Teknologi Pengomposan Anaerobik. Teknologi Pengomposan

proses terjadinya humus dialam , dari bahan organik menjadi humus diperlukan waktu bertahun-tahun humus merupakan hasil proses lebih lanjut dari pengomposan. Selama proses dekomposisi bahan organik menjadi kompos akan terjadi berbagai perubahan hayati yang dilakukan oleh mikroorganisme sebagai aktivator. Adapun perubahannya sebagai berikut: a. Penguraian karbohidrat, sellulosa, hemisellulosa, lemak, dan lilin menjadi CO 2 dan H 2 O. b. Protein menjadi ammonia, CO 2 dan air. c. Pembebasan unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap oleh tanaman. d. Terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara didalam sel mikroorganisme, terutama Nitrogen, Pospor dan Kalium. Dengan perubahan tersebut maka kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa nitrogen akan meningkat, dengan demikian CN semakin mendekati CN tanah.

2.6.2. Teknologi Pengomposan Anaerobik.

Pengomposan dengan proses anaerobik dihasilkan gas metana yang sangat bermanfaat. Adapun reaksi proses anaerobik sebagai berikut: C 6 H 12 O 6 3 CH 4 + 3 CO 2 Selain kompos, produk komesial yang diperoleh dari proses pengomposan anaerobik yaitu biogas. Biogas adalah campuran gas metan dengan gas-gas lain seperti CO 2 dan H 2 S yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan pemanfaatan. Dengan pengomposan anaerobik seluruh potensi yang ada di dalam bahan organik dapat dimanfaatkan seperti energi dan nutrisi yang ada dalam kompos. Kelemahan dari proses ini adalah biayanya mahal karena harus membuat reaktor tertutup. Selain itu komposnya sangat basah karena Universitas Sumatera Utara prosesnya tertutup sehingga perlu perlakuan lanjutan seperti pengepresan dan proses pengeringan kompos yang sangat intensif untuk mengeluarkan air. 1. Prinsip proses Dialam, proses anaerobik terjadi secara spontan ketika adanya timbunan bahan organik dengan suplai oksigen yang terbatas. Pada situasi tersebut kegiatan dekomposisi beralih dari proses aerobik menjadi anaerobik, seperti produksi metan di dasar danau dan sungai. Proses pengomposan anaerobik dapat dipercepat dengan mengatur berbagai kondisi proses yang bisa memacu dekomposisi bahan organik lebih cepat dan sempurna sehingga waktu lebih cepat, produksi metan lebih besar. Proses pengomposan anaerobik berlangsung dalam 4 tahap sebagai berikut: a. Proses hidrolisa, yaitu dekomposisi bahan organik polimer menjadi monomer yang mudah larut, dilakukan oleh sekelompok bakteri fakultatif. Pada proses hidrolisa, lemak diuraikan oleh enzim lipase yang diproduksi oleh bakteri lipolitik. Sementara karbohidrat diuraikan oleh enzim sellulase yang diproduksi oleh bakteri sellulolitik dan protein diuraikan oleh enzim protease yang diproduksi oleh bakteri proteolitik menjadi monomer yang mudah larut. Pada proses hidrolisa ini dihasilkan pula asam amino, asam volatil, gliserol, dan lain- lain. b. Proses asidogenesis, yaitu dekomposisi monomer organik menjadi asam-asam organik asam lemak dan alkohol. Pada proses asidogenesis, monomer organik diuraikan lebih lanjut oleh bakteri asidogenik menjadi asam-asam organik seperti asam format, asetat, butirat, propionat, valeriat, serta dihasilkan juga CO 2 , H 2 O dan metanol. c. Proses asetogenesis, yaitu perubahan asam organik dan alkohol menjadi asam asetat. Pada proses ini senyawa organik dan metanol diuraikan bakteri asetogenik menjadi asam format, asetat, dan CO 2 . Universitas Sumatera Utara d. Proses metanogenesis, yaitu perubahan dari asam asetat menjadi metana. Pada proses ini asam asetat diuraikan oleh bakteri metanogenik menjadi CH 4 , CO 2 dan H 2 O. 3. Faktor yang berpengaruh\ Agar proses pengomposan anaerobik berlangsung optimal maka diperlukan pengetahuan tentang faktor yang berpengaruh dalam produktifitas serta kualitas biogas dan kompos yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Jenis bahan Kriteria penting yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan bahan baku pada pengomposan anaerobik adalah nilai rasio CNP. rasio yang ideal adalah 150:50:1. Karbon diperlukan oleh bakteri untuk tenaga, sedangkan nitrogen untuk membangun protein sel. Kadar nitrogen yang terlalu tinggi akan meningkatkan produksi ammonia yang bersifat racun bagi bakteri. Kebutuhan P berkaitan dengan suplai nitrogen dan jarang menimbulkan masalah dalam proses anaerobik. Bila rasio bahan kurang bagus maka perlu dicampur dengan bahan lain sehingga rasio CNP mendekati nilai ideal. b. Suhu. Pada pengomposan anaerobik, proses dapat berlangsung pada variasi suhu yaitu 5- 75 o C. Aktivitas mikrobanya meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Namun umumnya bakteri aktif pada selang suhu mesofilik antara 30-35 o C, sebagian lagi aktif pada suhu 50-55 o C. Namun, bakteri metanogenik yang bekerja pada suhu termofilik hanya sedikit. c. Derajat keasaman pH Terdapat perbedaan yang mencolok antara pH yang diperlukan oleh bakteri asidogenik dengan bakteri metanogenik. Bakteri asidogenik memerlukan pH antara 4,5-7 dan bekerja optimum pada pH 6-7. Sementara itu bakteri metanogenik bekerja pada kisaran 6,2-7,8 dan bekerja optimum pada kisaran pH 7-7,2. Universitas Sumatera Utara d. Toksisitas Keberadaan oksigen tidak begitu berpengaruh terhadap proses anaerobik karena oksigen yang terakumulasi akan segera dihabiskan oleh bakteri anaerobik yang fakultatif. Yang potensial merugikan adalah adanya logam berat yang masuk kedalam reaktor, ion alkali juga akan menghambat proses anaerobik, yang lebih berbahaya adalah bahan kimia seperti klor, ion sianida serta sulfat.Sudrajat.H.R.2006

2.7. Effective Microorganisme 4 EM