dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. Secara teknis, mudharabah
adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh 100 persen modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola Sinar Harapan, 2005. Karakteristik sistem mudharabah tersebut meliputi :
a. Pembagian keuntungan antara pemodal shahibul maal yang diwakili
oleh Manajer Investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil
dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada para pemodal.
b. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan.
c. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian
atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
2.1.1.4. Hubungan Pemodal dengan Perusahaan Investasi Reksadana Syariah
Hubungan antara pemodal dengan Manajer Investasi adalah akad yang dilakukan secara wakalah. Dengan akad ini, pemodal memberikan mandat kepada
Manajer Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal yang sesuai dengan ketentuan dalam prospektus.
2.1.1.5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah
Fatwa DSN No. 20DSN-MUIIX2000 menjelaskan bahwa investasi Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syariah Islam. Instrumen tersebut meliputi instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen berdasarkan pada laba usaha,
penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah, serta hutang jangka panjang dan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.
Investasi dalam Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
syariah, antara lain : a.
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional ribawi, termasuk perbankan
dan asuransi konvensional. c.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Tidak hanya investasi pada efek emiten yang sesuai syariah saja, dalam fatwa tersebut juga dijelaskan mengenai pemilihan dan pelaksanaan transaksi
investasi harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian, serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar.
Menurut Haruman dan Hasbi dalam Mahendra 2006 terdapat beberapa hal yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan dalam kegiatan Reksadana Syariah,
antara lain :
a. Tindakan spekulasi murni, yaitu tindakan spekulasi yang di dalamnya
banyak ketidakjelasan gharar serta tidak berdasarkan kepada ilmu, melainkan hanya prasangka yang bersifat judi maysir.
b. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang melakukan kegiatan
bisnis yang dilarang oleh syariat Islam, antara lain industri minuman keras, makanan haram, banklembaga keuangan konvensional,
perjudian, senjata, hotel, dan pornografi. c.
Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang memiliki kinerja tidak baik, yaitu perusahaan emiten yang memiliki rasio hutang
terhadap modal debt to equity ratio lebih besar dari 30 persen, tidak memiliki pendapatan bunga melebihi 15 persen dari pendapatan usaha
riilnya dan rasio kas terhadap aktiva tidak sama dengan 100 persen.
2.1.1.6. Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi