Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah Risiko Reksadana Syariah

SWBI dapat diperhitungkan sebagai instrumen investasi bebas risiko yang berlandaskan syariah, karena dengan mempertimbangkan bahwa Surat Utang Negara SUN di Indonesia yang bersifat risk free masih memiliki hambatan dalam penerapannya sebagai Surat Utang Negara yang berlandaskan syariah. Hal tersebut dengan mempertimbangkan Undang-undang No. 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara yang penuh dengan unsur bunga Republika, 2005.

2.1.4. Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah

Sebagai produk baru, reksadana syariah memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang harus diperhatikan investor. Keunggulan reksadana syariah : 1. Reksadana Syariah dikelola secara Risk Managable. Dalam konsep pengelolaan ini, tingkat risiko kerugian atau keuntungan yang ada akan dikelola secara maksimal. 2. Memenuhi segmentasi pasar untuk investor berbasis syariah. Dengan munculnya reksadana syariah, berarti kebutuhan sebagian investor reksadana yang fanatik terhadap produk investasi syariah akan terpenuhi. Potensi segmen investor pasar modal dan perbankan syariah di Indonesia diperkirakan mempunyai modal yang cukup besar. Ini merupakan target pemasaran produk reksadana syariah yang akan berkembang pesat di kemudian hari. Kelemahan reksadana syariah : 1. Pendapatan tidak bisa melonjak tinggi, tetapi cenderung stabil. Dengan konsep pembagian hasil syariah, investor tidak bisa mengharapkan pendapatan yang bisa melonjak tinggi. Dengan adanya konsep syariah, keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai proporsi masing-masing pihak. 2. Keterbatasan investasi Manajer Investasi Reksadana Syariah adalah karena minimnya jenis produk syariah. Dengan konsep syariah yang ketat, tidak banyak produk investasi dari emiten yang bisa digolongkan ke dalam produk pasar modal syariah. Oleh karena itu, Manajer Investasi reksadana syariah tidak bisa leluasa untuk melakukan investasi dalam berbagai jenis saham atau obligasi yang bukan masuk dalam kelompok syariah. 3. Aturan syariah yang jelas dan cukup ketat membuat terbatasnya jumlah emiten yang akan menerbitkan reksadana syariah. Kelemahan ini merupakan penyebab jumlah produk pasar modal syariah sangat terbatas. Dengan terbatasnya jumlah emiten yang bisa menerbitkan instrumen pasar modal syariah, akan terbatas pula jumlah investasi syariah.

2.1.5. Risiko Reksadana Syariah

Dalam reksadana syariah terdapat sejumlah risiko yang dibedakan atas sumber penyebabnya. Menurut Achsien dalam Setyanto 2004 macam-macam risiko itu antara lain : 1. Risiko politik dan ekonomi : Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksadana. 2. Risiko pasar : Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas. 3. Risiko inflasi : Risiko yang berasal dari menurunnya daya beli akibat terjadinya inflasi. 4. Risiko nilai tukar : Risiko ini dapat terjadi bila terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio reksadana. 5. Risiko spesifik : Risiko yang melekat pada setiap sekuritas yang dimiliki. Disamping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai nilai risiko sendiri-sendiri. 6. Risiko menurunnya nilai unit penyertaan NAV : Nilai NAV akan dipengaruhi dari harga efek-efek yang menyusun portofolionya. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya. 7. Risiko likuiditas : Penjualan kembali redemption sebagian besar unit penyertaan oleh investor kepada fund manager secara bersamaan dapat menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dananya. Tentu saja risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka open-end funds. Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect.

2.2. Error Correction Model ECM