Artinya meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner, namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan.
Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut disebut regresi kointegrasi. Parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dapat
disebut sebagai koefisien-koefisien jangka panjang atau co-integrated parameters. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
ln NABS
t
= +
1
ln RGDP
t
+
2
ln M 2
t
+
3
ln RXCR
t
+
4
SWBI
t
+
5
INFL
t
+
6
ln JII
t
+
7
ln JRDS
t
+
t
3.1 Keterangan:
NABS
t
= Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Rp Juta. RGDP
t
= Gross Domestic Product Rp Miliar. M
2
t
= Jumlah Uang Beredar Rp Miliar. RXCR
t
= Exchange Rate Rupiah per Dollar AS. SWBI
t
= Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia . INFL
t
= Inflasi . JII
t
= Jakarta Islamic Index. JRDS
t
= Jumlah Reksadana Syariah. ,...,
7
= Koefisien yang diestimasi.
t
= Error.
3.4. Error Correction Model ECM
Model ECM bertujuan untuk mengatasi permasalahan data runtun waktu time series yang tidak stasioner. Munculnya ECM untuk mengatasi perbedaan
kekonsistenan hasil estimasi antara jangka pendek dan jangka panjang. Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan
dari model yang dianalisis oleh Aroem 2005. Pengembangan model dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan variabel-variabel baru ke dalam model yaitu variabel jumlah uang beredar dan gross domestic product.
Variabel jumlah uang beredar dan gross domestic product ditambahkan dengan pertimbangan untuk melihat pengaruh perubahan nilai variabel-variabel tersebut
terhadap jumlah NAB reksadana syariah. Untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari variabel
RGDP, M2, RXCR, SWBI, INFL, JII, dan JRDS terhadap NAB reksadana syariah adalah sebagai berikut :
ln NABS
t
=
1
ln RGDP
t
+
2
ln M 2
t
+
3
ln RXCR
t
+
4
SWBI
t
+
5
INFL
t
+
6
ln JII
t
+
7
ln JRDS
t
+ u
t-1
+
t
3.2 Keterangan:
NABS
t
= Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Rp Juta. RGDP
t
= Gross Domestic Product Rp Miliar. M
2
t
= Jumlah Uang Beredar Rp Miliar. RXCR
t
= Exchange Rate Rupiah per Dollar AS. SWBI
t
= Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia . INFL
t
= Inflasi . JII
t
= Jakarta Islamic Index. JRDS
t
= Jumlah Reksadana Syariah. u
t-1
= Error Correction Term.
1
,...,
7
= Koefisien yang diestimasi.
t
= Error.
3.5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian pelanggaran asumsi klasik yang meliputi pengujian autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Penjelasan
untuk masing-masing uji tersebut adalah :
1. Uji Autokorelasi
Asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbansi
u yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi terjadi jika nilai
error tidak bersifat bebas antara yang satu dengan yang lainnya, artinya
terjadi korelasi antar error sehingga model yang baik menghasilkan error yang acak dan tidak berpola. Kondisi tersebut menyebabkan variance yang
diperoleh underestimate. Pada software Eviews 4.1, untuk mendeteksi adanya autokorelasi serial correlations dapat dilakukan melalui Breusch-
Godfrey Serial Correlation LM Test .
Hipotesis : H
: Tidak terdapat autokorelasi. H
1
: Terdapat autokorelasi. Kriteria Uji :
Probability ObsR-Squared taraf nyata yang digunakan, maka tolak H
. Probability ObsR-Squared
taraf nyata yang digunakan, maka terima H .
2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai varian dari
variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas ObsR- Squared
pada White Heteroskedasticity Test. Apabila nilai probabilitas ObsR-Squared
lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak memiliki heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term
terdistribusi normal. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, prosedur pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Uji ini didasarkan pada error penduga least squares. Prosedur pengujiannya
adalah sebagai berikut : 1.
H : Error Term terdistribusi normal.
H
1
: Error Term tidak terdistribusi normal. 2.
Daerah kritis penolakan H adalah Jarque-Bera J-B
2 df-2
atau probabilitas p_value .
BAB IV. GAMBARAN UMUM
Reksadana syariah pertama kali muncul pada pertengahan tahun 1997. PT. Danareksa Investment Management DIM adalah yang pertama mengeluarkan
produk tersebut. Reksadana Danareksa Syariah mulai melakukan penawaran umum pada tanggal 3 Juli 1997. Sampai dengan akhir tahun 2002, reksadana
syariah hanya berjumlah 3 reksadana, yaitu Danareksa Syariah, PNM Syariah, dan Danareksa Syariah Berimbang. Sepanjang tahun 2003, reksadana syariah hanya
berjumlah 4 reksadana. Sejak tahun 2005, reksadana syariah mulai berkembang dengan pesat yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah reksadana sebanyak
lima kali lipat pada akhir tahun 2006 dibandingkan dengan jumlah reksadana syariah pada tahun 2003.
Pada saat ini, reksadana syariah telah berkembang dengan pesat. Total Nilai Aktiva Bersih NAB reksadana syariah pada bulan Desember 2003 adalah
sebesar Rp 66.935.000.000,-. Nilai aktiva bersih reksadana syariah pada bulan Desember 2006 sebesar Rp 689.053.000.000,- yang berarti bahwa NAB reksadana
syariah dalam waktu tiga tahun telah meningkat sebesar 1029 persen dari NAB bulan Desember 2003. Tetapi, perkembangan NAB reksadana syariah sampai saat
ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan NAB industri reksadana di Indonesia. Pada bulan Desember 2006, total NAB industri reksadana Indonesia
adalah sebesar Rp 51.620.077.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa NAB reksadana syariah di Indonesia hanya sebesar 1,33 persen apabila dibandingkan
dengan total NAB industri reksadana di Indonesia.
Sampai akhir tahun 2006, jumlah reksadana syariah tercatat sebanyak 22 reksadana. Jumlah tersebut hanya sebesar 5,46 dari jumlah total reksadana.
Reksadana yang berjenis Reksadana Campuran merupakan yang terbanyak jumlahnya, yaitu sebanyak 13 reksadana, reksadana yang berjenis Reksadana
Pendapatan Tetap adalah sebanyak 6 reksadana, Reksadana Terproteksi sebanyak 2 reksadana, dan satu Reksadana Saham.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN