yang meliputi prosedur dan tata cara mengajukan pembiayaan istishna di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan


(31)

penerapan akuntansi istishna` pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk serta melihat apakah perlakuan akuntansinya telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Bab V merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang merupakan pandangan objektif dari penulis.


(32)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Akuntansi

1. Pengertian Akuntansi

Dari segi istilah, kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. Badan yang berwenang dan beberapa ahli memberi pengertian yang bervariasi mengenai akuntansi bergantung pada sudut dan penekanan yang mereka anut. Akan tetapi, pada prinsipnya apa yang dikemukan oleh para ahli tersebut menuju ke satu pengertian akuntansi karena sebenarnya mereka membahas objek yang sama yaitu informasi keuangan.

Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut10:

“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut.”

10


(33)

Cakupan akuntansi dari definisi diatas lebih menekankan akuntansi sebagai suatu proses. Perspektif yang lain ditawarkan oleh definisi akuntansi berikut ini (menurut American Accounting Association).11

“Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomik untuk memungkinkan pembuatan pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh pengguna informasi, baik pihak internal maupun eksternal”

Sedangkan menurut Accounting Principle Board (APB) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

“Aktivitas jasa yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan”.

Yang terbaru, akuntansi telah didefinisikan dengan mengacu pada komsep informasi kuantitatif (menurut Ikatan Akuntan Indonesia):

“Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan di antara alternatif tindakan yang ada”.

Sedangkan akuntansi menurut syariah, sebagaimana firman Allah SWT: Al-Baqarah : 282

ی ی

ی

ی !

" ی

#

"$%

#& ﻡ

' ( ) *

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”(Al-Baqarah : 282)

11


(34)

Pemakai Informasi Akuntansi

Berbagai individu dan pihak-pihak yang berkepentingan yang menggunakan informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Individu. Orang-orang dalam masyarakat umum menggunakan informasi akuntansi untuk kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya melakukan investasi dan melakukan keputusan apakah membeli atau menyewa sebuah rumah.

b. Pemodal atau calon pemodal. Pemodal (investor) dan calon pemodal membutuhkan informasi akuntansi mengenai posisi keuangan dan profibilitas untuk mengetahui prospek perusahaan dimasa mendatang dan keselamatan investasi mereka. Keputusan yang diambil adalah apakah memulai, menambah, mengurangi, menarik, atau mempertahankan investasi dalam suatu perusahaan.

c. Kreditor. Bank-bank dan para rekanan membutuhkan informasi akuntansi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran-pembayaran yang dijadwalkan sebelum memberikan pinjaman.

d. Badan-badan Pemerintah. Sebagai contoh adalah Ditjen Pajak dan Bapepam sangat berkepentingan dengan informasi akuntansi dari perusahaan untuk tujuan-tujuan pengenaan pajak dan membuat peraturan-peraturan (regulation)

e. Karyawan. Para karyawan dan serikat pekerjanya membutuhkan informasi akuntansi untuk mengetahui stabilitas dan profitabilitas perusahaan tempat


(35)

mereka bekerja. Hal ini berhubungan dengan permintaan gaji dan upah serta bonus mereka.

f. Kelompok konsumen. Mereka juga tertarik dengan informasi akuntansi yang menggambarkan jumlah laba yang diperoleh perusahaan.

g. Manajemen (pemimpin perusahaan). Merupakan pihak yang paling banyak berhubungan dengan informasi akuntansi. Berdasarkan informasi ini pihak manajemen membuat keputusan-keputusan yang secara langsung akan mempengaruhi operasi perusahaan

2. Proses Akuntansi

Dalam menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan memerlukan suatu proses yang terdiri atas beberapa aktivitas akuntansi. Proses akuntansi ini akan terjadi secara berulang dan berkelanjutan pada periode-periode akuntansi berikutnya. Oleh karena itu proses akuntansi ini disebut dengan siklus akuntansi (accounting cycle). Secara sistematis, langkah-langkah dalam proses akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:


(36)

Gambar 2.1 PROSES AKUNTANSI12

12

Alfonsus Sirait, Intermediate Accounting, Tim Penerjemah Penerbit Erlangga (Jakarta: Erlangga, 1992), cet.ke-4, hal. 67

Langkah 1 Dokumen Usaha

dianalisis

Langkah 2 Transaksi dicatat dalam Buku Jurnal

Langkah 3 Transaksi diposkan

ke Buku Besar

Neraca Lajur Langkah 4

Neraca Saldo

Langkah 5 Penyesuaian

Langkah 6 Laporan Keuangan

Langkah 7 Ayat Jurnal

Penutupan

Langkah 8 Neraca Saldo setelah

Ayat Jurnal Penutup

Langkah 9 Ayat Jurnal Balik


(37)

Apabila bank syariah atau perusahaan modern telah mempergunakan komputer dalam penataan akuntansinya, yang diketahui oleh pada pelaksana hanya kode transaksi debet dan kode transaksi kredit, bahkan terdapat beberapa transaksi yang jurnalnya dilakukan secara otomasi oleh komputer, dan akhirnya pelaksana hanya mengetahui cetakan seperangkat laporan keuangan. Proses atau siklus akuntansi yang penataan akuntansinya dilakukan komputer dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses (Siklus) Akuntansi13

Gambar 2.2

Siklus Akuntansi melalui Komputer

13

Alfonsus Sirait, hal. 68.

Data Dasar

Jurnal

Buku Besar

Neraca Percobaan


(38)

3. Akuntansi Perbankan Syariah

Bank syariah yang pertama kali muncul pada tahun 1992 saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jika pada tahun 1990-an jumlah bank yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip syariah masih berjumlah belasan, maka pada awal tahun 2008 jumlah bank syariah telah menjadi 31 bank.14

Meskipun demikian, menurut Muhammad untuk mendorong seseorang menginvestasikan dananya di bank syariah, sangatlah penting membangun kepercayaan calon nasabah terhadap bank syariah. Salah satu prasyarat untuk mengembangkan kepercayaan adalah ketersediaan informasi yang mampu meyakinkan calon nasabah bahwa bank syariah dapat mencapai tujuan investasi yang dilakukan oleh calon nasabah. Diantara sumber-sumber informasi yang penting, laporan keuangan bank syariah yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang sesuai dengan karakter bank syariah menjadi sumber informasi yang berguna untuk memberikan gambaran tentang perkembangan dan kemampuan bank syariah dalam mengelola dana nasabah.

Dari pendapat Muhammad diatas jelas bahwa akuntansi bank syariah menjadi hal yang penting agar bank syariah dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh nasabah. Ini sejalan dengan pendapat Antonio yang memasukkan “standar akuntansi, audit dan pelaporan” sebagai salah satu

14


(39)

ketentuan dari 4 ketentuan yang dianggap dapat mendukung bank syariah agar dapat beroprasi secara efektif dan efisien.

4. Tujuan Akuntansi dan Laporan Keuangan Bank Syariah a. Tujuan Akuntansi Bank Syariah:

1) Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang berlandaskan pada konsep kejujuran, keadilan, kebijakan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islami.

2) Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai laporan dalam pengambilan keputusan.

3) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

b. Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah

Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan.

Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1) Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan.

Laporan keuangan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang


(40)

rasional. Oleh karena itu, informasi harus dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

a) Shahibul maal/pemilik dana b) Kreditur

c) Pembayar zakat, infaq, dan shadaqah d) Pemegang saham

e) Otoritas pengawasan f) Bank Indonesia g) Pemerintah

h) Lembaga Penjamin Simpanan i) Masyarakat

2) Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana, kreditur dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi, serta pembayaran deviden.


(41)

3) Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.

4) Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik investasi terikat; dan 5) Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi

mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.

Laporan keuangan tidak hanya mencakup pernyataan mengenai keuangan tetapi juga merupakan sarana komunikasi informasi yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh akuntansi keuangan.


(42)

Tabel 2.1 Perbedaan Prinsip antara Akuntansi Konvensional dan Syariah

Akuntansi Konvensional Akuntansi Syariah

Postulat Entitas Pemisahan antara bisnis dan pemilik

Entitas didasarkan pada bagi hasil

Postulat Going-Concern

Kelangsungan bisnis secara terus-menerus, yaitu didasarkan pada realisasi keberadaan aset

Kelangsungan usaha tergantung pada persetujuan kontrak, antara kelompok yang terlibat dalam aktivitas bagi hasil

Postulat Periode Akuntansi

Tidak dapat menunggu sampai akhir kehidupan perusahaan dengan mengukur keberhasilan aktivitas perusahaan

Setiap tahun dikenai zakat, kecuali untuk produk pertanian yang dihitung setiap panen

Postulat Unit Pengukuran

Nilai uang Kuantitas nilai pasar digunakan

untuk menentukan zakat

binatang, hasil pertanian, dan emas

Prinsip Penyingkapan

Penuh

Bertujuan untuk pengambilan keputusan

Menunjukkan pemenuhan hak dan kewajiban kepada Allah, masyarakat dan individu


(43)

Prinsip Objektivitas

Realibilitas pengukuran

digunakan dengan dasar bias personal

Berhubungan erat dengan konsep ketakwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non

materi untuk memenuhi

kewajiban

Prinsip Materi

Dihubungkan dengan

kepentingan relatif mengenai informasi pembuatan keputusan

Berhubungan dengan

pengukuran dan pemenuhan tugas/kewajiban kepada Allah, masyarakat dan individu

Prinsip Konsistensi

Dicatat dan dilaporkan menurut pola GAAP

Dicatat dan dilaporkan secara konsisten sesuai dengan prinsip yang dijabarkan oleh syariah

Prinsip Konservatisme

Pemilihan teknik akuntansi yang sedikit pengaruhnya terhadap pemilik

Pemilihan teknik akuntansi dengan memperhatikan dampak baiknya terhadap masyarakat Sumber: Muhammad, Akuntansi Syariah, 2005.

B. Istishna`

1. Pengertian dan Jenis-jenis Istishna`

Istishna` berarti minta dibuatkan. Secara terminologi muamalah istishna` adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk pembeli/pemesan. Istishna` merupakan salah satu


(44)

bentuk jual beli dengan pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan bentuk jual beli forward kedua yang diperbolehkan oleh syariah.

Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan, maka kontrak/akad istishna` muncul. Agar akad istishna` menjadi sah, harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang harus memiliki spesifikasi yang jelas yang telah disepakati bersama. Dalam istishna` pembayaran dapat dimuka, dicicil sampai selesai, atau dibelakang, serta istishna` biasanya diaplikasikan untuk barang industri dan manufaktur. Sedangkan pada salam pembayarannya dilakukan sebelum barang diterima15

Secara umum akad jual-beli istishna` yang dipraktekkan dalam bermuamalah ada dua macam, yaitu jual-beli istishna` dan istishna` pararel. Perbedaan pada keduanya yaitu terletak pada penggunaan sub-kontaktor, yakni bisa saja pembeli mengizinkan pembuat menggunakan sub-kontraktor untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna` kedua untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak baru ini yang kemudian dikenal sebagai istishna` pararel.16

15

Arcarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet ke-1, hal. 97

16

M. Syafi`i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.ke-1, hal.115


(45)

2. Landasan Hukum dan Operasional Istishna`

Mengingat jual-beli istishna` merupakan lanjutan dari jual-beli salam maka secara umum landasan syariah yang berlaku pada jual-beli salam juga berlaku pada jual-beli istishna`. Sungguhpun demikian, para ulama membahas lebih lanjut keabsahan jual-beli istishna` dengan penjelasan berikut.

Menurut mazhab Hanafi, jual-beli istishna` termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan semangat bai` secara qiyas. Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan pada istishna` , pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual. Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak jual-beli istishna` atas dasar istihsan karena alasan-alasan berikut ini:17

a. Masyarakat telah mempraktikkan jual-beli istishna` secara luas dan terus menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan jual-beli istishna` sebagai kasus ijma` atau konsensus umum

b. Di dalam syariah di mungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma` ulama

c. Keberadaan jual-beli istishna` didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak orang sering kali memerlukan barang yang tidak tersedia dipasar sehingga mereka cenderung melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka

17


(46)

d. Jual-beli istishna` sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah.

Sebagian fuqaha kontemporer berpendapat bahwa jual-beli istishna` adalah sah atas dasar qiyas dan aturan umum syariah karena itu memang jual beli biasa dan si penjual akan mampu mengadakan barang tersebut pada saat penyerahan. Demikian juga kemungkinan terjadi perselisihan atas jenis dan kualitas barang dapat diminimalkan dengan pencantuman spesifikasi dan ukuran-ukuran serta bahan material pembuatan barang tersebut.

a. Landasan Hukum

Ulama fiqh berpendapat, bahwa yang menjadi dasar diperbolehkannya transaksi istishna` adalah firman Allah yang terdapat pada beberapa surat dibawah ini, yaitu:

1) QS. Al-Baqarah, ayat 282, yang berbunyi:

ی ی

ی

ی !

" ی

#

"$%

#&

' ( ) *

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”(Al-Baqarah : 282)

Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat tersebut dengan transaksi jual-beli salam, yang dalam hal ini dalil ini pun menjadi acuan pada jual-beli istishna`. Hal ini pun tampak jelas dari ungkapan beliau, “Saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang


(47)

dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya”. Ia lalu membaca ayat tersebut diatas. 2) QS. Al-Baqarah, ayat: 275, yang berbunyi:

$

(

+

,

-.

,

Artinya : “Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”

Selain dari firman Allah yang telah disebutkan diatas, ulama fiqh juga mengemukakan beberapa sabda Rasulullah yang menjadi dasar diperbolehkannya istishna`, yaitu

1) HR. Imam yang Enam, yang berbunyi:18

"/0 1* 23ﺱ ﻡ

*

5

1

)

"$

63

"-,

,

7

"8

63

"-1

%

"$

63

"-9

:

%

;

<

=

>

>

?

“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam),hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”

2) HR. Ibnu Majah, yang berbunyi:

@

A

B

A

"C

@

;

D

E

D

E

F

E

A

3

1

@

3

;

,

3

G

H3

IJ

*

(

)

>

(

+

1

%

"$

,

K

F

L

>

,

:

3

M

(

.

N

6

18


(48)

3(

O

<

3(

+

9

F

,

'

%

;

?

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan terigu untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (H.R. Ibnu Majah, No.2280, Kitab Tijarah)

b. Landasan Operasional

Adapun yang menjadi landasan hukum diperbolehkannya istishna` dalam dunia perbankan, yaitu:

1) UU No. 7/92 jo UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

2) Lampiran 6: SK BI No. 32/34/SK tgl.12/05/99 Dir BI, tentang Prinsip-prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syariah

3) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/17/PBI/2004 Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasal 34.

4) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/24/PBI/2004 Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasal 36. 5) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/46/PBI/2005 tentang akad

penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasal 15, 16 dan 17.

6) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 4 April 2000 tentang Jual Beli Istishna`


(49)

7) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 22/DSN-MUI/III/2004 tertanggal 28 Maret 2004 tentang Jual Beli Istishna` Pararel

3. Rukun dan Syarat-syarat Istishna`

Adapun rukun istishna` adalah19:

a. Produsen/pembuat (shani`) b. Pemesan/pembeli (mustashni`) c. Proyek/Usaha/Barang/Jasa (mashnu`) d. Harga (tsaman)

e. Shigat (Ijab Qabul)

Sedangkan syarat istishna`20 adalah: a. Pihak yang berakad

1) Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji 2) Punya kekuasaan untuk melakukan jual beli

3) Pihak yang membuat barang (produsen) menyatakan kesanggupan untuk mengadakan/membuat barang itu.

b. Produsen/pembuat (shani`)

1) Produsen adalah orang atau badan hukum yang ahli di dalam bidangnya dan bertanggung jawab penuh terhadap hasil produksinya

19

Arcarya, hal. 97

20

Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Penerbit LPFE Usakti, 2005), Cet. ke-1, hal. 183


(50)

2) Produsen bisa ditunjuk langsung oleh bank (pihak pertama) atau bisa juga pilihan dari nasabah (pilihan nasabah)

c. Pemesan/pembeli (mustashni`) 1) Nasabah harus cakap hukum

2) Mempunyai kemampuan untuk membayar

3) Pesanan yang sudah selesai wajib dibeli oleh nasabah/pemesan

4) Jika ada perubahan kriteria pesanan dari pihak nasabah, maka harus segera dilaporkan ke bank dan bank akan menyampaikannya kepada produsen

5) Perubahan bisa dilakukan apabila pihak produsen dan bank menyetujui 6) Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditanda tangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah

d. Mashnu` (Barang/objek pesanan)

Berdasarkan FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL No. 06/DSN-MUI/IV/2000, tentang Jual-beli Istishna` khususnya pada ketetapan kedua mengenai “Ketentuan Tentang Barang” , maka telah ditetapkan:

1) Harus jelas ciri-cirinya dapat diakui sebagai hutang 2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya

3) Penyerahannya dilakukan kemudian

4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan


(51)

5) Pembeli (mustashni`) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya

6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

7) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad

e. Harga Jual (Tsaman)

1) Harga jual kepada nasabah adalah harga beli ditambah keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli

2) Masa pembuatan harus jelas dan dicantumkan dalam akad 3) Dilakukan pada awal akad sebelum penyerahan barang

4) Dilakukan setelah penyerahan barang baik secara keseluruhan atau di angsur

5) Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad

6) Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama f. Jual Beli Istishna` Pararel

Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna`. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (subkontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna` maka hal ini disebut istishna` pararel.


(52)

Istishna` pararel dapat dilakukan dengan syarat:

1) akad kedua antara bank dan subkontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir.

2) akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

3) Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 22/DSN-MUI/III/2004 tertanggal 28 Maret 2002, tentang jual beli istishna` pararel khususnya ketetapan pertama mengenai “Ketentuan Umum” sebagai berikut:

4) Jika LKS melakukan transaksi istishna` untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah ia dapat melakukan istishna` lagi dengan pihak lain pada objek yang sama, dengan syarat istishna` pertama tidak bergantung (mu`allaq) pada istishna` yang kedua

5) semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad istishna` (Fatwa DSN No.06/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula pada istishna` pararel. g. Perselisihan

Jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.


(53)

Kontrak istishna` menciptakan kewajiban moral bagi perusahaan untuk memproduksi barang pesanan pembeli. Sebelum perusahaan memulai produksinya, setiap pihak dapat membatalkan kontrak dengan memberitahukan sebelumnya kepada pihak yang lain. Namun demikian, apabila perusahaan sudah memulai produksinya, kontrak istishna` tidak dapat diputuskan secara sepihak.21

5. Perbedaan antara Istishna` dengan Salam

Sebagai bentuk jual-beli forward, istishna` mirip dengan salam. Namun, ada beberapa perbedaan diantara keduanya, antara lain:

a. Objek istishna` selalu barang yang harus diproduksi, sedangkan objek salam bisa untuk barang apa saja, baik harus diproduksi lebih dahulu maupun tidak diproduksi lebih dahulu

b. Harga dalam akad salam harus dibayar penuh dimuka, sedangkan harga dalam akad istishna` tidak harus dibayar penuh dimuka, melainkan juga dapat dicicil atau dapat dibayar dibelakang.

c. Akad salam efektif tidak dapat diputuskan secara sepihak, sementara dalam istishna` akad dapat diputuskan sebelum perusahaan memulai produksi.

6. Perlakuan Akuntansi Transaksi Istishna` dari pihak Bank sebagai Shani`

21


(54)

a. Pengakuan dan Pengukuran a. Piutang Istishna`

Dasar Pengaturan Bank sebagai Penjual/Produsen

PSAK No. 59 (2002) telah mengatur pengakuan dan pengukuran biaya istishna` adalah sebagai berikut:

a) biaya istishna` terdiri dari:

(1) Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan; dan

(2) Biaya tidak langsung, yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara objektif b) beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset

dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna`

(1) biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna` jika akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan; dan

(2) biaya istishna` yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna` dalam penyelesaian pada saat terjadinya.

(3) Pengakuan dan pengukuran biaya istishna` pararel adalah sebagai berikut:


(55)

• Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan

subkontraktor kepada bank;

• Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad

(termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara objektif;

• Semua biaya akibat subkontraktor tidak dapat memenuhi

kewajibannya, jika ada; dan

• biaya istishna` pararel diakui sebagai aktiva istishna`

dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan.

• Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir

diakui sebagai piutang istishna` dan sebagai termin istishna` (istishna` billing) pada pos lawannya.

Pengakuan dan Pendapatan dan Keuntungan Istishna` dan Istishna` Pararel

a) Pendapatan istishna` adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna` dengan harga pokok istishna`. Pendapatan istishna` diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai.


(56)

b) Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:

(1) Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna` pada periode yang bersangkutan.

(2) Bagian margin keuntungan istishna` yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna` dalam penyelesaian

(3) Pada akhir periode harga pokok istishna` diakui sebesar biaya istishna` yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

c) Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) tidak ada pendapatan istishna` yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai

(2) tidak ada harga pokok istishna` yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai

(3) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna` dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai


(57)

(4) pengakuan pendapatan istishna`, harga pokok istishna`, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.

Penyelesaian Awal

a) Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan bank memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian tersebut. b) Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal

piutang istishna` dapat diperlakukan sebagai:

(1) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna` pada saat pembayaran; atau

(2) penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna` secara keseluruhan.

Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan

Pengukuran perubahan pesanan dan klaim tambahan adalah sebagai berikut:

a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh bank dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan istishna` dan biaya istishna`.

b) jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkankan oleh


(58)

setiap klaim akan menambah biaya istishna`, sehingga pendapatan istishna` akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan;

c) perlakuan akuntansi poin a dan b juga berlaku pada istishna` pararel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan klaim tambahan ditentukan oleh sub-kontraktor dan disetujui bank berdasarkan akad istishna` pararel.

Beban Pemeliharaan dan Penjaminan Barang Pesanan

Beban pemeliharaan dan penjaminan barang pesanan diakui pada saat terjadinya dan diperhitungkan dengan pendapatan istishna`.

Bank sebagai Pembeli

a) Bank mengakui aktiva istishna` dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna` kepada penjual.

b) Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.

c) Jika bank menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak dapat memperoleh kembali seluruh


(59)

jumlah uang yang telah dibayarkan kepada sub-kontraktor, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.

d) Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

e) Dalam istishna` pararel, jika pembeli akhir menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna`. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

b. Jurnal

Jurnal ini merupakan transaksi istishna` dengan pembayaran pada saat penyerahan aktiva istishna`

a) Pengakuan biaya pra-akad

(1) Pada saat dikeluarkannya biaya akad Db. Beban pra-akad yang ditangguhkan

Kr. Kas/hutang

(2) Pada saat kepastian transaksi istishna` Jika akad ditandatangani


(60)

Kr. Beban pra-akad yang ditangguhkan Jika akad tidak ditandatangani

Db. Beban pra-akad

Kr. Beban pra-akad yang ditangguhkan

b) Pada saat pengeluaran biaya untuk memproduksi aktiva istishna` Db. Aktiva istishna` dalam penyelesaian

Kr. Hutang

c) Pada saat pembayaran utang Db. Hutang

Kr. Kas/rekening pemasok

a) Pada saat bank menagih kepada pembeli akhir Db. Piutang istishna`

Kr. Termin istishna`

b) Pada saat penerimaan pembayaran dari pembeli akhir Db. Kas/rekening nasabah pemesan

Kr. Piutang istishna`

c) Jika menggunakan metode prosentase penyelesaian:

(1) Pengakuan harga pokok dan pendapatan (pada akhir periode laporan keuangan/pada akhir termin

Db. Harga pokok istishna`

Db. Aktiva istishna` dalam penyelesaian (penyesuaian) Kr. Pendapatan istishna`.


(61)

(2) Pada saat bank menerima barang pesanan dari sub-kontraktor Db. Persediaan.

Kr. Aktiva istishna` dalam penyelesaian

(3) Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang pesanan kepada pembeli akhir

Db. Termin istishna`. Kr. Persediaan.

d) Jika menggunakan metode akad selesai:

(1) Pada saat bank menerima barang pesanan dari sub-kontraktor Db. Persediaan.

Kr. Aktiva istishna` dalam penyelesaian

(2) Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang pesanan kepada pembeli akhir

Db. Tagihan termin istishna` Kr. Persediaan

Kr. Pendapatan bersih istishna` c. Istishna` Pararel

a) Pengakuan biaya pra-akad

(1) Pada saat dikeluarkannya biaya akad Db. Beban pra-akad yang ditangguhkan

Kr. Kas/hutang


(62)

Jika akad ditandatangani

Db. Aktiva istishna` dalam penyelesaian Kr. Beban pra-akad yang ditangguhkan Jika akad tidak ditandatangani

Db. Beban pra-akad yang ditangguhkan Kr. Beban pra-akad

b) Pengakuan harga perolehan aktiva istishna`

(1) Pada saat penerimaan tagihan dari sub-kontraktor untuk memproduksi aktiva istishna`

Db. Aktiva istishna` dalam penyelesaian Kr. Hutang istishna`

(2) Apabila aktiva istishna` yang dipesan bank kepada sub-kontraktor tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan akhir maka bank harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi. Pada saat pengeluaran biaya tersebut, dijurnal:

Db. Aktiva istishna` dalam penyelesaian Kr. Hutang istishna`

c) Pada saat pembayaran utang Db. Hutang istishna`

Kr. Kas/rekening sub-kontraktor


(63)

Db. Piutang istishna`

Kr. Tagihan termin istishna`

(rekening tagihan termin istishna` merupakan contra account dari aktiva istishna` dalam penyelesaian)

e) Pada saat penerimaan pembayaran dari pemesan (pembeli akhir) Db. Kas/rekening nasabah pemesan

Kr. Piutang istishna`

f) Jika menggunakan metode prosentase

(1) Pengakuan harga pokok dan pendapatan (pada akhir periode laporan keuangan/pada akhir termin):

Db. Harga pokok istishna`

Db. Aktiva istishna` dalam penyelesaian (penyesuaian) Kr. Pendapatan istishna`

(2) Pada saat bank menerima barang pesanan dari sub-kontraktor Db. Persediaan

Kr. Aktiva istishna` dalam penyelesaian

(3) Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang pesanan kepada pembeli akhir

Db. Termin istishna` Kr. Persediaan

g) Jika menggunakan metode akad selesai


(64)

Db. Persediaan

Kr. Aktiva istishna` dalam penyelesaian

(2) Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang pesanan kepada pembeli akhir

Db. Tagihan termin istishna` Kr. Persediaan

Kr. Pendapatan bersih istishna`

b. Penyajian dan Pengungkapan 1) Penyajian22

Adapun penyajian pada transaksi ini adalah:

a) Piutang istishna` yang berasal dari transaksi istishna` yang penyelesaian pembayarannya bersamaan dengan proses pembuatan aktiva istishna` disajikan di neraca sebesar tagihan termin kepada pembeli akhir.

b) Piutang istishna` yang berasal dari transaksi istishna` yang penyelesaian pembayarannya secara tangguh setelah penyerahan aktiva istishna` disajikan di neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (piutang istishna` dikurangi margin istishna` yang ditangguhkan)

22

Biro Perbankan Syariah BI dan Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta: Biro Perbankan Syariah BI, 2003), Cet ke-1, bag.III, hal.46


(65)

2) Pengungkapan23

Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:

a) Rincian piutang istishna` berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, dan kualitas piutang.

b) Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan margin istishna` yang ditangguhkan.

c) Besarnya piutang istishna` baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank.

d) Penyisihan kerugian piutang istishna`.

e) Pendapatan dan keuntungan dari kontrak istishna` selama periode berjalan.

f) Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan

g) Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak.

h) Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang. i) Nilai kontrak istishna` pararel yang sedang berjalan serta rentang

periode pelaksanaannya

23


(66)

j) Nilai kontrak istishna` yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.


(67)

BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk juga menerima dukungan dari masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp. 84 miliar pada saat penandatanganan akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp. 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya berselang dua tahun setelah didirikan, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 1990-an, negara Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-porandakan pula sebagian besar perekonomian negara-negara di Asia


(68)

Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal disetor.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam kurun waktu tersebut, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, di tunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

B. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

Visi

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.


(69)

Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

Pada tahun 2003, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk membuat sebuah komitmen untuk memurnikan proses perbankan dan layanannya agar sepenuhnya sesuai dengan tatanan perbankan syariah. Berbagai kebijaksanaan, tata laksana dan produk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dikaji secara menyeluruh untuk dibandingkan dengan kaidah syariah yang telah digariskan. Pada tahun 2004, upaya pemurnian PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah selangkah lebih maju. Berangkat dari visi dan misi diatas, BMI menyusun nilai-nilai pokok spiritual sebagai panduan bagi seluruh anggota kru dalam bertindak dan bertingkah laku.

C. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

1. Dewan Pengawas Syariah

Ketua : KH. Sahal Mahfudz

Anggota : KH. Ma`ruf Amin

Anggota : Prof. DR. H. Muardi Chatib

Anggota : Prof. DR. H. Umar Shihab

2. Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Drs. H. Abbas Adhar

Komisaris : Drs. H. Syaiful Amir, Ak. MBA


(70)

Komisaris : H. Iskandar Zulkarnain, SE, Msi.

Komisaris : H. Zainul Bahar Noor, SE

3. Dewan Direksi

President Director : H. A. Riawan Amin, MSc

Finance and Administration Director : H. M. Hidayat, SE, Ak.

Business Director : Ir. H. Arviyan Arifin

Compliance and Corporate Support Director : Ir. H. Andi Buchari, MM

Director : Drs. U. Saefuddin Noer

Director : Ir. H. Herbudhi S. Tomo

Gambar 3.1


(71)

Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Laporan Tahunan 2005 Shareholders Meeting

Board of Commissioners Sharia Supervisory

President Director

Business Unit

• Opr. Head Offic

• Coord.Branche s Offices

• DPLK KPNO IAG Business (Policy & Compliance & Corporate Business (Net & Business (Funding & Individual)

• Resident Auditor • Adm & IT System • Data Control

• Financing & Treasury

• Monitoring & Audit Administratio

n & Financing

Network & Alliance

• Network Alliances (POS, Da`i Muamalat, Pegadaian)

• Shar-e & Gerai Optimizing

• Virtual Banking Business

Development

• System Developm & SOP

• Product Dev & Maintenance

Administration

• MIS & Tax

• Personel Adm & Logistic

• Informaation & Technology

• Technical Support & Data Center

• Opr. Supervision Financing & Settlement

• Financing Supervision & SOP

• F.I & Sharia Financial Compliance &

Risk Management

KYC Unit

Corporate Support

• Sommunication & Public Relation

• Corp. Legal & Investor Relation

• Protocolar & Internal Relation


(1)

Dari kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1 PSAK No. 59 dan PAPSI yang merupakan pedoman dalam perlakuan akuntansi bank syariah di dalam prakteknya harus tetap dijadikan dalam operasional PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

2 Pemerintah dan DPR perlu segera membentuk undang-undang tentang perbankan syariah karena saat ini lembaga ekonomi syariah termasuk bank syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat, sedangkan undang-undang perbankan yang ada saat ini belum mampu mengakomodir ketentuan-ketentuan mengenai bank syariah

3 Bank syariah sebagai lembaga keuangan Islam perlu mensosialisasikan produk-produk yang dimiliki kepada masyarakat, sehingga konsep-konsep Islam yang tercermin dari produk-produk perbankan tersebut dapat dilaksanakan secara kaffah.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

AAOIFI, Accounting and Auditing and Governance Standards for Islamic Financial Institution, Bahrain: Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) Manama, 1999.

Al-Amine, Muhammad Al-Bashir Muhammad. Istisna (Manufacturing Contract) in Islamic Banking and Finance Law & Practice, Malaysia: A S Noordeen, 2001.

Antonio, M. Syafi`i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, Cet ke-7, 2003.

Antonio, M. Syafi`i. “Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah.” Artikel diakses pada 18 Juni 2008 dari http://www.tazkiaonline.com/article.php?sid=41. _______. “Pembiayaan Bank Syariah.” Artikel diakses pada 24 Juni 2008 dari

http://www.tazkiaonline.com/article.php?sid=44.

Arifin, Zainul. “Prinsip Operasional Bank Syariah”. Artikel diakses pada 01 Juli 2008 dari http://www.tazkiaonline.com/article.php?sid=20.

`Asyur, Ahmad Isa. Fiqhul Muyassar Fil Mu`amalat (Fiqh Islam Praktis Bab Muamalah), diterjemahkan oleh Abdul Hamid Zahwan, Solo: Pustaka Mantiq, 1995.


(3)

Bank Indonesia, Arah Pengembangan ke Depan Bank Syariah di Indonesia, Jakarta: 2000.

Bank Indonesia. Buku Saku Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Januari 2008.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI No. 6/24/PBI/2004. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Tentang Akad Penghimpunan dan

Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI No. 7/46/PBI/2005.

____________, Peraturan Bank Indonesia Tentang Bank Perkreditan Rakyat yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI No. 6/17/PBI/2004.

____________, Peraturan Bank Indonesia Tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, PBI No.5/7/PBI/2003.

____________, Surat Keputusan Direksi BI Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI No.32/34/KEP/DIR/ Tanggal 12 Mei 1999.

Bank Muamalat Indonesia. Proses Pembiayaan, Jakarta: PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk, 2002.

Bank Muamalat. “Simulasi Pembiayaan Istishna`”. Artikel diakses pada 14 Agustus 2008 dari http://www.muamalatbank.com/simulasi/sim_bla_ist.isp.

Departemen Agama, Al-Qur`an dan Terjemahnya, Edisi Revisi, Bandung: CV. Penerbit Jamanatul `Ali – Art, 2004.


(4)

Guralnik, David B. Webster`s New World Dictionary for Young Reader, USA: Hertanto Widodo, Teten Kustiawan, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta, Institut Manajemen Zakat, 2001. Harahap, Sofyan Syafri. Akuntansi Islam,. Jakarta, Bumi Aksara, 1999.

………., Teori Akuntansi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Haroen, Sudin. Prinsip dan Operasional Bank Syari`ah, Kuala Lumpur, Berita Publishing Sdn, Bhd, 1996.

Husnan, Suad. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta, 1996, Edisi 4.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangann Bank Syari`ah, Jakarta, Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, Jakarta, 2002.

………., Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta, Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, Jakarta, 2002. Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998 LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790.

Mas`adi, Ghufron A. Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, P.T. Raja Grafindo Persada, Cetakan Pertama, 2002.

Purwataatmadja, Karnaen dan Antonio, Syafi`i. Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta, Dhana Bakti Wakaf, 1992.


(5)

Remy Sjahdeini, Sutan. Perbankan Syariah dan Kedudukannya dalam Tata Hukum di Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1999.

Riahi Belkaoui, Ahmed. Teori Akuntansi, Jakarta, Salemba Empat, 2000.

Siegel, Joel G & Shim, Jae K. Kamus Istilah Akuntansi, Jakarta: Elex Media Komputindo, cetakan ke-3, 2003.

Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta, 1999.

Syahatah, Husein. Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2001.

Triyuwono, Iwan. Organisasi dan Akuntansi Syari`ah, Yogyakarta, LKiS, 2000. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk


(6)