Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

(1)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

ANALISIS KRIMINOLOGI DAN YURIDIS TERHADAP

PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH

ANAK

(STUDI KASUS PUTUSAN No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

SKRIPSI

DIAJUKAN DALAM RANGKA MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM

OLEH

NAMA : BUDI SANTHO P. NABABAN NIM : 040200039

Departemen : Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

ANALISIS KRIMINOLOGI DAN YURIDIS TERHADAP

PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

SKRIPSI

DIAJUKAN DALAM RANGKA MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM

OLEH

NAMA : BUDI SANTHO P. NABABAN NIM : 040200039

Departemen : Hukum Pidana

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Abul Khair SH, M.Hum NIP. 131 842 853

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan anugerah-Nya pada akhirnya skripsi ini dapat selesai juga ditengah-tengah kesibukan perkuliahan.

Skripsi ini berjudul “ANALISIS KRIMIOLOGI DAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN No.1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapakku H. Nababan (Alm), Ibuku R.br Pakpahan, keluarga abangku R. Nababan / br Mangunsong Spd, keluarga kakakku; T. Purba / R. br Nababan, A. Manullang ST / R. br Nababan AmK, Imelda br Nababan SE yang telah mendukung penulis selama perkuliahan berupa materi dan moril

Dalam proses penulisan skripsi ini, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

3. Bapak Abul Khair, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Nurmalawaty SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi.

5. Bapak Lukman Hakim Nainggolan SH selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi.

6. Bapak Achmad Semma SH selaku Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi.

7. Ibu Erna Herlinda SH, M.Hum selaku Dosen Wali yang telah mengarahkan penulis selama proses perkuliahan.

8. Bapak / Ibu Dosen dan seluruh staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Semua anak-anak 04 khususnya anak-anak Depart. Pidana yang tidak bisa disebutkan satu persatu (makasih buat debat kusirnya di koridor)

Demikian penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperluas cakrawala berfikir kita semua.

Medan, Mei 2008 Penulis


(5)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah …...3

C. Tujuan Penulisan ...4

D. Manfaat Penulisan …………...4

E. Keaslian Penulisan ………...5

F. Tinjauan Kepustakaan ...5

G. Metode Penelitian ...11

H. Sistematika Penulisan ...12

BAB II. ANALISIS KRIMIOLOGI MENGENAI PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH ANAK A. Pengertian dan Ruang lingkup kriminologi ...15

B. Faktor penyebab anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba…...20

C. Dampak penyalahgunaan narkoba oleh anak ...25

D. Penanggulangan dan pencegahan keterlibatan anak dalam kejahatan Narkoba: 1. Upaya Penanggulangan ………..26

2. Upaya Pencegahan ………..27

BAB III. ANALISIS YURIDIS MENGENAI PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH ANAK A. Pengaturan hukum pidana terhadap kejahatan narkoba 1. Undang-undang narkotika: 1.1 Sejarah pembentukan undang-undang narkotika………31


(6)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

1.2 Kaidah pidana dalam undang-undang narkotika....………33 2. Undang-undang psikotropika:

2.1 Sejarah pembentukan undang-undang psikotropika …………38 2.2 Kaidah pidana dalam undang-undang psikotropika …………40 B. Ketentuan hukum yang berkaitan dengan anak

1. Undang-undang perlindungan anak:

1.1 Upaya pembentukan undang-undang perlindungan anak…...…42 1.2 Kaidah pidana dalam undang-undang perlindungan anak...…..44 2. Undang-undang pengadilan anak:

2.1 Sejarah pembentukan undang-undang pengadilan anak….……47 2.2 Kedudukan pengadilan anak……….………..49 C. Pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat kejahatan narkoba………..52

BAB IV. KASUS DAN ANALISA KASUS

A. Posisi kasus ...57 B. Analisa kasus:

1. Analisa kasus dari aspek kriminologi....………..62 2. Analisa kasus dari aspek yuridis ……….64

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...66 B. Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA ...70


(7)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

BUDI SANTHO P. NABABAN

NURMALAWATY SH, M.Hum

LUKMAN HAKIM SH

Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah nasional dan masalah internasional yang tidak pernah henti-hentinya dibicarakan. Hampir setiap hari terdapat berita mengenai penyalahgunaan narkoba, lebih memprihatinkan lagi bahwa narkoba bahkan telah mengancam masa depan anak. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional yang perlu untuk dilindungi. Skripsi ini berjudul ANALISIS KRIMIOLOGI DAN YURIDIS

TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN). Dalam

skripsi ini penulis mencoba mengemukakan permasalahan apa yang menyebabkan anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan bagaimana upaya pencegahannya sekaligus bagaimana pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian ini menganalisa putusan hakim Pengadilan Negeri Medan mengenai kasus narkotika yang dilakukan oleh pelaku yang masih dibawah umur. Analisa putusan tersebut ditinjau dari aspek kriminologi dan hukum pidana dengan melihat ketentuan ketentuan hukum pidana yang diterapkan dalam kasus. Data yang diperoleh dalam skripsi ini adalah berupa data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh jawaban dari permasalahan dalam skripsi ini.

Secara keseluruhan faktor-faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba yang dikemukan oleh para ahli dapatlah digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam hal penanggulangan narkoba pemerintah telah melakukan kebijakan penal dan kebijakan non penal, sedangkan pencegahan agar anak / remaja tidak terlibat dengan narkoba dilakukan melalui preventif, represif serta treatmen dan rehabilitasi . Pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat dalam kejahatan narkoba tidak diatur secara jelas dalam undang-undang narkoba, namun hakim dalam menjatuhkan pertanggungjawaban terhadap anak tersebut menggunakan ketentuan UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dengan terlebih dahulu memperhatikan laporan kemasyarakatan anak tersebut.

Mahasiswa Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara Dosen Pembimbing I


(8)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam pergaulan masyarakat, setiap hari terjadi hubungan antara anggota-anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnnya. Pergaulan tersebut menimbulkan berbagai peristiwa atau kejadian yang dapat menggerakkan peraturan hukum.1

Masalah penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah nasional maupun masalah internasional yang tidak pernah henti-hentinya dibicarakan. Hampir setiap hari terdapat berita mengenai masalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi maupun sikap dalam masyarakat.

Salah satu contoh dari peristiwa tersebut adalah penyalahgunaan narkoba yang pada akhir-akhir ini sudah sangat mencemaskan kita.

2

Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Sehingga diperlukan upaya pembinaan dan perlindungan terhadap anak agar anak terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba yang dilakukan anak merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum.

Lebih memprihatinkan lagi bahwa narkoba bahkan telah mengancam masa depan anak.

1

Chainur Arrasjid. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Hukum, PT Sinar Grafika, Jakarta, hlm 134

2

Reh Bunga BR PA. 2002. Skripsi: Perspektif Krimiologi Tentang Penyalahgunaan Narkotika di Kotamadya Binjai, Fakultas Hukum USU, Medan, hlm 1


(9)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Anak didalam perkembangannya menuju kealam dewasa memasuki masa remaja yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan yang ada disekitarnya. Pada masa remaja seorang anak dalam suasana atau keadaan peka, karena kehidupan emosionalnya yang sering berganti-ganti. Rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi terhadap sesuatu yang baru, kadangkala membawa mereka kepada hal-hal yang bersifat negatif. Para remaja pada usia ini merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan masih memiliki kemampuan yang sangat rendah untuk menolak ajakan negatif dari temannya.

Mereka kurang mampu menghindari ajakan tersebut, apalagi keinginan akan mencoba hal-hal yang baru. Remaja berada dalam tahap pencarian identitas sehingga keingintahuan mereka sangat tinggi, apalagi iming-iming dari teman mereka bahwa narkoba itu nikmat dan menjadi lambang sebagai anak gaul ditambah lagi dengan lingkungan pergaulan di kalangan anak remaja yang cenderung tidak baik maka memudahkan para pengedar narkoba untuk memasarkan narkoba, bahkan juga ada diantara anak remaja tersebut yang tidak hanya menjadi pemakai narkoba, bahkan terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba seperti yang diberitakan dalam berbagai media massa. Pada masa remaja ini seorang anak sering melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang seperti penyalahgunaan narkoba.

Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta


(10)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan pembinaan dalam pengembangan sikap, prilaku penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh dan pergaulan lingkungan masyarakat yang kurang sehat juga menyebabkan seseorang anak dapat terjerumus dalam kejahatan.3

Dalam kasus-kasus narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif) yang terjadi narkoba berasal dari perdagangan gelap. Sebagaimana diketahui, bahwa narkoba merupakan barang terlarang yang beredar dalam masyarakat dan dilarang oleh undang-undang. Peredaraan narkoba dilakukan secara sembunyi-sembunyi, yang biasanya sipenjual berusaha menjual narkoba kepada mereka yang sudah dikenal betul atau pembeli yang dianggap aman.4 Modus lain dalam peredaran narkoba adalah dengan mencampur narkoba dalam makanan yang banyak digemari.5

B. Perumusan Masalah.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkatnya dalam skripsi ini yang dikaitkan dengan ketentuan hukum yang berlaku dan dengan teori-teori kriminologi yang ada.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan sehubungan dengan judul skripsi ini adalah :

3

Penjelasan umum Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

4

Gatot Supramono. 2004. Hukum Narkoba Indonesia. Djambatan, Jakarta, hlm 4-5

5

Di daerah Jakarta Selatan narkoba telah beredar dalam bentuk yang lebih halus dan dekat dengan dunia anak dengan modus operandi dicampur dalam permen, laporan dalam SERGAP RCTI, Minggu 16 Maret 2008


(11)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

1. Apa yang menyebabkan anak terlibat dalam penyalahgunaan

narkoba sekaligus bagaimana upaya pencegahannya ?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba ?

C. Tujuan Penulisan.

Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui tulisan ini diharapkan kita mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan kita mengetahui cara-cara pencegahan agar anak tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba..

2. Untuk mengetahui seperti apa pertanggungjawaban pidana terhadap anak yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

D. Manfaat Penulisan.

Selanjutnya penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk: a. Manfaat secara teoritis.

Penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba oleh anak yang dewasa ini banyak terjadi. b. Manfaat secara praktis.


(12)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Secara praktis Penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan tentang kasus-kasus penyalahgunaan narkoba oleh anak yang terjadi dewasa ini dan bagaimana upaya pencegahan. Sehingga kasus-kasus penyalahgunaan narkoba sebagai bentuk kenakalan anak tidak lagi terjadi.

E. Keaslian Penulisan.

Skripsi ini berjudul ANALISIS KRIMINOLOGI DAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), adalah sebuah masalah yang membahas penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak di bawah umur yang ditinjau dari segi kriminologi yang sepanjang pengamatan penulis di Fakultas Hukum USU belum ada yang membahasnya. Dan apabila ternyata dikemudian hari terdapat judul dengan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggungjawab terhadap skripsi ini.

F. Tinjauan Kepustakaan. 1. Defenisi Anak.

Mengenai defenisi anak sampai sekarang belum ada persamaan persepsi mengenai batasan umur anak atau dibawah umur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Batasan umur anak dalam beberapa ketentuan perundang-undangan, antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Pasal 1 angka (5) UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, anak adalah seseorang yang belum


(13)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

2. Menurut Pasal 1 angka (16) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 15 (lima belas) tahun.

3. Menurut Pasal 1 angka (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun

termasuk anak yang masih dalam kandungan.

4. Menurut Pasal 1 angka (5) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan

belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentinganya.

5. Menurut Pasal 1 angka (1) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,

anak adalah orang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Selanjutnya menurut Pasal 1 angka (2) UU No. 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak, anak nakal adalah:

a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi

anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.


(14)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

6. Menurut Pasal 1 angka (2) UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)

tahun dan belum pernah kawin.

7. Menurut Pasal 1 Keppres No.36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Anak, anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 (delapan

belas) tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi yang ditentukan bahwa usia dewasa ditentukan lebih awal.

2. Defenisi Perlindungan Anak.

Menurut Pasal 1angka (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Upaya

perlindungan anak dilakukan demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.

3. Defenisi Pengadilan Anak.

Menurut Pasal 2 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa

pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan peradilan umum. Selanjutnya menurut Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak, dikatakan bahwa sidang pengadilan anak yang selanjutnya disebut sebagi sidang anak bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.


(15)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

4. Defenisi Narkoba dan Penggolongan Narkoba.

Dalam asumsi masyarakat luas narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat-obat berbahaya. Kedua kata ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sebab semua obat-obat berbahaya cenderung dipahami sebagai obat yang mengandung narkotika. Berdasarkan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional No.03 / IV / 2002 / BNN6

a. Narkotika golongan I

, bahwa istilah baku yang dipergunakan adalah narkoba, sebagai akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya.

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika,

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Adapun penggolongan narkotika menurut lampiran UU No. 22

Tahun 1997 adalah sebagai berikut:

Dalam lampiran UU No.22 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan I berjumlah 26.

b. Narkotika golongan II

6


(16)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Dalam lampiran UU No.22 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II berjumlah 87. c. Narkotika golongan III

Dalam lampiran UU No.22 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III berjumlah 14.

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,

psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Adapun

penggolongan psikotropika dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 adalah sebagai berikut:

a. Psikotropika golongan I

Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan I berjumlah 26.


(17)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

b. Psikotropika golongan II

Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan II berjumlah 14.

c. Psikotropika golongan III

Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan III berjumlah 9.

d. Psikotropika golongan IV.

Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 yang dimaksud dengan psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan IV berjumlah 60.

Menurut Pasal 1 angka 12 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

bahan / zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Yang termasuk dalam zat adiktif ini antara lain adalah:7

7

Badan Narkotika Nasional. Buku Bacaan Bagi Pelajar SMA- Kampanye Anti Narkoba, hlm 16


(18)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Nikotin terdapat dalam tembakau yang merupakan stimulan susunan syaraf pusat. Penggunaan nikotin yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit jantung koroner.

b. Caffein.

Caffein adalah alkoholida yang terdapat dalam buah tumbuhan coffea Liberika, coffea Arabica, dan coffea cnephora. Caffeine pada dasarnya menimbulkan rasa cemas dan akan mengakibatkan gangguan terhadap jantung dan pembuluh darah.

c. Minuman beralkohol.

Alkohol diperoleh dari fermentasi mikroba terhadap karbohidrat, misalnya bulir padi, singkong, anggur dan lain-lain yang menghasilkan kadar alkohol ethanol. Sedangkan penggolongan minuman beralkohol adalah sebagai berikut: 8

1. Golongan A, minuman beralkohol yang berkadar ethanol 1% -5%, seperti bir bintang, dan green sand.

2. Golongan B, minuman beralkohol yang berkadar ethanol 5%-20%, seperti anggur malaga.

3. Golongan C, minuman beralkohol yang berkadar ethanol 20%-50%, seperti wisky, jenever, dan brandy.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian.

8

Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI. 2001, Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba, hlm 6


(19)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum serta menganalisa putusan hakim Pengadilan Negeri Medan No.1203 / Pid.B / 2006 / PN. MDN mengenai kasus yang dilakukan oleh pelaku yang masih dibawah umur.

2. Metode pengumpulan data.

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian sebagai berikut:

i. Library Research (Penelitian Kepustakaan), yakni dengan melakukan

penelitian terhadap berbagai sumber bacaan, antara lain buku-buku, pendapat para sarjana, dan lain-lain yang diperoleh dari internet.

ii. Field Research (Penelitian Lapangan), yakni dengan melakukan

penelitian langsung ke lapangan, dalam hal ini penulis mengadakan penelitian ke Pengadilan Negeri Medan.

3. Analisis data.

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data hakikatnya untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Data yang diperlukan dalam skripsi ini berupa data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari konsep hukum pidana yang mengatur kejahatan narkoba dalam literatur hukum pidana serta putusan pengadilan. Data tersebut kemudian dianalisa secara kualitatif untuk memperoleh jawaban permasalahan skripsi ini.


(20)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Untuk lebih mempertegas penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut ini penulis membuat sistematika penulisan / gambaran isi skripsi ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan dan Tinjauan Kepustakaan yang akan membahas Defenisi anak, Defenisi perlindungan anak, Defenisi pengadilan anak serta Defenisi narkoba dan jenis-jenis narkoba, yang diakhiri dengan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II ANALISIS KRIMIOLOGI MENGENAI

PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH ANAK

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Pengertian dan Ruang lingkup kriminologi, Faktor penyebab anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, Dampak penyalahgunaan narkoba oleh anak, serta Upaya penanggulangan dan pencegahan keterlibatan anak dalam penyalahgunaan narkoba .

BAB III ANALISIS YURIDIS MENGENAI PENYALAHGUNAAN

NARKOBA OLEH ANAK:

Pada bab ini dibahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Pengaturan hukum pidana terhadap kejahatan narkoba baik itu


(21)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Undang-undang narkotika dan Undang-undang psikotropika, Ketentuan hukum yang berkaitan dengan anak baik itu Undang-undang perlindungan anak dan Undang-Undang-undang peradilan anak serta Pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat kejahatan narkoba.

BAB IV KASUS DAN ANALISA KASUS

Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Kasus Posisi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1203 / Pid. B / 2006 / PN. Medan serta diakhiri dengan Analisa Kasus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.


(22)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

ANALISIS KRIMINOLOGI MENGENAI PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH ANAK

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kriminologi

Nama kriminologi ditemukan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Secara harfiah berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.

Beberapa sarjana memberikan defenisi tentang kriminologi sebagai berikut:

1. Bonger memberikan defenisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

2. Sutherland merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial.

3. Michael dan Adler berpendapat bahwa kriminologi adalah keseluruhan keterangan mengenai perbuatan dan sifat dari para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara resmi diperlakukan oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para anggota masyarakat.

4. Wood berpendirian bahwa kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman, yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk didalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.


(23)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

5. Paul Mudigdo Mulyono memberikan defenisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia.

6. Noach merumuskan defenisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan tentang perbuatan jahat dan perilaku tercela yang menyangkut orang-orang yang terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan tercela itu.9

7. Van Bemelen merumuskan kriminologi adalah ilmu yang mempelajari kejahatan, yaitu perbuatan yang merugikan dan kelakuan yang tidak sopan yang menyebabkan adanya teguran dan tantangan.

8. Frij merumuskan kriminologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan, bentuk, sebab dan akibatnya.10

Berbicara tentang ruang lingkup kriminologi berarti berbicara mengenai objek studi dalam kriminologi. Bonger membagi kriminologi menjadi dua bagian, yaitu:

(1). Kriminologi murni, yang terdiri dari:

a. Antropologi kriminil, yaitu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dan tanda-tanda tubuhnya.

b. Sosiologi kriminil, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat dan sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

c. Psikologi kriminil, yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya.

9

Topo Santosa dan Eva Achjani Zulfa. 2001. Kriminologi. Rajawali Pers, Jakarta, hlm 9-12

10


(24)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil, yaitu ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf.

e. Penologi, yaitu ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman. (2). Kriminologi terapan, yang terdiri dari:

a. Higiene kriminil, yaitu usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan.

b. Politik kriminil, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana kejahatan telah terjadi.

c. Kriminalistik, yaitu ilmu tentang pelaksanaan penydikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.11

Sedangkan menurut Shuterland kriminologi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:

(1) Etiologi kriminal, yaitu usaha secara ilmiah untuk mencari sebab-sebab kejahatan.

(2) Penologi, yaitu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah lahirnya hukuman, perkembangannya serta arti dan faedahnya.

(3) Sosiologi hukum (pidana), yaitu analisis ilmiah terhadap kondisi-kondisi yang mempengaruhi perkembangan hukum pidana.12

Dari uraian defenisi para ahli diatas dapatlah ditarik suatu persamaan bahwa objek studi kriminologi mencakup tiga hal yaitu penjahat, kejahatan dan reaksi masyarakat terhadap penjahat dan kejahatan13

11

Topo Santosa dan Eva Achjani Zulfa, Op. cit, hlm 9-10

12

H. M Ridwan dan Ediwarman. 1994. Azas-Azas Kriminologi. USU Press, Medan, hlm 79

13

Topo Santosa dan Eva Achjani Zulfa, Op. cit, hlm 13


(25)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

1. Kejahatan.

Apabila kita membaca KUHP ataupun undang-undang khusus, kita tidak akan menjumpai suatu perumusan tentang kejahatan. Sehingga para sarjana hukum memberikan batasan tentang kejahatan yang digolongkan dalam tiga aspek, yakni:

i. Aspek yuridis.

Kejahatan dari aspek yuridis merupakan jenis-jenis kejahatan yang sudah defenitif, maksudnya telah ditentukan dalam undang-undang bahwa perbuatan tertentu dianggap sebagai kejahatan. Menurut Muljatnno, kejahatan adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut dinamakan perbuatan pidana14. Sedangkan menurut R. Soesilo, kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang, untuk dapat melihat apakah perbuatan itu bertentangan atau tidak undang-undang tersebut terlebih dahulu harus ada sebelum peristiwa tersebut tercipta.15

ii. Aspek sosiologis

Kejahatan dari aspek sosiologis bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia sebagai mahluk yang bermasyarakat perlu dijaga dari setiap perbuatan-perbuatan masyarakat yang menyimpang dari nilai-nilai

14

Chainur Arrasjid. 1999. Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil. Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, hlm 28

15


(26)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

kehidupan yang dijunjung oleh masyarakat.16

iii. Aspek psikologis.

Menurut W. A Bonger, kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan. Sedangkan menurut J. M Bemmelem, kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk mententramkan masyarakat negara harus menjatuhkan hukuman / pidana kepada penjahat.

Kejahatan dari aspek psikologis merupakan manifestasi kejiwaan yang terungkap pada tingkah laku manusia yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut merupakan kelakuan yang menyimpang (abnormal) yang sangat erat kaitannnya dengan kejiwaan individu.17

2. Pelaku.

Pelaku merupakan orang yang melakukan kejahatan, sering juga disebut sebagai penjahat. Studi terhadap pelaku bertujuan untuk mencari sebab-sebab orang melakukan kejahatan. Secara tradisional orang mencari sebab-sebab kejahatan dari aspek biologis, psikhis dan sosial ekonomi. Biasanya studi ini dilakukan terhadap orang-orang yang dipenjara atau bekas terpidana. Kemudian

16

Chainur Arrasjid, Op.cit hlm 26

17


(27)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

oleh perkembangannya studi terhadap pelaku ini diperluas dengan studi terhadap korban, karena menurut penelitian Hans von Henting dan B. Mendelsohn bahwa dalam kejahatan-kejahatan tertentu korban mempunyai peranan yang sangat penting dalam terjadinya kejahatan.

3. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku.

Studi mengenai reaksi terhadap kejahatan bertujuan untuk mempelajari pandangan serta tanggapan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan atau gejala yang timbul dimasyarakat yang dipandang merugikan atau membahayakan masyarakat luas. Sedangkan studi mengenai reaksi terhadap pelaku (penjahat) bertujuan untuk mempelajari pandangan-pandangan dan tindakan-tindakan masyarakat terhadap pelaku kejahatan.18

B. Faktor penyebab anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.

M. Taufik Makarao dkk dalam bukunya menyatakan pada umumnya secara keseluruhan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan penyalahgunaan narkoba dapat dibedakan atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar dirinya.19

Menurut penuturan Hakim Achmad Semma, SH yang bertugas sebagai hakim anak di Pengadilan Negeri Medan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba adalah bersifat kasuistis,

18

H. M Ridwan dan Ediwarman, Op.cit hlm 81

19

M. Taufik Makarao, Suhasril dan H.M Zakky A.S.2005. Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm 53-56


(28)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

yaitu antara satu kasus dengan kasus yang lainnya berbeda karena perbedaan latar belakang sianak tersebut. Namun dari kebanyakan kasus yang terjadi yang pernah ditangani bahwa penyebab anak terlibat dalam narkoba karena ingin coba-coba yang mana anak tersebut sebelumnya sudah merokok.20

Badan Narkotika Nasional dalam bacaan kampanye anti narkoba menguraikan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba oleh anak / remaja adalah sebagai berikut:

21

a. Faktor individu

Faktor individu terdiri dari aspek kepribadian, dan kecemasan / depresi. Yang termasuk dalam aspek kepribadian antara lain kepribadian yang ingin tahu, mudah kecewa, sifat tidak sabar dan rendah diri. Sedangkan yang termasuk dalam kecemasan / depresi adalah karena tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup sehingga melarikan diri dalam penggunaan narkoba.

b. Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya terdiri dari kondisi keluarga dan pengaruh teman. Kondisi keluarga disini merupakan kondisi yang disharmonis seperti orang tua yang bercerai, orang tua yang sibuk dan jarang di rumah serta perekonomian keluarga yang serba berlebihan maupun yang serba kekurangan. Sedangkan yang termasuk dalam pengaruh teman misalnya karena berteman dengan seorang yang ternyata pemakai narkoba dan ingin diterima dalam suatu kelompok.

20

Wawancara yang dilakukan dengan Bapak Achmad Semma, SH yang bertugas sebagai Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, pada hari Kamis 24 April 2008, Medan.

21


(29)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

c. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan misalnya karena adanya perkumpulan anak / remaja yang menyalahgunakan narkoba, tindakan yang tidak jelas dari sekolah apabila ada anak terlibat dalam narkoba sehingga dapat mempengaruhi anak yang lain, serta lingkungan tempat tinggal anak yang tidak memberikan perilaku yang baik.

Menurut psikiater Dr. Graham Blamie yang telah melakukan penelitian mengenai penyebab seorang anak remaja melakukan penyalahgunan narkoba yang dikutip oleh Sudarsono dalam bukunya, antara lain adalah:22

a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain b. Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua, guru

atau terhadap norma-norma sosial

c. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks

d. Untuk melepaskan diri dari rasa kesepian dan ingin memperoleh pengalaman sensasional dan emosional

e. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup f. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian / kebosanan

g. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepatan hidup

h. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas i. Untuk iseng-iseng dan didorong rasa ingin tahu.

22


(30)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Sedangkan menurut Mastar Ain Tanjung dalam bukunya, ada lima faktor yang menyebabkan seorang anak menyalahgunakan narkoba, diantaranya adalah:23

a. Dasar agama yang tidak kuat.

Pendidikan agama sangat dominant dalam melindungi anak dari pengaruh luar, karena setiap ajaran agama apapun melarang umatnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak diri sendiri dan juga diri orang lain. Dasar agama yang ditanam sejak kecil akan mnejadi perisai bagi diri anak untuk menolak sesuatu yang merusak ahlak, tetapi anak yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama sangat rawan dalam melakukan perbuatan kriminal seperti pecandu narkoba, minum-minuman keras dan lain-lain.

b. Komunikasi orang tua dan anak yang jarang.

Dalam kehidupan berkeluarga apabila terjadi kevakuman dalam berkomunikasi, maka anak akan berusaha mencari jalan keluar dengan menyenangkan diri sendiri. Anak akan menghabiskan waktunya dengan teman yang menurutnya dapat memahami dirinya termasuk dengan berteman dengan teman telah mengenal narkoba dan bahkan pulang sampai larut malam.

c. Pengaruh lingkungan (milleu).

Peranan lingkungan sangat menentukan bagi pertumbuhan dan pengembangan kepribadian manusia, apabila masyarakat dalam lingkungan berkepribadian santun ramah dan komunikatif maka pada umumnya anak akan baik, pintar dan cerdas sehingga tidak mudah terpengaruh dengan perbuatan tercela.

23

H. Mastar Ain Tanjung. 2004. Pahami Kejahatan Narkoba. Letupan Indonesia. Jakarta. hlm 11- 16


(31)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

d. Pengaruh budaya luar negeri.

Budaya luar negeri sangat dominan mempengaruhi generasi muda. Remaja dengan cepat meniru kebudayaan luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa agar tidak ketinggalan zaman. Sehingga apa yang dilihat melalui media massa elektronik cepat diserap tanpa mempertimbangkan baik buruknya.

Selain itu Soedjono D yang dikutip oleh Hari Sasangka mengatakan dari sekian banyak sebab-sebab penggunaan narkoba secara dominan yang dilakukan oleh para remaja dapatlah dikelompokkan dalam tiga keinginan, yaitu:24

Mereka yang ingin mengalami (the experience seekers) yaitu yang ingin memperoleh pengalaman baru dan sensasi dari pemakaian narkoba.

Mereka yang bermaksud menjauhi atau mengelakkan realita hidup (the

oblivion seekers) yaitu yang menganggap keadaan terbius sebagai tempat

pelarian terindah dan ternyaman.

Mereka yang ingin merubah kepribadiannya (personality change) yaitu mereka yang beranggapan menggunakan narkoba dapat merubah kepribadian seperti untuk menjadi berani, untuk menghilangkan rasa malu, menjadi tidak kaku dalam pergaulan dan lain-lain.

C. Dampak Akibat Penggunaan Narkoba Terhadap Anak

Yang dimaksud akibat penggunaan narkoba disini ialah akibat dari penggunaan narkoba secara tidak benar untuk memperoleh kenikmatan.25

24

Hari Sasangka. 2003 Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Mandar Maju. Bandung. hlm 6-7

25

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni. Bandung. Hlm 39


(32)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

yang ditimbulkan oleh narkoba pada anak sama dengan akibat yang ditimbulkan narkoba terhadap manusia dewasa. Akibat yang ditimbulkan oleh narkoba umumnya mempengaruhi dua hal, yaitu sebagai berikut:26

1. Mempengaruhi kesehatan.

Otak manusia mengandung sejumlah syaraf yang berbeda-beda. Fungsi yang utama terdapat pada syaraf pusat paling atas dari otak yang mengendalikan kemauan, penguasaan diri, tingkah laku, pikiran dan ingatan. Jika seseorang mengkonsumsi narkoba secara ilegal, maka akan mempengaruhi pusat syaraf tersebut, sehingga akan mempengruhi emosi dan perilakunya. Dengan kata lain bahwa narkoba akan membius otak sadar manusia sehingga membuat seseorang hilang kendali, berprilaku keras depersi dan daya tahan tubuhnya menjadi lemah hingga mengakibatkan kematian.

2. Mempengaruhi moral.

Narkoba akan membuat penggunanya kehilangan kepribadian. Pengguna narkoba akan selalu mempunyai perasaan tidak menentu, cepat marah dan tidak mampu menghargai perasaan orang lain seperti kasar terhadap orang tuannya dan menganiaya orang-orang disekitarnya. Selain itu para pengguna narkoba akan megalami krisis moral yang sangat parah, dimana mereka akan berani menjual barang yang dirumah, mencuri uang dalam keluarga atau dari tetangga, merampok dan membunuh orang lain untuk mendapatkan uang guna membeli narkoba.

26

Tj. Dian Mutia. 2002. Mari Menyongsong Masa Depan Yang Cerah, Hati-Hati Terhadap Bahaya Narkoba, Katakan Tidak Pada Narkoba. Mefi Caraka. Medan. hlm 28-29


(33)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Menurut Mastar Ain Tanjung dalam bukunya dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba pada anak dapat dilihat dari dimensi pendidikan, yakni siswa berprestasi yang terjerumus dalam narkoba akan mengajak teman-temannya untuk mengikuti perilakunya memakai narkoba dengan iming-iming berprestasi karena narkoba. Hal ini yang kemudian menjadikan anak tersebut menjadi pengedar narkoba diantara para pelajar.27

D. Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Anak Terlibat Dalam Narkoba 1. Upaya penanggulangan

Dalam penanggulangan kejahatan narkoba pemerintah telah melakukan pendekatan yang integral antara penal dan non penal.28

a.Kebijakan penal.

Upaya tersebut yakni:

Pemerintah telah menggunakan sarana penal (hukum pidana) untuk menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba. Kebijakan penal tersebut antara lain:

•Kebijakan kriminalisasi dalam undang-undang narkoba (UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997).29

•Meratifikasi Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988 (Convention Against Illicit Traffic in Narkotic Drugs

and Psychotropic Substances 1988) dalam UU No.7 Tahun 1997.30

27

H. Mastar Ain Tanjung. Op.cit hlm 47-48

28

Barda Nawawi Arief. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 74

29

Ibid, hlm 193

30

Barda Nawawi Arief, Loc.cit hlm 193


(34)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

•Meningkatkan status Badan Koordinasi Narkotika Nasional sejak tahun 2000 menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Jakarta dan di setiap propinsi dibentuk Badan Narkotika Propinsi (BNP).

•Mengundangkan undang-undang yang mengatur tentang anak yang didalamnya terdapat aturan tentang narkoba seperti Pasal 89 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

b. Kebijakan non penal.

Menurut Peter Hoefnagel yang dikutip oleh Mahmud Mulyadi dalam bukunya mengatakan bahwa pendekatan non penal adalah pendekatan terhadap kejahatan tanpa menggunakan sarana pemidanaan (prevention

whitout punisment). Kebijakan non penal ini sendiri lebih condong kearah

pencegahan terhadap timbulnya suatu kejahatan.31

2. Upaya pencegahan

Kebijakan non penal yang dilakukan oleh pemerintah dalam penanggulangan bahaya narkoba dilakukan melalui treatment dan pengobatan dengan mendirikan pusat rehabilitasi dan pengobatan bagi para korban kecanduan narkoba.

Selain upaya penanggulangan narkoba, pemerintah juga melakukan upaya pencegahan keterlibatan anak dalam penyalahgunaan bahaya narkoba melalui komunikasi dalam bentuk media massa cetak dan elektronik dalam rangka menyebarkan informasi dan menyadarkan khalayak luas tentang ancaman bahaya narkoba dan melalui pendidikan formal dalam kurikulum mata pelajaran, informasi dari para guru maupun pendidikan non formal seperti seminar,

31


(35)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

lokakarya, dan pelatihan guna memberikan penegtahuan, mengembangkan sikap dan prilaku hidup sehat tanpa narkoba.32

Badan Narkotika Nasional dalam bacaan kampanye anti narkoba menguraikan pencegahan agar anak tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari:33

a. Preventif.

Pencegahan ini disebut juga pencegahan primer yang bertujuan untuk menghindari diri dari pengaruh buruk lingkungan penyalahgunaan narkoba. Sasaran dari pencegahan primer adalah anak-anak dan generasi muda yang belum mengenal narkoba serta masyarakat yang berpotensi dalam membantu generasi muda mencegah penyalahgunaan narkoba. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan dalam lapisan masyarakat, penerangan dan pendidikan terhadap orang tua mengenai mengasuh anak yang baik dan pencegahan penyalahgunaan narkoba.

b. Represif.

Pencegahan ini disebut juga pencegahan sekunder yang bertujuan untuk menghindarkan anak dari pengaruh narkoba yang lebih parah. Sasaran dari pencegahan sekunder adalah anak-anak yang sudah mulai mencoba memakai narkoba agar anak tersebut berhenti dari penyalahgunaan narkoba. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan ini adalah konseling perorangan atau kelurga, pelibatan anak dalam kegiatan keagamaan, menjauhkan anak dari tempatnya biasa bergaul.

32

Badan Narkotika Nasional. Op.cit, hlm 28-29

33


(36)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

c. Treatment dan Rehabilitasi.

Pencegahan ini merupakan pencegahan tertier, bertujuan untuk mengobati dan memulihkan kondisi fisik, psikhis, mental, moral dan sosial anak bekas korban penyalahgunaan narkoba serta untuk mencegah agar jangan sampai mereka kambuh dan terjerumus kembali kedalam penyalahgunaan narkoba. Sasaran dari pencegahan tertier adalah korban narkoba, bekas korban narkoba dan sektor masyrakat yang bisa membantu bekas korban narkoba untuk menghindari diri dari penylahgunaan narkoba. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah bimbingan sosial kepada korban dan keluarganya serta kelompok sebayanya sehingga korban mempunyai keinginan yang kuat untuk sembuh, memperlakukannya dengan wajar, pelibatan anak dalam kegiatan keagamaan dan sosial serta mengawasinya agar jangan terjerumus kembali.

Selain itu menurut Rizali H. Nasution dkk dalam bukunya menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat dilakukan bagi anak / remaja agar terhindar dari narkoba yaitu:34

• Memperkuat keimanan melalui pendalaman agama • Memilih lingkungan yang sehat

• Menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga

• Menghindari merokok, karena merokok merupakan pintu masuk narkoba khususnya ganja.

34

Rizali H. Nasution, Darma Putra dan Riza Hendrawan, 2000, AIDS dan NARKOBA Dikenal Untuk Dihindari (Buku Pegangan Untuk Pendidik Sebaya), Yayasan Humaniora, Medan, hlm 54


(37)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH ANAK

A. Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Narkoba 1. Undang-Undang Narkotika

1.1Sejarah penbentukan undang-undang narkotika.

Kebijakan penanggulangan dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dengan dikeluarkannya ordonansi obat bius dan candu (Verdoovende Middlen

Ordonantie, Stbl 1927 Nomor 278 jo Nomor 536.

Pada awal tahun 1970 penyalahgunaan narkotika sudah semakin sering terjadi dalam masyarakat dan jenis-jenis narkotika yang beredar pun semakin beragam, kenyataan ini menimbulkan kesadaran perlunya suatu undang-undang yang dapat menjangkau setiap penyalahgunaan narkotika, selain itu bahwa ketentuan dalam V.M.O Stbl 1927 Nomor 278 jo Nomor 536 tidak lagi memenuhi syarat sebagai undang-undang narkotika dan kenyataan bahwa tidak cocok lagi dengan administrasi pengadilan pidana.35 Maka pada tanggal 8 September 1971 Presiden lalu mengeluarkan Instruksi Presiden No.6 Tahun 1971 kepada Kepala Bakin yang pada prinsipnya memerintahkan Kepala Bakin untuk memberantas masalah-masalah yang menghambat pembangunan nasional, salah satunya adalah penyalahgunaan narkotika.36

35

M. Taufik Makarao, Suhasril dan H.M Zakky A.S. Op. Cit, hlm 10

36

M. Taufik Makarao, Suhasril dan H.M Zakky A.S. Op. Cit, hlm 11


(38)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Khusus dalam masalah penyalahgunaan narkotika ketentuan hukum yang sudah ada belum dapat menjangkaunya, sebab ketentuan-ketentuan yang masih lama memiliki beberapa kelemahan, antara lain:37

1. tidak adanya keseragaman dalam penertian narkotika

2. sanksi yang terlalu ringan dibanding dengan penyalahgunaan narkotika 3. ketidaktegasan dalam pemberantasan penjual, pemilik, pemakai, pengedar

dan penyimpan narkotika

4. ketidak serasian antara ketentuanhukum pidana mengenai narkotika

5. belum adanya badan bertingkat nasional yang khusus menangani masalah penyalahgunaan narkotika

6. belum ada ketentuan khusus wajib lapor dalam kasus penyalahgunaan narkotika

7. belum adanya hal-hal yang khusus bagi yang berjasa dalam penyelidikan perkara penyalahgunaan narkotika.

Kemudian pemerintah mengundangkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3086 dan dinyatakan berlaku sejak 26 Juli 1976, dalam perkembangan terakhir, undang-undang ini pun diganti dengan Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang diundangkan pada tanggal 1 September 1997 dalam Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 67 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3698 dan berlaku sejak undang-undang tersebut diundangkan. Lahirnya undang-undang tentang

37


(39)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

narkotika yang baru ini didahului dengan keluarnya Undang-Undang No.7 Tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988.

1.2 Kaidah pidana di bidang narkotika.

Dalam Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disamping mengatur penggunaan narkotika, juga mengatur secara khusus ketentuan-ketentuan pidana sebagaimana yang diatur dalam Bab XII Pasal 78 sampai dengan Pasal 100 yang berjumlah 23 pasal. Semua tindak pidana yang diatur dalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan, alasannya adalah bahwa narkotika dipergunakan untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, maka apabila ada perbuatan diluar kepentingan-kepentingan tersebut sudah merupakan kejahatan mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaiaan narkotika secara tidak sah.38

1. Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika.

Dari ketentuan-ketentuan pidana tersebut maka pengelompokan kejahatan di bidang narkotika adalah:

Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika bukan hanya perbuatan yang memproduksi narkotika saja melainkan perbuatan yang sejenis dengan itu, berupa mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit dan menyediakan narkotika untuk semua golongan, diatur dalam Pasal 80.39

2. Kejahatan yang menyangkut pengangkutan dan transito narkotika.

38

Ibid, hlm 198

39


(40)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Kejahatan narkotika ini dalam arti luas termasuk dalam perbuatan membawa, mengirim dan mentransito narkotika, diatur dalam Pasal 81. Kemudian masih ada tindak pidana di bidang pengangkutan narkotika yang khusus ditujukan kepada nahkoda atau kapten penerbang karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sebagaimana yang diatur dalam Pasal 93.40

3. Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika.

Kejahatan yang meyangkut jual beli narkotika disini maksudnya bukan hanya jual beli dalam arti sempit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor, impor dan tukar menukar narkotika, diatur dalam Pasal 82. Dalam tindak pidana narkotika ini perbuatan menyalurkan dan menyerahkan narkotika juga termasuk dalam perbuatan jual beli narkotika sebagaimana yang diatur dalam Pasal 32.41

4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika.

Dalam kejahatan ini oleh undang-undang dibedakan antara tindak pidana menguasai narkotika golongan I dengan tindak pidana menguasai narkotika golongan II dan III, karena golongan narkotika tersebut memiliki fungsi dan akibat yang berbeda. Untuk tindak pidana menguasai narkotika golongnan I diatur dalam Pasal 78, sedangkan untuk golongan II dan III diatur dalam Pasal 78.42

5. Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika.

40

Ibid, hlm 204

41

Ibid, hlm 201

42


(41)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II dan golongan III dibedakan atas dua macam, yaitu penyalahgunaan narkotika untuk orang lain dan penyalahgunaan narkotika untuk diri sendiri. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika terhadap orang lain diatur dalam Pasal 84, sedangkan penyalahgunaan narkotika untuk diri sendiri diatur dalam Pasal 85.43

6. Kejahatan yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika.

Undang-undang narkotika menghendaki agar pecandu narkotika melaporkan diri atau keluarganya yang melaporkan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 46. Kewajiban tersebut apabila tidak dilakukan merupakan tindak pidana bagi orang tua atau wali yang bersangkutan, yang diatur dalam Pasal 86.44

7. Kejahatan yang menyangkut label dan publikasi narkotika.

Seperti diketahui bahwa pabrik obat diwajibkan mencamtumkan label pada kemasan narkotika baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 41, kemudian untuk dapa dipublikasikan harus dilakukan pada media cetak ilmiah kedokteran atau pada media cetak ilmiah farmasi. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka terjadi kejahatan narkotika yang menyangkut label dan publikasi yang diatur dalam Pasal 89.45 8. Kejahatan yang menyangkut jalannya peradilan narkotika.

43

Ibid, hlm 209

44

Ibid, hlm 210

45


(42)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Yang dimaksud dengan proses peradilan meliputi pemeriksaan perkara di tingkat penyidikan, penuntutan dan pengadilan. Sehingga perbuatan yang menghalang-halangi atau mempersulit jalannya proses peradilan yang bertujuan untuk proses peradilan tidak lancar atau tidak jadi sama sekali merupakan tindak pidana, diatur dalam Pasal 92. Perbuatan menghalangi-halangi dapat dilakukan di semua tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh siapa saja, sedangkan pebuatan mempersulit dilakukan ketika pemeriksaan perkara sedang berlangsung yang dilakukan oleh orang yang sedang diperiksa oleh petugas atau pejabat pemeriksa.46

9. Kejahatan yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika.

Dalam perkara narkotika ada kemungkinan bahwa barang bukti yang disita berupa tanaman yang jumlahnya sangat banyak, sehingga tidak mungkin barang bukti tersebut diajukan ke persidangan semuanya. Berdasarkan Pasal 71 barang bukti yang demikian dilakukan penyisihan yang wajar dan selebihnya barang bukti itu dimusnahkan yang dibuat dan dimasukkan dalam berkas berita acaranya. Apabila tidak dilakukan maka melanggar Pasal 94.47 10. Kejahatan yang menyangkut keterangan palsu.

Sebelum seorang saksi memberikan keterangan dimuka sidang persidan gan sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana maka ia wajib mengucapkan sumpah sesuai dengan agamanya. Dengan cara ini diharapkan saksi memberikan keterangannya selalu konsekuen. Dan apabila dalam perkara

46

Ibid, hlm 213

47


(43)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

narkotika saksi tidak memberikan keterangan dengan benar dapat dipidana, diatur dalam Pasal 95.48

11.Kejahatan yang menyangkut penyimpangan fungsi lembaga.

Lembaga-lembaga yang diberi wewenang oleh undang-undang narkotika untuk memproduksi, menyalurkan atau menyerahkan narkotika yang ternyata melakukan kegiatan narkotika tidak sesuai dengan tujuan penggunaan narkotika sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang, maka pimpinan lembaga yang bersangkutan dapat dijatuhi pidana, diatur dalam Pasal 99.49 12.Kejahatan yang menyangkut pemanfaatan anak dibawah umur.

Kejahatan di bidang narkotika tidak seluruhnya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan pula bersama-sama dengan anak di bawah umur (belum genap 18 tahun). Anak-anak yang belum dewasa cenderung mudah dipengaruhi untuk melakukan perbuatan yang berhubungan dengan narkotika, karena jiwanya belum stabil akibat perkembangan fisik dan psikis. Oleh karena itu diatur dalam Pasal 87.50

Selain itu ada kemungkinan bahwa warga negara Indonesia yang bepergian ke luar negeri ataupun yang berada diluar negeri melakukan kejahatan narkotika dan setelah melakukan perbuatannya itu yang bersangkutan kembali ke Indonesia. Dalam hal ini undang-undang narkotika akan selalu mengikuti warga negara Indonesia kemana saja perginya, namun karena dalam Pasal 97 diatur

48

Ibid, hlm 215

49

Ibid, hlm 217

50


(44)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

bahwa ketentuan dalam undang-undang tersebut hanya dapat diberlakukan setelah pelakunya pulang ke tanah air.51

Selain mengatur penggolongan kejahatan di bidang narkotika, undang-undang ini sudah mengenal ancaman pidana minimal yang dimaksudkan untuk pemberatan hukuman apabila tindak pidananya:

52

2. Undang-Undang Psikotropika

1. Didahului dengan permufakatan jahat, diatur dalam Pasal 78 ayat (2) sampai dengan Pasal 82.

2. Dilakukan secara terorganisasi jahat diatur dalam Pasal 78 ayat (3) sampai dengan Pasal 92.

3. Dilakukan oleh korporasi diatur dalam Pasal 78 ayat (4) sampai dengan Pasal 82.

4. Dilakukan oleh residivis diatur dalam Pasal 96.

2.1Sejarah pembentukan undang-undang psikotropika

Pengaturan psikotropika yang pertama kali diatur dalam Stb1949 No.4l9 tanggal 22 Desember 1949 tentang Sterkwerkendegeneesmiddlen Ordonantie yang dalam terjemahannya adalah Ordonansi Obat Keras. Psikotropika tidak diatur secara tersendiri, masih disatukan dalam pengaturan bahan baku obat atau obat jadi lainnya yang termasuk dalam obat keras (Daftar G).

Kemudian pada tanggal 2 April 1985 keluar Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 213 / Men.Kes / Per / IV / 1985 tentang Obat Keras Tertentu yang

51

Ibid, hlm 219-220

52


(45)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

mencabut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 10381 / A / SK / 1972. dalam peraturan mengenai obat keras tertentu dalam Lampiran I terdapat obat-obatan tertentu yang dilarang untuk diimpor, diproduksi, didistribusikan, menyimpan dan menggunakannya. Obat-obatan tersebut antara lain adalah etisiklidina, fenmetrazin, lisergida (LSD) dan spilosibin. Sedangkan dalam Lampiran II antara lain Phenobarbital dan benzodiazepine serta turunannya yang dalam hal mengimpor, memproduksi serta mendistribusikannya diatur secara ketat dan harus dilaporkan.

Pada tanggal 8 Pebruari 1993 dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 124 / Men.Kes / Per / 1993 tentang Obat Keras Tertentu yang merupakan perbaikan dan penambahan terhadap peraturan menteri kesehatan sebelumnya. Dalam peraturan ini juga melampirkan Lampiran I dan Lampiran II, namun belum ada mencantumkan ketentuan pidananya. Sehingga putusan pengadilan terhadap kasus-kasus psikotropika (ekstasi) tidak ada ketegasan dari segi hukum pidananya, sebab peraturan menteri kesehatan dianggap kurang kuat sebagai dasar hukumnya. Kemudian pada tahun 1992, pemerintah mengundangkan Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dalam salah satu pasalnya yakni dalam Pasal 44 pada pokoknya disebutkan pengamanan, penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membayahakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Untuk itu baik produksi, peredaran dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif hatus memenuhi standar atau persyaratan yang ditentukan.53

53


(46)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Baru kemudian pada tanggal 11 Maret 1997 pemerintah mengundangkan Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 1997 No.10, Tambahan Lembaran Negara RI No.3671 yan mulai berlaku sejak diundangkan.54

a. Konvensi Psikotropika 1971 (Convention on Psychotropic Substances 1971) yang diratifikasi dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1996, dan

Pembentukan undang-undang ini tidak dapat dilepaskan dari adanya konvensi-konvensi sebagai berikut:

b. Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988 (Convention Against Illicit Traffic in Narkotic Drugs and Psychotropic

Substances 1988) yang diratifikasi dalam Undang-Undang No.7 Tahun

1997.55

2.2Kaidah pidana di bidang psikotropika

Dalam undang-undang psikotropika secara khusus mengatur ketentuan pidana berjumlah 14 pasal, pada Bab XIV Pasal 59 sampai Pasal 72 dimana seluruh perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana merupakan kejahatan (Pasal 68). Tindak pidana di bidang psikotropika antara lain berupa memproduksi, atau mengedarkan secara gelap, maupun penyalahgunaan psikotropika.56

54

Gatot Supramono, Op.cit hlm 15

55

Hari Sasangka. Loc. cit hlm 123

56

Gatot Supramono. Op. cit hlm 65

Dari seluruh tindak pidana yang diatur dalam undang-undang psikotropika dilihat dari segi bentuk perbuatannya maka dapatlah dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:


(47)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

a. Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika yang diatur dalam Pasal 59 ayat (1) huruf b, Pasal 59 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 60 ayat (1). b. Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika yang diatur dalam

Pasal 59 ayat (1) huruf c dan Pasal 60 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).

c. Kejahatan yang menyangkut ekspor dan impor psikotropika yang diatur dalam Pasal 59 ayat (1) huruf d, Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 63 ayat (1).

d. Kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika yang diatur dalam Pasal 59 ayat (1) huruf e, Pasal 62 ayat (1) huruf a.

e. Kejahatan yang menyangkut penggunaan psikotropika yang diatur dalam Pasal 59 ayat (1) huruf a.

f. Kejahatan yang menyangkut pengobatan dan rehabilitasi psikotropika yang diatur dalam pasal 64.

g. Kejahatan yang menyangkut label dan iklan psikotropika yang diatur dalam Pasal 63 ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c.

h. Kejahatan yang menyangkut transito psikotropika yang diatur dalam Pasal 63 ayat (1) huruf b dan huruf c.

i. Kejahatan yang menyangkut pelaporan kejahatan di bidang psikotropika yang diatur dalam Pasal 65.

j. Kejahatan yang menyangkut sanksi dalam perkara psikotropika yang diatur dalam Pasal 66.

k. Kejahatan yang menyangkut pemusnahan psikotropika yang diatur dalam Pasal 63 ayat (2) huruf d.


(48)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Selain mengatur tentang jenis-jenis kejahatan dibidang psikotropika, undang-undang psikotropika ini juga mengatur tentang pembantuan dan percobaan (Pasal 69), permufakatan jahat diperberat 1/3 (Pasal 71 ayat 2), hukuman terhadap korporasi (Pasal 70) serta hukuman yang diperberat 1/3 terhadap residivis (Pasal 72).57

B. Ketentuan Hukum Yang Berkaitan Dengan Anak 1. Undang-Undang Perlindungan Anak

Upaya pembentukan undang-undang perlindungan anak

Upaya perlindungan hukum anak pada prinsipnya sudah lama diupayakan oleh pemerintah, hal ini terbukti dari berbagai peraturan perundang-undangan yang diundangkan oleh pemerintah. Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut antara lain adalah UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP yang mengatur perlindungan hukum terhadap setiap orang yang terlibat dalam tindak pidana termasuk juga bagi anak, UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang memuat ketentuan hukum pidana formil dan ketentuan hukum pidana materiil terhadap anak, UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 59 sampai Pasal 66 dan secara khusus dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.58

Ketika menetapkan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang diundangkan dalam Lembaran Negra RI tahun 2002 No

57

Barda Nawawi Arief Loc.cit, hlm 207

58

Lilik Mulyadi. 2004. Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi. Djambatan. Jakarta. hlm


(49)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

19, Tambahan Lembaran Negara RI No 4235 dan diundangkan tanggal 22 Oktober 2003 pemerintah menyandarkan sejumlah asumsi mengapa disusun undang-undang ini.59

a. bahwa negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,

termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia;

Alasan diundangkannya undang-undang ini diantaranya adalah sebagai berikut:

b. bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya;

c. bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa, memiliki peran strategis yang mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan;

d. bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut,

maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan berahlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.60

Di dalam undang-undang perlindungan anak ini mengandung beberapa pasal mengenai perlindungan terhadap anak baik sebagai pelaku maupun sebagai korban kejahatan. Pada bagian Kelima tentang Perlindungan Khusus Pasal 59 dinyatakan bahwa:

“Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan / atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan fisik maupun mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran”.

59

Muladi (editor). 2005. Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep & Implikasinya Dalam Perspektitf Hukum & Masyarakat. Refika Aditama. Bandung. hlm 232-233

60


(50)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Sedangkan dalam Pasal 64 ayat (1) memberikan perlindungan khusus kepada anak yang menjadi pelaku atau yang sedang konflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Adapun yang termasuk dalam perlindungan khusus yang diberikan kepada anak pelaku tindak pidana menurut Pasal 64 ayat (2) adalah sebagai berikut:

a. perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak

anak.

b. penyediaan petugas perlindungan sejak dini.

c. penyediaan sarana dan prasarana khusus.

d. penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak.

e. pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak

yang berhadapan dengan hukum.

f. pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau

keluarga, dan

g. perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk

menghindari labelisasi.

Kaidah pidana dalam undang-undang perlindungan anak

Didalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pemerintah telah mengatur tentang ketentuan pidana, yaitu yang terdapat dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 90. Apabila diperinci maka ketentuan pidana dalam undang-undang ini ditinjau dari segi perumusan sanksi pidana (strafsoort) menggunakan jenis-jenis perumusan kumulatif dan kumulatif alternatif, sedangkan dari segi lamanya sanksi pidana maksimum (strafmaat) menggunakan sistem pidana maksimum dan sistem batas minimum / maksimum lamanya ancaman pidana.61

61

Lilik Mulyadi, Op. cit hlm 77


(1)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

c. Memberikan pengertian dan pemahaman bahwa sekali mencoba narkoba akan seterusnya menjadi ketagihan yang kemudian meningkat menjadi ketergantungan.

d. Memberikan pengertian dan pemahaman bahwa menyalahgunakan narkoba akan menjauhkan diri dari teman, keluarga dan kehidupan sosial.

e. Memberikan pengertian dan pemahaman mengenai resiko pennyalahgunaan narkoba akan berdampak fatal terhadap diri maupun sekelilingnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arrasjid, Chainur. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. PT Sinar Grafika, Jakarta, 2000. ---. Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil. Kelompok

Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan,1999. Arief, Barda Nawawi. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan


(2)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Bunga, Reh BR PA. Skripsi: Perspektif Krimiologi Tentang Penyalahgunaan Narkotika di Kotamadya Binjai. Fak. Hukum USU, Medan, 2002.

Badan Narkotika Nasional. Buku Bacaan Bagi Pelajar SMA-Kampanye Anti Narkoba.

Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI. Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba, 2001.

Doloksaribu, Donny M. Skripsi: Analisa Hukum dan Kriminologi Terhadap Kasus Kejahatan Sodomi di Medan. Fak. Hukum USU, Medan, 2007. Makarao, M. Taufik, Suhasril dan H.M Zakky A.S. Tindak Pidana Narkotika,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.

Mastar Ain Tanjung. Pahami Kejahatan Narkoba. Letupan Indonesia. Jakarta 2004.

Mutia, Tj. Dian. Mari Menyongsong Masa Depan Yang Cerah, Hati-Hati Terhadap Bahaya Narkoba, Katakan Tidak Pada Narkoba. Mefi Caraka. Medan, 2002.

Muladi (editor). Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep & Implikasinya Dalam Perspektitf Hukum & Masyarakat. Refika Aditama, Bandung, 2005. Mulyadi, Lilik. Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktik dan

Permasalahannya. Mandar Maju. Bandung, 2005.

---. Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi. Djambatan. Jakarta, 2004.

Mulyadi, Mahmud. Politik Hukum Pidana Bahan Kuliah. Fakultas Hukum-USU, Medan. 2007

Nasution, Rizali H, Darma Putra dan Riza Hendrawan. AIDS dan NARKOBA Dikenal Untuk Dihindari (Buku Pegangan Untuk Pendidik Sebaya), Yayasan Humaniora. Medan, 2000.

Purba, Rehngena. Peran Hakim Dalam Penegakan Hukum Perlindungan Anak: Pidato Orasi Ilmiah Dies Natalis FH-USU. Fakultas Hukum USU, Medan, 2006.

Ridwan, M dan Ediwarman. Azas-Azas Kriminologi. USU Press, Medan, 1994. Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung, 1986.


(3)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Sudarsono.. Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

Supramono, Gatot. Hukum Narkoba Indonesia. Djambatan, Jakarta, 2004. Santosa, Topo dan Eva Achjani Zulfa. Kriminologi. Rajawali Pers, Jakarta, 2001. Waluyo, Bambang. Pidana dan Pemidanaan. Sinar Grafika. Jakarta, 2004.

B. Undang-undang

Undang-undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang RI No.3 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang RI No.23 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Undang-Undang RI No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika

Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang RI No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

C. Media Cetak Elektronik

Program SERGAP, RCTI, Minggu 16 Maret 2008.

Pengertian Narkoba diakses dari situs http: // www.bnn. org.id

WAWANCARA

1. Berdasarkan pengamatan Bapak faktor-faktor apa yang menyebabkan

anak terlibat dalam penyalahgunan narkoba?

Dari pengalaman saya selama bertugas sebagai Hakim Anak, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak terlibat dalam perkara narkoba bersifat kasuistik, yang artinya bahwa antara satu kasus dengan kasus yang lain penyebab anak terlibat dalam perkara narkoba berbeda-beda, ada yang karena ingin


(4)

coba-Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

coba, ikut-ikutan terhadap teman, kehidupan keluarga yang tidak harmonis ataupun karena kurangnya pengawasan dari orang tua. Untuk mengetahui penyebab anak terlibat dalam narkoba harus diteliti oleh Penelitian Kemasyarakatan BAPAS.

2. Apakah jenis kelamin anak ikut menentukan dalam perkara narkoba

yang melibatkan anak?

Dari beberapa kasus narkoba yang melibatkan anak kebanyakan adalah anak laki-laki, karena pada umumnya anak laki-laki yang terlibat berusia sekitar 14-16 tahun sudah rokok, rokok tersebut merupakan pintu awal anak terhadap narkoba. Meskipun demikian untuk beberapa kasus ada juga yang melibatkan anak perempuan.

3. Jenis narkoba apa yang pada umumnya digunakan anak dalam

penyalahgunaan narkoba?

Pada umumnya jenis narkoba yang sering digunakan oleh anak adalah ganja, karena anak tersebut sebelumnya telah mengenal rokok. Ganja tersebut kemudian dicampur dengan rokok yang dihisapnya. Sehingga anak yang telah mengenal rokok akan lebih besar kemungkinan untuk mengenal ganja.

4. Dalam beberapa kasus narkoba yang melibatkan anak yang pernah

Bapak sidangkan, bagaimana peran anak tersebut?

Dari beberapa kasus narkoba yang melibatkan anak yang telah saya sidangkan bahwa pada umumnya anak merupakan pemakai narkoba, sedangkan sebagai perantara adalah sangat kecil. Sebagai perantara, seorang anak biasanya diiming-imingi oleh seorang pengedar dengan sejumlah uang yang untuk ukuran anak uang tersebut sangat berarti, umpamanya seorang anak yang uang sakunya pas-pasan akan menuruti perintah seseorang untuk mengantarkan narkoba yang tidak diketahui anak tersebut dengan imbalan uang sebesar Rp. 10.000,-


(5)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

5. Bagaimana pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat dalam

penyalahgunaan narkoba?

Pertanggungjawaban pidana anak yang terlibat dalam perkara narkoba memakai ketentuan dalam UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dimana ancaman pidana maksimal bagi anak yang terlibat narkoba adalah ½ dari ancaman hukuman orang dewasa. Kemudian dilihat dari laporan Penelitian Kemasyarakatan BAPAS terhadap anak tersebut, ada yang dijatuhi hukuman dengan ½ dari hukuman orang dewasa, ada yang dimaasukan dalam pembinaan, ataupun dikembalikan kepada orang tuanya.

6. Dalam persidangan yang pernah Bapak sidangkan, apakah anak yang

telah selesai menjalani hukumannya terlibat lagi dalam perkara narkoba?

Seorang anak yang telah terlibat dalam perkara narkoba yang kemudian telah selesai menjalani masa hukumannya sangat jarang untuk terlibat lagi dengan narkoba (menjadi residivis).

7. Bagaimana proses persidangan anak yang terlibat dalam perkara

penyalahgunaan narkoba?

Proses persidangan anak yang terlibat dalam perkara penyalahgunaan narkoba mengacu terhadap ketentuan dalam UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Persidangan tersebut merupakan persidangan yang tertutup untuk umum. Dalam praktik pemeriksaan di persidangan ada anak yang didampingi oleh penasehat hukumnya dan ada yang tidak, namun untuk petugas BAPAS wajib selalu mendampingi anak tersebut dalam setiap persidangannya. Selain itu yang diizinkan hadir dalam pemeriksaan sidang adalah orang tua dari anak tersebut. Selain itu dalam perkara narkoba yang melibatkan seorang anak maka persidangannya lebih didahulikan dari persidangan orang dewasa yang terlibat dalam narkoba.


(6)

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN), 2008.

USU Repository © 2009

8. Bagaimana pertimbangan Bapak dalam menjatuhkan pidana terhadap

anak?

Pertimbangan saya dalam menjatuhkan pidana terhadap seorang anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba adalah dengan memperhatikan latar belakang anak tersebut, faktor yang menyebabkan anak melakukannya serta dengan memperhatikan sikap anak terhadap perbuatannya apakah anak tersebut meyesal atau tidak.

9. Apakah penanggulangan anak yang terlibat dalam narkoba dapat

dilakukan dengan tidak menggunakan pemidanaan?

Menurut saya bahwa penanggulangan anak yang terlibat dalam narkoba dapat dilakukan tanpa menggunakan pemidanaan tergantung dari keadaan anak tersebut. Artinya kita harus melihat latar belakang dari sianak tersebut serta melihat seberapa parah pengaruh narkoba terhadap anak, bila hal-hal tersebut.


Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Posisi Dominan Yang Dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Putusan KPPU No. 02 / KPPU-L / 2005 Tentang Carrefour)

1 64 189

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu)

2 56 130

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

KEKUATAN HUKUM PEJANJIAN JUAL-BELI DIBAWAH TANGAN ATAS TANAH HAK YASAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 7 k / Pdt / 1991)

0 6 93

ANALISIS PUTUSAN NO : 1270 / Pid.B / 2009 / PN.TK PADA BPR TRIPANCA SETIADANA

2 45 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

0 3 38