Pemanjangan Saat Putus Elongation at Break

42 Pada gambar 4.5, suhu vulkanisasi yang lebih tinggi menunjukkan kekuatan tarik yang lebih unggul. Namun, ketika pembebanan pengisi mencapai 20 dan 25 gram pengisi, menimbulkan turunnya kekuatan tarik. Pada pembebanan pengisi yang rendah, molekul karet lebih dominan sehingga peristiwa reversi dapat dihindari, namun pada pembebanan pengisi yang tinggi, molekul karet menjadi lebih terhalang satu sama lain, sehingga terjadi peristiwa reversi. Meningkatnya kekuatan tarik dari produk lateks karet alam dapat dilihat dengan meningkatnya crosslink density dari produk lateks karet alam. Sebelum melampaui titik kritis, kekuatan tarik akan berbanding lurus dengan densitas sambung silang. Dengan membandingkan Grafik 4.4 dan Grafik 4.5, dapat dilihat bahwa densitas sambung silang mencerminkan kekuatan tarik yang dihasilkan.

4.3.3 Pemanjangan Saat Putus Elongation at Break

Pengaruh suhu vulkanisasi pada produk lateks karet alam berpengisi bentonite clay dan penyerasi alkanolamida terhadap pemanjangan pada saat putus elongation at break dapat ditunjukkan pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 Pengaruh Suhu Vulkanisasi Pada Produk Lateks Karet Alam Berpengisi Bentonite Clay Dan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Pemanjangan Pada Saat Putus Elongation at Break Gambar 4.6 menunjukkan hubungan suhu vulkanisasi dan penambahan pengisi pada pemanjangan pada saat putus Elongation at Break produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam dan bahan kuratif tanpa Universitas Sumatera Utara 43 penambahan bentonite clay dan alkanolamida. Pemanjangan pada saat putus merupakan besarnya pertambahan panjang sampel yang diuji hingga sampel tepat putus. Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa pemanjangan pada saat putus cenderung menurun seiring dengan bertambahnya pembebanan pengisi mulai dari 10 gram dan menurunnya suhu vulkanisasi. Bertambahnya pengisi, maka sistem karet akan menjadi lebih padat, atau dengan kata lain histeresis meningkat. Histeresis merupakan perbandingan komponen viskos dan komponen elastis. Histeresis dapat digunakan untuk melihat seberapa besar energi yang tidak disimpan sebagai deformasi namun sebagai panas [35]. Penambahkan pengisi komponen elastis sistem karet akan menurun sehingga menyebabkan sistem karet menjadi lebih kaku. Suhu vulkanisasi yang lebih rendah akan menyebabkan ikatan sambung silang yang lebih banyak. Sehingga lebih banyak ikatan yang menopang sistem karet sehingga menjadi lebih kaku. Ignatz-Hoover et al [36] mengatakan bahwa semakin besar nilai densitas sambung silang maka produk vulkanisat yang dihasilkan cenderung akan bersifat lebih rapuh sehingga sifat-sifat elastisnya akan menurun. Hal ini ditunjukkan oleh nilai pemanjangan saat putus cenderung menurun seiring bertambahnya pembebanan pengisi.

4.4 PENGARUH KONSENTRASI PENGISI