43 d.
Variabel public ownership memiliki nilai minimum terkecil 0,00, nilai maksimum terbesar 1,00, mean nilai rata-rata 0,32 dan Standart
Deviation simpangan baku variabel ini adalah 0,470 e.
Variabel auditor switching memiliki nilai minimum terkecil 0,00, nilai maksimum terbesar 1,00, mean nilai rata-rata 0,60 dan Standart
Deviation simpangan baku variabel ini adalah 0,494
4.2.2. Hasil Uji Keseluruhan Model Overall Model Fit
Tabel 4.2 Menilai Keseluruhan Model
Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3, diperoleh informasi bahwa pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood
-2LL awal Block Number=0 dengan nilai -2 Log Likelihood -2LL akhir Block Number=1. Nilai -2LL awal adalah sebesar 97,074. Setelah
Iteration History
a,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1
97.074 .389
2 97.074
.394 3
97.074 .394
Tabel 4.3 Menilai Keseluruhan Model
Iteration History
a,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood Coefficients
Constant Ln_TS DER ROA
PO Step 1 1
96.338 3.774
-.128 -.070 3.692 -.086
2 96.336
3.948 -.134 -.070
3.813 -.093 3
96.336 3.949
-.134 -.070 3.813 -.093
Universitas Sumatera Utara
44 dimasukkan keempat variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami
penurunan menjadi 96,336. Penurunan Likelihood -2LL ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan
fit dengan data.
4.2.3. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chisquare
sebesar 2,446 dengan signifikansi p sebesar 0,964. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan
mampu memprediksi nilai observasinya. Hasil uji kelayakan model regresi disajikan pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Menguji Kelayakan Model Regresi
4.2.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi Nagelkerke R. Square
Untuk mengetahui seberapa besar variabel client size, financial distress, return on asset, dan public ownership berpengaruh terhadap auditor switching
pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, digunakan nilai Nagelkerke R Square. Tabel 4.5 berikut menyajikan hasil uji
koefisien determinasi Nagelkerke R Square:
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square
Df Sig.
1 2.446
8 .964
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 4.5 Koefisien Determinas
i
Model Summary
Step -2 Log
likelihood Cox Snell R
Square Nagelkerke R Square
1 96.336
a
.301 .402
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,402, hal ini menunjukkan bahwa auditor switching pada perusahaan Real Estate Property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh client size, financial distress, return on asset, dan public ownership sebesar 40,2, sedangkan 59,8
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, misalnya : ukuran KAP,
share growth, fee audit, pergantian manajemen. 4.2.5 Hasil Uji Regresi Logistik dan Uji Simultan
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
Step 1
a
Ln_TS -.944
.333 8.054
1 .005
.389 DER
-.138 .058
5.661 1
.017 .871
ROA 3.813
7.219 .279
1 .597
45.293 PO
-.093 .608
.023 1
.879 .911
Constant 3.949
4.749 .691
1 .406
51.874 Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan
model berikut ini: SWITCH = 3,949
– 0,944LnTS – 0,138DER + 3,813 ROA – 0,093PO
Universitas Sumatera Utara
46 Berdasarkan tabel hasil pengujian regresi logistik logistic regression di atas,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 H1 :
Client size berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun
2011-2014. Dari tabel 4.6 dapat kita lihat nilai signifikansi client size adalah 0,005. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di bawah nilai alpa 0,05, yaitu 0,005 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
client size terhadap auditor switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011
– 2014. Dengan demikian H1 diterima
.
2. Hipotesis 2 H2 :
Financial distress berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI tahun 2011-2014. Dari tabel 4.6 dapat kita lihat nilai signifikansi financial distress adalah
0,017. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di bawah nilai alpa 0,05, yaitu 0,017 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh financial distress terhadap auditor switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011
– 2014.
Dengan demikian H2 diterima.
Universitas Sumatera Utara
47
3. Hipotesis 3 H3 :
Return on asset berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI tahun 2011-2014. Dari tabel 4.6 dapat kita lihat nilai signifikansi return on asset adalah 0,597.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di atas nilai alpa 0,05, yaitu 0,597 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh return on asset terhadap auditor switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011
– 2014. Dengan
demikian H3 ditolak. 4. Hipotesis 4
H4 : Public ownership berpengaruh terhadap auditor switching pada
perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2011-2014.
Dari tabel 4.6 dapat kita lihat nilai signifikansi public ownership adalah 0,597. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di atas nilai alpa 0,05,
yaitu 0,879 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh public ownership terhadap auditor switching pada perusahaan Real
Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014.
Dengan demikian H4 ditolak.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis secara Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df
Sig. Step 1
Step 5.738
4 0.032
Block 5.738
4 0.032
Model 5.738
4 0.032
5. Hipotesis 5 H5 :
Client size, financial distress, return on asset, dan public ownership berpengaruh terhadap auditor switching.
Dari tabel 4.7 dapat kita lihat nilai signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di bawah nilai alpa 0,05, yaitu 0,032
0,05. Ini berarti secara simultan client size, financial distress, return on asset, dan public ownership berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan Real
Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014.
Dengan demikian H5 diterima. 4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Client Size terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel client size berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji
hipotesis tabel 4.6 dimana nilai client size signifikan pada 0,005 yang lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 5 0,05. Dengan demikian penelitian ini
menerima hipotesis pertama H1 yang menyatakan bahwa client size
berpengaruh terhadap auditor switching.
Universitas Sumatera Utara
49 Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Cherry 2014 serta Suparlan dan
Wuryan 2010 tetapi tidak mendukung hasil penelitian Suci 2013. Saiful dan Erliana 2010 menyatakan;
Ukuran klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin
besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
perusahaan dikenal dalam masyarakat.
Calderon dan Ofobike 2008 menyatakan “seiring ukuran perusahaan bertambah, hubungan agensi meningkat”. Ukuran perusahaan yang semakin besar memiliki
aktivitas operasi yang semakin kompleks. Hal ini menyebabkan hubungan agensi semakin meningkat dimana principal semakin menginginkan agent untuk dapat
mengelola perusahaan dengan lebih baik demi kepentingan principal, sedangkan agent terkadang juga ingin mendapatkan keuntungan yang besar untuk
kepentingannya sendiri dengan memanfaatkan pengetahuannya mengenai perusahaan yang dia kelola yang jauh lebih banyak dari principal. Sejalan dengan
hubungan agensi yang meningkat, biaya agensi pun ikut meningkat, yakni biaya yang dikeluarkan untuk memastikan bahwa agent bertindak untuk kepentingan
principal. Selain itu, akibat dari aktivitas operasi yang semakin kompleks, principal lebih sulit untuk memantau tindakan agent. Oleh karena itu, diperlukan
auditor independen untuk menjembatani kepentingan pihak principal dan agent. Menurut Calderon dan Ofobike 2008, “kondisi ini secara potensial diatasi
dengan berganti ke auditor dari suatu KAP yang memiliki independensi tinggi untuk mengurangi biaya agensi”. Selain itu, dengan adanya auditor independen ini
Universitas Sumatera Utara
50 dapat mengurangi biaya agensi. Jadi ada dorongan bagi dewan perusahaan yang
lebih besar untuk memantau keahlian auditor, dan mengganti auditor sebagai sarana untuk mengurangi biaya pengawasan mereka.
4.3.2 Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel financial distress berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini dapat dilihat dari hasil
uji hipotesis tabel 4.6 dimana nilai financial distress signifikan pada 0,017 yang lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 5 0,05. Dengan demikian
penelitian ini menerima hipotesis kedua H2 yang menyatakan bahwa financial
distress berpengaruh terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Suci 2013, tetapi tidak mendukung hasil penelitian Susan dan Estralita 2011. Posisi keuangan perusahaan klien mungkin mempunyai pengaruh penting
pada keputusan untuk mempertahankan atau mengganti auditor. Kondisi perusahaan yang terancam bangkrut lebih sering berpindah auditor dari pada
perusahaan yang tidak terancam bangkrut. Damayanti dan Sudarma 2007 menemukan bahwa
“ketidakpastian bisnis pada perusahaan-perusahaan yang mengalamai kesulitan keuangan menimbulkan kondisi yang mendorong
perusahaan berpindah KAP”. Wisnu 2011 menyatakan “perusahaan yang bermasalah tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berpindah
auditor daripada perusahaan yang sehat”. Sulistiarini dan Sudarno 2012 menemukan bahwa “pergantian auditor juga dapat disebabkan karena perusahaan
Universitas Sumatera Utara
51 tidak dapat memenuhi biaya audit yang dibebankan karena sedang menurunnya
kondisi k euangan perusahaan”.
4.3.3 Pengaruh Return On Asset terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel return on asset tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji
hipotesis tabel 4.6 dimana nilai return on asset signifikan pada 0,597 yang lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikansi 5 0,05. Dengan demikian
penelitian ini menolak hipotesis ketiga H3 yang menyatakan bahwa return on
asset berpengaruh terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Susan dan Estralita 2011
tetapi tidak mendukung penelitian Cherry 2014. ROA merupakan salah satu rasio keuangan yang menunjukkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba
dari total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Damayanti dan Sudarma 2007 menyatakan “semakin besar ROA, maka semakin baik pula efektivitas
manajemen dalam memanfaatkan aktivanya, akan tetapi jika ROA rendah, hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan efektivitas dari manajemen
perusahaan tersebut”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan ataupun penurunan ROA, perusahaan tidak serta merta melakukan
penggantian auditor. Hal ini terjadi karena manajemen lebih mementingkan untuk mempertahankan reputasi perusahaan dimata para stakeholder dengan cara
mempertahankan untuk menggunakan jasa auditor yang lama. Apabila perusahaan cenderung mengganti auditor sebelum jangka waktu perikatannya berakhir ketika
terjadi peningkatan atau bahkan penurunan kinerja perusahaan, reputasi
Universitas Sumatera Utara
52 perusahaan tersebut akan dipertanyakan. Carcello dan Neal 2003 menyatakan
“perusahaan yang besar juga akan cenderung untuk mempertahankan auditor yang mengauditnya karena perusahaan yang besar umumnya memiliki analisis
keuangan yang akan mencurigai kegiatan dari perusahaan untuk mengganti auditor sebelum jangka waktu perikatannya berakhir”.
4.3.4 Pengaruh Public Ownership terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel public ownership tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini dapat dilihat
dari hasil uji hipotesis tabel 4.6 dimana nilai public ownership signifikan pada 0,879 yang lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikansi 5 0,05.
Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis keempat H4 yang
menyatakan bahwa public ownership berpengaruh terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Ida dan Lely 2014 tetapi
tidak mendukung hasil penelitian Suparlan dan Wuryan 2010 dan Ekka 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham yang menyebar tidak
lantas mendorong perusahaan untuk melakukan kebijakan dalam hal pergantian auditor. Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor yang mengaudit sebelumnya
tetap akan dipertahankan perusahaan. He rusetya 2008 menyatakan “kepemilikan
terkonsentrasi akan mendominasi pemegang saham minoritas, ini menunjukkan semakin tinggi pemegang saham oleh publik mendorong untuk membuat
keputusan yang tidak merugikan semua pemegang saham”. Perusahaan menganggap dengan seringnya melakukan pergantian auditor dapat menimbulkan
anggapan negatif yang dapat menggaggu citra perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
53
4.3.5 Pengaruh Client Size, Financial Distress, Return On Asset, dan Public
Ownership secara simultan terhadap Auditor Switching
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel client size, financial distress, return on asset, dan public ownership berpengaruh secara
simultan terhadap auditor switching. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis tabel 4.7 dimana client size, financial distress, return on asset, dan public
ownership signifikan pada 0,032 yang lebih kecil dibandingkan dengan taraf
signifikansi 5 0,05. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis
kelima H5 yang menyatakan bahwa client size, financial distress, return on asset, dan public ownership berpengaruh terhadap auditor switching. Auditor
switching pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh client size, financial distress, return on asset, dan public ownership
sebesar 40,2, sedangkan 59,8 sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti,
misalnya : ukuran KAP, share growth, fee audit, pergantian manajemen.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang pengaruh client size, financial distress, return
on asset, dan public ownership terhadap auditor switching. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan program Statistical Package
for Social Science SPSS. Data sampel perusahaan sebanyak 72 unit analisis perusahaan Real Estate Property terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
selama periode 2011-2014. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik logistic regression menunjukkan bahwa terdapat pengaruh client size terhadap auditor switching selama empat tahun
pengamatan 2011-2014 pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Cherry 2014 serta Suparlan dan Wuryan 2010, tetapi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suci 2013.
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik logistic regression menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh financial distress terhadap auditor switching selama empat tahun pengamatan 2011-2014 pada perusahaan Real Estate Property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Hasil penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
55 mendukung penelitian Suci 2013, tetapi tidak mendukung penelitian yang
dilakukan Susan dan Estralita 2011. 3.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik logistic regression menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh return on asset terhadap auditor switching selama
empat tahun pengamatan 2011-2014 pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Susan dan Estralita 2011 , tetapi tidak mendukung penelitian Cherry 2014.
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik logistic regression menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh public ownership terhadap auditor switching selama empat tahun pengamatan 2011-2014 pada perusahaan Real Estate
Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ida dan Lely 2014, tetapi tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Wuryan 2010 dan Ekka 2013.
5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik logistic regression menunjukkan bahwa
client size, financial distress, return on asset, public ownership berpengaruh secara simultan terhadap auditor switching selama empat tahun pengamatan
2011-2014 pada perusahaan Real Estate Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Auditor switching pada perusahaan Real Estate
Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh client size, financial distress, return on asset, dan public ownership sebesar 40,2, sedangkan
59,8 sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, misalnya : ukuran KAP, share growth, fee audit, pergantian manajemen.
Universitas Sumatera Utara
56
5.2 Keterbatasan Penelitian