Teori Investasi Saham TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Investasi

Menurut Mankiw 2003, investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Menurut Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner 1997 investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi dapat terbagi menjadi tiga diantaranya: investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Investasi merupakan komitmen sejumlah dana suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan, mencakup waktu yang digunakan, tingkat inflasi yang diharapkan dan ketidakpastian masa mendatang Sumanto, 2006. Pada dasarnya setiap orang atau perusahaan yang melakukan investasi akan mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kesejahteraan bagi dirinya atau perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku sama bagi perusahaan emiten yang berinvestasi di pasar modal. Perusahaan yang berinvestasi di pasar modal berharap dapat memperoleh keuntungan dalam bentuk capital gain yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan investasi perusahaannya sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat. 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Definisi Pasar Modal Pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana borrower dengan pihak yang kelebihan dana lender. Dalam hal ini lenders akan memberikan dananya pada borrower, sedangkan lenders akan memperoleh surat bukti sekuritas yang memiliki klaim atas aset-aset perusahaan. Umumnya produk-produk sekuritas yang ditawarkan di pasar modal adalah saham biasa, saham preferen, dan berbagai jenis obligasi, serta produk-produk derivatif. Pasar modal menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga atau profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun efek yang dimaksud disini adalah surat berharga atau saham. Sedangkan menurut Usman dalam Anoraga dan Pakarti 2006, pasar modal adalah pelengkap sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal investor dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan emiten perusahaan yang go public. Sebagaimana fungsinya yang menjembatani hubungan antara pemilik dana dan pengguna dana, maka tujuan pasar modal adalah mengadakan alokasi tabungan secara efisien dari pemilik dana saver kepada pemakai dana terakhir ultimate user. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan yang membutuhkan dana akan memperoleh dana yang mereka butuhkan untuk meningkatkan investasinya sehingga kapasitas produksinya akan bertambah dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi barang dan jasa serta memperluas lapangan kerja Anwar, 2005. Pasar modal dibedakan menjadi pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar bagi sekuritas atau efek yang pertama kali diterbitkan atau diumumkan dalam pasar modal. Sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek yang sudah ada, dan sudah diperdagangkan dalam pasar modal. Pada pasar sekunder harga efek ditentukan oleh mekanisme pasar. Perkembangan pasar modal secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya jumlah perusahaan yang menjual saham atau obligasi melalui pasar modal, jumlah emisi, perkembangan perusahaan-perusahaan yang telah memasyarakatkan saham, serta kegiatan jual beli saham atau obligasi antar anggota masyarakat yang dilakukan setiap hari di pasar sekunder. Pada pasar sekunder ini harga saham akan terbentuk atas dasar kekuatan permintaan dan penawaran, sehingga mencerminkan bagaimana penilaian investor atau calon investor terhadap pendapatan dan risiko dari masing-masing saham yang diperdagangkan. Hal ini secara tidak langsung mencerminkan penilaian investor terhadap perusahaan emiten. Menurut Haditomo 2005, perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum, karena keadaan ekonomi secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan dunia usaha. Situasi ekonomi yang lesu berakibat banyak perusahaan yang menderita rugi, sehingga pendapatan bagi pemegang saham menurun atau bahkan perusahaan tidak mampu membayar deviden. Kondisi yang demikian akan menurunkan minat masyarakat untuk melakukan investasi dalam bentuk saham, karena pendapatan saham berupa deviden sangat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi apabila situasi ekonomi akan membaik. Suta 1996 mengatakan bahwa pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan dan misi yang lebih luas. Jangkauan yang hendak dirangkum adalah mencakup tiga aspek mendasar. Ketiga aspek tersebut adalah : 1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan, 2. Aspek pemerataan pemilikan saham perusahaan dan 3. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. Kehadiran pasar modal di Indonesia harus dapat didayagunakan untuk memberikan manfaat bagi pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Bagi pemerintah dampak positifnya adalah adanya pemupukan modal dalam negeri. Selain memperkecil pelarian modal keluar negeri, pasar modal bermanfaat dalam hubungan dengan perbankan dengan mengendalikan ekspansi kredit yang selalu meningkat. Dengan adanya pasar modal minimal ekspansi kredit dapat diperkecil sehingga perusahaan yang memerlukan dana dapat mencarinya melalui penjualan saham dan pengeluaran obligasi. Sedang untuk masyarakat, daya tarik dan manfaat yang diperoleh adalah upaya untuk menambah nilai uang. Oleh karenanya, pasar modal di Indonesia merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan disamping sumber- sumber lain seperti tabungan pemerintah, kredit perbankan, PMA, PMDN, bantuan luar negeri dan investasi dalam perusahaan. Dengan pemindahan modal dari pihak asing menjadi milik Indonesia, melalui pemilikan saham diharapkan sebagian laba yang mengalir keluar negeri dapat disedot dan dinikmati oleh Indonesia. Meskipun pasar modal di Indonesia berbeda mekanismenya, tapi fungsinya tetap sama dengan pasar modal di luar negeri. Ciri pasar modal di Indonesia seperti proses Indonesianisasi pemilikan saham, tidak terdapat dalam pasar modal di luar negeri. Sebagai contoh pasar modal di Jepang, Hongkong dan London Inggris tidak terdapat prinsip dan misi demikian. Negara Jepang tidak merasa perlu adanya misi Jepangnisasi. Ini tidak lain sebagai akibat dari ciri negara yang sudah maju, karena dalam negara maju jarang terdapat perusahaan asing PMA.

2.2.2 Instrumen Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Pakarti 2006, pasar modal memperdagangkan instrumen pasar modal, yaitu semua surat-surat berharga securities yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal tersebut antara lain saham, obligasi dan lain-lain.

a. Saham

Menurut Anoraga dan Pakarti 2006, saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Dengan memiliki saham di suatu perusahaan maka manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya. 3. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Dari berbagai saham yang dikenal di bursa, maka saham dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu saham biasa common stock dan saham preferen preferred stock. Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, sedangkan saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris Anoraga dan Pakarti, 2006.

b. Obligasi