Penanganan Darurat, Perawatan, dan Pencegahan Trauma

dan gangguan pandangan mata. Riwayat medis yang berhubungan dan dapat mempengaruhi perawatan yang dilakukan adalah penyakit jantung kongenital, demam rematik, immuno supresi berat. Gangguan perdarahan harus menjadi perhatian utama jika terjadi laserasi jaringan lunak dan avulsi atau luksasi. Riwayat tentang alergi obat juga harus ditanyakan karena pada kasus trauma gigi tertentu pada anak juga harus diberikan antibiotik dan obat lainnya. 16-19 Pemeriksaan klinis berupa pemeriksaan ekstraoral dan pemeriksaan intraoral serta pemeriksaan penunjang radiografi. Pemeriksaan ekstraoral dilihat adakah pembengkakan, memar atau laserasi jaringan lunak yang mungkin dapat menunjukkan kerusakan tulang dan trauma gigi. Pemeriksaan intraoral melihat adanya mobiliti gigi yang mungkin dapat mengetahui adanya fraktur akar, perubahan posisi gigi atau fraktur dento-alveolar. Perkusi untuk menunjukkan adanya cedera pada jaringan periapeks seperti fraktur akar. Melihat perubahan warna gigi dan tes vitalitas gigi dapat dilakukan dengan tes panas gutta perca dan tes dingin chlor etil atau tes pulpa elektrik EPT. Untuk memastikan adanya fraktur akar, malposisi gigi dan fraktur tulang alveolar diperlukan pemeriksaan penunjang radiografi. 16-19 Setelah riwayat trauma, riwayat medis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang radiografi maka seorang dokter gigi dapat menegakkan diagnosis dan menentukan rangkaian perawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Semua informasi tersebut dicatat dalam sebuah formulir yang nantinya berfungsi sebagai bantuan untuk dokter gigi dalam melakukan perawatan selanjutnya.

2.4 Penanganan Darurat, Perawatan, dan Pencegahan Trauma

Trauma gigi harus dipertimbangkan sebagai keadaan darurat yang idealnya harus dengan segera diberikan perawatan untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan akibat trauma. Trauma gigi sering disertai oleh luka yang terpapar di jaringan mulut, abrasi pada jaringan wajah atau bisa juga ditemukan luka tusukan. Debridement, penjahitan dan ataupun kontrol perdarahan pada luka jaringan lunak yang terbuka harus segera dilakukan. Penyakit gangguan perdarahan harus menjadi perhatian utama jika terjadi laserasi jaringan lunak, avulsi atau luksasi. 20-22 Universitas Sumatera Utara Trauma gigi yang hanya menyebabkan hilangnya sebagian kecil struktur gigi harus dilakukan perawatan dengan cara menghaluskan struktur gigi yang kasar. Pasien harus diperiksa kembali setelah 2 minggu dan 1 bulan setelah trauma. 18 Trauma yang mengakibatkan hilangnya struktur gigi yang luas dan terpaparnya dentin memerlukan restorasi sementara, hiperemi pulpa yang dikarenakan tekanan, suhu atau iritasi bahan kimia juga harus di tangani. Selain itu, jika kontak normal dari gigi hilang, restorasi sementara dapat dibuat untuk memelihara integrasi lengkung gigi, karena restorasi permanen yang adekuat dapat bergantung pada pemeliharaan alignment yang normal dan posisi gigi itu sendiri. Perawatan yang segera dilakukan sangat penting untuk memelihara vitalitas gigi. 21 Pada infraksi enamel tidak ada perawatan khusus, tujuan perawatannya adalah untuk memelihara keutuhan struktur dan vitalitas pulpa. Fraktur enamel dapat dengan mengkonturing atau melakukan restorasi dengan menggunakan resin komposit tergantung dari luas dan lokasi frakturnya. Fraktur enamel dan dentin dengan melakukan restorasi sementara dengan semen glass ionomer dan restorasi permanen dengan resin komposit. Jika dentin terpapar sampai kedalaman 0,5 mm, aplikasikan kalsium hidroksida dan tutup dengan semen ionomer kaca. Fraktur enamel dentin pulpa dapat melakukan perawatan seperti kaping pulpa, pulpotomi dan perawatan pulpa lainnya. 3 Pada mahkota akar tidak kompleks, jika gigi tidak dapat direstorasi lagi, perawatannya adalah melakukan ekstraksi. Fraktur mahkota akar kompleks dapat melakukan perawatan saluran akar dan perawatan pulpa lainnya. Fraktur akar tergantung dari stabilitas dari fragmen mahkota, jika mahkota bergeser maka dapat direposisikan kembali dan melakukan pensplinan selama 4 minggu. 3 Kasus konkusi tidak memerlukan perawatan khusus. Kasus subluksasi memerlukan perawatan seperti splin fleksibel untuk menstabilkan gigi dan digunakan selama 2 minggu. Perawatan kasus luksasi ekstrusi dengan cara pengembalian posisi gigi ke soket dan menggunakan splin yang fleksibel selama 2 minggu. Perawatan luksasi intrusi dengan mereposisi gigi dan menggunakan splin yang flexibel selama 4 minggu. Perawatan avulsi dengan mereplantasi gigi secepat mungkin pada posisi yang Universitas Sumatera Utara normal dan menstabilisasikan gigi dengan splin fleksibel selama 4-8 minggu. kontrol berkala dilakukan pada 2 minggu pertama, 4 minggu, kemudia 6-8 minggu, setelah 6 bulan dan setelah 1 tahun. 3 Kejadian trauma pada gigi sangat sulit untuk diantisipasi dikarenakan seluruh permainan dan olahraga menjadi faktor risiko terjadinya trauma gigi. Bagaimanapun tindakan pencegahan merupakan hal yang terbaik. American Academy of Pediatric Dentistry AAPD menyarankan untuk menggunakan alat pelindung seperti mouthguard, alat ini dapat membantu mendistribusikan kekuatan dampak hantaman sehingga trauma yang parah dapat diminimalkan. Alat pencegah lainnya berupa helm dan sabuk pengaman juga berperan dalam pencegahan terhadap trauma gigi. penggunaan helm saat bersepeda dapat mengurangi resiko trauma wajah sampai 65, tetapi anak tersebut tetap saja mempunyai risiko tinggi terhadap trauma gigi dikarenakan helm tidak menutupi wajah bagian bawah dan rahang bawah. Penggunaan helm saat bersepeda tidak hanya dapat mengurangi insiden dan keparahan trauma kepala dan otak tetapi juga mengurangi trauma wajah dan beberapa kasus trauma gigi. 5,14,22 Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Teori