ANALISIS BIAYA KARAKTERISTIK Ibu Dr. Halimatuddahliana, ST. M.Sc, dan Bapak Mhd. Hendra S. Ginting, ST.

18 aditif, panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Di samping itu, analisis IR dapat digunakan untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer [32]. 2.4.4 Karakterisasi Scanning Electron Microscope SEM Scanning Electron Microscope SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, Sinar X, elektron sekunder dan absorbsi electron [17]. Teknik SEM pada hakikatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 μm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan [17]. Gambar topografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar dimonitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket [17]. Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktifitas tinggi, karena polimer mempunyai konduktifitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor bahan penghantar yang tipis. Yang biasa digunakan adalah perak, tetapi jika dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baisk digunakan emas atau campuran emas dan palladium [17].

2.5 ANALISIS BIAYA

Dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisa biaya terhadap pembuatan produk lateks karet alam. Adapun biaya untuk perancangan bahan mentah raw material produk membutuhkan bahan-bahan yakni sebagai berikut: 1. Lateks Karet Alam Universitas Sumatera Utara 19 2. Bantonite Clay 3. Alkanolamida yang disintesa dari bahan RBDPKO Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil 4. Wadah Pencelupan Rincian biaya bahan, peralatan dan analisa diberikan dalam Tabel 2.3, Tabel 2.4 dan Tabel 2.5. Tabel 2.3 Rincian Biaya Bahan Pembuatan Produk Lateks Karet Alam Bahan Jumlah Harga Rp Biaya Total Rp Lateks Karet Alam 6 kg Rp 28.000,-kg 168.000,- Bentonite Clay 4 kg Rp 25.000,-kg 100.000,- Alkanolamida 300 ml Rp 200.000,- 200.000,- Plastik Zipper 2 buah Rp 17.000,-buah 34.000,- Aluminium Foil 2 buah Rp 20.000.-buah 40.000,- TOTAL 542.000,- Tabel 2.4 Rincian Biaya Peralatan Pembuatan Produk Lateks Karet Alam Peralatan Jumlah Harga Rp Biaya Total Rp Pembuatan Cetakan Wadah Pencelupan 5 buah Rp 20.000,- buah 100.000,- TOTAL 100.000,- Universitas Sumatera Utara 20 Tabel 2.5 Rincian Biaya Analisa Pembuatan Produk Lateks Karet Alam Analisa Jumlah Harga Rp Biaya Total Rp a Fourier Transform Infra-Red FTIR Alkanolamida 1 sampel Rp 50.000,-sampel 50.000,- a Fourier Transform Infra-Red FTIR Produk Lateks Karet Alam 3 sampel Rp 75.000,-sampel 225.000,- Analisa Scanning on Microscopy SEM 4 sampel Rp 250.000,- sampel 1.000.000,- TOTAL 1.275.000,- Dari rincian biaya yang telah dilakukan diatas maka total biaya yang diperlukan untuk membuat produk lateks karet alam yaitu sebesar Rp 1.917.000,-. Universitas Sumatera Utara 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lateks, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. 3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan yang digunakan untuk pembuatan bahan penyerasi alkanolamida, dan pembuatan senyawa lateks karet alam.

3.2.1.1 Bahan Yang

Digunakan Untuk Pembuatan Bahan Penyerasi Alkanolamida Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan bahan penyerasi alkanolamida adalah sebagai berikut : 1. Dietanolamina C 4 H 11 NO 2 2. Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil RBDPKO 3. Natrium Metoksida CH 3 ONa 4. Metanol CH 3 OH 5. Dietil eter C 2 H 5 2 O 6. Natrium Sulfat Anhidrat Na 2 SO 4 7. Natrium Klorida NaCl

3.2.1.2 Bahan Yang Digunakan Untuk Pembuatan Senyawa Lateks Karet Alam

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan senyawa lateks karet alam adalah sebagai berikut : 1. High Ammonia Lateks dengan kandungan 60 karet basah 2. Zinc Oksida ZnO 3. Zinc Dibutyl Dithiocarbamate ZDEC 4. Kalium Hidroksida KOH Universitas Sumatera Utara 22 5. Sulfur S 6. Kloroform CHCl 3 7. Kalsium Karbonat CaCO 3 8. Kalsium Nitrat CaNO 3 2 9. Bentonite Clay 10. Alkanolamida

3.2.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan yang digunakan untuk pembuatan bahan penyerasi alkanolamida, dan pembuatan senyawa lateks karet alam.

3.2.2.1 Peralatan Yang Digunakan Untuk Pembuatan Bahan Penyerasi Alkanolamida

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan bahan penyerasi alkanolamida adalah sebagai berikut : 1. Rotary Evaporator 2. Oven 3. Hot Plate 4. Neraca Analitik 5. Refluks Kondensor 6. Termometer 7. Selang 8. Magnetic Stirer 9. Labu Leher Tiga 10. Gelas Ukur 11. Beaker Glass 12. Corong Gelas 13. Kertas Saring 14. Spatula Universitas Sumatera Utara 23

3.2.2.2 Peralatan Yang Digunakan Untuk Pembuatan Senyawa Lateks Karet Alam

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan senyawa lateks karet alam adalah sebagai berikut : 1. Vessel Flask 2. Cawan Penguap 3. Stirrer 4. Penangas Air 5. Termometer 6. Neraca Elektrik 7. Plat Seng 8. Oven

3.3 FORMULASI BAHAN

Formulasi bahan dalam penelitian ini terdiri dari formulasi lateks karet alam dan bahan kuratif, serta formulasi dispersi bentonite clay dan alkanolamida.

3.3.1 Formulasi Dispersi Bentonite Clay dan Alkanolamida

Formulasi dispersi bentonite clay dan alkanolamida yang digunakan dalam penelitian adalah [12]. Tabel 3.1 Formulasi Dispersi Bentonite Clay dan Alkanolamida Bahan Konsentrasi Pengisi 10 dan 15 Bentonite Clay 5 10 15 20 25 Alkanolamida 5 5 5 5 5 Air 90 85 80 75 70

3.3.2 Formulasi Lateks Karet Alam Dan Bahan Kuratif

Formulasi lateks karet alam dan bahan kuratif yang digunakan dalam penelitian adalah [12]. Tabel 3.2 Formulasi Lateks Karet Alam dan Bahan Kuratif Bahan Pra-vulkanisasi Berat basah gram High Ammonia Lateks 60 166,7 50 Sulfur 3 50 ZDEC 3 30 ZnO 0,83 50 Antioksidan 2 10 KOH 3 10 dan 15 Pengisi 5, 10, 15, 20, 25 Universitas Sumatera Utara 24

3.4 PROSEDUR PENELITIAN

3.4.1 Prosedur Pembuatan Bahan Penyerasi Alkanolamida

Adapun prosedur pembuatan bahan penyerasi alkanolamida adalah sebagai berikut [7] : 1. Dimasukkan 0,05 mol 50 gram sampel Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil RBDPKO, dan 0,24 mol 25,6 gram dietanolamina dalam labu leher tiga. 2. Ditambahkan 0,093 mol 5 gram katalis natrium metoksida terlebih dahulu dilarutkan dalam 20 ml metanol. 3. Dirangkai alat refluks kondensor dengan pendingin bola. 4. Dipanaskan pada suhu 60 - 70 °C sambil diaduk dengan magnetic stirrer selama 5 jam. 5. Hasil reaksi diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk menguapkan pelarutnya. 6. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 100 ml dietil eter. 7. Kemudian dicuci dengan larutan NaCl jenuh sebanyak tiga kali masing- masing 25 ml. 8. Setelah terbentuk dua lapisan, diambil lapisan atas dan lapisan bawah dibuang. 9. Lapisan atas ditambahkan natrium sulfat anhidrat, diamkan selama ± 45 menit, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. 10. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai pelarutnya habis, kemudian residu yang diperoleh dianalisis dengan analisa FTIR. 3.4.2 Prosedur Pendispersian Bentonite Clay Dan Alkanolamida Adapun prosedur pendispersian bentonite clay dan alkanolamida adalah sebagai berikut [8] : 1. Bentonite Clay dimasukan ke dalam ball mill. 2. Ditambahkan aquadest dan alkanolamida dengan perbandingan formulasi yang telah ditentukan dalam tabel 3.2. Universitas Sumatera Utara 25 3. Ball mill dihidupkan selama beberapa waktu dan diuji apakah sistem dispersi telah terbentuk.

3.4.3 Prosedur Analisa Kandungan Padatan Total TSC Dari Lateks Karet Alam

Adapun prosedur analisa kandungan padatan total TSC dari lateks karet alam adalah sebagai berikut [12] : 1. Ditimbang berat cawan porselen. 2. Diambil 5 gram lateks dan dimasukan dalam cawan porselen. 3. Dipanaskan dalam oven pada suhu 100 o C hingga bahan mengering. 4. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya. 5. Prosedur diulangi hingga diperoleh berat lateks kering yang konstan. 6. Dihitung kadar kandungan padatan total.

3.4.4 Prosedur Pembuatan Senyawa Lateks Karet Alam

Pembuatan senyawa lateks karet alam terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pra-vulkanisasi, vulkanisasi dan pembuatan film lateks karet alam.

3.4.4.1 Prosedur Pra-Vulkanisasi Lateks Karet Alam

Adapun prosedur pra-vulkanisasi adalah sebagai berikut [12] : 1. Bahan kuratif ditimbang dengan formulasi tertentu sesuai dengan Tabel 3.1. 2. Bahan kuratif, lateks, dan dispersi bentonite clay dan alkanolamida dimasukan dalam vessel flask dan ditutup rapat. 3. Diaduk selama 1 jam. 4. Diaduk di atas penangas air pada suhu 70 o C. 5. Setiap selang 5 menit, campuran diuji dengan tes kloroform. 6. Bila campuran telah mencapai tingkat 3, maka pemanasan dan pengadukan dihentikan. 7. Campuran didiamkan selama 24 jam.

3.4.4.2 Prosedur Uji Kloroform Pada Lateks Karet Alam Pra-Vulkanisasi

Adapun prosedur uji kloroform pada lateks karet alam pra-vulkanisasi adalah sebagai berikut [12] : 1. Setiap 5 menit pemanasan, diambil 10 ml lateks karet alam pra-vulkanisasi. Universitas Sumatera Utara 26 2. Lateks karet alam pra-vulkanisasi dimasukan dalam cawan berisi 10 ml kloroform. 3. Campuran diaduk hingga terjadi penggumpalan selama 2-3 menit. 4. Apabila kematangan campuran telah mencapai tingkat 3, maka lateks karet alam pra-vulkanisasi telah matang. Tingkat pematangan lateks karet alam pra-vulkanisasi melalui tes koagulasi- kloroform ditunjukan tabel 3.3 di bawah ini [12] : Tabel 3.2 Tingkat pematangan lateks karet alam pra-vulkanisasi melalui tes koagulasi-kloroform [12] No. Kloroform Keadaan Pematangan Bentuk Koagulan 1 Tak tervulkanisasi Koagulan lengket 2 Sedikit tervulkanisasi Koagulan lembut dan mudah putus 3 Tervulkanisasi sederhana Koagulan antara lengket dan tidak 4 Tervulkanisasi sepenuhnya Koagulan berupa butiran kering

3.4.4.3 Prosedur Vulkanisasi Dan Pembuatan Film Lateks Karet Alam

Adapun prosedur vulkanisasi dan pembuatan film lateks karet alam adalah sebagai berikut [12] : 1. Disiapkan larutan asam asetat 10 , Kalium Hidroksida KOH 10 , aquadest dan kalsium nitrat 10 . 2. Plat seng dicuci bersih lalu dicelupkan secara berurutan ke dalam keempat larutan diatas. 3. Plat seng dikeringkan dalam oven pada suhu ± 100 °C selama 5 menit. 4. Plat seng didinginkan sebentar lalu dicelupkan ke dalam lateks karet alam pra-vulkanisasi. 5. Plat seng dengan lateks karet alam pra-vulkanisasi kemudian divulkanisasi dalam oven pada suhu 100 °C, 110 °C dan 120 °C selama 10 menit. 6. Plat seng dengan lateks karet alam vulkanisasi didinginkan dan ditaburkan kalsium karbonat. . Universitas Sumatera Utara 27

3.5 FLOWCHART PERCOBAAN

3.5.1 Flowchart Pembuatan Bahan Penyerasi Alkanolamida

Adapun flowchart pembuatan bahan penyerasi alkanolamida adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Bahan Penyerasi Alkanolamida Mulai Dimasukkan 0,05 mol 50 gram sampel Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil RBDPKO dalam labu Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 100 ml dietil eter Dicuci dengan larutan NaCl jenuh sebanyak tiga kali masing-masing Setelah berbentuk dua lapisan, diambil lapisan atas dan lapisan bawah dibuang Lapisan atas ditambahkan natrium sulfat anhidrat, dan didiamkan selama ± Residu disaring dengan menggunakan kertas saring Selesai Dipanaskan pada suhu 60-70 o C sambil diaduk dengan magnetic stirrer selama 5 jam Hasil reaksi diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk menguapkan pelarutnya Ditambahkan 0,093 mol 5 gram katalis natrium metoksida terlebih dahulu dilarutkan dalam 20 ml methanol Ditambahkan 0,24 mol 25,6 gram dietanolamida Universitas Sumatera Utara 28

3.5.2 Flowchart Pendispersian Bentonite Clay Dan Alkanolamida

Adapun flowchart pendispersian bentonite clay dan alkanolamida adalah sebagai berikut : Gambar 3.2 Flowchart Pendispersian Bentonite Clay dan Alkanolamida Mulai Bentonite Clay dimasukkan ke dalam ball mill Ditambahkan aquadest dan alkanolamida dengan perbandingan formulasi yang Ball mill dihidupkan dan campuran didispersi selama beberapa waktu Apakah bentonite clay telah Tidak Ya Ball mill dihentikan dan larutan dispersi ditampung dalam wadah Selesai Universitas Sumatera Utara 29

3.5.3 Flowchart Analisa Kandungan Padatan Total TSC Dari Lateks Karet Alam

Adapun flowchart analisa kandungan padatan total TSC adalah sebagai berikut : Mulai Dimasukkan 5 gram lateks pekat dalam cawan porselin Dipanaskan dalam oven pada suhu 100 C hingga lateks pekat mengering Selesai Didinginkan dalam desikator, ditimbang dan dicatat massanya Apakah massa yang diperoleh telah konstan ? Tidak Ya Dihitung kadar kandungan padatan total TSC Gambar 3.3 Flowchart Analisa Kandungan Padatan Total TSC dari Lateks Karet Alam Universitas Sumatera Utara 30 3.5.4 Flowchart Pra-Vulkanisasi Lateks Karet Alam Adapun flowchart pra-vulkanisasi lateks karet alam adalah sebagai berikut : Gambar 3.4 Flowchart Pra-Vulkanisasi Lateks Karet Alam Mulai Seluruh bahan kuratif ditimbang dengan formulasi tertentu Seluruh bahan dimasukkan ke dalam vessel flask dan ditutup rapat Diaduk di atas penangas air pada suhu ± 70 o C Apakah tes kloroform telah mencapai Tidak Ya Pemanasan dan pengadukan dihentikan dan didiamkan selama ± 24 jam Selesai Diaduk selama ± 1 jam Setiap selang waktu 5 menit, campuran diuji dengan tes kloroform Apakah ada variasi formulasi Tidak Ya Universitas Sumatera Utara 31

3.5.5 Flowchart Uji Kloroform Pada Lateks Karet Alam Pra-Vulkanisasi

Adapun flowchart uji kloroform pada lateks karet alam pra-vulkanisasi adalah sebagai berikut : Mulai Tiap 5 menit pemanasan, diambil 10 ml lateks karet alam pra-vulkanisasi Campuran diaduk hingga terjadi penggumpalan dan dibiarkan selama 2-3 menit Selesai Lateks karet alam pra-vulkanisasi dimasukkan dalam cawan yang berisi 10 ml kloroform Lateks karet alam pra-vulkanisasi telah matang Apakah kematangan campuran telah mencapai tingkat 3 ? Tidak Ya Gambar 3.5 Flowchart Uji Kloroform Pada Lateks Karet Alam Pra-Vulkanisasi Universitas Sumatera Utara 32 3.5.6 Flowchart Vulkanisasi Dan Pembuatan Film Lateks Karet Alam Adapun flowchart vulkanisasi dan pembuatan film lateks karet alam adalah sebagai berikut : Mulai Disiapkan larutan asam asetat 10 , KOH 10 , aquadest dan kalsium nitrat 10 Plat seng dicuci bersih lalu dicelupkan secara berurutan ke dalam keempat larutan diatas Selesai Dikeringkan dalam oven pada suhu ± 100 C selama 5 menit Apakah ada variasi waktu yang lain ? Tidak Ya Didinginkan sebentar lalu dicelupkan ke dalam lateks karet alam pra-vulkanisasi Divulkanisasi dalam oven pada suhu100 c C selama 10 menit Plat seng didinginkan dan ditaburkan kalsium karbonat Gambar 3.6 Flowchart Vulkanisasi dan Pembuatan Film Lateks Karet Alam Universitas Sumatera Utara 33

3.6 PENGUJIAN PRODUK LATEKS KARET ALAM

3.6.1 Uji Kekuatan Tarik Tensile Strength Dengan ASTM D 412 Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan produk lateks karet alam yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan produk lateks karet alam. Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum F maks yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal Ao. Gambar 3.7 Sketsa Spesimen Uji Tarik ASTM D 412 Produk lateks karet alam dipilih dan dipotong membentuk spesimen untuk pengujian kekuatan tarik uji tarik sesuai dengan standar ASTM D 412. Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan tensometer terhadap tiap spesimen. Tensometer terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan 500 mmmenit, kemudian dijepit kuat dengan penjepit yang ada dialat. Mesin dihidupkan dan spesimen akan tertarik ke atas spesimen diamati sampai putus, dicatat tegangan maksimum dan regangannya.

3.6.2 Uji Swelling Index Dan Kerapatan Sambung Silang Crosslink Density

Dengan ASTM D 471 Swelling merupakan sifat non-mekanis, tetapi secara luas digunakan untuk mengkarakterisasi material elastomer. Uji swelling index dan kerapatan sambung silang crosslink density dilakukan sebagai berikut. Produk lateks karet alam Universitas Sumatera Utara 34 dipotong sedemikian rupa hingga massanya mencapai 0,2 gram. Uji kerapatan sambung silang crosslink density dihitung dengan menggunakan persamaan Flory- Rehner seperti persamaan 2.2 berikut ini [30]. . . 2 . 1 ln 2 3 1 2 1 r NRL r r r C V V V V V M Dimana : 2M C -1 = densitas sambung silang V dan χ = volume molar dan parameter interaksi dari pelarut untuk toluene, V = 108,5 mol.cm -3 and χ = 0,39 ρ NRL = densitas karet = 0,932 [31] V r adalah fraksi volume karet dalam gel yang membengkak, dihitung dari persamaan 2.3 berikut ini [31]. sol sol d d d d r W W W V Dimana : W d = massa dari karet kering ρ d = densitas karet untuk karet vulkanisasi, ρ d = 0,9203 g.cm -3 [31] W sol = massa cairan ρsol = densitas cairan untuk toluene, ρ sol = 0,87 g.cm -3

3.6.3 Karakteristik Fourier Transform Infra Red FTIR

Sampel yang akan dianalisa dengan Fourier Transform Infra-Red FTIR yaitu berupa : 1. Bahan penyerasi alkanolamida 2. Bentonite clay 3. Produk hasil dispersi bentonite clay dan bahan penyerasi alkanolamida 4. Produk lateks karet alam tanpa pengisi bentonite clay dan tanpa bahan penyerasi alkanolamida 5. Produk lateks karet alam dengan pengisi bentonite clay tanpa bahan penyerasi alkanolamida Universitas Sumatera Utara 35 6. Produk lateks karet alam dengan pengisi bentonite clay dan bahan penyerasi alkanolamida Tujuan dilakukan analisa ini adalah untuk melihat apakah ada atau tidak terbentuknya gugus amida dalam bahan penyerasi alkanolamida dan gugus baru dalam produk lateks karet alam dengan tambahan pengisi bentonite clay dan bahan penyerasi alkanolamida. Analisa FTIR dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.6.4 Karakterisasi

Scanning Electron Microscope SEM Sampel yang dianalisa yaitu produk lateks karet alam dengan pengisi tanpa penambahan bahan penyerasi alkanolamida, dan produk lateks karet alam dengan pengisi dan penambahan bahan penyerasi alkanolamida. Tujuan dilakukan analisa ini untuk melihat morfologi penyebaran pengisi didalam matriks lateks karet alam dengan penambahan bahan penyerasi alkanolamida. Analisa SEM dilakukan di Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Universitas Sumatera Utara 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK

FOURIER TRANSFORM INFRA RED FTIR BAHAN PENYERASI ALKANOLAMIDA Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra Red bahan penyerasi alkanolamida dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari senyawa alkanolamida. Karakteristik FTIR dari bahan penyerasi alkanolamida dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1 Karakteristik FTIR Bahan Penyerasi Alkanolamida Berdasarkan Gambar di atas maka dapat dicirikan gugus-gugus fungsi penyerasi alkanolamida. Gugus-gugus itu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Perincian Gugus-Gugus Fungsi Bahan Penyerasi Alkananolamida [33]. Frekuensi cm -1 pada penelitian Standar kisaran pita serapan cm -1 Keterangan gugus Fungsi 3347,66 4000-3300 O-H 2853,29 2900-2800 C-H metal 2199,80 2800-2000 O-H asam karboksilat 1618,21 1680-1600 C=O amida 1364,62 1500-1300 C-N amina 1047,65 1300-1000 C-O dari eter 720,86 1000-650 C-H alkana Hasil FTIR senyawa alkanolamida dapat dilihat munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 3347,66 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus O-H. Munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 2853,29 cm -1 yang merupakan 3347,66 2853,29 2199,80 1364,62 1618,21 1047,65 720,86 O-H C-H C=O C-H C-N C-O O-H Bilangan Gelombang cm -1 Universitas Sumatera Utara 37 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 C-N C-O C-O C-O C=O C-N C=O O-H O-H O-H O-H Tr an sm ita ns i T Bilangan Gelombang cm -1 Lateks 100C Lateks + Bentonit 100C 10 Pengisi 10 gr 100C keberadaan gugus C –H metil. Munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 2199,80 cm -1 yang merupakan gugus O-H asam karboksilat. Munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 1618,21 cm -1 merupakan keberadaan gugus C=O amida. Munculnya puncak serapan 1364,62 cm -1 yang merupakan keberadaan gugus C-N amina. Munculnya puncak serapan 1047,65 cm -1 yang merupakan keberadaan gugus C-O eter. Selain itu munculnya puncak serapan 720,86 cm -1 yang merupakan keberadaan gugus C-H alkana [33]. Hasil spektrum FTIR jelas menunjukkan adanya atau terbentuknya gugus-gugus pada senyawa alkanolamida, seperti gugus alkohol, metil, asam karboksilat, amida, amina, eter dan alkana.

4.2 KARAKTERISTIK