Defenisi Perlindungan Anak. Defenisi Pengadilan Anak. Defenisi Narkoba dan Penggolongan Narkoba.

Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Putusan No. 1203 Pid.B 2006 PN.MDN, 2008. USU Repository © 2009 6. Menurut Pasal 1 angka 2 UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. 7. Menurut Pasal 1 Keppres No.36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Anak, anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 delapan belas tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi yang ditentukan bahwa usia dewasa ditentukan lebih awal.

2. Defenisi Perlindungan Anak.

Menurut Pasal 1angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Upaya perlindungan anak dilakukan demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.

3. Defenisi Pengadilan Anak.

Menurut Pasal 2 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan peradilan umum. Selanjutnya menurut Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dikatakan bahwa sidang pengadilan anak yang selanjutnya disebut sebagi sidang anak bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak sebagaimana ditentukan dalam undang- undang ini. Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Putusan No. 1203 Pid.B 2006 PN.MDN, 2008. USU Repository © 2009

4. Defenisi Narkoba dan Penggolongan Narkoba.

Dalam asumsi masyarakat luas narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat-obat berbahaya. Kedua kata ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sebab semua obat-obat berbahaya cenderung dipahami sebagai obat yang mengandung narkotika. Berdasarkan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional No.03 IV 2002 BNN 6 a. Narkotika golongan I , bahwa istilah baku yang dipergunakan adalah narkoba, sebagai akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya. Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Adapun penggolongan narkotika menurut lampiran UU No. 22 Tahun 1997 adalah sebagai berikut: Dalam lampiran UU No.22 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan I berjumlah 26. b. Narkotika golongan II 6 http: www. BNN. Org.id Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Putusan No. 1203 Pid.B 2006 PN.MDN, 2008. USU Repository © 2009 Dalam lampiran UU No.22 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II berjumlah 87. c. Narkotika golongan III Dalam lampiran UU No.22 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III berjumlah 14. Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Adapun penggolongan psikotropika dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 adalah sebagai berikut: a. Psikotropika golongan I Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan I berjumlah 26. Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Putusan No. 1203 Pid.B 2006 PN.MDN, 2008. USU Repository © 2009 b. Psikotropika golongan II Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan II berjumlah 14. c. Psikotropika golongan III Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 dijelaskan yang dimaksud dengan psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan III berjumlah 9. d. Psikotropika golongan IV. Dalam lampiran UU No.5 Tahun 1997 yang dimaksud dengan psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan IV berjumlah 60. Menurut Pasal 1 angka 12 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, bahan zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Yang termasuk dalam zat adiktif ini antara lain adalah: 7 7 Badan Narkotika Nasional. Buku Bacaan Bagi Pelajar SMA- Kampanye Anti Narkoba, hlm 16 a. Nikotin. Budi Santho P. Nababan : Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Putusan No. 1203 Pid.B 2006 PN.MDN, 2008. USU Repository © 2009 Nikotin terdapat dalam tembakau yang merupakan stimulan susunan syaraf pusat. Penggunaan nikotin yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit jantung koroner. b. Caffein. Caffein adalah alkoholida yang terdapat dalam buah tumbuhan coffea Liberika, coffea Arabica, dan coffea cnephora. Caffeine pada dasarnya menimbulkan rasa cemas dan akan mengakibatkan gangguan terhadap jantung dan pembuluh darah. c. Minuman beralkohol. Alkohol diperoleh dari fermentasi mikroba terhadap karbohidrat, misalnya bulir padi, singkong, anggur dan lain-lain yang menghasilkan kadar alkohol ethanol. Sedangkan penggolongan minuman beralkohol adalah sebagai berikut: 8 1. Golongan A, minuman beralkohol yang berkadar ethanol 1 -5, seperti bir bintang, dan green sand. 2. Golongan B, minuman beralkohol yang berkadar ethanol 5-20, seperti anggur malaga. 3. Golongan C, minuman beralkohol yang berkadar ethanol 20-50, seperti wisky, jenever, dan brandy.

G. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Posisi Dominan Yang Dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Putusan KPPU No. 02 / KPPU-L / 2005 Tentang Carrefour)

1 64 189

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu)

2 56 130

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

KEKUATAN HUKUM PEJANJIAN JUAL-BELI DIBAWAH TANGAN ATAS TANAH HAK YASAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 7 k / Pdt / 1991)

0 6 93

ANALISIS PUTUSAN NO : 1270 / Pid.B / 2009 / PN.TK PADA BPR TRIPANCA SETIADANA

2 45 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

0 3 38