Latar Belakang Masalah PENDAHUUAN

BAB I PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi budi atau akal diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Supartono berpendapat bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia Supartono, 2001; Prasetya, 1998. Kebudayaan, cultuur dalam bahasa Belanda dan culture dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari pengertian budaya dalam segi demikian berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Untuk membedakan pengertian istilah budaya dan kebudayaan, Widagdo 1994, memberikan pembedaan pengertian budaya dan kebudayaan, dengan mengartikan budaya sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa, sedangkan kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, Universitas Sumatera Utara bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah cultural-determinism. Budaya atau Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.menurut Kroeber dan Kluckholn 1952 mengumpulkan berpuluh puluh defenisi yang dibuat ahli-ahli antropologi dan membaginya atas 6 golongan, yaitu 1 deskriptif, yang menekan unsur-unsur kebudayaan, 2 historis, yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan, 3 normatif, yang menekankan hakekat kebudayaan sebagai aturan hidup Universitas Sumatera Utara dan tingkah laku, 4 psikologis,yang menekankan kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup, 5 struktural, yang menekankan sifat kbudayaan sebagai suatu system yang berpola dan teratur, dan 6 genetika, yang menekankan terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia P.W.J. Nababan,1984:49. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain- lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Cina merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki budaya begitu beragam. Ini disebabkan budaya Cina sendiri yang jumlahnya tidak sedikit dan ditambah dengan budaya asing yang terus masuk dan menjadi warna tersendiri. Salah satu dari aktivitas kebudayaan Cina adalah perayaan Imlek. Di Indonesia, perayaan Imlek selalu memberikan kemeriahan tersendiri dengan taburan warna merah yang mengandung makna kebaikan dan keceriaan dan merah keemasan yang mengandung makna keceriaan dan semangat dalam menyambut dan menghadapi tahun baru. Universitas Sumatera Utara Masyarakat Cina sangat menjaga kelestarian budaya sendiri sehingga sangat mudah dikenali. Ini seharusnya menjadi contoh positif bagi kita. Imlek adalah perayaan akbar yang berlangsung selama 15 hari dengan tanggal yang tidak pernah sama setiap tahunnya karena memang ditentukan oleh pergerakan bulan dan matahari. Namun, biasanya tidak jauh dari bulan Januari dan Februari. Pada hitungan kalender Tionghoa ada istilah Tahun Naga, Kelinci, Macan dan sebagainya.Tahun tersebut merupakan penanggalan tahun-tahun di kalender Cina. Masing- masing hewan memiliki karakter-karakter yang sangat diyakini keakuratannya oleh orang Cina. Dengan mengetahui hal tersebut, maka mereka bisa merancang seperti apa bisnis mereka kedepan dan akan ada halangan seperti apa. Berikut ini adalah gambar Shio-shio dalam penanggalan Cina . Sumber: teristik-shio- http:titi-share.blogspot.com201202arti-dan-karak- cina.html Universitas Sumatera Utara Tahun Baru Cina ini berlangsung selama musim semi dan bertepatan dengan musim liburan sehingga keluarga dapat berkumpul bersama dan merayakannya seperti Tahun Baru Masehi di tanggal 1 Januari. Selama masa perayaan tersebut, biasanya dilakukan budaya membersihkan rumah. Mereka yang percaya dengan feng shui menggunakan kesempatan ini untuk menghias rumah. Rumah akan dipercantik dengan vas dan bunga yang berwarna-warni yang menyimbolkan pembaruan. Jeruk melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran. Nampan berisi permen diletakkan berdampingan dengan jeruk-jeruk tersebut. Hidangan yang biasa tersedia ketika Imlek adalah ikan, mie dan masih banyak lainnya. Masing-masing memiliki makna simbolis tersendiri seperti apel yang melambangkan kedamaian. Saat malam menjelang imlek berlangsung, Masyarakat tionghoa memasang lampion dan menggantungkannya agar kehidupan terang menderang sepanjang tahun, anak-anak akan keluar rumah mengenakan topeng naga dan ikut parade. Barongsai merupakan bagian terpenting dalam perayaan Tahun Baru Cina. Pertunjukannya memang amat menarik, di mana beberapa orang menari dari balik tubuh naga dengan lincah dan mengikuti ketukan musiknya. Tidak hanya terkenal di Cina, barongsai adalah tontonan yang juga disenangi oleh orang non Cina. Kemudian juga membakar petasan untuk mengusir roh-roh jahat. Hal lain yang juga menjadi ciri khas dalam imlek adalah angpau, atau uang yang diberikan dari orang dewasa kepada anak kecil. Uang angpau yang di simpan di dalam amplop berwarna merah, lalu diberikan kepada anggota keluarga yang lebih muda dan belum menikah. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk saling berbagi rezeki. namun apabila yang Universitas Sumatera Utara belum menikah ingin berbagi uang juga diperbolehkan namun uang tersebut tidak boleh dimasukkan kedalam amplop merah dan Imlek selalu menjadi hari yang dinanti dan hari berkumpul keluarga tentunya. Untuk mengetahui lebih dalam maka penulis melakukan suatu penelitian ilmiah yang memfokuskan tulisan ini pada tradisi seperti menyalakan lampion ,makan malam bersama, dan membakar petasan dalam menyambut perayaan imlek bagi masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Salah satunya di sebuah kota di Provinsi Sumatera Utara Indonesia yaitu Kota Pematangsiantar dan masyarakat Tionghoa tersebar di seluruh penjuru kota Pematangsiantar, salah satunya adalah keluarga penulis. Pada perayaan imlek setiap tahun tradisi menyalakan lampion, makan malam bersama dan membakar petasan adalah hal yang selalu dilakukan oleh keluarga penulis dan seluruh masyarakat tionghoa di Kota Pematangsiantar. Akan tetapi dalam menjalankan tradisi imlek, muda-mudi dalam keluarga kami sudah banyak yang melupakan makna dari tradisi- tradisi dalam menyambut perayaan imlek. Kebanyakan hanya menjalankan tradisi dari orang tua tanpa mengetahui maknanya. Mungkin masih banyak lagi keluarga dari masyarakat Tionghoa di Pematang siantar seperti keluarga penulis yang juga melupakan makna dari tradisi imlek yang dijalankan selama ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan berharap agar penelitian ini kembali mengingatkan keluarga penulis dan sebagian masyarakat tionghoa di Pematangsiantar yang melupakan makna tradisi-tradisi pada perayaan imlek. Dengan demikian penulis membuat judul penelitian: Fungsi dan Makna Penyambutan Imlek pada Masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara

1.2 Batasan Masalah