Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN TEMBAKAU DELI PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN

HELVETIA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

FAHRANY PERMATA SARI NST

060304057

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UPAYA PENGEMBANGAN TEMBAKAU DELI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN HELVETIA KABUPATEN

DELI SERDANG SKRIPSI

OLEH:

FAHRANY PERMATA SARI NST 060304057

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting,MSi) (H. M. Mozart B. Darus,MSc)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ABSTRAK

FAHRANY PERMATA SARI NASUTION (060304057/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, menganalisis tingkat pendapatan produksi tembakau Deli serta menyusun strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah perkebunan yang masih aktif dan dapat dijangkau oleh peneliti. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau Deli adalah pengurangan jumlah lahan, kondisi iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan lahan yang tidak sempurna serta semakin minimnya tenaga kerja. Tingkat pendapatan usahatani tembakau Deli di daerah penelitian mengalami kerugian sebesar Rp.2.294.345 per hektar per musim tanam. Strategi pengembangan komoditi unggulan tembakau Deli terutama dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya meningkatkan jumlah produksi, peningkatan peran serta masyarakat setempat dan perluasan pangsa pasar.

Kata kunci: faktor-faktor yang mempengaruhi, analisis pendapatan, strategi pengembangan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

FAHRANY PERMATA SARI NASUTION lahir di Medan 19 Nopember 1988, anak kedua dari dua bersaudara dari ayah Martua Nasution, SH dan ibu Dra. Hamidah. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:

1. Pada tahun 2006 tamat dari SMA Harapan 1 Medan, dan pada tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa di program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

2. Tahun 2010 mengikuti kegiatan PKL di Desa Linggaraja, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi mulai 30 Juni – 29 Juli 2010.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT. Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara istimewa penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada orangtua tercinta Martua Nasution, SH dan Dra. Hamidah yang selalu menjadi orang terpenting dalam hidup penulis. Terima kasih atas segala bimbingan hidup, kasih sayang, dukungan dan motivasinya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Dan terima kasih buat abangda Faisal Hakim Nasution yang telah memberikan dukungan moral dalam penyususnan skripsi ini.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua jurusan program studi agribisnis, 2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membantu dalam memberikan bimbingan mulai dari awal sampai selesainya skripsi ini,

3. Bapak H. M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu dalam memberikan bimbingan mulai dari awal sampai selesainya skripsi ini,

4. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,


(6)

5. Bapak Suriadi pada PT. Perkebunan Nusantara II atas bantuan dalam pemberian izin riset dan pemberian data-data juga informasi yang berguna untuk penyusunan skripsi ini, dan

6. Teman-teman SEP 2006.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih

Medan, Juni 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.2. Landasan Teori ... 12

2.3. Kerangka Pemikiran ... 21

2.4. Hipotesis Penelitian... 23

BAB III METODE PENELITIAN 1.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

1.2.Metode Pengumpulan Data ... 24

1.3.Metode Analisis Data ... 24

Definisi dan Batasan Operasional ... 25

Definisi ... 25

Batasan Operasional ... 26

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Sejarah Profil Kebun ... 27

4.2. Letak dan Keadaan Geografis Daerah Penelitian ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tembakau Deli ... 31


(8)

6.2.Usahatani Tembakau Deli ... 35

6.2.1. Biaya Produksi Tanaman Tembakau Deli ... 35

6.2.2. Penerimaan Usahatani Tembakau Deli ... 39

6.3.Strategi Pengembangan Komoditi Tembakau Deli ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau Deli

PTPN II Unit Kebun Helvetia Tahun 2001-2010 ... 2

2. Perkembangan Ekspor Tembakau Deli Tahun 2005-2009 ... 3

3. Luas Areal Tanaman yang dikelola PTPN II Kebun Helvetia Tahun 2010/2011 ... 29

4. Sarana dan Prasarana di PTPN II Kebun Helvetia ... 30

5. Penggunaan Pupuk Pada Pembibitan Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 36

6. Penggunaan Pupuk Pada Tanaman TembakauDeli Per Hektar Per Musim Tanam ... 36

7. Penggunaan Pestisida Pada Pembibitan Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 37

8. Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 37

9. Distribusi Total Biaya Produksi Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 39

10.KarakteristikTotal Produksi Hasil Jadi Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 40

11.Rata-rata Penerimaan Usahatani Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 41

12.Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2008-2010 ... 42

13.Matriks Evaluasi Faktor Internal ... 48

14.Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ... 49


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Diagram Matriks SWOT ... 16 2. Matriks Posisi Analisis SWOT ... 19 3. Skema Kerangka Pemikiran ... 22 4. Matriks Posisi Pengembangan Tembakau Deli PTPN II Kebun


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. a. Curahan Tenaga Kerja (HK) Pembibitan Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim tanam 2009-2010

b. Curahan Tenaga Kerja (HK) Penanaman Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim tanam 2009-2010

2. a. Biaya Tanaman Untuk Tanaman Tembakau Deli Pada Pembibitan Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

b. Biaya Tanaman Untuk Tanaman Tembakau Deli Pada Penanaman Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

3. Biaya Panen dan Pengangkutan Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

4. Biaya Pengolahan Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

5. Biaya Penyusutan Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

6. Biaya Umum dan Tata Usaha Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

7. Rata-rata Biaya Produksi tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2007-2008

8. Rata-rata Biaya Produksi tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2008-2009

9. Rata-rata Biaya Produksi tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2009-2010

10.Pembobotan Faktor Internal 11.Pembobotan Faktor Eksternal


(12)

ABSTRAK

FAHRANY PERMATA SARI NASUTION (060304057/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, menganalisis tingkat pendapatan produksi tembakau Deli serta menyusun strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah perkebunan yang masih aktif dan dapat dijangkau oleh peneliti. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau Deli adalah pengurangan jumlah lahan, kondisi iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan lahan yang tidak sempurna serta semakin minimnya tenaga kerja. Tingkat pendapatan usahatani tembakau Deli di daerah penelitian mengalami kerugian sebesar Rp.2.294.345 per hektar per musim tanam. Strategi pengembangan komoditi unggulan tembakau Deli terutama dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya meningkatkan jumlah produksi, peningkatan peran serta masyarakat setempat dan perluasan pangsa pasar.

Kata kunci: faktor-faktor yang mempengaruhi, analisis pendapatan, strategi pengembangan.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam

(Murdiyati, 2010).

Tembakau merupakan salah satu komoditas non migas yang penting di Indonesia karena sebagai sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas ekonomi dan cukup banyak menyerap tenaga kerja.

Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau dengan mutu yang terbaik. Salah satu tembakau yang terkenal di pasar global adalah tembakau Deli yang merupakan komoditas daerah Sumatera Utara. Mengingat bahwa tembakau Deli merupakan komoditi yang di ekspor secara tetap dan merupakan sumber devisa negara. Mutu tembakau deli belum tertandingi oleh tembakau-tembakau dari daerah lain, baik dari dalam maupun dari luar negeri

(Departemen Pertanian, 1994).

Tembakau Deli yang mengharumkan Indonesia, sudah mulai turun produksinya, dimana luas kebun tembakau PT. Perkebunan Nusantara II dapat di lihat pada tabel 1.Hal tersebut disebabkan dengan perkembangan zaman dan bertambahnya waktu yang tidak dapat kita pungkiri mengakibatkan peningkatan populasi


(14)

manusia yang butuh akan sandang, pangan, perumahan yang berdampak pada peralihan fungsi tanah menjadi bangunan, sarana jalan dan pabrik.

Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau Deli PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia Tahun 2001 s/d 2010

NO Tahun Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kg/Ha/Thn)

1 2001 200,00 37.826 189,13

2 2002 168,00 48.844 290,73

3 2003 166,40 38.498 231,36

4 2004 168,00 56.120 334,04

5 2005 103,20 39.952 387,13

6 2006 120,00 44.208 368,40

7 2007 120,00 51.623 430,19

8 2008 120,00 51.633 430,27

9 2009 200,00 58.222 291,11

10 2010 160,00 47.842 299,01

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia, 2001-2010

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa luas perkebunan tembakau Deli PTPN II mengalami penurunan. Pada tahun 2009 luas perkebunan tembakau Deli PTPN II sempat mengalami kenaikan, akan tetapi pada tahun 2010 luas perkebunan tembakau Deli PTPN II mengalami penurunan kembali. Begitu juga dengan produksi tahun 2010 mengalami penurunan.

Ekspor terbesar tembakau Deli yang diproduksi PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), Medan, Sumatera Utara, sampai tahun 2010 masih ke Bremen, yang dilakukan dalam bentuk lelang. Selain lelang, ekspor dilakukan dengan cara biasa atau sesuai permintaan negara pengimpor (Poloan, 2010).


(15)

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Tembakau Deli Tahun 2005 s/d 2009

Tahun Berat Bersih (Ton)

2005 26.327

2006 29.072

2007 32.374

2008 37.630

2009 37.307

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005-2009

Tembakau mempunyai potensi dalam mendatangkan devisa negara. Dalam kurun waktu 2005-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup berfluktuasi

(Badan Pusat Statistik, 2010).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tembakau Deli di daerah penelitian?

2. Bagaimana tingkat pendapatan produksi tembakau Deli di daerah penelitian? 3. Bagaimana strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli di

daerah penelitian?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tembakau Deli di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan produksi tembakau Deli di daerah penelitian.


(16)

3. Untuk menyusun strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan perkebunan tembakau deli.

2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam peningkatan produksi komoditi tembakau deli.

3. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tembakau Deli merupakan jenis tembakau yang memiliki kualitas khusus sebagai pembungkus cerutu (bukan rokok). Pasar yang terbuka bagi cerutu berpengaruh terhadap permintaan tembakau cerutu dengan kualitas khusus. Itu menjadikan tembakau Deli memiliki potensi yang luar biasa.

Tembakau Deli merupakan komoditas yang patut mendapatkan ancungan jempol. Betapa tidak, sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini, nama tembakau deli sudah tidak asing lagi di mata dunia.

Cerutu merupakan salah satu produk tembakau yang standar kualitasnya tergantung pada masing-masing selera pembeli. Meskipun agribisnis tembakau cerutu menghadapi tantangan antara lain kampanye antirokok, peluang agribisnis tembakau cerutu masih sangat terbuka. Pertama tembakau cerutu Indonesia di pasar internasional sangat diperlukan, khususnya untuk kualitas-kualitas tinggi karena tembakau cerutu Indonesia mempunyai ciri khas. Kedua peminat tembakau cerutu meningkat. Ketiga adanya ketergantungan beberapa pabrik rokok cerutu di Eropa terhadap cerutu Indonesia (Budiarto, 2007).

PT. Perkebunan Nusantara II berhasil dengan diakuinya mutu tembakau yang dilelang di Bremen pada tahun 2007. Mutu yang bagus membuat harga jual


(18)

tembakau Deli di pasar lelang cukup tinggi, meskipun produksi yang dilelang jumlahnya sedikit (Portal Indonesia, 2010).

Seiring dengan pertambahan tahun, produksi perkebunan tembakau Deli semakin turun. Penurunan produktivitas tembakau Deli disebabkan krisis global yang dihadapi dunia sehingga permintaan pasar terhadap cerutu berkurang. Selain itu di tahun 2008, di Negara Eropa, ada pembatasan masyarakat untuk merokok bahkan larangan merokok (Portal Indonesia, 2010).

Bukan hanya tembakau Deli yang mengalami penurunan permintaan, negara penghasil tembakau lainnya sejak kampanye anti rokok di Eropa juga mengalami penurunan permintaan. Jadi, sebagai antisipasi kerugian manajemen, maka pihak PTPN II melakukan penjualan di Indonesia (MedanPunya.com, 2011).

Penjualan tembakau Deli milik PT. Perkebunan Nusantara II yang akan langsung dipasarkan di Indonesia baru akan dimulai Juni 2011. Disebabkan tembakau masih dikemas di dalam gudang untuk dikirim menjadi contoh dipasar Eropa (MedanPunya.com, 2011).

Penurunan penjualan pada tembakau Deli dikarenakan beberapa faktor antara lain: 1. Permintaan yang menurun karena kampanye anti merokok, “smoking can

cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and embryo disorder”. Kemudian negara menaikkan cukai cerutunya, sehingga cerutu menjadi barang mahal.

2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan serapan pasar.


(19)

3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan, pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan obat obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi akan sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak, dipihak pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi.

4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau karena perkembangan kota (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2009).

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nofria Maulidiana (2008) di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia, ruang lingkup permasalahan sistem budidaya tembakau Deli yang diidentifikasikan terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia, faktor iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna.

Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan perusahaan. Produktivitas juga penting untuk meningkatkan upah dan penerimaaan perseorangan. Faktor yang mungkin mempengaruhi produktivitas adalah faktor luar, produk, proses, kapasitas dan sediaan, tenaga kerja dan mutu. - Faktor luar termasuk peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain,

permintaan konsumen (di luar kendali perusahaan).

- Produk adalah suatu faktor yang secara kuat mempengaruhi produktivitas, umumnya mengeluarkan teknologi produk baru yang meningkatkan produktivitas.


(20)

- Proses yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah aliran proses, otomatisasi, tata letak, dan pemilihan tipe proses.

- Kapasitas dan sediaan adalah faktor keempat yang dapat mempengaruhi produktivitas. Kelebihan kapasitas sering menjadi suatu faktor yang memberikan andil terhadap rasio produktivitas yang buruk. Sedangkan sediaan dapat menjadi perusak atau penolong terhadap produktivitas jika dilihat dari besar kecilnya sediaan. Terlalu kecil sediaan pun akan menyebabkan kehilangan penjualan, berkurangnya volume dan akhirnya penurunan produktivitas. Dan terlalu banyak sediaan pun akan mengakibatkan biaya modal lebih tinggi dan produktivitas rendah.

- Tenaga kerja yang terpenting dari semuanya dan mendapat perhatian besar, dikarenakan tenaga kerja dihubungkan dengan sejumlah besar subsektor, seperti seleksi dan penempatan, pelatihan, rancangan pekerjaan, penyediaan, struktur organisasi, penghargaan, sasaran, dan serikat buruh.

- Faktor yang terakhir adalah mutu. Mutu yang buruk dapat menyebabkan produktivitas rendah.

(Schroeder, 1989).

Untuk meningkatkan kualitas produksi tembakau Deli, PT. Perkebunan Nusantara II sudah melakukan berbagai kebijakan antara lain memfokuskan pengembangan dan perawatan tanamanan tembakau di kebun-kebun yang dinilai masih produktif (Beritasore, 2007).


(21)

Teknik Budidaya Tanaman Tembakau Pembibitan

Benih yang digunakan sebagai bibit harus memiliki sertifikat atau telah diketahui kualitasnya. Jumlah benih yang digunakan adalah 8-10 gram/ha, tergantung pada jarak tanamnya. Selain itu bibit harus utuh, tidak terserang hama penyakit dan biji tidak keriput. Ada tiga teknik yang digunakan dalam penyemaian benih yaitu: 1. Permanen

Dapat berupa nampan plastik belubang-lubang untuk menanam benih, sistem ini disebut sistem tray. Nampan plastik yang digunakan berukuran 40x60 cmyang berisi 308 lubang tanam berukuran 2,2 cm x 2,2 cm dengan kedalaman 4 cm, atau dibuat langsung di lahan berupa bangunan kotak dengan 120 cm, tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

2. Semi Permanen

Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja, terbuat dari anyaman bambu/papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan lebar 25 cm ataupun dengan menggunakan variasi lebar 2 m.

3. Tidak Permanen

Persemaian dilakukan langsung di lapangan dengan dibuat bedengan/parit. Bedeng dibuat berukuran 100-120 cm dan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan panjang lahan. Tempat persemaian berupa polibag. Bedeng diberikan naungan daun-daunan dengan tinggi 1 m di sebelah timur dan 60 cm di sebelah barat (Cahyono, 1998).


(22)

Pemeliharaan dan pemindahan bibit

Pemelihraan dilakukan untuk menjaga agar bibit tetap berada dalam keadaan lembab dan mendapat cukup sinar matahari, oleh karena itu persemaian dianjurkan dibuka pada pagi hari sampai jam 10.00. selanjutnya, agar bibit dapat tumbuh dengan baik maka perlu dilakukan penjarangan tanaman, penjarangan ini dapat dilakukan setelah 7 hari. Setelah berumur 3 minggu bibit dapat dipindahkan ke dalam polibag. Sedangkan untuk pemindahan ke lahan apabila bibit berumur 35-55 hari setelah semai (Cahyono, 1998).

Pengolahan media tanam

Persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai. Sebelum tanah diolah tanah dibiarkan kering selama 1 bulan. Pengolahan tanah yang pertama adalah dibajak dengan traktor dan dibiarkan selama 1 minggu sebagai tindakan disinfektan alami karena terkena cahaya matahari. Tindakan disinfektan alami ini terjadi karena cahaya matahari dapat membantu terjadinya proses pemasaman (oksidasi) dari zat-zat beracun (asam sulfida) yang berasal dari tanah.

Langkah selanjutnya adalah pembentukan bedengan, bedeng tidak perlu lebar cukup 40 cm dan tinggi 40 cm. jarak antar bedeng 90-100 cm dan membujur antara timur dan barat agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup kemudian dilanjutkan dengan pemupukan. Pupuk kandang dapat diberikan dengan cara ditabur merata pada permukaan tanah. Setelah satu minggu dibuat parit-parit irigasi dan bedeng-bedeng penanaman bibit (Cahyono, 1998).


(23)

Teknik penanaman

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pola tanam untuk setiap jenis tembakau apakah ditanam pada musim hujan ataupun pada musim kemarau. Untuk pembuatan lubang tanaman, apabila jenis tembakau cerutu yang menghendaki daun yang tipis dan halus maka jarak tanam sekitar 90 cm x 70 cm. Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas :

- Cara cabut

yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa tanah.

- Cara putaran

Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok agar tanahnya terambil.

Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman 10 cm – 15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Cahyono, 1998).

Pemeliharaan tanaman

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman tembakau yaitu penyulaman, penyiangan, pemupukan serta penyiraman dan pengairan. Pada penyulaman, dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama. Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan untuk mencabut gulmanya ataupun dapat juga dengan menggunakan herbisida.


(24)

Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Pemupukan susulan dilakukan dua kali. Dosis pupuk yang dianjurkan tergantung dari tempat dan varietas. Untu tembakau Deli dosis pupuk yang digunakan adalah ZA 343 kg/ha, TSP 358 kg/ha, dan ZK 577 kg/ha. Cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut :

- Pupuk kandang dicampur dengan permukaan tanah bedengan sebelum tanam. - Pupuk fosfat diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan pada

permukaan tanah, diberi air dan dicampur tipis dengan tanah.

- Pupuk nitrogen dan kalium diberikan bertahap pada hari ke-7 dan hari ke-28 setelah tanam dengan cara diletakkan dalam lubang berjarak 10 cm dari batang.

Tahap pemeliharaan tanaman selanjutnya adalah pengairan dan penyiraman. Pengairan diberikan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air sedikitnya 1-2 liter per tanaman. Setelah umur 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air diberikan 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan sangat cepat oleh karena itu diperlukan 5 liter per tanaman setiap 3 hari. Setelah itu pada umur 65 hari tanaman tidak memerlukan penyiraman lagi, kecuali bila cuaca sangat kering (Cahyono, 1998).

2.2. Landasan Teori

Prospek pengembangan tembakau sangat tergantung pada perkembangan daya serap pasar ekspor. Untuk tembakau ekspor, perkembangan pasar ekspor relatif stabil dan hampir konstan, yang perlu mendapat perhatian adalah perluasan areal


(25)

pertanaman tembakau dan bagaimana mempertahankan kesinambungan supply dan mutu, agar para eksportir tidak direbut oleh negara pesaing.

(Departemen Pertanian, 2006).

PTPN II merupakan salah satu perusahaan yang masih menghasilkan tanaman tembakau, khususnya tembakau Deli. Untuk melihat upaya pengembangan suatu usaha (dalam hal ini usaha perkebunan tembakau), perlu melakukan analisis lingkungan (lingkungan luar dan lingkungan dalam) guna meramalkan perubahan lingkungan yang mempengaruhi usaha tersebut. Analisis lingkungan ini dapat dilakukan melalui apa yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Analisis kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) ditujukan untuk lingkungan internal organsasi. Analisis ini membantu menerapkan suatu dasar realistis untuk formulasi strategi untuk semua tingkat organisasi. Sedangkan analisis peluang (Opportunity) dan kendala (Threat) ditujukan untuk lingkungan luar organisasi. Analisis ini memberi manajer pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya dengan pilihan atau proses produksi barang-barang dan jasa-jasa untuk masyarakat secara nyata menguntungkan organisasi (Silalahi, 2002).

Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan para manajer strategi untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats dari organisasi, yang semuanya


(26)

merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT mengidentifikasi kompetensi langka perusahaan yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan

(Hunger dan Wheelen, 1996).

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

- Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

- Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

- Opportunities (peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.


(27)

- Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis (Wibisono, 2010).

Berdasarkan analisis SWOT, maka dapat dibandingkan atau melakukan perbandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal disatu pihak dengan kekuatan dan kelemahan internal dilain pihak (Tangkilisan, 2003).

Analisis SWOT memang terlihat sederhana tetapi dapat juga menimbulkan masalah, misalnya dalam menentukan ukuran ada tidaknya suatu kekuatan yang dimiliki perusahaan, begitu pula halnya dengan kelemahan, peluang dan ancaman untuk memperoleh kesepakatan dalam penggunaan ukuran seragam memang tidaklah mudah karena tingkat subyektivitas setiap perusahaan berbeda-beda (Rangkuti, 1997).

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal ini digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2008).

Dalam proses tahapan perencanaan strategi, sebaiknya gunakan model yang dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat. Model yang dikembangkan oleh David (1989), model yang cukup komprehensif dan secara terinci melengkapi semua model lainnya. Model ini disebut Matriks TOWS atau SWOT. Matrik SWOT atau TOWS ini berguna untuk menentukan strategi ke depan. Dapat dilihat pada gambar 1 :


(28)

Internal Eksternal STRENGTHS (S) Susun daftar kekuatan WEAKNESSES (W) Susun daftar kelemahan OPPORTUNITIES (O) Susun daftar peluang Pakai kekuatan untuk manfaatkan peluang STRATEGI SO Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang STRATEGI WO THREATS (T) Susun daftar ancaman Pakai kekuatan untuk menghindari ancaman STRATEGI ST Perkecil kelemahan dan hindari ancaman

STRATEGI WT

Gambar 1. Diagram Matriks SWOT/TOWS

David tidak memakai singkatan SWOT seperti yang lazim didengar, tetapi lebih senang menggunakan TWOS yang tampaknya ingin mendahulukan analisis Ancaman dan Peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Ada empat strategi yang tampil dari hasil analisis TWOS.

Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam

lingkungan eksternal.

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang dari lingkungan luar.


(29)

Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil

kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (Salusu, 1996).

Menurut Situmorang dan Dilham (2007) dalam membuat analisis SWOT dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan : Menyamakan Pemahaman (Persepsi)

- Perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi melalui penelaah terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya organisasi dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi organisasi yang realistis dalam mewujudkan visi dan misinya.

- Mengumpulkan jenis dan kualitas data dan informasi yang internal dan eksternal yang diperlukan

- Menyamakan langkah-langkah (prosedur) dalam melakukan analisis eksternal dan internal

2. Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal - Internal faktor (identifikasi kekuatan dan kelemahan) - Eksternal faktor (identifikasi peluang dan ancaman) - Melakukan pembobotan

Faktor-faktor yang dimonitoring berikut hasil monitoring dimasukkan ke dalam lembar kerja, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan beri tanda ”K” dan kelemahan beri tanda ”L” pada kolom sifat. Faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang beri tanda ”P” dan ancaman beri tanda ”A” pada kolom sifat.


(30)

- Beri bobot untuk setiap faktor dari 0,00 sampai 1,00 pada kolom bobot. Untuk mempermudah pembobotan, beri nilai 1 sampai 4 pada kolom nilai; 1 = tidak penting, 2 = agak penting, 3 = penting, dan 4 = sangat penting. Setelah diberi nilai, nilai tersebut di jumlah, dan bobot untuk setiap adalah nilai yang dibagi dengan nilai semua faktor.

- Berikan peringkat 1 dan 2 untuk faktor kunci internal yang merupakan kekuatan yang utama/mayor (peringkat 2) dan yang sekunder/minor (peringkat 1), sedangkan untuk kelemahan yang utama/mayor (peringkat 1) dan yang sekunder/minor (peringkat 2). Begitu juga untuk faktor kunci eksternal, yang merupakan peluang; 1 = rendah (kurang efektif) dan 2 = tinggi (cukup efektif), sedangkan untuk ancaman; 1 = tinggi (cukup efektif) dan 2 = rendah (kurang efektif).

3. Membuat matriks evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal (EFE)

Hasil identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Sedangkan hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.


(31)

4. Membuat matriks posisi

Hasil analisis pada tabel matriks evaluasi faktor internal dan eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

- Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

- Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil analisis sebagai berikut:

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y>0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y<0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x<0.

EKSTERNAL FAKTOR y ( + )

Kuadran III Kuadran I Strategi turn-around Strategi agresif

x ( - ) x ( + )

Kuadran IV Kuadran II

Strategi defensif Strategi diversifikasi ( - ) y

Gambar 2. Matriks Posisi Analisis SWOT

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan

tersebut, memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat I N T E R N A L F A K T O R


(32)

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategi).

Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).

Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi

dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik.

Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang diambil adalah defensif, penciutan atau likuidasi.


(33)

2.3. Kerangka Pemikiran

Nama besar tembakau asal Indonesia, khususnya tembakau Deli tetap terjaga di pasar luar negeri. Hal ini terbukti dengan diminatinya tembakau ekspor asal Sumatera Utara ini. Tapi ironisnya, lahan perkebunan tembakau terus menyusut.

Namun, seiring dengan pertambahan tahun, produksi perkebunan tembakau Deli semakin turun. Penurunan produktivitas tembakau deli disebabkan krisis global yang dihadapi dunia sehingga permintaan pasar terhadap cerutu berkurang. Selain itu di tahun 2008, di Negara Eropa, ada pembatasan masyarakat untuk merokok bahkan larangan merokok.

Tembakau cerutu dari Indonesia sangat terkenal, PTPN II berhasil dengan diakuinya mutu tembakau yang dilelang di Bremen pada tahun 2007. Akan tetapi, jumlah tanaman tembakau Deli semakin lama semakin menurun. Ini diakibatkan adanya program konversi ke tanaman lain, seperti tebu dengan perhitungan lahan tembakau Deli sudah tidak bagus lagi, hilangnya areal tanaman tembakau karena HGU (Hak Guna Usaha) nya sudah habis dan tidak diperpanjang pemerintah. Dan kini banyak digarap masyarakat atau jadi lahan terlantar. Jika hal ini bisa dikembalikan ke PTPN II untuk ditanami tembakau, pasti produksinya bisa cepat ditingkatkan dan akan membuat nama Sumatera Utara dan Indonesia dikenal.


(34)

Keterangan :

: Menyatakan Proses : Menyatakan Hubungan

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Tembakau

Produksi

Proses Output

Input

Biaya Penerimaan

Strategi Pengembangan

Pendapatan

Faktor yang mempengaruhi menurunnya produksi:

• Luas lahan

• Perubahan iklim yang sulit diprediksi

• Penurunan kesuburan dan pengolahan tanah

• Minimnya penggunaan k j


(35)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dibentuk hipotesis, antara lain :

1. Tingkat pendapatan komoditi tembakau Deli tidak baik, dimana total cost lebih besar dari total revenue atau TC > TR.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang dijadikan daerah penelitian adalah di PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan unit Kebun Helvetia merupakan salah satu daerah perkebunan yang masih aktif dalam memproduksi komoditi tembakau Deli.

3.2.Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.3.Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tembakau Deli berdasarkan data yang diambil di daerah penelitian.

Untuk mengidentifikasi masalah 2 digunakan analisis pendapatan dengan menggunakan rumus :


(37)

TR = Y x Py Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Jumlah Produksi (Kg) Py = Harga Jual Produk (Rp)

Maka, untuk menghitung pendapatan usahatani adalah : Pd = TR – TC Keterangan :

Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

Untuk mengidentifikasi masalah 3 digunakan metode analisis SWOT yaitu dengan mengamati kekuatan dan kelemahan yang berasal dari internal usahatani dan pengolahan, serta mengamati peluang dan ancaman yang berasal dari eksternal usahatani dan pengolahan yang kemudian disusun upaya dan strategi yang diterapkan dalam peningkatan kinerja sistem pemasaran produk di daerah penelitian. Dengan analisis SWOT dapat dilihat jalan keluar untuk memperoleh jawaban dalam menyusun strategi bisnis.

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional 3.4.1. Definisi

1. Strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa incremental (meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.


(38)

2. Biaya adalah segala pengeluaran atau ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani.

3. Produktivitas tembakau Deli adalah tingkat produksi tembakau Deli yang merupakan hasil dari perbandingan produksi tembakau Deli dan luas lahan tembakau Deli.

4. Penerimaan usahatani tembakau Deli adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga komoditi tembakau Deli selama musim tanam masa produksi yang dihitung dalam rupiah.

5. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi.

6. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah strategi pengembangan dengan menganalisis factor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

3.4.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Helvetia. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2011.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Sejarah Profil Kebun

Kebun Helvetia dibuka pada tahun 1869 yang diusahakan oleh Pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij. Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, Perusahaan ini menjadi kekuasaan Belanda sepenuhnya. PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia merupakan salah satu dari 22 unit perusahaan perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara II dimana pada awal tahun 2008 terjadi penggabungan antara kebun Kelambir Lima dengan kebun Helvetia yaitu guna meningkatkan efisien dan efektivitas kinerja BUMN dan Pemerintah.

Pada tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih Perusahaan dan diberi nama PPN BARU (Pusat Perkebunan Negara Baru). Peralihan Perusahaan kebun Helvetia dapat diuraikan sebagai berikut :

- Pada tahun 1869 : Deli Maatschappij

- Pada tahun 1910 : Deli Maatschappij berubah menjadi NV.VDM (Verenidg Deli Maatschappijen)

- Pada tahun 1959 : NV.VDM beralih menjadi PPN Baru

- Pada tahun 1960 : PPN Baru berubah menjadi PPN Cabang Sumatera Utara Unit Sumut-I

- Pada tahun 1961 : PPN Cabang Sumut Unit Sumut-I berubah menjadi PPN Sumut-I (khusus tembakau)


(40)

- Pada tahun 1963 : PPN Sumut-I (khusus tembakau) berubah menjadi PPN tembakau Deli-II

- Pada tahun 1968 : PPN tembakau Deli II berubah menjadi PNP IX - Pada tahun 1974 : PNP IX berubah menjadi Perusahaan Perseroan

PTP-IX

- Pada tahun 1996 : Perusahaan Perseroan PTP-IX berubah menjadi PTP Nusantara II (Persero) sampai saat ini.

4.2. Letak dan Keadaan Geografis Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang. Kebun Helvetia terletak didua Kecamatan yaitu Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Terdiri dari dua HGU (Hak Guna Usaha) nomor: 111 dan 102 dengan luas lahan seluruhnya 3.372,76 Ha. PTPN II kebun Helvetia mengelola 3 (tiga) jenis komoditi perkebunan yaitu :

1. Budidaya Tanaman Tebu 2. Budidaya Tanaman Tembakau 3. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.

Tetapi pabrik (gudang) pengolahan yang dimiliki hanya tembakau saja. Daun hijau tembakau hasil kebun sendiri diolah menjadi daun tembakau kering setelah proses pemeraman. Oleh karena itu, produk hasil jadi daripada PTPN II kebun Helvetia adalah daun tembakau kering.


(41)

Tabel 3. Luas areal tanaman yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia tahun 2010/2011

No Areal tanaman Luas Lahan

(Ha) 1 Kelapa sawit (TBM dan TM) 346

2 Tembakau 160

3 Tebu 400

Jumlah luas areal tanaman 906 Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia

Sebagian besar tembakau yang dihasilkan PTPN II unit kebun Helvetia diekspor ke luar negeri yaitu Jerman dan Amerika Serikat (AS). Ada tiga jenis daun tembakau kering yang menjadi hasil jadi Perusahaan ini yaitu :

- LB (Lelang Bremen) - Non Lelang Bremen - DGR (Daun Gruis)

Keadaan tofografi tanah umumnya datar dengan struktur tanah baik (subur dan gembur), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan kebun Klumpang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Gusta

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Deli Kecamatan Medan Labuhan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Sei Belawan.

Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produktivitas yang dinilai masih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi tembakau Deli.


(42)

Sarana dan Prasarana

PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia memiliki sarana dan prasarana yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Sarana dan prasarana di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia

No Sarana dan Prasarana Jumlah

(unit)

1 Gudang Fermentasi 1

2 Gudang Barang 1

3 Poliklinik 1

4 Mesjid 1

5 Payung Tanam 1

6 Gubuk Kutip 1

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia

PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia memiliki gudang fermentasi 1 unit yang berfungsi untuk memisahkan hasil tembakau yang telah dikeringkan dan disusun menurut tembakau yang masih bagus daunnya dan yang sudah jelek mutunya. Gudang barang juga dimiliki PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia sebanyak 1 unit dan berfungsi untuk menyimpan hasil tembakau yang akan dilelang. Untuk kesehatan para karyawan, Perusahaan juga telah menyediakan poliklinik 1 unit. Begitu juga dengan kegiatan ibadah, Perusahaan telah menyediakan mesjid di sekitar kebun Helvetia. Payung Tanam digunakan untuk berteduh sewaktu karyawan tetap harian bekerja di kebun. Dan Gubuk Kutip juga untuk menyimpan sementara hasil daun tembakau yang dikutip.


(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tembakau Deli

Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau Deli. Adapun yang menjadi faktor-faktor tersebut merupakan faktor dari tanaman tambakau Deli.

1. Pengurangan jumlah lahan akibat penggarapan liar.

Semakin berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan akan berdampak besar terhadap pengurangan jumlah lahan potensial. Hal ini terjadi di lahan perkebunan Helvetia. Penggarapan liar terlihat semakin ramai disepanjang pinggiran kebun bahkan ada yang berani menggarap lahan ke tengah-tengah kebun padahal sudah ada peraturan tentang lahan tersebut adalah milik PT. Perkebunan Nusantara II (Persero).

Banyak lahan-lahan yang digarap telah dijualkan ke pihak ketiga mengingat mahalnya harga tanah di kawasan tersebut. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan apabila pemerintah daerah tidak tegas untuk melaksanakan PP no. 12 tahun 1997 tentang pelestarian tembakau Deli, maka tembakau Deli di kawasan Helvetia akan berhenti berproduksi.

Oleh karena itu, pihak PTPN meminta perhatian pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat dan pemerintah daerah untuk memperhatikan masalah preservasi lahan tembakau Deli dan PTPN II segera mengadakan pengukuran


(44)

atas areal PTPN II dan pengukuran semua tanah-tanah garapan rakyat di dalam areal PTPN II.

2. Kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi.

Unsur-unsur iklim yang berpengaruh dalam budidaya tembakau Deli adalah temperatur, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran cahaya matahari, dan angin. Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.

Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai kendala dalam proses produksi. Sistem budidaya tembakau Deli menghendaki iklim yang tidak terlalu basah ataupun kering. Akan tetapi, variabel iklim yang semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang seringkali mengganggu aktivitas produksi. Iklim Sumatera Utara mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau.

Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan oleh Perusahaan masih dilakukan dengan sangat sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual. Kelembaban udara yang baik berkisar antara 62% sampai dengan 85%. Untuk mengukur kelembaban udara dapat menggunakan peralatan hygrometer atau


(45)

3. Penurunan kesuburan dan pengolahan tanah yang tidak sempurna dikarenakan penggunaan bahan-bahan kimia.

Pada awal pembukaan perkebuan tembakau Deli, tanah yang telah ditanami tembakau akan diistirahatkan selama 8 tahun untuk mengembalikan kesuburannya. Namun, hal itu tidak dilakukan pada saat sekarang ini karena lahan justru dirotasikan dengan tanaman tebu yang membuat lahan semakin miskin unsur hara. Lagi pula, masa istirahat lahan yang panjang akan membuat masyarakat sekitar menggarap lahan tersebut kemudian setelah itu Perusahaan akan kesulitan untuk mengambil alih kembali lahan tersebut.

Masa istirahat lahan dijadwalkan selama 5 tahun terbagi untuk penanaman tebu selama 2 tahun dan selebihnya dilakukan pengolahan tanah dan dibiarkan dengan menanam kucingan. Maka tanah hanya diistirahatkan selama 3 tahun. Dalam pengolahan lahan tanaman tembakau di Kebun Helvetia tidak dapat di tanam secara langsung setiap tahunnya dengan komoditi yang sama. Itulah sebabnya disana dilakukan rotasi tanaman antara tanaman tembakau dan tebu secara bergantian. Rotasi tanaman ini bertujuan untuk menghilangkan racun-racun pestisida yang dapat merusak tanah dan juga mencegah kedatangan angin bahorok yang dapat merusak tanaman tembakau. Selain rotasi tanaman, lahan yang akan digunakan untuk tanaman tembakau, juga memerlukan pendinginan lahan yang bertujuan memperbaiki kondisi lahan. Dalam jangka waktu 3 tahun dilakukan 3 kali pengolahan tanah dengan menggunakan traktor. Pengolahan ini terkadang tidak sempurna dilakukan disebabkan banyak hal salah satunya adanya penggarapan liar yang mengganggu aktivitas pengolahan. Apabila traktor yang digunakan adalah traktor-traktor yang sudah


(46)

tua tetapi tetap dipaksakan bekerja sehingga sering terjadi kerusakan dan untuk perbaikannya harus menunggu tenaga dari bengkel pusat yang seringkali membuat pengolahan tanah menjadi terlambat dan tidak sempurna.

Sebenarnya dalam pengolahan lahan tembakau tidak dapat menggunakan pestisida, seperti herbisida misalnya untuk membasmi rumput itu tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan tanaman tembakau sangat sensitif terhadap bahan kimia. Jadi dalam mengolah lahan yang begitu luas, rumput di babat secara manual atau pun menggunkan mesin babat, setelah itu rumput dikumpulkan lalu di bakar. Itulah sebabnya dalam pengolahan lahan tembakau ini memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang besar. Setelah itu barulah lahan dapat di bajak kemudian dibuat bedengan tanaman, dan ditanamlah tanaman tembakau. Tapi kenyataannya, pengolahan lahan tembakau Deli kebun Helvetia menggunakan bahan-bahan kimia yang sudah ditentukan dosisnya.

4. Semakin minimnya tenaga kerja dikarenakan pilihan pekerjaan di sekitar kebun yang dapat meningkatkan kesejahteraan.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting keberadaannya, karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu proses produksi. Bekerja pada pembudidayaan tembakau menjadi sesuatu hal yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia. Hal ini muncul, karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya bekerja di pabrik-pabrik dan di rasa lebih meningkatkan kesejahteraan mereka.


(47)

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting untuk diperhatikan, perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi tenaga kerja tetap diharapkan mampu menarik tenaga kerja baru untuk bekerja di sistem budidaya tembakau Deli. Selain itu, pelatihan mengenai mata rantai produksi juga harus dilakukan untuk seluruh pekerja di dalam sistem budidaya tembakau Deli.

5.2. Usahatani Tembakau Deli

Pendapatan dari tanaman tembakau Deli merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dari hasil penjualan produksi tembakau Deli dengan biaya produksi tanaman tembakau Deli. Biaya produksi untuk tanaman tembakau Deli yang dikeluarkan selama proses usahatani

5.2.1. Biaya Produksi Tanaman Tembakau Deli

Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Jumlah biaya langsung seluruhnya dan biaya tidak langsung seluruhnya merupakan biaya total produksi.

1. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan pada berbagai tingkat output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya langsung dalam usahatani tembakau Deli adalah :

a. Biaya Tanaman, biaya tanaman usahatani tembakau Deli terdiri dari : - Bibit

Faktor produksi usahatani yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi tanaman tembakau Deli adalah bibit. Untuk bibit


(48)

tembakau, PTPN II menggunakan jenis bibit F145 yang diperoleh langsung dari BPTD (Balai Penelitian Tembakau Deli). Kemudahan memperoleh bibit tanaman tembakau akan berpengaruh terhadap kontinuitas produksi usahatani tembakau Deli. Pada tahun 2011, PTPN II telah melaksanakan penanaman untuk tembakau dengan jumlah bibit 15 cc/ladang.

- Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh PTPN II adalah pupuk RP, Dolomit, ZA, ZK, dan NPK Mixed. Di PTPN II umumnya melakukan pemupukan sebanyak dua kali dalam satu masa panen.

Tabel 5. Penggunaan pupuk pada pembibitan tanaman tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No. Jenis Pupuk Penggunaan Pupuk (gr/ha) 1 Mixed bibit

Di bedengan semaian

- Pemberian I 600 gr

- Pemberian II 1200 gr

- Pemberian III 1200 gr Di bedengan jarangan

- Pemberian IV 1200 gr

- Pemberian V 1800 gr

- Pemberian VI 1200 gr

- Pemberian VII 600 gr

Jumlah : 7800 gr = 7,8 kg

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Tabel 6. Penggunaan pupuk pada tanaman tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No. Jenis Pupuk Penggunaan Pupuk (kg/ha)

1 RP 171

2 Dolomit 171

3 ZA 228

4 ZK 228


(49)

Pada Tabel 5 dan Tabel 6 pemberian pupuk harus menggunakan takaran sendok penuh yang dikirimkan oleh BPTD.

- Pestisida

Jenis pestisida yang digunakan oleh PTPN II adalah previcur-N, decis 2,5 EC dan matador 25 EC, atabron 50 EC, confidor, topsindo 70 WP, nemisphore 80 WP, obat pupus 0,5% dan obat semut 10%. Pemberian pestisida pada tanaman tembakau Deli tergantung kebutuhan tanaman tersebut.

Tabel 7. Penggunaan pestisida pada pembibitan tanaman tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No. Jenis Pestisida Penggunaan Pestisida Aplikasi 1 Previcur-N 360 cc/120 liter/ha Ground sprayer 2 Topsindo 70 WP 12 gr/12 liter/ha Ground sprayer 3 Nemisphore 80 WP 12 gr/12 liter/ha Ground sprayer 4 Decis 2,5 EC dan Matador 25 EC 6 cc/12 liter/ha Ground sprayer 5 Atabron 50 EC 7,8 cc/12 liter/ha Ground sprayer

6 Confidor 6 cc/12 liter/ha Ground sprayer

7 Obat semut 10 % 300 gr/ha Mengelilingi bedeng

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Tabel 8. Penggunaan pestisida pada tanaman tembakau Deli Per Ha Musim Tanam

No. Jenis Pestisida Penggunaan Pestisida Aplikasi 1 Topsindo 70 WP 14 gr/12 liter/ha Ground sprayer 2 Nemisphore 80 WP 17 gr/12 liter/ha Ground sprayer 3 Decis 2,5 EC dan Matador 25 EC 24 gr/12 liter/ha Ground sprayer 4 Atabron 50 EC 36 gr/12 liter/ha Ground sprayer

5 Confidor 24 gr/12 liter/ha Ground sprayer

6 Obat pupus 0,5 % 120 kg/ha Di pucuk tanaman

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Pada Tabel 7 dan Tabel 8 pengukuran dosis obat bentuk cair menggunakan gelas ukur. Dan pengukuran dosis obat bentuk tepung ditimbang di gudang material di bawah pengawasan kepala Dinas Tanaman. Sedangkan


(50)

pencampuran obat diawasi oleh Asisten Afdeling dengan menggunakan air relatif jernih.

- Teknologi/Mesin

Penggunaan teknologi/mesin merupakan salah satu sarana yang cukup penting untuk usahatani tembakau Deli dalam pengolahan lahan, pemeliharaan dan untuk pemanenan.

- Upah Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja BHL (Buruh Harian Lepas) dan tenaga kerja karyawan tetap di PTPN II. Upah setiap tenaga kerja BHL di daerah penelitian sebesar Rp.18.500,-/HK sedangkan upah tenaga kerja tetap sebesar Rp.62.263,-/HK.

b. Biaya Panen dan Pengangkutan, biaya yang dikeluarkan PTPN II selama proses pemanenan sampai dengan proses pengangkutan tembakau Deli ke gudang pemeraman tembakau Deli.

c. Biaya Pengolahan, biaya pengolahan terbagi atas biaya pengeringan dan biaya pemeraman dan pengebalan.

2. Biaya Tidak Langsung

Biaya Tidak Langsung adalah biaya yang berubah-ubah menurut tinggi rendahnya tingkat output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tidak langsung dalam usahatani tembakau Deli adalah :

a. Biaya Umum dan Tata Usaha, biaya yang dikeluarkan PTPN II dalam melaksanakan tata usahanya.


(51)

b. Biaya Penyusutan, biaya yang dikeluarkan PTPN II karena adanya penyusutan aktiva yang terpakai. Biaya penyusutan terbagi atas biaya penyusutan dan amortisasi HGU.

Tabel 9. Total Biaya Produksi Tanaman Tembakau Per Ha Per Musim Tanam

No Jenis Biaya Biaya produksi

(Rp)

Persentase (%)

1 Biaya tanaman 25.414.401 53,27

2 Biaya panen dan pengangkutan 3.852.205 8,08

3 Biaya pengolahan 6.712.179 14,07

4 Biaya umum dan tata usaha 10.388.540 21,78

5 Biaya penyusutan 1.344.020 2,82

Jumlah 47.711.345 100

Sumber : data diambil dari lampiran 2a, 2b, 3, 4, 5 dan 6

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tembakau Deli Rp.47.711.345/Ha/Musim tanam. Komponen biaya terbesar pada usahatani tembakau Deli adalah biaya tanaman sebesar Rp.25.414.401 atau sekitar 53,27% dari seluruh total biaya. Tingginya biaya tanaman yang harus dikeluarkan oleh perusahaan karena perusahaan masih membeli pupuk dan pestisida kimia yang digunakan dalam kegiatan usahataninya. Diikuti dengan biaya umum dan tata usaha mencapai 21,78% dari total biaya yang dikeluarkan, biaya pengolahan sebesar Rp.6.712.179 atau sekitar 14,07%, biaya panen dan pengangkutan sebesar Rp.3.852.205 atau sekitar 8,08% dan biaya penyusutan sebesar Rp.1.344.020 per hektar.


(52)

5.2.2. Penerimaan Usahatani Tembakau Deli

Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penerimaan kotor dan penerimaan bersih (pendapatan). Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil produksi dengan harga jualnya. Sedangkan penerimaan bersih (pendapatan) adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani setelah dikurangi total biaya yang dikeluarkan.

Sebelum menghitung penerimaaan usahatani tembakau Deli, terlebih dahulu mengetahui hasil produk yang dijual oleh PTPN II unit kebun Helvetia. Adapun jenis produk dari usahatani tembakau Deli yang dijual oleh PTPN II unit kebun Helvetia adalah dalam bentuk lembaran daun kering.

Tabel 10. Total Produksi Hasil Jadi Tanaman Tembakau Per Ha Per Musim Tanam

No Produksi Hasil Jadi Jumlah

(Kg)

1 LB (Lelang Bremen) 82

2 Non LB 148

3 DGR (Daun Gruis) 69

Jumlah Produk Hasil Jadi 299

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Pada Tabel 10 dilihat bahwa produksi hasil jadi tembakau Deli jenis Non LB memproduksi 148 kg/ha, LB memproduksi 82 kg/ha dan DGR 69 kg/ha. Pada pelelangan yang dilakukan PTPN II, baik daun tembakau Deli jenis LB dan Non LB laku terjual semua. Ini berarti, peminat akan pembalut cerutu ini masih tinggi.


(53)

Sedangkan daun tembakau Deli jenis DGR yang merupakan mutu kualitasnya rendah dibandingkan LB dan Non LB. DGR dijual dalam pelelangan dan di perusahaan rokok di Indonesia, salah satunya perusahaan rokok di Pematang Siantar.

Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Usahatani Tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No Produksi Hasil Jadi Jumlah Harga Jual/Kg Penerimaan (Rp)

(Kg) Euro Rp

1 LB (Lelang Bremen) 82 30,00 12.200 30.012.000

2 Non LB 148 7,50 12.200 13.542.000

3 DGR (Daun Gruis) 69 3,00 9.000 1.863.000

Total Penerimaan 299 45.417.000

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penerimaan usahatani tembakau Deli di PTPN II unit kebun Helvetia Per Ha Per Musim Tanam adalah sekitar Rp.45.417.000. Besarnya produksi yang diperoleh PTPN II adalah 299 kg/ha. Dengan harga penjualan produk tertinggi dalam bentuk LB (Lelang Bremen) yaitu sekitar Rp.30.012.000/ha.

Dari hasil wawancara dengan pihak PTPN II kebun Helvetia, harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis LB (Lelang Bremen) adalah 39,00 Euro/kg, harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis Non LB sekitar 18,00 Euro/kg dan harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis DGR sekitar 3,00 Euro/kg.


(54)

Pendapatan diperoleh dari perhitungan pengurangan penerimaan dengan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan PTPN II selama kegiatan usahatani dalam satu musim tanam tembakau Deli yaitu selama 4 bulan.

Besarnya produksi yang didapatkan PTPN II adalah 299 Kg/ha. Dari perhitungan diketahui bahwa besarnya rata-rata total penerimaan usahatani tembakau Deli adalah Rp. 45.417.000/ha dan besarnya total biaya yang harus dikeluarkan dalam satu kali musim tanam usahatani tembakau Deli adalah Rp. 47.711.345/ha. Sehingga didapatkan besarnya rata-rata pendapatan (kerugian) usahatani tembakau Deli adalah Rp.2.294.345/ha/musim tanam atau Rp.573.586/Bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengusahaan tanaman tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia mengalami kerugian, karena penerimaan yang diterima oleh perusahaan lebih kecil daripada biaya produksi yang dikeluarkan dalam pengusahaan tembakau Deli.

Efisiensi Biaya Produksi

Efisiensi adalah kebijakan atau keputusan manajemen yang dapat mempengaruhi pengurangan biaya produk yang dapat dikendalikan yang diukur dalam satuan rupiah atau rasio.

Dalam penelitian ini, efisiensi biaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yaitu pada biaya produksi tembakau Deli. PT. Perkebunan Nusantara II tidak melakukan perhitungan untuk mengetahui efisiensi biaya. Perusahaan hanya memberikan data biaya produksi selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.


(55)

Tabel 12. Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2008-2010

Tahun Standar Biaya Produksi

Realisasi Biaya Produksi

Selisih Efisiensi 2008 44.758.076 34.422.684 10.335.392 0,23091 2009 46.112.392 46.432.703 - 320.311 - 0,00694 2010 42.797.505 47.711.345 - 4.913.840 - 0,11481 Sumber : data diambil dari lampiran 7, 8 dan 9

Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dengan standar biaya produksi sebesar Rp. 44.758.076 mengalami efisiensi sebesar 23,09%. Pada tahun 2009, efisiensi menurun menjadi (-)0,00694 atau (-)0,69% dengan selisih antara standar biaya produksi dan realisasi biaya produksi sebesar (-)Rp.256.249, dimana realisasi biaya produksi hanya sebesar Rp. 46.432.703 dengan standar biaya produksi sebesar Rp. 46.112.392. Untuk tahun 2010 juga terjadi penurunan efisiensi sebesar (-)0,11481 atau (-)11,48%. Penurunan efisiensi biaya produksi ini disebabkan karena ada kenaikan biaya tanaman dan biaya angkut.

Jika dilihat dari segi efisiensi biaya produksi dari tahun 2008-2010, maka biaya produksi yang paling efisien dan paling baik adalah pada tahun 2008 dengan nilai efisiensi paling besar yaitu sebesar 0,23091 atau sekitar 23,09%. Namun, efisiensi biaya produksi tahun 2009 dan 2010 relatif di bawah nilai efisiensi dimana biaya tanaman lebih tinggi dari biaya standar sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak PTPN II.

Upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan pihak PTPN II dalam meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani tembakau Deli di daerah penelitian adalah : - Biaya produksi tembakau Deli di daerah penelitian lebih besar dari


(56)

menggunakan konsep target costing. Dengan konsep ini, perusahaan dapat mempertimbangkan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan (biaya langsung dan biaya tidak langsung) dan bertujuan untuk menurunkan biaya produksi. - Meningkatan produksi dengan cara perluasan areal penanaman.

- Meningkatkan produktivitas dengan cara penggunaan bibit dan pupuk yang berkualitas baik dan pola tanam tembakau yang tepat dari pembuatan bedeng, pencabutan bibit, penanaman, pemupukan dan cara petik yang benar hingga pengeringan. Dengan demikian, mutu tembakau terjaga produktivitas meningkat. Varietas yang dianjurkan untuk pengembangan tembakau Deli adalah D-4, KF-7 dan FI-45.

5.3. Strategi Pengembangan Komoditi Tembakau Deli

Penyusunan strategi pengembangan komoditi tembakau Deli dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dengan mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha yang disajikan dalam bentuk tabel dan matriks yang dikenal dengan istilah ”matriks SWOT”. Di mana tahapan-tahapan dalam penentuan strategi yang dapat dibangun melalui matriks SWOT, antara lain :

1. Membuat daftar kekuatan kunci internal yang ada

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para responden dan pengumpulan data sekunder, maka dapat diketahui kekuatan-kekuatan kunci internal yang berperan penting dalam penyusunan strategi pengembangan komoditi tembakau Deli yang ada PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli Serdang, antara lain :


(57)

A. Komoditas unggulan

Tembakau Deli merupakan komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah membawa harum nama bangsa Indonesia pada perdagangan internasional. Oleh sebab itu kelangsungan budidaya tembakau Deli harus tetap dipertahankan karena merupakan komoditi kebanggaan bangsa Indonesia. B. Aspek kekhasan daun tembakau Deli

Tembakau Deli yang tumbuh di daerah penelitian memiliki kualitas daun yang khas dibandingkan dengan tembakau yang tumbuh di daerah lain seperti Jawa Timur, Lombok dan Temanggung ataupun di negara lain seperti Amerika Serika, Eropa dan Brazil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden diketahui bahwa kualitas daun yang dihasilkan oleh tembakau Deli yang tumbuh di daerah penelitian memiliki beberapa kekhasan, antara lain:

1) Kualitas daun tembakau Deli yang mempunyai keistimewaan dalam hal rasa, aroma, elastisitas dan warna abu yang putih serta daya bakar merata. 2) Daun tembakau Deli merupakan penghasil bahan pembalut cerutu nomor

satu di dunia. Daun tembakau Deli berwarna coklat, lembut, tipis, urat-urat daunnya sangat halus dan elastis sehingga tidak mudah robek waktu diproses dalam pembuatan cerutu jika dibandingkan dengan daun tembakau yang tumbuh di daerah atau negara penghasil tembakau lainnya yang lebih mudah robek waktu proses pembuatan cerutu.

C. Aspek geografis

Tembakau Deli sangat cocok tumbuh di daerah penelitian. Hal ini didukung oleh suatu pernyataan sebagai berikut ”Kegiatan budidaya tembakau Deli


(58)

masih dipertahankan di daerah antara sungai Wampu dan sungai Ular. Secara topografi, daerah diantara kedua sungai tersebut merupakan lempengan (plate) dataran rendah yang sangat cocok untuk syarat tumbuh tembakau Deli”.

D. Mempunyai industri pengolahan sendiri

Dengan adanya industri pengolahan tembakau sendiri yang terletak di sekitar kawasan perkebunan, memudahkan produsen dalam proses pengolahan tembakau.

2. Membuat daftar kelemahan kunci internal yang ada

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para responden dan pengumpulan data sekunder, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan kunci internal yang berperan penting dalam penyusunan strategi pengembangan komoditi tembakau Deli yang ada PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli Serdang, antara lain :

A. Sumber Daya Manusia

Sulit mencari tenaga Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian di bidang tembakau, disebabkan komoditi tembakau bersifat musiman terutama Buruh Harian Lepas (BHL) terlebih di Gudang Pemeraman (Gudang FS).

B. Penentuan harga jual komoditi

Harga penjualan tembakau Deli sulit diprediksi karena harga ditentukan oleh pembeli.


(59)

3. Membuat daftar peluang eksternal yang ada

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para responden dan pengumpulan data sekunder, maka dapat diketahui peluang-peluang eksternal yang berperan penting dalam penyusunan strategi pengembangan komoditi tembakau Deli yang ada PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli Serdang, antara lain :

A. Peminat daun tembakau Deli di negara Eropa masih tinggi

Permintaan pasar luar negeri terhadap daun tembakau Deli masih tinggi khususnya pabrikan cerutu negara Eropa.

B. Permintaan pasar daun tembakau Deli meluas ke negara Asia

Mutu tembakau Deli belum dapat tertandingi oleh mutu tembakau yang ditanam di daerah lain. Apabila tembakau Deli ditanam di daerah lain di luar Sumatera Utara maka mutu yang dihasilkannya pun berbeda, bisa jadi lebih rendah. Oleh karena itu kualitas tembakau Deli mampu merebut pangsa pasar. Negara Asia khususnya Malaysia pun tertarik akan kualitas komoditi yang menjadi primadona Sumatera Utara ini.

C. Peran serta industri yang terkait

Adanya peran serta dari industri pabrik cerutu di negara Eropa yang sering mengikutsertakan dalam lelang dagang. Ini merupakan salah satu peluang bagi penyedia produk untuk lebih mengembangkan hasil produknya.

4. Membuat daftar ancaman-ancaman eksternal yang ada

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para responden dan pengumpulan data sekunder, maka dapat diketahui ancaman-ancaman eksternal yang berperan penting dalam penyusunan strategi pengembangan komoditi


(60)

tembakau Deli yang ada PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli Serdang, antara lain :

A. Garapan liar dilahan produktif

Adanya garapan liar dilahan produktif terutama pada saat areal dihutankan selama ± 3 tahun.

B. Slogan anti rokok sedunia

Adanya larangan/slogan dari Pemerintah dan Negara luar hari anti rokok sedunia.

C. Turunnya minat pekerja

Semakin menurunnya minat pekerja harian lepas (BHL) akibat banyaknya industri disekitar kebun.

Membuat Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Evaluasi Faktor Eksternal

Hasil identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing-masing dijumlah sedangkan hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing-masing di jumlah.


(61)

Tabel 13. Matriks Evaluasi Faktor Internal

Sumber : data diambil dari lampiran 10

Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat total skor kekuatan lebih besar daripada total skor kelemahan (x > 0), dengan selisih total skor kekuatan – kelemahan sebesar 0,67. Data ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara pada para responden, bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada kelemahan.

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Sumber : data diambil dari lampiran 11

Faktor Kunci Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan

- Komoditi unggulan

- Aspek kekhasan daun tembakau Deli - Aspek geografis

- Mempunyai industri pengolahan sendiri 0,22 0,17 0,11 0,17 2 1 2 2 0,44 0,17 0,22 0,17

Total Skor Kekuatan 1,00

Kelemahan

- Sulit mencari tenaga SDM yang memiliki keahlian di bidang tembakau - Harga jual ditentukan oleh pembeli

0,11 0,22 1 1 0,11 0,22

Total Skor Kelemahan 0,33

Selisih Kekuatan – Kelemahan 0,67

Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang

- Peminat daun tembakau Deli di negara Eropa masih tinggi

- Peran serta industri yang terkait

- Permintaan pasar daun tembakau meluas ke negara Asia

0,21 0,16 0,10 2 2 1 0,42 0,32 0,10

Total Skor Peluang 0,84

Ancaman

- Garapan liar di lahan produktif

- Adanya slogan/kampanye anti rokok sedunia

- Turunnya minat pekerja harian lepas (BHL) 0,21 0,16 0,16 1 2 2 0,21 0,32 0,32

Total Skor Ancaman 0,85


(62)

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat selisih total skor peluang dan ancaman sebesar - 0,01. Hal ini berarti skor ancaman lebih besar daripada peluang (y < 0). Data ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara pada para responden, bahwa faktor ancaman lebih dominan daripada peluang.

Membuat Matriks Posisi

Berdasarkan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal di atas dapat dibuat matriks posisi, untuk melihat dimana posisi upaya pengembangan tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan tabel 12 diperoleh nilai x > 0 dan tabel 13 diperoleh y < 0.

EKSTERNAL FAKTOR

y ( + ) Kuadran III Kuadran I Strategi turn-around Strategi agresif

0,67

x ( - ) - 0,01 x ( + )

Kuadran IV Kuadran II

Strategi defensif Strategi diversifikasi ( - ) y

Gambar 4. Matriks Posisi Pengembangan Tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia

I N T E R N A L F A K T O R


(63)

Pengembangan tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia berada pada posisi kuadran II, yaitu meskipun upaya pengembangan tembakau Deli menghadapi berbagai ancaman yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan memiliki kekuatan dari segi internal. Perusahaan harus melakukan strategi Diversifikasi. Fokus strategi usaha ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Dalam keadaan ini posisi Perusahaan masih dapat dipertahankan dengan melakukan peningkatan jumlah produksi untuk perluasan pangsa pasar.

Strategi-strategi pengembangan tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia dapat dilakukan dengan beberapa alternatif.

Penentuan Alternatif Strategi

Penentuan alternatif strategi yang sesuai bagi pengembangan komoditi tembakau Deli PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan cara membuat matriks SWOT. Di mana matriks SWOT tersebut dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT maka dapat disusun 4 (empat) strategi utama, yaitu :

a. Strategi SO ( Strength – Opportunities )

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

b. Strategi WO ( Weakness – Opportunities )

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.


(64)

c. Strategi ST ( Strength – Threats )

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman d. Strategi WT ( Weaknesses – Threats )

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Alternatif strategi bagi pengembangan tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini:


(65)

Tabel 15. Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

a. Komoditi ekspor unggulan Indonesia.

b. Aspek kekhasan daun

tembakau Deli yang memiliki daya bakar, aroma dan ciri rasa yang khas.

c. Letak geografis sangat ideal untuk budidaya tanaman tembakau.

d.Mempunyai industri

pengolahan sendiri

a. Sulit mencari tenaga SDM yang memiliki keahlian dibidang tembakau.

b. Penentuan harga jual komoditi ditentukan oleh pembeli.

Peluang (O) Strategi Peluang Kekuatan (SO) Strategi Peluang Kelemahan (WO) a. Masih tinggi peminat daun

tembakau Deli di negara Eropa.

b. Peran serta industri yang terkait.

c. Permintaan daun

tembakau meluas ke negara Asia seperti Malaysia.

a. Perluasan pangsa pasar

b. Peningkatan kerjasama dengan instansi yang terkait

a. Memberdayakan SDM yang terlibat dipertembakauan seperti pelatihan, kursus, dan studi banding

b. Penetapan harga jual daun tembakau

Ancaman (T) Strategi Ancaman Kekuatan(ST) Strategi Ancaman Kelemahan (WT) a. Garapan liar dilahan

produktif.

b. Adanya slogan/larangan anti rokok sedunia.

c. Turunnya minat pekerja harian lepas (BHL).

a. Memilih areal pertanaman tembakau yang potensial diperuntukkan khusus untuk komoditi tembakau

b.Peningkatan peran serta eksportir dan importir

c. Melibatkan peran serta masyarakat setempat dalam proses pengolahan komoditi


(66)

Dari tabel matrik SWOT dapat disusun strategi-strategi bagi perusahaan, antara lain :

Strategi S-O

Strategi pengembangan tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia dengan menggunakan seluruh kekuatan dan peluang yang ada, yaitu:

- Perluasan pangsa pasar

Dengan bertambah banyaknya jaringan pemasaran maka akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dimana jaringan pemasaran pembalut cerutu ini berasal dari kalangan perusahaan menengah ke atas. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya peminat cerutu yang berasal dari luar negeri. Dengan analisis strategi pemasaran yang baik maka sebaiknya pangsa pasar dapat dilakukan dengan memperluas tempat-tempat pemasaran seperti di Amerika Serikat dan Malaysia.

- Peningkatan kerjasama dengan instansi yang terkait

Peningkatan kerjasama dengan pabrik cerutu dengan adanya hubungan kerjasama yang baik antara pihak perusahaan dengan pihak pabrik cerutu maka akan menyebabkan pihak pabrik loyal terhadap perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan proses perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

Strategi W-O

Strategi pengembangan tembakau Deli unit kebun Helvetia dengan meminimalkan seluruh kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu:


(1)

beberapa tenaga lepas dari masyarakat yang ada di sekitar perkebunan, sehingga antara perusahaan dan masyarakat setempat ada keterikatan.

Strategi W-T

Strategi pengembangan tembakau Deli PTPN II unit kebun Helvetia dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada, yaitu:

- Perbaikan aliran kerja perusahaan

Seorang pemimpin yang baik haruslah memperhatikan dan membina karyawannya dan seorang karyawan yang baik haruslah patuh terhadap pemimpinnya. Sehingga, untuk mewujudkan semua itu diperlukan hubungan yang baik antara pimpinan dan karyawan sehingga dapat tercipta aliran kerja yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan rutin antara pimpinan dan karyawan yang dipimpinnya guna membahas hal-hal penting dalam pekerjaan.

Kebijakan Pengembangan Komoditi Tembakau Deli PTPN II unit Kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang

Adapun beberapa kebijakan pengembangan komoditi tembakau Deli PTPN II kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang yang dapat disusun berdasarkan strategi-strategi SO, WO, ST, dan WT, antara lain :

1. Kebijakan perluasan pangsa pasar

Kebijakan ini dapat direalisasikan berdasarkan strategi SO, yakni perusahaan dapat mengajak para pabrikan cerutu negara lain untuk bekerjasama. Dengan mengajak pabrik-pabrik cerutu bekerjasama dapat memperluas jaringan pemasaran bagi perusahaan.


(2)

2. Kebijakan penetapan harga jual daun tembakau

Kebijakan ini dapat direalisasikan berdasarkan strategi WO, yakni menetapkan standard harga daun tembakau sesuai dengan penggolongannya dengan cara konferensi antara eksportir dan importir.

3. Kebijakan peningkatan peran serta masyarakat setempat

Kebijakan ini dapat direalisasikan berdasarkan strategi ST, yakni melibatkan peran serta masyarakat setempat dalam proses pengolahan tembakau, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi terjadinya penggarapan liar dilahan produktif.

4. Kebijakan aliran kerja perusahaan

Kebijakan aliran kerja dapat direalisasikan berdasarkan strategi WT, yakni untuk mengatasi keharmonisan antara pimpinan dan karyawan diperlukan komunikasi yang baik.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau Deli di PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia adalah pengurangan jumlah lahan, kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna dan semakin minimnya tenaga kerja. 2. Rata-rata pendapatan dari usahatani tembakau Deli di daerah penelitian

mengalami kerugian sebesar Rp.2.294.345 per hektar per musim tanam atau Rp.573.586/Bulan.

3. Strategi pengembangan komoditi tembakau Deli di masa yang akan datang adalah meningkatkan jumlah produksi tembakau Deli, peningkatan peran serta masyarakat setempat dan memperluas pangsa pasar.

6.2 Saran

1. Kepada PT. Perkebunan Nusantara II

a. Diharapkan dapat mempertahankan lahan tanaman tembakau Deli di daerah penelitian dengan cara meminta perhatian pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) pusat dan pemerintah daerah untuk segera mengadakan pengukuran atas areal PTPN II dan pengukuran semua tanah-tanah garapan rakyat di dalam areal PTPN II dan membersihkan semua garapan liar.


(4)

b. Iklim merupakan salah satu faktor produksi yang sulit untuk diprediksi. Untuk menghitung curah hujan sebaiknya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual. Dan untuk mengukur kelembaban udara dapat menggunakan alat hygrometer atau psychrometer.

c. Agar lebih memperhatikan perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi tenaga kerja tetap sehingga dapat menarik tenaga kerja baru untuk kegiatan usahatani.

d. Biaya produksi tembakau Deli di daerah penelitian sebaiknya menggunakan konsep target costing. Dengan konsep ini, perusahaan dapat mempertimbangkan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan (biaya langsung dan biaya tidak langsung) sehingga dapat meminimalisasikan biaya yang akan dikeluarkan yang bertujuan untuk menurunkan biaya produksi.

e. Untuk meningkatkan mutu produksi dan produktivitas meningkat, diharapkan menggunakan varietas D-4, KF-7 dan F1-45 dalam pengembangan tembakau Deli.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah sebaiknya lebih tegas dan teliti dalam hal surat izin penggunaan lahan, sehingga PTPN II tidak kehilangan lahannya akibat garapan liar yang dilakukan masyarakat setempat pada saat lahan dihutankan untuk penanaman tembakau.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS . Medan.

Berita Sore. 2007. PTPN II Raih Rp 56 Miliar dari Penjualan Tembakau Deli. Dikutip dari:

_________. 2010. Eksistensi Tembakau Deli Perlu Dipertahankan. Dikutip dari:

Budiarto, Herry. 2007. Tantangan dan peluang Agribisnis Tembakau Cerutu. Prosiding Lokakarya Nasional Agribisnis Tembakau. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Surabaya.

Cahyono, Bambang. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usahatani. Kanisius. Yogyakarta.

Departemen Pertanian. 1994. Prosiding Seminar Pengembangan Tembakau Burley. Malang.

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Budidaya Tanaman Tembakau Virginia. Direktorat Budidaya Tanaman Semusim.

Dinas Perkebunan Sumatera Utara. 2010. Data Statistik Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2004. Medan.

Forum Usahatani Tembakau Jawa Timur. 2010. Dinamika Usahatani Tembakau di Jawa Timur. Jawa Timur.

Hunger dan Wheelen. 1996. Manajemen Strategis. Penerbit Andi. Yogyakarta. Lembaga Pendidikan Perkebunan. 2009. Lelang Tembakau Cerutu Indonesia di

Bremen dan Tantangannya ke Depan. Dikutip dari:

Maulidiana, Nofria. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia. Dikutip dari:


(6)

MedanPunya.com. 2011. Penjualan tembakau Indonesia Dimulai Juni. Dikutip dari : http://www.medanpunya.co.id/medan/16230-penjualan-tembakau-indonesia-dimulai-juni

Murdiyati, A,S. 2010. Budidaya Tembakau Virginia. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang.

Portal Nasional Republik Indonesia. 2010. Penurunan Produksi dan

Produktivitas Tembakau Deli. Dikutip dari

Poloan, Nian. 2010. Ekspor Tembakau Deli Terancam Surut. Dikutip dari

Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta.

Rangkuti, Freddy. 2008. Teknik Membuat Rencana Pemasaran dan Analisis Kasus. Gramedia. Jakarta.

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik. Grasindo. Jakarta. Schroeder, G. Roger. 1989. Manajemen Operasi. Erlangga. Jakarta.

Silalahi, U. 2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen. Mandur Maju. Bandung.

Situmorang dan Dilham. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. USU Press. Medan. Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Manajemen Modern untuk Sektor Publik.

Balairung & Co. Yogyakarta.

Wibisono, Agus. 2010. Analisis SWOT. Dikutip dari: