Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang
diberikan oleh emiten. Capital gain
yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal.
b. Dari obligasi yang sesuai dengan syariah, diperoleh bagi hasil yang
diterima secara periodik dari laba emiten. c.
Dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syariah, didapat bagi hasil yang didapat dari issuer.
d. Dari deposito dapat berupa bagi hasil yang diterima dari bank-bank
syariah.
2.1.2. Perbedaan antara Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah
Sinar Harapan 2005 menjelaskan bahwa secara prinsip ada dua hal yang membedakan antara Reksadana Konvensional dengan Reksadana Syariah, yakni :
1. Dalam hal pemilihan aset-asetnya yang harus memenuhi syariah.
2. Adanya kewajiban untuk membersihkan cleansing process dana yang
tidak dapat terhindar dari bunga bank, untuk disalurkan bagi kemaslahatan umat, seperti sumbangan untuk pendidikan atau bencana
alam. Baasir 2004 menjelaskan bahwa praktik investasi syariah juga harus
menghindari konsep riba. Selain itu, prinsip syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan, adil, dan transaksinya tidak berpijak pada kegiatan produksi dan jasa
yang dilarang oleh Islam, termasuk manipulasi dan spekulasi.
2.1.3. Instrumen Investasi Reksadana Syariah
1. Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal.
Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik perusahaan non publik private equity maupun
perusahaan publik atau terbuka. Cara paling mudah dalam melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah memilih dan membeli jenis saham-saham
yang dimasukkan dalam Jakarta Islamic Index Pikiran Rakyat, 2004.
2. Obligasi Syariah. Sudarsono dan Prabowo 2004 menjelaskan bahwa obligasi syariah
adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. 3. Deposito Bagi Hasil Mudharabah.
Deposito bagi hasil merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan hukum. Produk ini menggunakan
prinsip Mudharabah Mutlaqah, dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Dengan prinsip ini, bank
akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif, menguntungkan
dan memenuhi
prinsip-prinsip syariah
Islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah yang disepakati bersama sebelumnya Pikiran Rakyat, 2004.
4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Menurut Sudarsono dan Prabowo 2004, Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek berdasarkan prinsip Wadiah. Wadiah adalah
titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki dan bank bertanggung jawab atas pengembalian
titipan tersebut. Ketentuan SWBI adalah sebagai berikut :
1. Jumlah dana yang dititipkan minimal Rp 500 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp 50 juta. Jangka waktu SWBI adalah satu minggu, dua minggu, dan satu bulan yang dinyatakan dalam hari.
2. Bank Indonesia memberikan bonus kepada Bank dan Unit Usaha
Syariah pada saat jatuh tempo dana dengan pemberian bonus. Besarnya bonus akan dihitung dengan menggunakan acuan tingkat
indikasi imbalan Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Syariah PUAS, yaitu rata-rata tertimbang dari tingkat indikasi imbalan Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank IMA yang terjadi di PUAS pada tanggal penitipan dana.
SWBI dapat diperhitungkan sebagai instrumen investasi bebas risiko yang berlandaskan syariah, karena dengan mempertimbangkan bahwa Surat Utang
Negara SUN di Indonesia yang bersifat risk free masih memiliki hambatan dalam penerapannya sebagai Surat Utang Negara yang berlandaskan syariah. Hal
tersebut dengan mempertimbangkan Undang-undang No. 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara yang penuh dengan unsur bunga Republika, 2005.
2.1.4. Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah