Syarat Dalam Melaksanakan Kegiatan Usaha Pertambangan

Bentuk kontrak karya yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan penanam modal asing atau patungan antara perusahaan asing dengan perusahaan domestik untuk melakukan kegiatan di bidang pertambangan umum adalah berbentuk tertulis. Substansi kontrak karya tersebut disiapkan oleh Pemerintah Repulbik Indonesia c.q. Departemen Pertambangan dan Energi dengan calon penanam modal. 93

C. Syarat Dalam Melaksanakan Kegiatan Usaha Pertambangan

Dalam melaksanakan usaha-usaha pertambangan dilakukan dalam bentuk: 1. Izin Usaha Pertambangan IUP IUP ini diberikan oleh: 94 a. BupatiWalikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan WIUP berada di dalam satu wilayah KabupatenKota; b. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah KabupatenKota dalam satu provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari BupatiWalikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan BupatiWalikota setempat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. IUP diberikan kepada: 95 93 Ibid ., hal. 175. 94 Pasal 37 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara a. Badan usaha, yang dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara BUMN, atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD; b. Koperasi; dan c. Perseorangan, yang dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer. IUP diberikan melalui tahapan: 96 a. Pemberian WIUP, terdiri atas: 97 1 WIUP radioaktif yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2 WIUP mineral logam yang diperoleh dengan cara lelang; 3 WIUP batubara yang diperoleh dengan cara lelang; 4 WIUP mineral bukan logam yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah; 5 WIUP batuan yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah. b. Pemberian IUP IUP terdiri atas 2 dua tahap: 98 a. IUP eksplorasi. 95 Pasal 6 ayat 1-3 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 96 Pasal 7 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 97 Pasal 8 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 98 Pasal 36 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara Meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. 99 IUP eksplorasi ini diberikan untuk satu jenis mineral dan batu bara. Pemegang IUP eksplorasi yang bermaksud mengusahakan mineral lain yang ditemukan di dalam WIUP yang dikelola, wajib mengajukan permohonan WIUP baru kepada Menteri, Gubernur, dan BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya. Apabila pemegang IUP tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukan tersebut, maka dia wajib menjaga mineral tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak lain, dan apabila diberikan kepada orang lain maka pemberian tersebut hanya dapat dilakukan oleh menteri, gubernur, dan bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya. 100 IUP Eksplorasi terdiri atas: 101 1 Mineral logam IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 8 delapan tahun. 102 2 Batu bara IUP eksplorasi untuk pertambangan batu bara dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 tujuh tahun. 103 3 Mineral bukan logam 99 Pasal 36 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 100 Pasal 40 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 101 Pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 102 Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 103 Pasal 42 ayat 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan paling lama dalam jangka waktu 3 tiga tahun. IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 tujuh tahun. 104 4 batuan IUP eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga tahun. 105 Apabila pemegang IUP eksplorasi ingin menjual mineral atau batu bara yang tergali maka ia wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan dimana izin tersebut diberikan oleh menteri, gubernur, atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya. 106 b. IUP operasi produksi Meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. 107 IUP Operasi Produksi terdiri atas: 108 104 Pasal 42 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 105 Pasal 42 ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 106 Pasal 43 dan 44 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 107 Pasal 36 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 108 Pasal 22 ayat 3 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara 1 Mineral logam IUP operasi produksi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 dua puluh tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 10 sepuluh tahun. 109 2 Batubara IUP operasi produksi untuk pertambangan batu bara dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 dua puluh tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 10 sepuluh tahun. 110 3 Mineral bukan logam IUP operasi produksi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 sepuluh tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 5 lima tahun. IUP operasi produksi untuk pertambangan mineral bukan logam jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 dua puluh tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing- masing 10 sepuluh tahun. 111 109 Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara 110 Pasal 47 ayat 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 111 Pasal 47 ayat 2 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara 4 Batuan IUP operasi produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 5 lima tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 5 lima tahun. 112 2. Izin Pertambangan Rakyat IPR Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu Wilayah Pertambangan Rakyat WPR yang dikelompokkan sebagai berikut: 113 a. Pertambangan mineral logam; b. Pertambangan mineral bukan logam; c. Pertambangan batuan; d. Pertambangan batu bara IPR diberikan terutama kepada penduduk setempat, baik perseorangan maupun kelompok masyarakat danatau koperasi oleh bupatiwalikota dengan menyampaikan surat permohonan. Dimana kewenangan pelaksanaan pemberian IPR tersebut dapat dilimpahkan oleh bupatiwalikota kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 114 Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi: 115 a. Persyaratan administratif 112 Pasal 47 ayat 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 113 Pasal 66 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 114 Pasal 67 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 115 Pasal 48 ayat 2 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara b. Persyaratan teknis c. Persyaratan finansial IPR ini diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 lima tahun dan dapat diperpanjang, dengan luas wilayah untuk 1 satu IPR yang dapat diberikan kepada: 116 a. Perseorangan paling banyak 1 satu hektar; b. Kelompok masyarakat paling banyak 5 lima hektar; danatau c. Koperasi paling banyak 10 sepuluh tahun. 3. Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK IUPK diberikan melalui tahapan: 117 a. Pemberian WIUPK Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam danatau batubara. WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta oleh Menteri dengan terlebih dahulu menawarkan kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas. Apabila hanya ada 1 satu BUMN atau BUMD yang berminat, maka WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya kompensasi data informasi. Apabila lebih dari 1 satu BUMN atau BUMD yang berminat, maka WIUPK diberikan Kepada BUMN atau BUMD dengan cara lelang. Apabila tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat, maka WIUPK ditawarkan kepada 116 Pasal 68 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 117 Pasal 50 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang pertambangan mineral atau batubara dengan cara lelang. 118 b. Pemberian IUPK IUPK diberikan oleh menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia baik berupa Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, maupun badan usaha swasta dengan cara lelang WIUPK. 119 IUPK terdiri atas: 120 1 IUPK Eksplorasi terdiri atas mineral logam atau batubara 2 IUPK Operasi Produksi terdiri atas mineral logam atau batubara Persyaratan IUPK Eksplorasi atau IUPK Operasi Produksi harus memenuhi: 121 1 Persyaratan administratif 2 Persyaratan teknis 3 Persyaratan lingkungan 4 Persyaratan finansial Luas wilayah dan jangka waktu sesuai dengan kelompok usaha pertambangan yang berlaku bagi pemegang IUPK antara lain: 122 118 Pasal 51 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 119 Pasal 62 ayat 1 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 120 Pasal 62 ayat 2 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 121 Pasal 63 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 122 Pasal 83 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara a. Untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan mineral logam diberikan dengan luas paling banyak 100.000 seratus ribu hektare dengan jangka waktu diberikan paling lama 8 delapan tahun yang meliputi penyelidikan umum 1 satu tahun; eksplorasi 3 tiga tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 1 satu tahun; serta studi kelayakan 1 satu tahun dan dapat diperpanjang 1 satu kali 1 satu tahun. b. Untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan mineral logam diberikan dengan luas paling banyak 25.000 dua puluh lima ribu hektare dengan jangka waktu paling lama 20 dua puluh tahun. c. Untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan batu bara diberikan dengan luas paling banyak 50.000 lima puluh ribu hektare dengan jangka waktu paling lama 7 tujuh tahun yang meliputi penyelidikan umum 1 satu tahun; eksplorasi 2 dua tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 1 satu tahun; serta studi kelayakan 2 dua tahun. d. Untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan batu bara diberikan dengan luas paling banyak 15.000 lima belas ribu hektare dengan jangka waktu paling lama 20 dua puluh tahun. Universitas Sumatera Utara

D. Dampak Dari Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Dokumen yang terkait

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 4 12

SKRIPSI PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

2 10 13

PENDAHULUAN PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 26

PENUTUP PELAKSANAAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN MINERBA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 3 7

IMPLEMENTASI CSR (Corporate Social Responsibility) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telko

0 1 14

PENAMBANGAN ILEGAL DI DESA JENDI KABUPATEN WONOGIRI BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

0 0 12

BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DI INDONESIA A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan - Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

0 0 46

PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ABSTRAK - PENERAPAN SANKSI HUKUM IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BA

0 0 5