Mengenali emosi diri self awareness

Dan saat ini dikenal untuk memprediksi validitas di situasi kerja, salah satunya perekrutan di U.S. Air Foce Cherniss, 2000. 2. Mayer Salovey dan Caruso Emotional Intelligence Test MSCEIT yang dikembangkan oleh Salovey dan Mayer 2002, berbentuk tes kemampuan tes of ability yang terdiri dari 141 item pernyataan. Test MSCEIT ini adalah pengembangan dari Multifactor Emotional Intelligence Scale MEIS. Pada MSCEIT ini pula pengukurannya berkembang menjadi MSCEIT RV 1.1 dan yang terbaru MSCEIT V2,0. Adapun dimensi yang diukur dalam test ini adalah mengamati emosi dengan tepat, menggunakan emosi untuk memudahkan penyampaian ide, memahami emosi dan mengelola emosi. Adapun pengukuran kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini, merujuk pada teori Goleman 1998. Alat ukur ini terdiri atas 25 item, yang mengukur kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, memotivasi diri, kemampuan mengenal emosi orang lain, serta keterampilan sosial dan memiliki tingkat reabilitas alpha cronbarch’s cukup tinggi sebesar 65.5.Penelitian-penelitian lain di Indonesia juga mengembangkan alat ukur kecerdasan emosi, dengan mengacu pada teori Goleman. Seperti Farikha 2011 dan juga Fajri 2013.

2. 4. Kerangka Berpikir

Perilaku prososial menurut Eisenberg dan Mussen 1989 adalah perilaku yang dilakukan secara sukarela untuk menolong atau memberikan manfaat bagi orang lain. Perilaku prososial sangat besar manfaatnya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif. Ada beberapa faktor yang berasal dari luar individu atau eksternal yang dapat mempengaruhi tampil atau tidaknya perilaku prososial, yaitu kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, dan desakan waktu Taylor, Peplau Sears, 2009. Selain itu adapula faktor yang berasal dari faktor dalam diri individu internal diantaranya, seperti asertif, emosi, religiusitas, self-esteem, dan norma-norma juga berpengaruh signifikan terhadap perilaku prososial Eisenberg, Fabes Spinrad, 2006. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah self esteem Eisenberg, Tracy Fabes, 2006. Karena dengan self-esteem yang tinggi pada diri seseorang akan mampu menekan agresitifitasnya sehingga terhindar dari perilaku antisosial Staub, 2003. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Srimanjaya 2007 yang menemukan bahwa self-esteem memberikan kontribusi terhadap perilaku prososial sebesar 28,479 . Self-esteem menurut Coopersmith 1990 adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan kebiasaan memandang dirinya, berdasarkan keyakinan, kesuksesan serta keberhargaan dirinya. Orang yang memiliki yang memiliki self-esteem tinggi cenderung memiliki nilai diri positif. Maka itu mereka mampu mengatasi depresi dan juga masalah kenakalan remaja dengan begitu mereka akan lebih mudah berprilaku prososial Sweson Prelow, 2005. Selain self-esteem, kecerdasan emosi juga berpengaruh terhadap perilaku prososial. Kecerdasan emosi yang tinggi, akan membentuk individu mampu mengenali emosi sendiri, memotivasi diri, mengelola emosi, mengenali emosi orang lain dan mampu bersosialisasi dengan baik Goleman,1998. Hal tersebut