Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Kelopak Bunga Rosella {Hibiscus sabdariffa L.)

(1)

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI DAN

DAN

DAN

DAN UJI

UJI

UJI

UJI EFEK

EFEK

EFEK

EFEK ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

KRIM

KRIM

KRIM

KRIM EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK BUNGA

BUNGA

BUNGA

BUNGA ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

OLEH:

OLEH:

OLEH:

OLEH:

DEWI

DEWI

DEWI

DEWI SUSANA

SUSANA

SUSANA

SUSANA

NIM

NIM

NIM

NIM 111524056

111524056

111524056

111524056

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI SARJANA

SARJANA

SARJANA

SARJANA FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA UTARA

UTARA

UTARA

UTARA

MEDAN

MEDAN

MEDAN

MEDAN

2013

2013

2013

2013


(2)

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI DAN

DAN

DAN

DAN UJI

UJI

UJI

UJI EFEK

EFEK

EFEK

EFEK ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

KRIM

KRIM

KRIM

KRIM EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK BUNGA

BUNGA

BUNGA

BUNGA ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan

Diajukan Diajukan

Diajukan untukuntukuntukuntuk melengkapimelengkapimelengkapimelengkapi salahsalahsalah satusalahsatusatusatu syaratsyaratsyaratsyarat untukuntukuntukuntuk memperoleh

memperolehmemperolehmemperoleh GelarGelarGelarGelar SarjanaSarjanaSarjanaSarjana FarmasiFarmasiFarmasiFarmasi padapadapadapada Fakultas

Fakultas Fakultas

Fakultas FarmasiFarmasiFarmasiFarmasi Universitas

Universitas Universitas

Universitas SumateraSumateraSumateraSumatera UtaraUtaraUtaraUtara

OLEH:

OLEH:

OLEH:

OLEH:

DEWI

DEWI

DEWI

DEWI SUSANA

SUSANA

SUSANA

SUSANA

NIM

NIM

NIM

NIM 111524056

111524056

111524056

111524056

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI SARJANA

SARJANA

SARJANA

SARJANA FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA UTARA

UTARA

UTARA

UTARA

MEDAN

MEDAN

MEDAN

MEDAN

2013

2013

2013

2013


(3)

PENGESAHAN

PENGESAHAN

PENGESAHAN

PENGESAHAN SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI DAN

DAN

DAN

DAN UJI

UJI

UJI

UJI EFEK

EFEK

EFEK

EFEK ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

KRIM

KRIM

KRIM

KRIM EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK BUNGA

BUNGA

BUNGA

BUNGA ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

OLEH:

OLEH:

OLEH:

OLEH:

DEWI

DEWI

DEWI

DEWI SUSANA

SUSANA

SUSANA

SUSANA

NIM

NIM

NIM

NIM 111524056

111524056

111524056

111524056

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 12 September 2013 Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195107031977102001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA

KATAKATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi dan menguji efek anti-aging dari ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.) dalam sediaan krim yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sangat luar biasa sabar dan telaten membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan. Ibu Kepala Laboraturium Kosmetika yang telah memberikan fasilitas, petunjuk dan membantu selama penelitian. Bapak Dr. Karsono, Apt., Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan masukan, kritik, arahan dan saran dalam menyusun skripsi ini.


(5)

Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Dra. Rohana, atas pengorbanannya dengan tulus ikhlas dan telah mendoakan penulis, untuk adik-adik tersayang Syahrul, Rizki Nanda, dan Nurul Rahmah yang selalu setia memberikan dorongan dan semangat serta kepada teman-teman ekstensi stambuk 2011 atas semua motivasinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khusus bidang farmasi.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(6)

DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR ISIISIISIISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tanaman Rosela ………... 5

2.2 Kulit ………. 6

2.3 Kosmetik untuk Kulit ... 10

2.4 Sinar Ultraviolet ... 11


(7)

2.6 Anti penuaan atau anti aging ... 18

2.7 Skin Analyzer ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat-alat ... 23

3.2 Bahan-bahan ... 23

3.3 Hewan Uji ... 24

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 24

3.5 Formula Sediaan Krim ... 26

3.6 Cara Pembuatan ... 27

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 27

3.8 Uji Efek Anti-Aging ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil ekstraksi ... 30

4.2 Hasil Formulasi ... 30

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 30

4.4 Penentuan Aktivitas Anti-Aging ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(8)

DAFTAR

DAFTARDAFTARDAFTAR TABELTABELTABELTABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis ... 17 Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada dermis ... 17 Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran ... 22 Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12

minggu ... ... 31 Tabel 4.2 Data pengukuran pH pada saat selesai dibuat ... 33 Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan

12 minggu ... ... 33 Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi ... 35 Tabel 4.5 Persentase kelembaban pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan

keempat ... 37 Tabel 4.6 Persentase kehalusan kulit pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan

keempat ... 39 Tabel 4.7 Persentase pori pada kulit marmut kelompok blanko,

ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan

keempat ... 41 Tabel 4.8 Persentase noda pada kulit marmut kelompok blanko,

ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan

keempat ... 44 Tabel 4.9 Persentase keriput pada kulit marmut kelompok blanko,


(9)

vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran,dan pemulihan dari minggu pertama, kedua,

ketiga, dan keempat ... ... 48 Tabel 4.10Kedalaman keriput pada kulit marmut kelompok blanko,

ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan


(10)

DAFTAR DAFTAR DAFTAR

DAFTAR GAMBARGAMBARGAMBARGAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Grafik rata-rata kelembaban pada kulit marmut

kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu

pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 30 Gambar 4.2 Grafik rata-rata kehalusan kulit pada kulit marmut

kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu

pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 40 Gambar 4.3 Grafik rata-rata pori pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 42 Gambar 4.4 Grafik rata-rata noda pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella 0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 45 Gambar 4.5 Grafik rata-rata keriput pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella 0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 49 Gambar 4.6 Grafik rata-rata keriput pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 52


(11)

DAFTAR

DAFTARDAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat identifikasi tanaman ... 58

Lampiran 2. Bagan penyiapan sampel ... 59

Lampiran 3. Bagan pembuatan ekstrak ... 60

Lampiran 4. Bagan pembuatan krim ... 61

Lampiran 5. Bagan penyiapan hewan uji dan uji efek anti-aging ... 62

Lampiran 6. Gambar bunga rosella ... 63

Lampiran 7. Gambar kelopak bunga rosella kering ... 64

Lampiran 8. Gambar serbuk kelopak bunga rosella ... 65

Lampiran 9. Gambar rotary evaporataor ... 65

Lampiran 10. Gambar alat freezedryer ... 66

Lampiran 11. Gambar hasil freezedryer ... 66

Lampiran 12. Gambar sediaan setelah selesai dibuat ... 67

Lampiran 13. Gambar sediaan setelah 12 minggu ... 67

Lampiran 14. Gambar uji homogenitas ... 68

Lampiran 15. Gambar uji tipe emulsi ... 68

Lampiran 16. Gambar alat pH meter ... 69

Lampiran 17. Gambar lampu UV ... 69

Lampiran 18. Gambar alat skin analyzer ... 70

Lampiran 19. Gambar alat moisture checker ... 70

Lampiran 20. Sertifikat analisis vitamin C ... 71


(12)

(13)

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI DAN

DAN

DAN

DAN UJI

UJI

UJI

UJI EFEK

EFEK

EFEK

EFEK ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

DARI

DARI

DARI

DARI KRIM

KRIM

KRIM

KRIM EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK BUNGA

BUNGA

BUNGA

BUNGA ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAKABSTRAK

Paparan sinar matahari langsung pada kulit merupakan salah satu penyebab penuaan dini. Gejala yang jelas terlihat diantaranya munculnya keriput, kulit kering dan kasar serta timbulnya noda-noda gelap pada kulit. Krim anti-aging merupakan krim yang diyakini dapat membantu memperlambat efek penuaan dini. Rosella merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, berperan dalam menjaga kerusakan sel akibat sinar UV berlebih. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan mampu memberikan efek anti aging.

Ekstrak kelopak bunga Rosella dibuat dengan cara maserasi 500 gram kelopak bunga Rosella kering menggunakan 5 liter penyari etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan menguji efektivitas dari beberapa konsentrasi ekstrak kelopak bunga Rosella dalam sediaan krim terhadap kulit yang telah dituakan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 15 ekor marmut. Penuaan dilakukan dengan penyinaran lampu Ultraviolet (UV) panjang gelombang 366 nm pada bagian punggung marmut yang telah dicukur. Sediaan krim yang dibuat adalah krim ekstrak kelopak Rosella dengan konsentrasi 0,5%; 0,75%; 1%, krim blanko (krim tanpa zat aktif), dan krim vitamin C 2% sebagai pembanding. Beberapa pengujian yang dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, dan uji efektivitas anti-aging dengan menggunakan alat Skin Analyzer dengan parameter yang diukur adalah kelembaban, kehalusan kulit, besarnya pori, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalamannya.

Hasil pengujian terhadap sediaan menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, memiliki pH 4,9-6,1 dengan tipe emulsi m/a. Uji stabilitas sediaan diperoleh bahwa krim blanko tidak mengalami perubahan warna maupun bau selama penyimpanan 12 minggu. Sedangkan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5%; 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mengalami perubahan warna maupun bau. Hasil uji efek anti aging dengan menggunakan analisis Tukey terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,75%, 1%, dan krim vitamin C 2% dibandingkan dengan krim blanko dan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5% yang menunjukkan bahwa krim konsentrasi 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mampu memberikan efek anti aging karena dapat meningkatkan kelembaban, kehalusan, mengecilkan pori, mengurangi jumlah noda dan kerutan.


(14)

FORMULATION

FORMULATION

FORMULATION

FORMULATION AND

AND

AND

AND ANTI

ANTI

ANTI

ANTI AGING

AGING TEST

AGING

AGING

TEST

TEST

TEST EFFECT

EFFECT

EFFECT

EFFECT OF

OF

OF

OF

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA’’’’SSSS ((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

CALYX

CALYX

CALYX

CALYX EXTRACT

EXTRACT

EXTRACT

EXTRACT CREAM

CREAM

CREAM

CREAM

ABSTRACT

ABSTRACT

ABSTRACT

ABSTRACT

Sunlight is one of the source causing premature aging. Some of the symptoms are clearly visible on the skin such as wrinkles, skin becomes dry and rough, enlarge pores and dark spots. Anti-aging cream is a cream to prevent or slower down the effect of premature aging. Rosella is one plant that has a high content of antioxidant role in maintaining cell damage caused by UV light. The aim of this study was to learn whether can be the formulated cream a Rosella calyx extract and is able to provide anti-aging effect.

The extract of rosella calyx is made by maceration of 500 gr of dried rosella calyx using 5 litre ethano solvent 70%. This research was conducted by examining the effectiveness of some of Rosella calyx extract concentration in cream toward the aging. 15 guinea pigs were used in this study to test those effectiveness. The aging process on guinea pigs was done by exposing their bald back to the ultraviolet light in 366 nm wavelength. The cream provided in this study was the one made ​ ​ from rosella’s calyx extract with 0.5%, 0.75%, 1% concentration, blank cream (cream without the active ingredient), and 2% of vitamin C as a comparison. Another test conducting in this study were homogenity test, pH test, type emulsion test, stability test, and anti-aging test by measuring parameters were moisture, evenness of skin, size of pore, amount of spot, wrinkle and its depth with the skin analyzer.

The result showed that rosella calyx extract can be formulated in cream, all of cream are homogeneous, with pH 4.9-6.1 and those were m/a type. The blank cream does not change its colour or odor, but roselle calyx extract cream concentration 0,5%; 0,75%; 1% dan vitamin C 2% cream do change colour and odor. The results of the test indicated that anti-aging effect by used Tukey analysis show that significant different (p < 0.05) between rosella calyx extract cream 0.75%, 1%, and vitamin C cream 2% compared with blank cream and cream calyx of Rosella extract 0.5% show that at concentration of 0.75%; 1% and vitamin C 2% cream may have the ability anti-aging effect as because could increased moisture and evenness, minimize pore, reduces the number of pores, reduces the number of spots and wrinkles.


(15)

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI

FORMULASI DAN

DAN

DAN

DAN UJI

UJI

UJI

UJI EFEK

EFEK

EFEK

EFEK ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

ANTI-AGING

DARI

DARI

DARI

DARI KRIM

KRIM

KRIM

KRIM EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK

KELOPAK BUNGA

BUNGA

BUNGA

BUNGA ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAKABSTRAK

Paparan sinar matahari langsung pada kulit merupakan salah satu penyebab penuaan dini. Gejala yang jelas terlihat diantaranya munculnya keriput, kulit kering dan kasar serta timbulnya noda-noda gelap pada kulit. Krim anti-aging merupakan krim yang diyakini dapat membantu memperlambat efek penuaan dini. Rosella merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, berperan dalam menjaga kerusakan sel akibat sinar UV berlebih. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan mampu memberikan efek anti aging.

Ekstrak kelopak bunga Rosella dibuat dengan cara maserasi 500 gram kelopak bunga Rosella kering menggunakan 5 liter penyari etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan menguji efektivitas dari beberapa konsentrasi ekstrak kelopak bunga Rosella dalam sediaan krim terhadap kulit yang telah dituakan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 15 ekor marmut. Penuaan dilakukan dengan penyinaran lampu Ultraviolet (UV) panjang gelombang 366 nm pada bagian punggung marmut yang telah dicukur. Sediaan krim yang dibuat adalah krim ekstrak kelopak Rosella dengan konsentrasi 0,5%; 0,75%; 1%, krim blanko (krim tanpa zat aktif), dan krim vitamin C 2% sebagai pembanding. Beberapa pengujian yang dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, dan uji efektivitas anti-aging dengan menggunakan alat Skin Analyzer dengan parameter yang diukur adalah kelembaban, kehalusan kulit, besarnya pori, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalamannya.

Hasil pengujian terhadap sediaan menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, memiliki pH 4,9-6,1 dengan tipe emulsi m/a. Uji stabilitas sediaan diperoleh bahwa krim blanko tidak mengalami perubahan warna maupun bau selama penyimpanan 12 minggu. Sedangkan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5%; 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mengalami perubahan warna maupun bau. Hasil uji efek anti aging dengan menggunakan analisis Tukey terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,75%, 1%, dan krim vitamin C 2% dibandingkan dengan krim blanko dan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5% yang menunjukkan bahwa krim konsentrasi 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mampu memberikan efek anti aging karena dapat meningkatkan kelembaban, kehalusan, mengecilkan pori, mengurangi jumlah noda dan kerutan.


(16)

FORMULATION

FORMULATION

FORMULATION

FORMULATION AND

AND

AND

AND ANTI

ANTI

ANTI

ANTI AGING

AGING TEST

AGING

AGING

TEST

TEST

TEST EFFECT

EFFECT

EFFECT

EFFECT OF

OF

OF

OF

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA

ROSELLA’’’’SSSS ((((Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus

Hibiscus sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

sabdariffa

L.)

L.)

L.)

L.)

CALYX

CALYX

CALYX

CALYX EXTRACT

EXTRACT

EXTRACT

EXTRACT CREAM

CREAM

CREAM

CREAM

ABSTRACT

ABSTRACT

ABSTRACT

ABSTRACT

Sunlight is one of the source causing premature aging. Some of the symptoms are clearly visible on the skin such as wrinkles, skin becomes dry and rough, enlarge pores and dark spots. Anti-aging cream is a cream to prevent or slower down the effect of premature aging. Rosella is one plant that has a high content of antioxidant role in maintaining cell damage caused by UV light. The aim of this study was to learn whether can be the formulated cream a Rosella calyx extract and is able to provide anti-aging effect.

The extract of rosella calyx is made by maceration of 500 gr of dried rosella calyx using 5 litre ethano solvent 70%. This research was conducted by examining the effectiveness of some of Rosella calyx extract concentration in cream toward the aging. 15 guinea pigs were used in this study to test those effectiveness. The aging process on guinea pigs was done by exposing their bald back to the ultraviolet light in 366 nm wavelength. The cream provided in this study was the one made ​ ​ from rosella’s calyx extract with 0.5%, 0.75%, 1% concentration, blank cream (cream without the active ingredient), and 2% of vitamin C as a comparison. Another test conducting in this study were homogenity test, pH test, type emulsion test, stability test, and anti-aging test by measuring parameters were moisture, evenness of skin, size of pore, amount of spot, wrinkle and its depth with the skin analyzer.

The result showed that rosella calyx extract can be formulated in cream, all of cream are homogeneous, with pH 4.9-6.1 and those were m/a type. The blank cream does not change its colour or odor, but roselle calyx extract cream concentration 0,5%; 0,75%; 1% dan vitamin C 2% cream do change colour and odor. The results of the test indicated that anti-aging effect by used Tukey analysis show that significant different (p < 0.05) between rosella calyx extract cream 0.75%, 1%, and vitamin C cream 2% compared with blank cream and cream calyx of Rosella extract 0.5% show that at concentration of 0.75%; 1% and vitamin C 2% cream may have the ability anti-aging effect as because could increased moisture and evenness, minimize pore, reduces the number of pores, reduces the number of spots and wrinkles.


(17)

BAB BAB BABBAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1 1.1 1.1

1.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang

Penampilan merupakan salah satu aspek yang bisa membuat rasa percaya diri yang tinggi. Meskipun umur seseorang sudah tidak remaja lagi, penampilan kulit yang halus tanpa keriput dan berseri menjadi dambaan setiap wanita di dunia ini (Bogadenta, 2012).

Masalah yang sering muncul dewasa ini adalah gejala penuaan dini. Meskipun ini bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis, namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang (Bodagenta, 2012). Sebagai organ paling luar, kulit langsung terpapar dengan lingkungan prooksidatif seperti radiasi sinar UV, obat-obatan, polusi udara, asap rokok, radiasi, alkohol dan paparan zat tertentu (Deny, dkk., 2006). Akibatnya kulit terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus, muncul pigmentasi kulit, terlihat tidak kencang, kusam dan tidak segar (Mulyawan, 2013).

Proses menua merupakan suatu proses fisiologis dan terjadi pada semua organ tubuh manusia, termasuk kulit. Proses menua pada kulit dapat dibedakan atas dua, yaitu proses menua instrinsik (proses menua sejalan dengan waktu) dan proses menua ekstrinsik (proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal, seperti pajanan sinar matahari yang berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi yang tidak seimbang). Pada penuaan ekstrinsik gambaran


(18)

akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpapar matahari (Ardhie, 2011).

Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan (Ardhie, 2011). Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Hernani, 2005). Tubuh kita tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Oleh karena itu antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Rohdiana, 2001).

Antioksidan alami bisa diperoleh dari sayuran, buah-buahan, dan sumber lainnya salah satunya adalah bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.). Menurut Ir. Didah Nurfaridah, dalam penelitiaannya tentang uji komponen zat gizi dan aktivitas antioksidan pada kelopak bunga rosella tahun 2006, menemukan bahwa kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering bunga rosella jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoshebisin (Rahmawati, 2012). Selain itu rosella juga memiliki kandungan vitamin A dan vitamin C yang cukup tinggi. Sementara itu zat kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah antosianin yang merupakan turunan flavonoipd berfungsi sebagai antioksidan yang


(19)

berperan dalam menjaga kerusakan sel dari sinar ultraviolet berlebih yang diserap tubuh (Mardiah, dkk., 2009; Maryani dan Kristiana, 2008).

Penggunaan ekstrak kelopak rosella secara langsung pada kulit tidaklah praktis, oleh karena itu diformulasikan dalam sebuah sediaan kosmetik yang mudah digunakan dengan memanfaatkan aktivitas antioksidan dalam kelopak bunga rosella yaitu dibuat dalam bentuk krim. Krim merupakan emulsi setengah padat dan umumnya kurang kental dan lebih ringan. Krim dianggap lebih mempunyai daya tarik estetika yang lebih besar karena sifatnya tidak berminyak dan kemampuaan menyerap dalam kulit pada saat pengolesan (Ansel, 1989). Krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini. Menyamarkan noda atau flek hitam di wajah dan menghilangkan kerutan dibawah mata. Dengan demikian krim anti-aging dapat memperlambat penuaan pada kulit (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang formulasi dan uji efek anti-aging dari ekstrak kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffaL.) dalam sediaan krim.

1.2 1.2 1.2

1.2 PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah

1. Apakah ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim?

2. Apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.) mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut?


(20)

1.3 1.3 1.3

1.3 HipotesHipotesHipotesHipotesisisisis

1. Ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim?

2. Krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.) mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut?

1.4 1.4 1.4

1.4 TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

1. Untuk mengetahui apakah ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim.

2. Untuk mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut?

1.5 1.5 1.5

1.5 ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman rosella (Hibiscus sabdariffaL.)

2. Menjadi alternatif lain dalam penggunaan Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) untuk konsumen yang tidak hanya dapat di konsumsi sebagai minuman dan makanan saja.


(21)

BAB BAB BAB BAB IIIIIIII TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN

TINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.1 2.1 2.1

2.1 UraianUraianUraianUraian TanamanTanamanTanamanTanaman RosellaRosellaRosellaRosella

Rosella merupakan tanaman tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3 m. Batangnya bulat, tegak berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm (Maryani dan Kristina, 2005). Kebanyakan tanaman bercabang mempunyai bunga dan batang sewarna. Kebanyakan tanaman rosella dipergunakan sebagai tanaman hias dan beberapa diantaranya dipercaya memiliki khasiat medis, salah satunya adalah rosella merah atau rosella (Hibiscus sabdariffa) (Rahmawati, 2012).

2.1.1 2.1.1 2.1.1

2.1.1 TaksonomiTaksonomiTaksonomiTaksonomi tanamantanamantanamantanaman rosellarosellarosellarosella

Taksonomi dari tanaman rosella adalah (Mardiah, dkk., 2009): Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Bangsa : Malvales Suku : Malvaceae Marga :Hibiscus


(22)

2.1.2 2.1.2 2.1.2

2.1.2 ManfaatManfaatManfaatManfaat rosellarosellarosellarosella

Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan tanaman rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan (Mardiah, dkk., 2009). Pemanfaatan dan khasiat rosella dalam dunia pengobatan sudah tidak asing lagi. Menurut penelitian Jhon Mcintosh dengan menggunakan spektrofotometer diperoleh kandungan antioksidan didalam kelopak bunga rosella sebesar 24% dan 51% antosianin. Dengan adanya antioksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak sel dapat dihilangkan (Maryani dan Kristiana, 2008). Sementara itu kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah antosianin yang merupakan flavonoid berfungsi sebagai antioksidan yang berperan dalam menjaga kerusakan sel dari sinar ultraviolet berlebih yang diserap tubuh (Mardiah, dkk., 2009; Maryani dan Kristiana, 2008).

Kelopak bunga rosela mengandung flavonoid, vitamin C, vitamin D, vitamin B1, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida, omega 3, kalsium, asam sitrat dan pektin. Tiap 100 gram kelopak bunga rosela mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu sekitar 260-280 mg (Maryani dan Kristiana, 2008). Selain itu disebutkan juga bahwa bunga rosela memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, baik secara invitro maupun invivo (BPOM, 2009).

2.2 2.2 2.2

2.2 KulitKulitKulitKulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan


(23)

rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 2.2.1 2.2.1

2.2.1 FungsiFungsiFungsiFungsi kulitkulitkulitkulit

Menurut wasiaatmadja (1997), kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit, yaitu: a. Fungsi proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan, gangguan panas dan dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, bakteri dan virus.


(24)

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit. Begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang menempel pada kulit.

c. Fungsi pengindra

Sebagai indra peraba kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur (Achroni, 2012).

d. Fungsi pengaturan suhu tubuh

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas (Tranggono dan Latifah, 2007).

e. Fungsi pembentukan pigmen

sel pembentuk pigmen kulit terletak dilapisan basal epidermis (stratum germinativum). Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Paparan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin.

2.2.2 2.2.2 2.2.2


(25)

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis dan subkutis (Tranggono dan Latifah, 2007).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: a. Stratum corneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

b. Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

e. Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.


(26)

2. Dermis

Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.

3. Subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darahdan saluran getah bening (Tranggono dan Latifah, 2007)

2.2.3 2.2.3 2.2.3

2.2.3 JenisJenisJenisJenis kulitkulitkulitkulit

Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.3 2.3 2.3


(27)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan NO. 1175/MENKES/PER/VIII/2010 kosmetika adalah bahan baku atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh (Menkes, 2010).

Dalam definisi kosmetik diatas, jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit. sediaan tersebut tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja, 1997).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua yaitu sebagai air dalam minyak (a/m) dan minyak dalam air (m/a) seperti cold cream dan vanishing cream. Krim memiliki kelebihan dibandingkan salep karena praktis, nyaman, mudah menyebar rata dan mudah di cuci (Yahendri dan Yenny, 2012).

2.4 2.4 2.4


(28)

Sinar UV dibutuhkan tubuh untuk mensintesa vitamin D, akan tetapi sinar UV yang terlalu banyak akan merusak molekul dan sel-sel tubuh. Kerusakan ini akan menyebabkan perubahan yang berupa penebalan epidermis, stratum korneum dan peningkatan melanosit. Efek jangka panjangnya dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit yang merupakan akibat dari kerusakan-kerusakan yang telah terakumulasi (Parris, 1983).

Sinar matahari langsung yang mengenai wajah secara terus menerus menimbulkan efek penuaan pada wajah. Sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan kulit sehingga timbul kerutan-kerutan pada wajah (Sulistyowati, 2009). Jumlah sinar UV yang diterima sangatlah bervariasi pada masing-masing individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah permukaan kulit tubuh, aktivitas didalam sel serta area yang tersinar. Hidung, pipi dan bibir merupakan bagian paling banyak mengalami kerusakan (Mitsui, 1997).

Dalam American Cancer society sinar matahari yang sampai dipermukaan bumi dan mempunyai dampak terhadap kulit dibedakan menjadi sinar ultraviolet A atau UV-A (λ 320-400 nm), sinar UV-B (λ 290-320 nm) dan sinar UV-C (λ 200-290 nm) (Tahir, dkk., 2002).

a. Sinar UV-A

Sinar UV-A ( λ 320-400) adalah sinar yang paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B. Segmen sinar ini akan masuk ke dalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi fotosensitivitas. Sinar ini meliputi 95% radiasi mencapai permukaan bumi. UV-A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit


(29)

dan kerutan. UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja lebis efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak serat-serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. Sinar ini juga dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

b. Sinar UV-B

Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290-320 nm merupakan sinar matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan prakanker dan keganasan lainnya. Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu relatif lama (Bodagenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

c. Sinar UV-C

Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar ( λ 200-290 nm). Menurut Darmawan (2013) Radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini terserap di lapisan ozon di atmosfer.

2.5 2.5 2.5

2.5 PenuaanPenuaanPenuaanPenuaan DiniDiniDiniDini

Sebagaimana makhluk hidup yang lain, manusia akan mengalami penuaan. Proses penuaan ini antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda (Tranggono dan latifah, 2007). Penuaan merupakan proses alamiah pada kehidupan manusia


(30)

(Ardhie, 2011). Menurut Bogadenta (2012) pengertian dari penuaan dini tidak jauh berbeda dengan pengertian penuaan secara umum. Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit lebih cepat dari yang seharusnya. Diantara tanda-tanda penuaan dini yang paling nyata adalah adanya kerutan terutama dikulit wajah, diusia yang relatif muda, bahkan diawal umur 20-an.

Proses menua pada kulit dibedakan atas 2, yaitu (Ardhie, 2011): 1. Proses menua instrinsik

Proses menua instrinsik adalah proses menua yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologi yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati. Penuaan ini ditunjukkan dari adanya perubahan struktur dan fungsi, serta metabolik kulit seiring dengan bertambahnya usia.

2. Proses menua ekstrinsik

Proses menua ekstrinsik adalah proses menua yang dipengaruhi oleh perubahan eksternal yaitu pajanan matahari berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari. Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapat beberapa perubahan yang jelas dipermukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi:

1. Keriput

Keriput dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah, terutama pada bagian dahi, area di sekitar mata serta mulut dan dapat


(31)

juga timbul pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Keriput akan mulai timbul pada usia 30 tahun keatas dan akan semakin dalam dan lebar dengan terjadinya penuaan.

Menurut Barel, dkk., (2009), keriput yang timbul dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Keriput linear (berupa garis-garis yang umumnya timbul diarea sekitar mata).

b. Keriput glyphic (saling menyilang membentuk suatu segitiga ataupun persegi yang umumnya timbul diarea pipi dan leher).

c. Keriput umum (keriput halus yang umumnya timbul pada kulit orang tua dan bukan akibat pemaparan terahadap sinar matahari).

Keriput kelompok a dan b merupakan keriput yang timbul akibat proses photoaging. kelompok c merupakan keriput akibat intrinsic aging. Pembentukan keriput disebabkan oleh berbagai faktor eksternal maupun internal. Sinar UV merupakan penyumbang terbesar untuk pembentukan keriput. Timbulnya keriput merupakan hasil dari menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh berkurangnya kandungan air dan penebalan pada stratum korneum, epidermis yang membesar dan perubahan jumlah dan kualitas dari kolagen dermis serta serat elastis kolagen, perubahan struktur tiga


(32)

dimensi dari dermis dan perubahan lainnya yang disebabkan dari pengaruh faktor eksternal dan internal.

2. Lipatan

Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun. Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata, pipi, bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab timbulnya keriput yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penurunan kerja dari jaringan adipose subkutan. Pengurangan kekuatan dari otot-otot yang menopang kulit juga menyebabkan terjadinya keriput dan lipatan (Barel, dkk., 2009).

3. Pigmentasi dan perubahan warna kulit

Terbentuknya pigmen pada kulit umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Secara visual, perubahan warna kulit yang menua adalah cenderung berubah dari kemerahan hingga kekuningan. Akibat perubahan ini, warna kulit akan menjadi semakin gelap. Perubahan ini dikaitkan hubungannya dengan pengurangan ketransparanan akibat meningkatnya pigmentasi, pengurangan sekresi sebum dan penebalan serta penurunan kadar air pada lapisan stratum korneum kulit.

4. Konfigurasi permukaan kulit

Dengan terjadinya penuaan, permukaaan kulit akan berubah karena sebagian sel-sel telah lambat bekerja. Kulit akan membentuk garis-garis yang halus, lengkungan menyambung yang kemudian akan bertambah dalam. Garis-garis dalam tersebut akan timbul ke sembarang arah


(33)

secara tidak beraturan dan menyebabkan terjadinya pembesaran pori-pori kulit (Barel, dkk., 2009).

Perubahan karakteristik dalam photoaging dan Instrinsic aging yang timbul pada epidermis dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel. Tabel. Tabel.

Tabel. 2.12.12.12.1Perbedaan anatomi pada epidermis

Bagian Kulit Akibatphotoaging Akibatinstrinsic aging

Lapisan Dermis � Tebal � Tipis Sel-sel epidermis

(keratonosit)

� Sel-sel tidak seragam

� Sel-sel terdistribusi tidak merata

� Pembesaran berkala

� Sel-sel seragam

� Sel-sel terdistribusi secara merata

� Pembesaran sel mendadak Stratum korneum � Peningkatan lapisan sel

� Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi

Lapisan sel normal � Ukuran dan bentuk

korneosit seragam Melanosit � Peningkatan jumlah sel

� Sel-sel bervariasi

Peningkatan produksi

melanosom

� Pengurangan jumlah sel

Sel-sel seragam

penurunan produksi melanosom

Sel-sel langerhans � Pengurangan sel dalam jumlah yang besar

� Sel-sel bervariasi

� Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil


(34)

Tabel. Tabel. Tabel.

Tabel. 2.22.22.22.2Perbedaan anatomi pada dermis

Bagian Kulit Akibatphotoaging Akibatinstrinsic aging

Jaringan elastis � Meningkat secara drastis

� Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk

� Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal

Kolagen � Serat kolagen dan jaringan ikat menurun jumlahnya

� Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal

Retikular dermis : Fibroblast

Sel mast Sel inflamasi

� Semakin tebal

� Meningkat dan aktif

� Meningkat

� Berperan

� Semakin tipis

� Menurun dan tidak aktif

� Menurun

� Tidak berperan Pembuluh kapiler � Abnormal � Normal

(Mitsui, 1997).

2.6 2.6

2.62.6 AntiAntiAntiAnti PenuaanPenuaanPenuaanPenuaan AtauAtauAtauAtau Anti-AgingAnti-AgingAnti-AgingAnti-Aging

Anti-aging adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencegah proses penuaan. Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi tanda-tanda penuaan adalah dengan menggunakan krim anti-aging (Anonim, 2013).

Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan inflamasi, penuaan kulitdan berbagai gangguan kulit, seperti: kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan kerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011).

2.6.1 2.6.1 2.6.1

2.6.1 AntioksidanAntioksidanAntioksidanAntioksidan dalamdalamdalamdalam krimkrimkrimkrim

Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal bebas dan peroksidasi lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi, termasuk pada kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan


(35)

untuk melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindungan ini terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya. Antioksidan bekerja melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler (Deny, dkk., 2006).

2.6.2 2.6.2 2.6.2

2.6.2 VitaminVitaminVitaminVitamin CCCC sebagaisebagai salahsebagaisebagaisalahsalahsalah satusatusatusatu antioksidanantioksidanantioksidanantioksidan

Vitamin C merupakan antioksidan yang laru

t dalam air. Vitamin C sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu menurunkan sintesis pigmen dengan menghambat enzim tirosinase dan dianggap mampu menurunkan keluhan kelopak mata yang gelap. Vitamin C juga merupakan senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan antioksidan yang paling dominan dikulit (Ardhie, 2011). Vitamin C mengandung banyak manfaat untuk kulit. Beberapa manfaat penting vitamin C bagi kulit di antaranya:

a. Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi kulit dari serangan radikal bebas.

b. Melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar ultraviolet (UV) dengan cara menetralisirnya.

c. Merangsang pembentukan kolagen dan mempercepat proses penyembuhan pada luka.

d. Vitamin C dapat mengaktifkan antioksidan lain seperti vitamin E (Muliyawan dan Suriana, 2013; Deny, dkk., 2006)


(36)

Kolagen merupakan komponen utama dermis manusia. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast, mengandung ikatan hidroksiprolin dan hidroksisilin. Efek vitamin C pada jaringan kolagen penting untuk sintesis kolagen yang merupakan kofaktor untuk enzim prolil dan lisil hidrosilase yang berguna untuk kestabilan kolagen. Vitamin C akan menghambat biosintesis elastin yang berperan pada penuaan kulit, mengurangi pembentukan pigmen pada kulit dengan menghambat tirosinase dan meningkatkan barier epidermis dengan merangsang produksi sfingolipid (Deny, dkk., 2006).

2222.7.7.7.7 SkinSkinSkinSkin AnalyzerAnalyzerAnalyzerAnalyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit.Skin analyzermempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer


(37)

2.7.1 2.7.1 2.7.1

2.7.1 PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran kondisikondisikondisikondisi kulitkulitkulitkulit dengandengandengandenganskinskinskinskin analyzeranalyzeranalyzeranalyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakanSkin analyzer,yaitu:

1. Moisture(Kadar air)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker

yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur. 2. Sebum(Kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker

yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

3. Evenness (Kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol

captureuntuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pore(Pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit.


(38)

Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.

5. Spot(Noda)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkatSkin analyzer

pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (Terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

6. Wrinkle(Keriput)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar computer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat

Skin analyzer. 2.7.2

2.7.2 2.7.2

2.7.2 ParameterParameterParameterParameter pengukuranpengukuranpengukuranpengukuran

Hasil pengukuran kulit dengan menggunakanSkin analyzerdapat dilihat kriterianya pada Tabel 2.3.


(39)

Tabel Tabel Tabel

Tabel 2.32.32.32.3Parameter hasil pengukuran denganskin analyzer

Pengukuran Parameter (%)

Moisture

(Kelembaban) Dehidrasi0-29 Normal30-45 Hidrasi46-100

Evenness

(Kehalusan) Halus0-31 Normal32-51 52-100Kasar

Pore(Pori) Kecil0-19 Sedang20-39 40-100Besar

Spot(Noda) Sedikit0-19 Sedang20-39 Banyak40-100

Wrinkle(Keriput) Tidak berkeriput0-19 Berkeriput20-52 Berkeriput parah53-100 Sumber : Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnostic System.


(40)

BAB BABBABBAB IIIIIIIIIIII METODE

METODEMETODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan hewan uji (marmut), penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, dan uji efek anti-aging pada kulit punggung marmut yang telah disinari.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU.

3.1 3.1 3.1

3.1 Alat-alatAlat-alatAlat-alatAlat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat skin analyzer (Aramo SG), neraca listrik, pH meter, lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm,

rotary evaporator,freezedryer, kandang pemasung marmut, lemari pengering, alat-alat gelas laboratorium, penangas air, lumpang, stamfer, pot plastik, gunting dan alat cukur bulu marmut.

3.2 3.2 3.2

3.2 Bahan-bahanBahan-bahanBahan-bahanBahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah paraffin liquidum, lanolin, gliserol monostearat, cetyl alkohol, butil hidroksi toluen, Na. metabisulfit, aqua destilata, ekstrak kelopak bunga rosella, vitamin C, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan pH netral (7,01), pelarut teknis: etanol 70%.


(41)

3.3 3.3 3.3

3.3 HewanHewanHewanHewan UjiUjiUjiUji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 Ekor Marmut dengan berat badan 350-500 gram.

Penyiapan hewan uji:

Sebanyak 15 ekor marmut dicukur bulu punggungnya seluas 2, 5 x 2, 5 cm, 1 hari sebelum dilakukan penyinaran. Kemudian marmut dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : 3 ekor marmut untuk krim blanko (tanpa zat aktif) b. Kelompok II : 3 ekor marmut untuk kelompok krim ekstrak kelopak

bunga rosella 0, 5%

c. Kelompok III : 3 ekor marmut untuk kelompok krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75%

d. Kelompok IV : 3 ekor marmut untuk kelompok krim ekstrak kelopak bunga rosella 1%

e. Kelompok V : 3 ekor marmut untuk kelompok krim vitamin C 2%

Semua kelompok hewan uji diukur kondisi kulit awalnya yang meliputi:

Moisture (kelembaban), Evennes (kehalusan kulit),Pore (pori), Spot (noda), danwrinkle(keriput) dengan menggunakan alatskin analyzer.

3.4 3.4 3.4

3.4 PPPPengumpulanengumpulanengumpulanengumpulan DDDDanananan PPPPengolahanengolahanengolahanengolahan SSSSampelampelampelampel 3.4.1

3.4.1 3.4.1

3.4.1 TeknikTeknikTeknikTeknik pengpengpengpengumpulanumpulanumpulanumpulan sampelsampelsampelsampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan tumbuhan daerah yang satu dengan daerah lain. Bahan


(42)

tumbuhan yang digunakan adalah kelopak bunga rosela yang diambil dari Jalan Rukun Kampung Kolam Kecamatan Medan Tembung Sumatera Utara.

3333....4444.2.2.2.2 PengolahanPengolahanPengolahanPengolahan ssssampelampelampelampel

Kelopak bunga Rosella segar sebanyak 10 kg, dipisahkan dari bijinya, disortasi, dikumpulkan, dicuci, lalu ditiriskan. Ditimbang kelopak rosela sebagai berat basah menjadi 1,8 kg. Kemudian dikeringkan dilemari pengering hingga kering selama 4 hari dan diperoleh berat kering sebanyak 0,8 kg. Lalu diserbukkan dan disimpan pada wadah yang terlindung dari sinar matahari.

3333....4.34.34.34.3 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan eeeekstrakkstrakkstrakkstrak kkkkelopakelopakelopakelopak bbbbungaungaungaunga RoselaRoselaRoselaRosela

Pembuatan ekstrak kelopak bunga rosella dilakukan dengan cara maserasi. Prosedur pembuatan ekstrak: sebanyak 500 g kelopak rosella, dihaluskan lalu dimasukkan dalam bejana. Simplisia direndam dengan penyari etanol 70% sebanyak 3,75 liter. Biarkan 5 hari, diaduk sehari sekali. Setelah 5 hari, serkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, aduk serkai hingga keseluruhan sari yang diperoleh 5 liter (Ditjen POM, 1986). Dan kemudian di rotary evaporator untuk menguapkan pelarut lalu dikeringkan dengan freezedryer selama 24 jam dengan tekanan 2 atm, hingga diperoleh ekstrak rosella.


(43)

3.5 3.5 3.5

3.5 FormulaFormulaFormulaFormula SediaanSediaanSediaanSediaan KrimKrimKrimKrim

3333....5555.1.1.1.1 FormulaFormulaFormulaFormula dasardasardasardasar krimkrimkrimkrim (Young,(Young,(Young,(Young, 1972)1972)1972)1972)

R/ Mineral oil 3 g Lanolin 3 g Sorbitol sirup 5 g Gliserol monostearat 12g

Preservatif 1 microspatula-full Aqua destilata 77,0 ml

Parfum 1-3 tetes

3333....5555.2.2.2.2 FormulaFormulaFormulaFormula yangyangyangyang didididimodifikasimodifikasimodifikasimodifikasi

R/ Paraffin liquidum 3 g Lanolin 3 g Gliserol monostearat 10 g Cetyl alkohol 2 g Na. Metabisulfit 0,1 % Butil hidroksi toluen 0.1 % Aqua destilata ad 100 ml

Pada formula ini jumlah ekstrak kelopak bunga rosella yang divariasikan dalam sediaan krim adalah 0, 25%; 0, 75%; 1%b/bdan sebagai pembanding di


(44)

3.6 3.6 3.6

3.6 CaraCaraCaraCara PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan

3333....6666.1.1.1.1 CaraCaraCaraCara pembuatanpembuatanpembuatanpembuatan dasardasardasardasar krimkrimkrimkrim

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dipisahkan antara fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari paraffin liquidum, lanolin, gliserol monostearat, dan cetyl alkohol dimasukkan kedalam cawan penguap dan dilebur diatas penangas air pada suhu 70-75°C, setelah melebur dan suhu menurun di tambahkan butil hidroksi toluen (massa I). Fase air terdiri dari air dipanaskan dengan suhu 70-75°C. Na. metabisulfit yang sebelumnya telah dilarutkan dalam sedikit air dimasukkan kedalam fase air, lalu aduk sampai homogen (massa II). Masukkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus terus menerus cepat dan searah hingga terbentuk dasar krim.

3333....6666.2.2.2.2 CaraCaraCaraCara ppppembuatanembuatanembuatanembuatan kkkkrimrim denganrimrimdengandengandengan bbbbahanahanahanahan aaaaktifktifktifktif

Ditimbang ekstrak kelopak bunga rosella konsentrasi 0,5%, 0,75% dan 1%, serta vitamin C 2%. Ditimbang dasar krim yang telah dikurangi dengan jumlah masing-masing bahan aktif. Bahan aktif yang telah ditimbang digerus dalam lumpang lalu ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus sampai sampel tercampur rata dengan dasar krim.

3333.... 7777 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan MutuMutuMutuMutu FisikFisikFisikFisik SediaanSediaanSediaanSediaan 3.7.1

3.7.1 3.7.1

3.7.1 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan homogenitashomogenitashomogenitashomogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).


(45)

3.7.2 3.7.2 3.7.2

3.7.2 PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan stabilitasstabilitasstabilitasstabilitas sedsedsedsedííííaanaanaanaan

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan tutup dan aluminium foil. Selanjutnya pengamatan yang dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat meliputi adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan. Waktu penyimpanan umumnya 90 hari (12 minggu) dilakukan pada temperatur kamar (National health surveillance agency, 2005).

3.7.3 3.7.3 3.7.3

3.7.3 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan pHpHpHpH sediaansediaansediaansediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.7 3.7 3.7

3.7.4.4.4.4 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan tipetipetipetipe sediaansediaansediaansediaan

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Syamsuni, 2006).


(46)

3333....8888 UjiUjiUjiUji EfekEfekEfekEfek Anti-agingAnti-agingAnti-agingAnti-aging

Disiapkan kandang pemasung marmut yang akan disinari. 15 ekor marmut terlebih dahulu di cukur bulu bagian punggungnya ukuran 2,5 cm x 2,5 cm. Diukur kondisi kulitnya pada keadaan normal. Lalu diberi pajanan sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm selama ± 5 jam sampai terbentuk kerutan. Selanjutnya diukur kondisi kulit setelah penyinaran. Setelah didapat kulit yang kerut selanjutnya pemulihan bisa dimulai. Pengolesan krim sesuai dengan pembagian kelompok masing masing pada kulit marmut sebanyak 2 kali sehari secara merata pada area yang dicukur. Kemudian dilakukan pengukuran kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer. Amati kondisi kulit marmut masing-masing kelompok sebelum dan sesudah pemberian krim.


(47)

BAB BAB BAB BAB IVIVIVIV HASIL

HASIL HASIL

HASIL DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN

4.1 4.1 4.1

4.1 HasilHasilHasilHasil EkstraksiEkstraksiEkstraksiEkstraksi

Dari 300 ml ekstrak cair diperoleh hasilfreezedryerdari kelopak bunga rosela yang berupa ekstrak kental sebanyak 47,3 gram, berwarna merah tua.

4.2 4.2 4.2

4.2 HasilHasilHasilHasil FormulasiFormulasiFormulasiFormulasi

Dari formula krim diperoleh krim blanko yang berwarna putih, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 % berwarna merah jambu pucat, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75% berwarna merah jambu, krim ekstrak kelopak bunga rosella 1% berwarna merah jambu gelap, dan krim vitamin C 2% berwarna putih.

4.3 4.3 4.3

4.3 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan MutuMutuMutuMutu FisikFisikFisikFisik SediaanSediaanSediaanSediaan 4.3.1

4.3.1 4.3.1

4.3.1 HomogenitasHomogenitasHomogenitasHomogenitas sediaansediaansediaansediaan

Homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan krim pada sekeping kaca lalu diratakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada krim blanko, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, krim ekstrak rosela 0,75%, krim ekstrak rosela 1% dan krim vitamin C 2%. Semua krim tidak didapatkan butiran-butiran pada kepingan kaca. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk pengukuran setiap minggu hingga minggu kedua belas. Dengan demikian maka sediaan krim dikatakan homogen.


(48)

4.3.2 4.3.2 4.3.2

4.3.2 StabilitasStabilitasStabilitasStabilitas sediaansediaansediaansediaan

Hasil pengamatan stabilitas dari masing-masing formula selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel Tabel Tabel

Tabel 4.14.14.14.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu

No Formula 1-9Pengamatan Selama 12 minggu10 11 12 X Y X Y X Y X Y 1 Krim blanko - - - -2 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,5% - - - + -3 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,75% - - + - + - + -4 Krim ekstrak kelopak bungarosella 1% - - + - + - + -5 Krim vitamin C 2% - - + + + + + + Keterangan : X : Perubahan Warna

Y : Perubahan Bau

- : Tidak Terjadi Perubahan + : Terjadi Perubahan

Berdasarkan data Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan krim blanko stabil selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan krim ekstrak kelopak bunga rosela 0,5%, 0,75%, 1% serta krim vitamin C 2% terjadi perubahan warna. Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5% mengalami perubahan warna pada minggu ke-12, sedangkan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75%, 1% dan vitamin C 2% terjadi perubahan warna sejak minggu 10 sampai minggu ke-12. Pada penyimpanannya, sediaan krim ekstrak kelopak bunga rosella tidak mengalami perubahan bau, tetapi krim vitamin C 2% mengalami perubahan bau sejak minggu ke 10. Dari hasil pengamatan stabilitas diperoleh bahwa


(49)

dengan penambahan antioksidan 0,1% tidak cukup untuk menstabilkan sediaan krim.

Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan antioksidan (Ansel, 1989).

Asam askorbat stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam larutan yaitu asam askorbat teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat (Kusharto dan Suhardjo, 1992). Sedangkan antosianin jika terlarut dalam suatu campuran akan teroksidasi perlahan-lahan (Anonim, 2013), akibatnya terjadi perubahan warna pada krim ekstrak kelopak bunga rosella. Menurut Hayati dan kawan-kawan (2012), kestabilan antosianin juga dipengaruhi oleh suhu. Laju kerusakan (degradasi) antosianin cenderung meningkat selama proses penyimpanan diiringi dengan kenaikan suhu ruang. Degradasi termal menyebabkan hilangnya warna pada antosianin yang akhirnya terjadi pencoklatan.

4.3.3 4.3.3 4.3.3

4.3.3 pHpHpHpH sediaansediaansediaansediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari pengukuran yang dilakukan, diperoleh hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4. 2 dan 4.3. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pH sediaan krim yang telah selesai dibuat, Krim blanko mempunyai pH 6,2; krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5% pH 5,9; ekstrak kelopak bunga rosella 0,75% pH 5,8; ekstrak kelopak bunga rosella 1% pH 5,4 dan krim vitamin C pH 5,5.


(50)

Tabel Tabel Tabel

Tabel 4.24.24.24.2Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat

No Formula I pHII III Rata-rata 1 Krim blanko 6,2 6,3 6,2 6,2 2 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,5% 6,0 5,9 5,9 5,9 3 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,75% 5,7 5,8 5,8 5,8 4 Krim ekstrak kelopak bungarosella 1% 5,4 5,4 5,3 5,4 5 Krim vitamin C 2% 5,5 5,6 5,4 5,5

Tabel Tabel Tabel

Tabel 4.34.34.34.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Formula pH rata-rata selama 12 minggu

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII B 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1 6,1 6,1 6,1 ER 0,5% 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,6 5,6 ER0,75% 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,5 5,5 5,4 ER 1% 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,3 5,3 5,2 5,1 5,1 5,0 4,9 VC 2% 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,4 5,4 5,4 5,3 5,0 4,9 Keterangan:

B : Krim blanko

ER 0,5% : Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5% ER 0,75% : Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75% ER 1% : Krim ekstrak kelopak bunga rosella 1% VC 2% : Krim vitamin C 2%

Tabel 4.3 menunjukkan kondisi setelah penyimpanan 12 minggu pH yang diperoleh sedikit menurun jika dibandingkan dengan pH pada saat selesai dibuat. Krim ekstrak kelopak bunga rosella 1% dan krim vitamin C 2%


(51)

menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan krim blanko. Hal ini disebabkan oleh kandungan vitamin C yang tinggi didalamnya sangat mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya serta lamanya penyimpanan. Menurut hayati dan kawan-kawan (2012), kestabilan senyawa antosianin akibat pengaruh pH selama proses penyimpanan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan dan tingkat keasaman sampel. Namun penurunan pH ini masih memenuhi pH fisiologis mantel asam kulit. Menurut Marchionini, stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai “mantel asam kulit” (sauremantel). Pada umumnya pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5 sehingga bersifat asam lemah. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan menjadi lelah karenanya. Kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.3.4. 4.3.4. 4.3.4.

4.3.4. TipeTipeTipeTipe emulsiemulsiemulsiemulsi sediaansediaansediaansediaan

Penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil, apabila ketika diaduk biru metil terlarut atau homogen dengan krim maka emulsi tersebut adalah tipe m/a. Hasil penelitian untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dari hasil uji tipe emulsi menunjukkan bahwa metil biru dapat larut dalam semua formula sediaan krim. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.


(1)

6. Wrinkle’s Depth

Anova

Sum of

Squares df SquareMean F Sig. Sebelum.Penyinaran Between Groups

0 4 0 . .

Within Groups

0 10 0

Total 0 14

Sesudah.Penyinaran Between Groups

0.069 4 0.017 2.111 0.154

Within Groups

0.082 10 0.008

Total 0.151 14

Pemulihan.Minggu.I Between Groups

0.089 4 0.022 3.568 0.047

Within Groups

0.062 10 0.006

Total 0.151 14

Pemulihan.Minggu.II Between Groups

0.149 4 0.037 6.057 0.01

Within Groups

0.062 10 0.006

Total 0.211 14

Pemulihan.Minggu.III Between Groups

0.099 4 0.025 6.307 0.008

Within Groups

0.039 10 0.004

Total 0.138 14

Pemulihan.Minggu.IV Between Groups

0.275 4 0.069 52.539 0

Within Groups

0.013 10 0.001


(2)

Multiple Comparison

Tukey HSD

Dependent

Variable (I) Marmut (J) Marmut

Mean Differen

ce (I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound BoundUpper Sesudah

Penyinaran

Krim Blanko

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.163 0.074 0.254 -0.080 0.406 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.200 0.074 0.121 -0.043 0.443 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.137 0.074 0.399 -0.106 0.380 Krim Vitamin C

2% 0.110 0.074 0.588 -0.133 0.353 Krim

Ekstrak Rosella 0.5%

Krim Blanko -0.163 0.074 0.254 -0.406 0.080 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.038 0.074 0.984 -0.205 0.281 Krim Ekstrak

Rosella 1% -0.026 0.074 0.996 -0.269 0.217 Krim Vitamin C

2% -0.052 0.074 0.950 -0.295 0.191 Krim

Ekstrak Rosella 0.75%

Krim Blanko -0.200 0.074 0.121 -0.443 0.043 Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.038 0.074 0.984 -0.281 0.205 Krim Ekstrak

Rosella 1% -0.064 0.074 0.904 -0.307 0.179 Krim Vitamin C

2% -0.090 0.074 0.742 -0.333 0.153 Krim

Ekstrak Rosella 1%

Krim Blanko -0.137 0.074 0.399 -0.380 0.106 Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.026 0.074 0.996 -0.217 0.269 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.064 0.074 0.904 -0.179 0.307 Krim Vitamin C

2% -0.026 0.074 0.996 -0.269 0.217 Krim

Vitamin C 2%

Krim Blanko -0.110 0.074 0.588 -0.353 0.133 Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.052 0.074 0.950 -0.191 0.295 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.090 0.074 0.742 -0.153 0.333 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.026 0.074 0.996 -0.217 0.269

Pemulihan.Mi nggu.I

Krim Blanko

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.153 0.064 0.197 -0.058 0.365 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% .22267* 0.064 0.038 0.011 0.434 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.194 0.064 0.076 -0.017 0.406 Krim Vitamin C

2% 0.143 0.064 0.248 -0.069 0.354 Krim

Ekstrak Rosella

Krim Blanko -0.153 0.064 0.197 -0.365 0.058 Krim Ekstrak


(3)

0.5% Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.041 0.064 0.965 -0.171 0.253 Krim Vitamin C

2% -0.011 0.064 1.000 -0.222 0.201 Krim

Ekstrak Rosella 0.75%

Krim Blanko -.22267* 0.064 0.038 -0.434 -0.011

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.069 0.064 0.814 -0.281 0.142 Krim Ekstrak

Rosella 1% -0.028 0.064 0.991 -0.240 0.183 Krim Vitamin C

2% -0.080 0.064 0.728 -0.292 0.132 Krim

Ekstrak Rosella 1%

Krim Blanko -0.194 0.064 0.076 -0.406 0.017 Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.041 0.064 0.965 -0.253 0.171 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.028 0.064 0.991 -0.183 0.240 Krim Vitamin C

2% -0.052 0.064 0.924 -0.263 0.160 Krim

Vitamin C 2%

Krim Blanko -0.143 0.064 0.248 -0.354 0.069 Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.011 0.064 1.000 -0.201 0.222 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.080 0.064 0.728 -0.132 0.292 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.052 0.064 0.924 -0.160 0.263

Pemulihan.Mi nggu.II

Krim Blanko

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.174 0.064 0.122 -0.037 0.385 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% .29033* 0.064 0.007 0.080 0.501 Krim Ekstrak

Rosella 1% .24633* 0.064 0.021 0.036 0.457 Krim Vitamin C

2% 0.208 0.064 0.054 -0.003 0.419 Krim

Ekstrak Rosella 0.5%

Krim Blanko -0.174 0.064 0.122 -0.385 0.037 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.117 0.064 0.413 -0.094 0.328 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.073 0.064 0.786 -0.138 0.284 Krim Vitamin C

2% 0.034 0.064 0.982 -0.177 0.245 Krim

Ekstrak Rosella 0.75%

Krim Blanko -.29033* 0.064 0.007 -0.501 -0.080

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.117 0.064 0.413 -0.328 0.094 Krim Ekstrak

Rosella 1% -0.044 0.064 0.955 -0.255 0.167 Krim Vitamin C

2% -0.083 0.064 0.703 -0.294 0.128 Krim

Ekstrak Rosella 1%

Krim Blanko -.24633* 0.064 0.021 -0.457 -0.036

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.073 0.064 0.786 -0.284 0.138 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.044 0.064 0.955 -0.167 0.255 Krim Vitamin C

2% -0.039 0.064 0.971 -0.250 0.172 Krim

Vitamin C 2%

Krim Blanko -0.208 0.064 0.054 -0.419 0.003 Krim Ekstrak


(4)

Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.083 0.064 0.703 -0.128 0.294 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.039 0.064 0.971 -0.172 0.250

Pemulihan.Mi nggu.III

Krim Blanko

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% 0.115 0.051 0.237 -0.053 0.283 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% .21533* 0.051 0.012 0.047 0.383 Krim Ekstrak

Rosella 1% .21667* 0.051 0.012 0.049 0.385 Krim Vitamin C

2% .17433* 0.051 0.041 0.006 0.342

Krim Ekstrak Rosella 0.5%

Krim Blanko -0.115 0.051 0.237 -0.283 0.053 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.100 0.051 0.346 -0.068 0.268 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.102 0.051 0.335 -0.066 0.270 Krim Vitamin C

2% 0.059 0.051 0.771 -0.109 0.227 Krim

Ekstrak Rosella 0.75%

Krim Blanko -.21533* 0.051 0.012 -0.383 -0.047

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.100 0.051 0.346 -0.268 0.068 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.001 0.051 1.000 -0.167 0.169 Krim Vitamin C

2% -0.041 0.051 0.924 -0.209 0.127 Krim

Ekstrak Rosella 1%

Krim Blanko -.21667* 0.051 0.012 -0.385 -0.049

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.102 0.051 0.335 -0.270 0.066 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% -0.001 0.051 1.000 -0.169 0.167 Krim Vitamin C

2% -0.042 0.051 0.915 -0.210 0.126 Krim

Vitamin C 2%

Krim Blanko -.17433* 0.051 0.041 -0.342 -0.006

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.059 0.051 0.771 -0.227 0.109 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.041 0.051 0.924 -0.127 0.209 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.042 0.051 0.915 -0.126 0.210

Pemulihan.Mi nggu.IV

Krim Blanko

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -0.004 0.030 1.000 -0.101 0.094 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% .27467* 0.030 0.000 0.177 0.372 Krim Ekstrak

Rosella 1% .27467* 0.030 0.000 0.177 0.372 Krim Vitamin C

2% .27467* 0.030 0.000 0.177 0.372

Krim Ekstrak Rosella 0.5%

Krim Blanko 0.004 0.030 1.000 -0.094 0.101 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% .27833* 0.030 0.000 0.181 0.376 Krim Ekstrak

Rosella 1% .27833* 0.030 0.000 0.181 0.376 Krim Vitamin C

2% .27833* 0.030 0.000 0.181 0.376 Krim

Ekstrak Rosella

Krim Blanko -.27467* 0.030 0.000 -0.372 -0.177

Krim Ekstrak


(5)

0.75% Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.000 0.030 1.000 -0.097 0.097 Krim Vitamin C

2% 0.000 0.030 1.000 -0.097 0.097 Krim

Ekstrak Rosella 1%

Krim Blanko -.27467* 0.030 0.000 -0.372 -0.177

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -.27833* 0.030 0.000 -0.376 -0.181 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.000 0.030 1.000 -0.097 0.097 Krim Vitamin C

2% 0.000 0.030 1.000 -0.097 0.097 Krim

Vitamin C 2%

Krim Blanko -.27467* 0.030 0.000 -0.372 -0.177

Krim Ekstrak

Rosella 0.5% -.27833* 0.030 0.000 -0.376 -0.181 Krim Ekstrak

Rosella 0.75% 0.000 0.030 1.000 -0.097 0.097 Krim Ekstrak

Rosella 1% 0.000 0.030 1.000 -0.097 0.097

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subset

Sesudah Penyinaran

Tukey HSD

Marmut N Subset for alpha = 0.05

1

Krim Ekstrak Rosella 0.75% 3 0.404

Krim Ekstrak Rosella 0.5% 3 0.4417

Krim Ekstrak Rosella 1% 3 0.4677

Krim Vitamin C 2% 3 0.494

Krim Blanko 3 0.6043

Sig. 0.121

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Pemulihan Minggu I

Tukey HSD

Marmut N Subset for alpha = 0.05

1 2

Krim Ekstrak Rosella 0.75% 3 0.3117

Krim Ekstrak Rosella 1% 3 0.34 0.34

Krim Ekstrak Rosella 0.5% 3 0.381 0.381

Krim Vitamin C 2% 3 0.3917 0.3917

Krim Blanko 3 0.5343

Sig. 0.728 0.076


(6)

Pemulihan Minggu II

Tukey HSD

Marmut N Subset for alpha = 0.05

1 2

Krim Ekstrak Rosella 0.75% 3 0.226

Krim Ekstrak Rosella 1% 3 0.27

Krim Vitamin C 2% 3 0.3087 0.3087

Krim Ekstrak Rosella 0.5% 3 0.3427 0.3427

Krim Blanko 3 0.5163

Sig. 0.413 0.054

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Pemulihan Minggu III

Tukey HSD

Marmut N Subset for alpha = 0.05

1 2

Krim Ekstrak Rosella 1% 3 0.205

Krim Ekstrak Rosella 0.75% 3 0.2063

Krim Vitamin C 2% 3 0.2473

Krim Ekstrak Rosella 0.5% 3 0.3067 0.3067

Krim Blanko 3 0.4217

Sig. 0.335 0.237

Means for groups in homogeneous subsets are displayed

Pemulihan Minggu IV

Tukey HSD

Marmut N Subset for alpha = 0.05

1 2

Krim Ekstrak Rosella 0.75% 3 0

Krim Ekstrak Rosella 1% 3 0

Krim Vitamin C 2% 3 0

Krim Blanko 3 0.2747

Krim Ekstrak Rosella 0.5% 3 0.2783

Sig. 1 1