Fraksi etil asetat yang telah diencerkan ditotolkan pada kertas berupa pita, kemudian dimasukkan kedalam chamber berisi fase gerak yang telah dijenuhkan. Lalu dielusi
dengan jarak 20 cm, kertas diangkat, dan dikeringkan, diamati diabawah sinar ultraviolet. Bercak diberi tanda dan digunting menjadi potongan kecil-kecil, direndam
dalam metanol selama 24 jam dan sekali-kali dikocok lalu disaring. Selanjutnya filtrat dikumpulkan dan dipekatkan hingga diperoleh isolat kental. Isoalat kental yang
diperoleh dari hasil KKt preparatif dilakukan KKt kualitatif. Hasil kromatogram dengan KKt preparatif dari fraksi etil asetat dapat dilihat pada lampiran 10 halaman
66.
3.11 Uji Kermunian terhadap Senyawa Flavonoida Hasil Kromatografi Kertas Preparatif
Uji kemurnian terhadap isolat hasil isolasi dilakukan dengan cara:
1. Kromatografi kertas menggunakan berbagai fase gerak, yaitu: asam asetat
50, BAW n-butanol - asam asetat - air = 4 : 1 : 5, asam asetat 15 , HCl 1 dengan penampak bercak aluminium klorida 5 bv.
Cara kerja: Isolat ditotolkan pada kertas Whatman No. 1 berukuran 3x25 cm,
kemudian dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang telah jenuh dengan uap fase gerak dan dielusi dengan jarak rambat 20 cm. Selanjutnya
kertas dikeluarkan dan dikeringkan. Hasilnya dilihat di bawahsinar lampu UV 366 nm dan dideteksi dengan penampak bercak aluminium klorida 5
bv, dan dilihat kembali dibawah sinar UV 366 nm. 2.
Kromatografi kertas dua arah dengan memakai dua sistem fase gerak, fase gerak I adalah BAW n-butanol - asam asetat - air = 4 : 1 : 5 dan fase gerak
II adalah asam asetat 50 vv. Cara kerja:
Universitas Sumatera Utara
Isolat ditotolkan pada kertas Whatman No. 3, kemudian dimasukkan kedalam bejana kromatografi yang telah jenuh dengan uap fase gerak
pertama, lalu dielusi dengan jarak rambat 15 cm. Kertas dikeluarkan dan dikeringkan selanjutnya dielusi kembali dengan fase gerak kedua, kemudian
kertas dikeluarkan dan dikeringkan. Hasilnya dilihat di bawah sinar lampu UV 366 nm dan dideteksi dengan penampak bercak aluminium klorida 5
dan dilihat kembali di bawah sinar lampu UV 366 nm. Hasil kromatogram dengan KKt kualitatif isolat serta hasil kromatogram dengan KKt dua arah
dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 67-77.
3.12 Karakterisasi Hasil Isolasi
Karakterisasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan spektrofotometri
ultraviolet. 3.12.1 Karakterisasi Isolat dengan Spektrofotometri Ultraviolet dengan
Penambahan Pereaksi Geser Shift reagent
1. Isolat dilarutkan dalam metanol, dimasukkan ke dalam kuvet dan
kemudian diukur absobansinya pada panjang gelombang 210-500 nm. Setelah diukur spektrumnya dalam metanol, ditambahkan tiga tetes larutan
NaOH 2 N ke dalam kuvet dan direkam spektrumnya, kemudian direkam kembali setelah 5 menit.
2. Larutan isolat ditambahkan enam tetes pereaksi AlCl
3
, dikocok dan diukur spektrumnya, selanjutnya ditambahkan tiga tetes HCl dan diukur
spektrumnya. 3.
Larutan isolat ditambahkan serbuk natrium asetat hingga kira-kira 2 mm lapisan natrium asetat pada dasar kuvet dikocok dan diukur
spektrumnya.Spektrum natrium asetat diukur kembali setelah 5 menit. Ke dalam kuvet ditambahkan serbuk asam borat anhidrat kira-kira setengah
Universitas Sumatera Utara
dari serbuk natrium asetat dan dicampur, lalu diukur spektrum natrium asetatasam borat.
Spektrum dari isolat hasil isolasi dengan spektrofotometri UV menggunakan pereaksi geser shift reagen dapat dilihat pada lampiran 11 halaman
78-84.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dipakai sebagai penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Biologi, Bogor, menunjukkan identitas
sampel tumbuhan adalah Euphorbia hirta L. suku Euphorbiaceae. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia herba patikan kebo menunjukkan
bahwa batang kecil panjang dan bulat, daun berhadapan dengan warna hijau tua sampai hijau kelabu bentuk jorong meruncing sampai tumpul, bunga kecil, biji
berwarna coklat kemerahan, herba patikan kebo berbau lemah dan rasa agak pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia herba patikan kebo menunjukkan
bahwa adanya rambut penutup, stomata tipe anomositik, saluran getah, fragmen kulit buah, fragmen kulit biji dan berkas pembuluh.
Hasil karakteristik serbuk simplisia diperoleh kadar air 6,654, kadar sari larut dalam air 22,06, kadar sari larut dalam etanol 18,36, kadar abu total 1,074, kadar
abu tidak larut dalam asam 0,12. Hasil penapisan fitokimia serbuk simplisia menunjukkan adanya golongan senyawa alkaloida, flavonida, saponin, tanin, glikosida
dan steroida triterpenoida dan glikosida antrakuinon. Hasil karakteristik serbuk simplisia yang diteliti sesuai dengan persyaratan Materia Medika Indonesia Ditjen
POM, 1978. Hasil analisis kromatografi kertas KKt maka fraksi etil asetat ternyata
memberikan pemisahan yang terbaik. Dari lima fase gerak yaitu BAA, forestal, asam asetat 50, asam asetat 15, HCl 1 dan sebagai fase diam kertas whatman no. 1
dengan penampak bercak digunakan sinar lampu ultravioelt UV dan AlCl
3
5 diperoleh pemisahan yang baik dengan fase gerak asam asetat 50. Pada fraksi etil
asetat diperoleh tiga bercak dengan AlCl
3
UV 366nm, yaitu warna kuning Rf1 = 0,32 kuning hijau Rf = 0,43 dan jingga Rf = 0,71.
Universitas Sumatera Utara