Penerimaan Usahatani Tembakau Deli

5.2.2. Penerimaan Usahatani Tembakau Deli

Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penerimaan kotor dan penerimaan bersih pendapatan. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil produksi dengan harga jualnya. Sedangkan penerimaan bersih pendapatan adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani setelah dikurangi total biaya yang dikeluarkan. Sebelum menghitung penerimaaan usahatani tembakau Deli, terlebih dahulu mengetahui hasil produk yang dijual oleh PTPN II unit kebun Helvetia. Adapun jenis produk dari usahatani tembakau Deli yang dijual oleh PTPN II unit kebun Helvetia adalah dalam bentuk lembaran daun kering. Tabel 10. Total Produksi Hasil Jadi Tanaman Tembakau Per Ha Per Musim Tanam No Produksi Hasil Jadi Jumlah Kg 1 LB Lelang Bremen 82 2 Non LB 148 3 DGR Daun Gruis 69 Jumlah Produk Hasil Jadi 299 Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010 Pada Tabel 10 dilihat bahwa produksi hasil jadi tembakau Deli jenis Non LB memproduksi 148 kgha, LB memproduksi 82 kgha dan DGR 69 kgha. Pada pelelangan yang dilakukan PTPN II, baik daun tembakau Deli jenis LB dan Non LB laku terjual semua. Ini berarti, peminat akan pembalut cerutu ini masih tinggi. Universitas Sumatera Utara Sedangkan daun tembakau Deli jenis DGR yang merupakan mutu kualitasnya rendah dibandingkan LB dan Non LB. DGR dijual dalam pelelangan dan di perusahaan rokok di Indonesia, salah satunya perusahaan rokok di Pematang Siantar. Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Usahatani Tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam No Produksi Hasil Jadi Jumlah Harga JualKg Penerimaan Rp Kg Euro Rp 1 LB Lelang Bremen 82 30,00 12.200 30.012.000 2 Non LB 148 7,50 12.200 13.542.000 3 DGR Daun Gruis 69 3,00 9.000 1.863.000 Total Penerimaan 299 45.417.000 Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010 Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penerimaan usahatani tembakau Deli di PTPN II unit kebun Helvetia Per Ha Per Musim Tanam adalah sekitar Rp.45.417.000. Besarnya produksi yang diperoleh PTPN II adalah 299 kgha. Dengan harga penjualan produk tertinggi dalam bentuk LB Lelang Bremen yaitu sekitar Rp.30.012.000ha. Dari hasil wawancara dengan pihak PTPN II kebun Helvetia, harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis LB Lelang Bremen adalah 39,00 Eurokg, harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis Non LB sekitar 18,00 Eurokg dan harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis DGR sekitar 3,00 Eurokg. Universitas Sumatera Utara Pendapatan diperoleh dari perhitungan pengurangan penerimaan dengan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan PTPN II selama kegiatan usahatani dalam satu musim tanam tembakau Deli yaitu selama 4 bulan. Besarnya produksi yang didapatkan PTPN II adalah 299 Kgha. Dari perhitungan diketahui bahwa besarnya rata-rata total penerimaan usahatani tembakau Deli adalah Rp. 45.417.000ha dan besarnya total biaya yang harus dikeluarkan dalam satu kali musim tanam usahatani tembakau Deli adalah Rp. 47.711.345ha. Sehingga didapatkan besarnya rata-rata pendapatan kerugian usahatani tembakau Deli adalah Rp.2.294.345hamusim tanam atau Rp.573.586Bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengusahaan tanaman tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia mengalami kerugian, karena penerimaan yang diterima oleh perusahaan lebih kecil daripada biaya produksi yang dikeluarkan dalam pengusahaan tembakau Deli. Efisiensi Biaya Produksi Efisiensi adalah kebijakan atau keputusan manajemen yang dapat mempengaruhi pengurangan biaya produk yang dapat dikendalikan yang diukur dalam satuan rupiah atau rasio. Dalam penelitian ini, efisiensi biaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yaitu pada biaya produksi tembakau Deli. PT. Perkebunan Nusantara II tidak melakukan perhitungan untuk mengetahui efisiensi biaya. Perusahaan hanya memberikan data biaya produksi selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Universitas Sumatera Utara Tabel 12. Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2008-2010 Tahun Standar Biaya Produksi Realisasi Biaya Produksi Selisih Efisiensi 2008 44.758.076 34.422.684 10.335.392 0,23091 2009 46.112.392 46.432.703 - 320.311 - 0,00694 2010 42.797.505 47.711.345 - 4.913.840 - 0,11481 Sumber : data diambil dari lampiran 7, 8 dan 9 Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dengan standar biaya produksi sebesar Rp. 44.758.076 mengalami efisiensi sebesar 23,09. Pada tahun 2009, efisiensi menurun menjadi -0,00694 atau -0,69 dengan selisih antara standar biaya produksi dan realisasi biaya produksi sebesar -Rp.256.249, dimana realisasi biaya produksi hanya sebesar Rp. 46.432.703 dengan standar biaya produksi sebesar Rp. 46.112.392. Untuk tahun 2010 juga terjadi penurunan efisiensi sebesar -0,11481 atau -11,48. Penurunan efisiensi biaya produksi ini disebabkan karena ada kenaikan biaya tanaman dan biaya angkut. Jika dilihat dari segi efisiensi biaya produksi dari tahun 2008-2010, maka biaya produksi yang paling efisien dan paling baik adalah pada tahun 2008 dengan nilai efisiensi paling besar yaitu sebesar 0,23091 atau sekitar 23,09. Namun, efisiensi biaya produksi tahun 2009 dan 2010 relatif di bawah nilai efisiensi dimana biaya tanaman lebih tinggi dari biaya standar sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak PTPN II. Upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan pihak PTPN II dalam meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani tembakau Deli di daerah penelitian adalah : - Biaya produksi tembakau Deli di daerah penelitian lebih besar dari penerimaan yang diterima oleh PTPN II. Dalam hal ini, PTPN II sebaiknya Universitas Sumatera Utara menggunakan konsep target costing. Dengan konsep ini, perusahaan dapat mempertimbangkan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan biaya langsung dan biaya tidak langsung dan bertujuan untuk menurunkan biaya produksi. - Meningkatan produksi dengan cara perluasan areal penanaman. - Meningkatkan produktivitas dengan cara penggunaan bibit dan pupuk yang berkualitas baik dan pola tanam tembakau yang tepat dari pembuatan bedeng, pencabutan bibit, penanaman, pemupukan dan cara petik yang benar hingga pengeringan. Dengan demikian, mutu tembakau terjaga produktivitas meningkat. Varietas yang dianjurkan untuk pengembangan tembakau Deli adalah D-4, KF-7 dan FI-45.

5.3. Strategi Pengembangan Komoditi Tembakau Deli