Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II Kwala Madu dalam Meningkatkan Kemandirian Petani (Studi Deskriptif di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat )

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development)

PTPN II Kwala Madu dalam Meningkatkan Kemandirian Petani

(Studi Deskriptif di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat )

S K R I P S I

DIAJUKAN OLEH: INDAH KARTIKA

060901014 Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Medan 2010


(2)

ABSTRAK

Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi sosial (dalam hal ini masyarakat dengan industri). Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut, industri tidak lagi dituntut untuk hanya mewujudkan citranya melalui kampanye yang baik namun juga harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Perusahaan yang dapat bertanggungjawab akan memperhatikan corporate social responsibility semaksimal mungkin, yang didukung oleh good corporate governance. Disinilah dapat dilihat bahwa program pengembangan masyarakat (community development) merupakan wujud social responsibility perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan community development (pengembangan masyarakat) PTPN II dalam meningkatkan kemandirian petani di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan, obeservasi, dokumentasi yang berupa artikel, serta jurnal yang masih berkaitan dengan penelitian. Data-data dan informasi yang telah diperoleh dari lapangan diinterpretasikan melalui teknik analisa data yang sesuai dengan jenis penelitian.

Dari penelitian yang telah dilakukan sampai pada interpretasi dan analisis data, ditemukan bahwa terjadi perubahan sosial ekonomi yang lebih baik dan juga adanya kesadaran akan kemandirian bagi petani dengan adanya pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PTPNII Kwala Madu. Selain fasilitas seperti jalan, sarana olahraga, yang di bantu oleh perusahaan, mereka juga mendapatkan bantuan saluran dan air irigasi dari air limbah perusahaan yang sangat bermanfaat dan meningkatkan kesuburan tanaman padi dan juga hasil panen yang otomatis menaikkan kondisi ekonomi mereka. Selain itu dengan adanya program kemitraan dan bina lingkungan, petani dapat lebih mengembangkan usaha mereka. Peningkatan pendapatan petani ini dapat dilihat dari hasil panen yang biasanya hanya 5-6 ton per hektar saat ini menjadi 6-8 ton per hektar dan juga dari 1 kali jumlah panen selama setahun menjadi 2-3 kali panen dalam setahun. Kemudian dalam bidang pendidikan, karena meningkatnya perekonomian petani, maka mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai jenjang yang mereka inginkan. Tetapi berdasarkan tujuan Pengembangan masyarakat yang lebih khusus yaitu pemberdayaan masyarakat, petani masih membutuhkan perhatian khusus yang juga dapat membantu memberdayakan sumber daya manusia mereka sehingga mereka dapat berkembang dan menjadi mandiri.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Perumusan Masalah...8

1.3 Tujuan Penelitian...8

1.4 Manfaat Penelitian...8

1.5 Definisi Konsep...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Masyarakat (Community Development)...12

2.2 Teori Perubahan Sosial...16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...22

3.2 Lokasi Penelitian...22

3.3 Unit Analisis dan Informan...23

3.4 Teknik Pegumpulan Data...23

3.5 Interpretasi Data...25

3.6 Jadwal Kegiatan...26

3.7 Keterbatasan Penelitian...26 BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA


(4)

4.1.1 Sejarah Desa Sambirejo...28

4.1.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo...30

4.1.3 Pembagian Dusun Desa Sambirejo...31

4.1.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo...34

4.1.5 Sarana Umum Desa Sambirejo 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo...38

4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo...38

4.1.5.3 Sarana Olahraga Desa Sambirejo...39

4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo...40

4.1.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo...40

4.1.7 Profil Informan...43

4.2 Interpretasi Data 4.2.1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II...53

4.2.2 Sosialisasi dan Implementasi Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II...55

4.2.3 Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II dalam meningkatkan Kemandirian Petani 4.2.3.1 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani...60

4.2.3.2 Jumlah Pendapatan dan Kemiskinan Petani...67

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...76

5.2 Saran...79 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan………...26

Tabel 4.1.1 Nama-nama Kepala Desa Sambirejo………29

Tabel 4.1.2 Tata Guna Tanah Desa Sambirejo………30

Tabel 4.1.4. 1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………...34

Tabel 4.1.4. 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan…….…...….35

Tabel 4.1.4 3. Jumlah Penduduk Desa Sambirejo Berdasarkan Mata Pencaharian....36

Tabel 4.1.4. 4. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut agama………..37

Tabel 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo.………...38

Tabel 4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo..……….39

Tabel 4.1.5.3 Sarana Olahraga Desa Sambirejo...……….39

Tabel 4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo ...………40

Tabel 4.1.6 Nama-Nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo………42

Tabel 4.2.3.1 Nama-nama Kelompok Tani Desa Sambirejo…..……….65


(6)

DAFTAR BAGAN


(7)

ABSTRAK

Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi sosial (dalam hal ini masyarakat dengan industri). Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut, industri tidak lagi dituntut untuk hanya mewujudkan citranya melalui kampanye yang baik namun juga harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Perusahaan yang dapat bertanggungjawab akan memperhatikan corporate social responsibility semaksimal mungkin, yang didukung oleh good corporate governance. Disinilah dapat dilihat bahwa program pengembangan masyarakat (community development) merupakan wujud social responsibility perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan community development (pengembangan masyarakat) PTPN II dalam meningkatkan kemandirian petani di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan, obeservasi, dokumentasi yang berupa artikel, serta jurnal yang masih berkaitan dengan penelitian. Data-data dan informasi yang telah diperoleh dari lapangan diinterpretasikan melalui teknik analisa data yang sesuai dengan jenis penelitian.

Dari penelitian yang telah dilakukan sampai pada interpretasi dan analisis data, ditemukan bahwa terjadi perubahan sosial ekonomi yang lebih baik dan juga adanya kesadaran akan kemandirian bagi petani dengan adanya pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PTPNII Kwala Madu. Selain fasilitas seperti jalan, sarana olahraga, yang di bantu oleh perusahaan, mereka juga mendapatkan bantuan saluran dan air irigasi dari air limbah perusahaan yang sangat bermanfaat dan meningkatkan kesuburan tanaman padi dan juga hasil panen yang otomatis menaikkan kondisi ekonomi mereka. Selain itu dengan adanya program kemitraan dan bina lingkungan, petani dapat lebih mengembangkan usaha mereka. Peningkatan pendapatan petani ini dapat dilihat dari hasil panen yang biasanya hanya 5-6 ton per hektar saat ini menjadi 6-8 ton per hektar dan juga dari 1 kali jumlah panen selama setahun menjadi 2-3 kali panen dalam setahun. Kemudian dalam bidang pendidikan, karena meningkatnya perekonomian petani, maka mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai jenjang yang mereka inginkan. Tetapi berdasarkan tujuan Pengembangan masyarakat yang lebih khusus yaitu pemberdayaan masyarakat, petani masih membutuhkan perhatian khusus yang juga dapat membantu memberdayakan sumber daya manusia mereka sehingga mereka dapat berkembang dan menjadi mandiri.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang, industri sangat essensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan umat manusia yang hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor industri (Bethan,2008).

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki. Setidak-tidaknya pembangunan merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya. Hal mana yang kemudian disusun dalam suatu perecanaan yang selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut satu bidang kehidupan saja, namun juga dilakukan secara simultan terhadap berbagai kehidupan yang berkaitan. (Soekanto,2005:437-438)

Salah satu yang menjadi kegagalan pada pelaksanaan pembangunan pada masa lalu adalah titik berat pembangunan pertumbuhan ekonomi yang tidak diimbangi dengan pemerataan keadilan. Pertumbuhan ekonomi yang tidak diimbangi oleh pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang telah menciptakan


(9)

kesenjangan yang amat lebar antara segelintir orang yang sangat kaya dibandingkan dengan besarnya jumlah orang-orang yang kurang sejahtera, dan bahkan sebagian tergolong ke dalam orang-orang yang sangat miskin. Besarnya jumlah masyarakat miskin pada akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk permasalahan sosial yang bermuara pada instabilitas politik dan keamanan. Agar keadaan tersebut tidak terjadi, maka di perlukan pertimbangan yang matang untuk mencari alternatif solusinya. Dan yang menjadi salah satu bentuk alternatif solusinya adalah dengan menetapkan kebijakan dan regulasi yang lebih mendekatkan antara dunia usaha dengan masyarakat melalui berbagai program dan inisiatif, yang salah satunya adalah melalui program community development (Supancana,dkk.2007:7).

Karena itu dalam suatu kegiatan industri, perusahaan biasanya memiliki kegiatan atau program pengembangan masyarakat atau yang biasa disebut dengan Community development. Pengembangan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan community development adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi sosial, dalam hal ini partisipasi perusahaan terhadap masyarakat (Suharto.2009:37).

Tujuan (objectify) pengembangan masyarakat adalah membantu masyarakat menemukan cara atau jalan untuk mengorganisirkan diri dan juga mendampingi masyarakat agar mampu membuat perencanaan (secara teknis dan aksi) agar masyarakat semakin berkembang dan maju (http:www.wikipedia.org).


(10)

Pengembangan masyarakat (community development) merupakan sebuah konsep pembangunan yang menitik beratkan pada tingkat penumbuhan peran serta masyarakat sekitar wilayah sekitar kegiatan dengan mengembangkan suasana kerja sama yang saling menguntungkan. Perusahaan sebagai pihak yang memiliki investasi dan kemampuan modal diharapkan mampu membangkitkan simpati dan memperhatikan kepentingan mereka. Prinsip ini dapat diterapkan dengan pemerhatian terhadap adat-istiadat dan tradisi yang berlaku setempat sehingga hadirnya kegiatan tidak menimbulkan sense resistensi maupun penolakan masyarakat yang merasa kemampanan budaya tradisi maupun pranata-pranata sosial mereka terusik. Di sisi lain kepentingan sosial budaya dan juga kepentingan ekonomi mereka pun diharapkan juga dapat diperhatikan (Dalimunthe.2005:V:23).

Dalam pemahaman yang umum tampaknya telah disadari urgensi penjalinan hubungan serasi antara pengembangan industri dengan pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat lokal tempat pusat atau kegiatan industri berada. Namun demikian, sampai saat ini hubungan seperti itu belum terwujud seperti yang diharapkan. Banyak faktor penyebab, yang salah satunya adalah belum banyak digunakannya konsep-konsep dan model-model tindakan dari sebuah disiplin keahlian yang disebut pengembangan masyarakat.

Pengembangan industri pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan, mendatangkan devisa negara, maupun peningkatan pendidikan. Namun demikian, semua hal memiliki harga beli yang harus dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu bidang yang sering dilupakan adalah dampak sosial dari pengembangan industri


(11)

yang tidak jarang menimbulkan social cost yang dapat lebih mahal daripada manfaat ekonomi yang diperoleh; berupa munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat baik yang berskala lokal maupun nasional.

Sebagai salah satu aktor institusional dalam masyarakat yang dibentuk dengan tujuan mendukung kesejahteraan masyarakat, maka industri memiliki fungsi sosial baik secara internal maupun eksternal. Kondisi kehidupan masyarakat yang semakin baik akan memberikan dampak yang cukup berarti terhadap keberlangsungan industri itu sendiri. Kegiatan pengembangan masyarakat yang diselenggarakan oleh industri menunjukkan adanya kepedulian industri terhadap masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan memunculkan adanya kepedulian masyarakat terhadap industri dan memandang industri sebagai pihak yang harus didukung dan dijaga oleh masyarakat. Dengan demikian, kegiatan pengembangan masyarakat tidak hanya akan meberikan manfaat untuk masyarakat, namun juga akan memberikan keuntungan sangat besar bagi industri dengan adanya pandangan positif dari masyarakat. Selain memberikan manfaat pada tingkat makro dan tidak langsung, industri juga harus menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal tempat industri itu berada. Selama ini mungkin sudah dilakukan partisipasi industri melalui bantuan dana, yang biasanya diserahkan kepada pemerintah lokal baik untuk kegiatan pembangunan maupun aktivitas kemasyarakatan. Namun demikian dalam banyak kasus, warga masyarakat tidak mengetahuinya, sehingga menganggap keberadaan industri hanya mengganggu kehidupan masyarakat sekitar. Keadaan tersebut diperburuk dengan adanya pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan mendapatkan keuntungan dari konflik masyarakat lokal dengan industri. Dengan demikian dibutuhkan kegiatan


(12)

yang tidak hanya bersifat bantuan sosial, melainkan juga program bimbingan sosial yang berkelanjutan, yang melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh

Karena itu pengembangan masyarakat (community development) dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan dan tingkat kesejahteraannya masih rendah, sehingga produksi yang mereka lakukan hasilnya juga kurang maksimal. Petani di desa sangat menginginkan perubahan. Para petani di desa tidak dapat melakukan perubahan karena terbentur pada keadaan mereka sendiri, mereka kurang menguasai ilmu-ilmu yang dapat memajukan hasil tani mereka. Karena itu di harapkan adannya program yang dapat mengembangkan kemampuan masyarakat petani yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, seharusnya pemerintah sangat memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan bagi mereka. Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah pendidikan non formal yang praktis, mudah diterapkan dalam usaha-usaha produksi produk pertanian. Pengembangan masyarakat sangat erat hubungannya dengan empowerment. Titik berat pendekatan pengembangan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pengembangan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada


(13)

individu, bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum. Dengan kata lain, pengembangan masyarakat juga memerlukan fasilitator. Peranan fasilitator antara lain adalah sebagai orang yang mampu membantu masyarakat agar masyarakat mau berpartisipasi dalam kegiatan bertani, orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi masyarakat, mampu memberikan dukungan, serta dapat

memberikan fasilitas kepada masyarakat (http:www.fashihullisantugaspenyuluhan.blogspot.com).

Sedikitnya ada dua alasan mengapa pembangunan masyarakat desa masih relevan untuk di bahas. Pertama, kendati dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan kota maju dengan sangat pesat, secara umum wilayah negara kita masih didominasi oleh daerah pedesaan. Hal ini diperkirakan masih akan berlangsung relatif lama. Benar bahwa di beberapa daerah ciri pedesaan itu susut perlahan bersamaan dengan proses industrialisasi dan urbanisasi, akan tetapi itu tidak berarti hilang sama sekali. Ciri pedesaan tersebut bahkan masih akan bertahan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi arah dan sifat perkembangan kota. Kedua, kendati sejak awal tahun 1970-an pemerintah Orde Baru telah mencanangkan berbagai macam kebijaksanaan dan program pembangunan pedesaan yang ditandai dengan inovasi teknologi modern, secara umum kondisi sosial ekonomi masih memprihatinkan. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk merubah kehidupan mereka untuk menjadi lebih baik. Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan mereka sehingga mereka mempunyai akses-akses pada sumber-sumber ekonomi. Oleh karena usaha memberdayakan masyarakat serta


(14)

menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin kompleks, pembangunan pedesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata terbata pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak hanya mencakup implementasi program peningkatan kesejahteaan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya dengan sepektrum kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga setiap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup sengsara (Usman,2004:29-32)

Karena itu melalui program pengembangan masyarakat (community development) diharapkan tercipta suatu sinergi yang saling menguntungkan antara dunia usaha dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat menjadi masyarakat yang mandiri dan berkembang sehingga dapat meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi mereka. Hubungan sinergis dan harmonis akan memberikan kontribusi secara positif terhadap kelangsungan kegiatan usaha dan juga kemandirian dan kesejahteraan masyarakat disekitar perusahaan. Dalam hal ini Pihak PTPN II dengan masyarakat di Desa Sambirejo. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani.


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti sendiri, orang lain dan juga ilmu pengetahuan. Maka yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta pengetahuan mengenai peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani. Sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan akademis terutama ilmu sosiologi. Dan penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan serta menjadi referensi bagi kalangan pemerintah maupun instansi


(16)

lainnya mengenai Peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani. 2. Manfaat Praktis

Yakni meningkatkan pengetahuan serta dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai rujukan atau referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya.

3. Manfaat bagi penulis

Yakni sebagai pembelajaran untuk semakin meningkatkan kemampuan penulis serta memperluas wawasan penulis mengenai peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani.

1.5 Definisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti, penggunaan konsep sangat penting. Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan dimana kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989 : 33). Melalui konsep, peneliti diharapkan dapat menyederhanakan dan membatasi pembahasan. Maka beberapa konsep yang dibatasi dengan mendefinisikannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan:

Merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang atau suatu organisasi melakukan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang diimilikinya, maka ia telah menjalankan peranan. Peranan adalah


(17)

tingkah laku atau aktifitas yang diharapkan dari orang atau organisasi yang memiliki kedudukan atau status (Soekanto, 2001:)

2. Pengembangan Masyarakat (Commuity Development):

Salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi sosial, dalam hal ini partisipasi perusahaan terhadap masyarakat (Suharto.2009:37).

3. PTPN II

Sebua perkebunan. Badan usaha ini dibentuk berdasarkan Nomor 7 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 4. Kemandirian

Menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi (http:www.damandiri.or.id).

5. Petani:

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidan dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara


(18)

lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain (http:www.wikipedia.org).


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan masyarakat (community development)

Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility (CSR). Corporate social responsibility (CSR) sendiri memiliki nama yang berbeda pada setiap perusahaan, pada perusahaan BUMN seperti pada PTPN sendiri, corporate social responsibility (CSR) di sebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik untuk modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat untuk tujuan memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah perusahaan. Dan kegiatan yang lazimnya dilakukan oleh perusahaan dalam mengimplementasikannya adalah dengan menyelenggarakan program pengembangan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan community development (Wibisono,2007:83).

Secara umum pengembangan masyarakat (community development) dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan bagi masyarakat yang berada disekitar perusahaan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut


(20)

diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program pengembangan masyarakat (community development) memiliki tiga karakter utama yaitu:

a. Berbasis masyarakat (community based)

b. Berbasis sumber daya setempat (local resource based) c. Berkelanjutan (sustainable).

Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation), kesemuanya berjalan secara simultan. Sektor Industri di Indonesia sampai dengan saat ini masih memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan nasional. Kontribusi yang diberikan oleh sektor ini tidak hanya dalam bentuk sumbangan devisa terhadap negara, tetapi juga dapat dilihat dari multiplier efect yang telah diciptakan oleh industri-industri baik itu di daerah-daerah ataupun tidak. Salah satu multiplier efect yang disumbangkan oleh industri adalah melalui program-program pengembangan masyarakat (community development). Program-program-program pengembangan masyarakat (community development) yang dilaksanakan oleh industri tersebut selain merupakan bagian dari corporate social responsibility (CSR), juga dalam rangka mempersiapkan life after mining/operation (kehidupan setelah adanya pembangunan) bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya


(21)

Berbicara tentang masalah pengembangan masyarakat (community development) tersebut, makan dapat dilihat bahwa berbagai industri dan dunia usaha di Indonesia dan juga di seluruh dunia telah memiliki arah yang sama untuk mengembangkan hubungan yang lebih harmonis dengan komunitas lokal. Hal ini sebenarnya merupakan komitmen bersama banyak pihak sebagai implementasi paradigma pembangunan berkelanjutan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan kegiatan pengembangan masyarakat (community development), antara lain adalah:

a. Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat lokal.

b. Mengetahui sosial budaya masyarakat lokal.

c. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program pengembangan masyarakat (community development). Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal dan pengembangan masyarakat (community development) dapat menciptakan kesempatan usaha yang bar

Dan yang yang menjadi tujuan dari pengembangan masyarakat (community development) adalah:

a. Agar masyarakat sekitar perusahaan dapat membangun dirinya sendiri. b. Membantu meningkatkan kemandirian baik secara material maupun spritual.

Pelaksanaan pengembangan masyarakat (community development) yang dilakukan oleh perusahaan umumnya menggunakan skema yang digunakan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:


(22)

a. Kontribusi perusahaan pada program pengembangan masyarakat b. Pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal

c. Partisipasi masyarakat dalam bisnis

d. Tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan

Umumnya, perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam penerapannya menggunakan tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Dimana pada tahap ini dilakukan daperencanaan dan pengonsepan awal terhadap program pengembangan masyarakat (community development)yang dilakukan.

b. Tahap Implementasi

Tahap menjalankan perencanaan dengan sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi.

c. Tahap Evaluasi

Tahap yang perlu di lakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan program.

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. (Wibisono,2007).


(23)

Untuk peran sosial BUMN sendiri seperti PTPN II antara lain dituangkan melalui keputusan Nomor : Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara BUMN pada 17 Juni 2003 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Kemudian seiring dengan berjalannya waktu dan menimbang bahwa Keputusan Menteri BUMN tersebut dipandang belum cukup memberikan landasan operasional bagi peningkatan pelaksanaan program PKBL ini, maka pemerintah menetapkan peraturan baru tentang tata cara pelaksanaan PKBL yang mengacu kepada peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, industri tidak lagi dituntut untuk hanya mewujudkan citranya melalui kampanye yang baik namun juga harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Perusahaan yang baik dapat bertanggung jawab dan akan memperhatikan corporate social responsibility semaksimal mungkin, yang didukung oleh good corporate governance. Disinilah dapat dilihat bahwa program pengembangan masyarakat (community development)sebagai wujud social responsibility perusahaan

2.2 Perubahan Sosial

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai essensial, norma-norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam


(24)

masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya (Soekanto,2005:301).

Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto,2005:304) perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Selain itu, secara singkat Samuel Kroenig (Soekanto,2005:305) mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Dimana modifikasi-modifikasi terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.

Dalam mempelajari mekanisme tersebut, kita harus menerangkan kekuatan-kekuatan yang dapat dimodifikasi. Adanya perubahan tidak disangkal dan pentingnya perubahan tidak diremehkan, namun perubahan hanya dapat dipahami melalui pemahaman mengenai struktur terlebih dahulu. Perubahan sosial terjadi pada masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja (indeed change) dan tidak di sengaja (unintended change) atau dengan istilah lain contact change dan immanen change. Intended change atau contact change merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat baik yang disengaja melalui agen of change (orang-orang yang terlibat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan dikombinasi oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (Soekanto 2005:315-316)

Soerjono Soekanto (2005:306) berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis,


(25)

teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial.

Perubahan-perubahan di suatu bidang secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan perubahan bidang lain. Seperti halnya perubahan dalam meningkatkan taraf hidup (pembangunan), maka akan dapat pula mempengaruhi dan mengubah sikap, nilai-nilai yang selama ini dianut. Nilai-nilai yang selama ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari luar. Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial itu sendiri antara lain:

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya. Karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang

spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal-balik yang sangat kuat (Soekanto, 2005:310)

Lebih lanjut apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masayarakat mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi


(26)

memuaskan. Morris Ginsberg (Soekanto, 1983) menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan adalah sebagai berikut:

a. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi

b. Sikap-tindak pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah. c. Perubahan struktural dan halangan struktural

d. Pengaruh-pengaruh eksternal

e. Pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang menonjol f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu

g. Peristiwa-peristiwa tertentu h. Munculnya tujuan bersama

Selain itu pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab terjadinya perubahan ada yang sumbernya terletak di dalam masyarakat dan ada yang letaknya di luar masyarakat itu sendiri. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

Terjadinya pertambahan dan berkurangnya penduduk yang sangat amat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatan.

b. Penemuan-penemuan baru

Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian Discovery dan Invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun gagasan yang diciptakan oleh


(27)

seorang individu atau serangkaian cipataan para individu. Discovery akan menjadi Invention, jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru tersebut.

c. Pertentangan (conflict) masyarakat

Pertentangan ini bisa terjadi antar individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan di dalam masyarakat.

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi

Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berlaku pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide yang berbeda.

Sedangkan perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri antara lain:

a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia Sebab yang bersumber pada lingkungan fisik, kadang disebabkan oleh tindakan para waraga itu sendiri. Adanya bencana alam pada suatu masyarakat, akan dapat berakibat masyarakat tersebut dengan sangat terpaksa pindah ketempat yang lain. Adanya perpindahan ketempat yang baru, membuat masyarakat itu berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang baru tersebut.


(28)

b. Peperangan

Terjadinya perang antar suku atau antar negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan, pada suku atau negara yang kalah. Pada umumnya mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, ataupun kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan.

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Adanya pengaruh kebudayaan asing ini akan dapat mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan pada masyarakat yang terkena pengaruhnya. Terdapatnya hubungan secara fisik antar kebudayaan dan dua masyarakat akan mengakibatkan pengaruh timbal-balik (Soekanto, 2005:318-325).


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah. Pada hakikatnya, penelitian adalah untuk memecahkan masalah, oleh karena itu langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah (Nawawi,1990:63)

Dalam penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana studi deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat (Mantra,2004:38). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya yang secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2005:6).

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilakukan di Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena diantara beberapa desa yang berada di sekitar Perusahaan, Desa Sambirejo merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Dan desa ini berada di tepat bersebelahan dengan perusahaan PTPN II Kwala Madu. Sehingga merasakan


(30)

langsung dari program pengembangan masyarakat (community development) yang dilakukan oleh PTPN II Kwala Madu, dan dilakukan di Desa Sambirejo ini.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto,2002:121). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Sambirejo.

3.3.2 Informan

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani bertempat tinggal di desa Sambirejo, perangkat desa serta pihak perusahaan yang bertugas menangani program pengembangan masyarakat (community development). Pencarian informan menggunakan teknik snow ball. Teknik ini merupakan teknik penentuan informan penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari informan sebelumnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pengumpulan data primer dan data sekunder.

Data Primer

a. Observasi langsung, yaitu pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti terhadap objek penelitian. Data yang diharapkan juga akan diperoleh melalui observasi atau pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Obervasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan


(31)

kemudian memberikan penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Beberapa pengamatan yang akan dilakukan penulis adalah mengamati aktifitas sosial baik interaksi dengan keluarga ataupun dengan sesama petani dan juga perusahaan serta aktifitas ekonomi informan baik dalam bertani atau pekerjaan sampingan lainnya. Obervasi juga melihat gejala yang terjadi di lokasi penelitian. Hal ini berguna untuk mengamati bagaimana peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani.

b. Wawancara mendalam (depth interview), yaitu pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide-ide melalui proses tanya jawab terhadap informan di lokasi penelitian dilakukan. Wawancara yang dimaksudkan adalah wawancara yang bersifat luwes, terbuka dan tidak baku. Intinya adalah, penulis akan melakukan pertemuan berulang kali secara langsung dengan informan, dan dengan harapan informan dapat mengungkapkan informasi dengan bahasanya sendiri. Wawancara yang akan dilakukan adalah Tanya jawab, yaitu tentang bagaimana keberlangsungan hidup sehari-hari informan atau keluarga tersebut yang akan mencakup gambaran kehidupan sosial ekonomi komunitas petani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani yang mereka rasakan sampai dengan saat ini. Kemudian peneliti akan melakukan proses tanya jawab kepada orang-orang yang dianggap sebagai informan dalam penelitian ini dengan menggunakan panduan interview guide,


(32)

namun itu hanya sebatas instrument pembantu bagi peneliti yang sifatnya tidak monoton.

Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dianggap untuk maksud yang berbeda. Data tersebut dapat berupa hasil penelitian, sepert tabel, gambar dan laing din-lain. Data sekunder ini di peroleh dari studi kepustakaan dengan mengutip berbagai referensi, seperti buku-buku, jurnal ataupun diperoleh dari internet yang dianggap relevan serta berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Data yang diperoleh dalam catatan hasil wawancara dengan bantuan catatan lapangan, hasil observasi langsung, dan hasil kajian pustaka akan dibaca dan ditelaah kembali. Kemudian selanjutnya, data-data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisa data. Data-data yang diperoleh tersebut akan dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, lalu dipisahkan secara kategorial dan di cari hubungan yang muncul dari data, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu analisis yang baik yang dapat mengungkapkan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan hasil observasi yang diuraikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk menggambarkan dengan jelas keadaan yang ada.


(33)

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √ 3 Penyusunan proposal √ √ √ 4 Seminar proposal √

5 Revisi Proposal √ √ √

6 Penelitian Ke Lapangan √ √ 7 Pengumpulan Data dan

Analisis Data

√ √

8 Bimbingan Skripsi √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian sejatinya sering mengalami hambatan baik dari faktor internal (dalam) maupun faktor eksternal (luar). Adapun keterbatasan yang penulis hadapi sebagai berikut :


(34)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam. Kendala-kendala tersebut meliputi keterbatasan waktu dan juga jarak lokasi penelitian yang lumayan jauh sehingga memakan waktu yang lama dalam pengambilan data. b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan kendala-kendala yang muncul dari luar, yakni adanya kendala waktu oleh para informan-informan, mengingat sebagian dari informan telah mempunyai pekerjaan atau usaha sendiri, sehingga intensitas waktu yang penulis dapatkan terbilang terbatas. Serta tingkat pendidikan beberapa informan yang beberapa diantaranya tergolong rendah, menyebabkan penulis kurang lancar dalam mendapatkan informasi atau data yang diperlukan, karena tidak jarang terjadi perbedaan pemahaman dalam mengartikan atau menemukan suatu maksud yang terkandung dalam panduan wawancara. Kemudian, pada dasarnya melakukan pendekatan memerlukan kesabaran, karena sifat dan sikap setiap informan yang penulis teliti beraneka ragam. Disisi lain, ada informan sangat terbuka terhadap setiap pertanyaan yang diajukan. Namun, ada pula beberapa informan sangat tertutup dan takut untuk diwawancarai. Hal inilah yang membutuhkan pendekatan khusus seperti menjelaskan, serta memberikan pengertian lebih terhadap mereka tentang apa yang sebenarnya penulis teliti. Hal ini dikarenakan penulis bukan berasal dari desa tersebut dan awalnya dianggap sebagai orang luar, Sehingga harus berusaha lebih keras dalam menumbuhkan rasa kepercayaan informan kepada penulis.


(35)

BAB IV

DESKRIPTIF WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Sejarah Desa Sambirejo

Desa Sambirejo merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 1081 Ha. Desa ini berjarak + 1,7 Km dari ibukota Kabupaten Langkat.

Asal kata nama Sambirejo berasal dari 2 kata yaitu Sambi yang berarti sambil atau nyambi dan rejo yang berarti sukses. Jadi Sambirejo memiliki arti “kerja sambilan menuju sukses”. Diberi nama Sambirejo karena penduduk asli desa ini berasal dari Dusun Limau Manis yang sekarang merupakan Dusun IX di Desa ini. Pada awalnya penduduk Limau Manis ini bekerja pada areal perkebunan Belanda, namun setelah Belanda kalah perang maka mereka terpaksa kehilangan pekerjaan untuk menghidupi keluarga mereka mengolah lahan sendiri di Desa Limau Manis. Untuk mencapai pendapatan tambahan penduduk dari Dusun Limau Manis ini melakukan kerja sambilan dengan menggarap lahan yang sebelumnya adalah milik Belanda yang sudah tidak aktif lagi. Akhirnya satu persatu penduduk Limau Manis membawa pindah keluarganya kelahan baru yang dahulunya adalah tanah perkebunan milik Belanda, hingga akhirnya terus berkembang dan terbentuklah sebuah desa, yaitu Desa Sambirejo. Mengenai tahun berdirinya Desa Sambirejo tidak diketahui dengan pasti dikarenakan data-data tersebut telah musnah pada saat pergolakan G30S/PKI.


(36)

Hingga sekarang pemerintah Desa Sambirejo sedang berusaha untuk mencari data-data tentang tahun berapa berdirinya Desa Sambirejo yang mengalami langsung setiap perkembangan Desa Sambirejo sebagai juru kunci memperoleh informasi yang sebenarnya. Berikut nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala desa di Desa Sambirejo sejak tahun 1951 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:

4.1.1 Tabel Nama-Nama Kepala Desa Sambirejo

No Nama Pejabat Desa Sambirejo Tahun

1 Sasta Rebo Sebelum s/d 1951

2 Amat Saru 1951 s/d 1954

3 Sumirat 1954 s/d 1965

4 Pardi Pawiro 1965 s/d 1966

5 Mudjiman 1966 s/d 1985

6 Bani Sutrisno 1988 s/d 1993

7 Kusno 1993 s/d 1994

8 Drs.Zulkifli (Pelaksana) 1994 s/d 1995

9 Satiman 1995 s/d 2003

10 Suparto (Pelaksana) 2003 s/d 2004

11 Satiman, S.Sos 2004 s/d 2009

12 Kusnadi 2010 s/d sekarang


(37)

4.1.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo

Desa Sambirejo memiliki luas areal sekitar 1.181 Ha yang sebagian besar terdiri dari areal persawahan perkebunana penduduk. Tanah yang dimanfaatkan berupa tegalan, kebun dan ladang seluas + 626 Ha. Areal perkebunan seluas 70 Ha dan selebihnya 485 Ha digunakan sebagai areal pemukiman penduduk.

Tata guna tanah telah dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan luasnya areal untuk tanaman konsumsi dan produktif yang diatanami dengan padi, kacang kedelai, kacang panjang, mentimun dan jagung.

Perkarangan penduduk umumnya dimanfaat kan dengan mananam tanaman apotik hidup, buah-buahan seperti rambutan, serta bunga-bungaan yang dapat di jual. Mengenai tata guna tanah di desa ini secara lebih rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo

No Tata Guna Tanah Luas (Ha)

1 Bangunan dan halaman 458

2 Sawah tadah hujan 521

3 Tagalan, kebun dan huma 175

Total 1.081 Ha


(38)

Luas wilayah Desa Sambirejo + 1.801 Ha. Dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Perkebunan PTPN II Kwala Madu Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Tanjung Jati

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Kwala Begumit Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sendang Rejo

4.1.3 Pembagian Dusun Desa Sambirejo

Desa Sambirejo di bagi menjadi 9 Dusun yaitu:

1. Dusun ini terletak di sepanjang jalan utama. Pekerjaan penduduk Dusun I pada umumnya adalah bertani, tukang, juga karyawan pada perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengelolaan kayu, jenis pertanian yang diterapkan adalah padi sawah dan padi ladang, untuk mengaliri areal persawahan penduduk masih mengandalkan curah hujan hanya sebagian menggunakan sistem irigasi. Industri rumah tangga di Dusun I ini merupakan pembuatan kerupuk opak yang terbuat dari ubi kayu, dan pembuatan batu bata. Selain itu terdapat juga usaha penggalian pasir dari sungai Bingai yang meruapakan usaha milik perorangan.

2. Dusun II Jl. Setia utama

Dusun ini terletak + 500 M dari jalan utama yang dilintasi oleh rel kereta api. Seperti halnya dusun I, Penduduk Dusun II ini juga mayoritas bertani yang bergabung dalam kelompok tani “Karya Tani” dengan panen tiga kali dalam setahun yaitu : Padi – Palawija- Padi. Dusun Iimau ini mayoritas


(39)

penduduknya ber etnis Jawa. Industri Rumah tangga di dusun ini adalah kerajinan tangan yaitu pembuatan bunga hiasan, tas dari manik-manik dan jug terdapat kilang batu permata.

3. Dusun III Jl. Bakti

Dusun ini berjarak + 300 m dari jalan utama, dan mayoritas bekerja sebagai petani dengan pola tanam padi – palawija – padi. Disini juga terdapat industri rumah tangga yang mengelola kacang kedele manjadi tempe dan keripik tempe.

4. Dusun IV Jl.T.A.Hamzah

Dusun ini juga terletak disepanjang jalan utama. Kantor Kepala Desa, Balai Desa , Peskesmas, Pos PPKBD, SD Inpres serta Pos Kelompok Tani Dewi Sri Pemenang Insus Kedelai Tingkat I Sumatera Utara terdapat di Dusun ini. Pekerjaan utama penduduk dusun ini adalah petani. Karyawan perusahaan, industri rumah tangga di dusun ini antara lain adalah kerajinan smock jepang, membuat tas dari tali kur, sulam bordir, membuat gorden, membuat tikar, membuat tahu, tempe, dan kerupuk emping.

5. Dusun V Jl. Bumi Ayu

Dusun ini terletak +300 m dari jalan utama, seperti halnya pada Dusun II dan Dusun III penduduk Dusun ini mayoritas petani dengan pola tanam padi – palawija –padi. Selain pertanian terdapat juga usaha perternakan domaba yang merupakan bantuan dari pemerintah.


(40)

6. Dusun VI Jl.Yogya

Dusun ini berjarak + 2km dari jalan utama, disebut dengan Dusun Yogya di karenakan penduduk di dusun ini mayoritas pendatang dari provinsi yogyakarta, mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah dan untuk usaha sampingan banyak juga yang bekerja sebagai buruh di PTPN II Kwala Madu.

7. Dusun VII Jl. Tempel

Dusun ini berjarak + 275 km dari jalan utama, disebut Dusun Tempel dikarenakan lokasi dusun ini bersebelahan atau menempel disamping rel kereta api. Mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah.

8. Dusun VIII Jl.Waru-waru

Dusun ini berjarak + 2 km dari jalan utama. Berbatasan dengan Desa Sendang Rejo dan pabrik PTPN II Kwala Madu, mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani sawah dan menjadi buruh di PTPN II Kwala Madu.

9. Dusun IX Limau Manis

Dusun ini dipisahkan oleh sungai Bingai dengan dusun-dusun lainnnya. Dan berjarak 5 km dari jalan utama. Mata pencaharian penduduk adalah bertani sawah dan menanam tanaman perkebunan seperti sawit dan coklat.


(41)

4.1.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo 1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk desa berdasarkan pendataan adalah 6515 jiwa yang terdiri dari 3328 jiwa pria dan 3187 jiwa wanita dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1674 kepala keluarga.

4.1.4.1. Tabel Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis kelamin

No Dusun Pria Perempuan Jumlah

1 Dusun I 658 604 1.262

2 Dusun II 518 520 1.025

3 Dusun III 205 218 424

4 Dusun IV 807 808 1.619

5 Dusun V 430 399 833

6 Dusun VI 159 160 313

7 Dusun VII 259 238 494

8 Dusun VIII 138 113 261

9 Dusun IX 157 127 284

Total 3328 3187 6515

Sumber : Profil desa tahun 2009

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Umumnya penduduk desa sambirejo berpendidikan tamatan SLTP meskipun di Desa Sambirejo ini belum ada SLTP akan tetapi kesadaran Masyarakat telah maju


(42)

dan program wajib belajar 9 tahun mulai terlaksana. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

4.1.4. 2. Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat Sekolah 1167

2 Tidak Tamat SD 469

3 Tamat SD 1267

4 Tamat SLTP 1249

5 Tamat SLTA 2156

6 Tamat Perguruan Tinggi 207

Total 6515

Sumber : Profil desa tahun 2009

3. Berdasarkan Sosial Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Desa Sambirejo umumnya adalah sebagai petani yang sudah menggunakan teknologi dalam sistem pertaniannya. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman hampir disetiap dusun telah dibentuk kelompok tani dan secara berkala diadakan penyuluhan oleh PPL sehingga petani terlepas dari sepekulan tengkulak. Selain itu ada juga pasar desa yang diadakan setiap minggu yaitu setiap jum’at pagi. Namun pelaksanaannnya tidaklah begitu saja berhasil meskipun tempat penjualannya atau kiosnya sudah berupa bangunan semi permanen. Hal ini dikarenakan penduduk lebih cenderung untuk berbelanja langsung ke Binjai


(43)

karena transportasi kendaraan umum sudah lancar. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1.4 3. Jumlah Penduduk Desa Sambirejo Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis Mata Pencaharian Jumlah

Bertani 2463

Buruh Tani 724

Pedagang 754

Pegawai Negeri / TNI / Polri 77

Karyawan Swasta 194

Lain-lain 2303

Jumlah 6515

Sumber : Profil desa tahun 2009

4. Sosial Budaya dan Agama

Sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo menganut agama islam, sarana untuk melaksanakan kegiatan peribadatan di Desa Sambirejo ini antara lain terdapat Mesjid dan Mushollah sebanyak 12 buah, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik ditandai dengan adanya majlis Ta’lim dan Remaja Mesjid. Selain agama Islam ada juga penduduk yang memeluk agama Kristen dan Budha, yang hidup bedampingan dengan rukun dan damai.


(44)

Adat istiadat dan tradisi di Desa ini yang mayoritas suku Jawa masih terpelihara dengan baik sebagai norma kehidupan bermasyarakat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan budaya yang dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti perayaan hari kemerdekaan RI, hari besar agama Islam, Pesta-pesta rakyat dan lainnya. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut agama adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.4. 4.Keadaan Penduduk Desa Sambirejo menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 6495

2 Kristen Protetan 16

3 Kristen Katolik -

4 Budha 4

5 Hindhu -

Total 6515

Sumber : Profil Desa tahun 2009

4.1.5 Sarana Umum Desa Sambirejo

Untuk sarana umum di desa Sambirejo ini memang tidak terlalu lengkap dan kurang berkembang dengan pesat, ini dikarenakan jarak Desa Sambirejo dengan ibukota kecamatan yang lumayan dekat, hanya memerlukan waktu 15 menit untuk mencapai kota Binjai dengan kendaraan. Karena itu jika ada warga yang membutuhkan sarana kesehatan maupun pendidikan yang lebih memadai, mereka


(45)

akan pergi langsung ke kota Binjai. Hal ini juga didukung dengan sarana transportasi umum menuju ke kota Binjai juga sangat mudah dicari dan lancar.

4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo

Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Sambirejo memang tidak begitu lengkapDan sarana-sarana kesehatan yang ada di Desa Sambirejo adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Rumah sakit -

2 Puskesmas 1

3 Posyandu 9

4 Balai Pengobatan Masyarakat 1

5 Toko Obat 1

Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam setiap hidup, karena tingkat pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial ekonomi. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan memberi tingkat kesejahteraan yang baik pula, demikian sebaliknya. Karena itu pendidikan sangat


(46)

penting demi tercapainya pembangunan yang lebih baik. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di desa ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 TK 3

2 SD 4

3 SLTP -

4 SLTA -

5 Lembaga Pendidikan Agama 1 6 Perpustakaan Desa 1 Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.5.3 Sarana Olah Raga Desa Sambirejo

Sarana olahraga merupakan tempat kegiatan olah raga warga desa, pada umumnya kegiatan olahraga banyak dilakukan oleh pemuda desa, sarana yang dimiliki diantaranya adalah :

Tabel 4.1.5.5 Sarana Olah Raga di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Lapangan Sepak Bola 1 2 Lapangan Bulu Tangkis 2

3 Lapangan Tenis 1

4 Lapangan Voli 1


(47)

4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo

Sarana peribadatan di wilayah Desa Sambirejo memang tidak terlalu lengkap. Tercatat hanya terdapat sarana peribadatan bagi umat muslim di Desa Sambirejo ini. Sedangkan sarana peribadatan agama lain tidak ada sama sekali. Hal ini dikarenakan jumlah pertumbuhan umat beragama selain Islam tidak terlalu berkembang.

Tabel 4.1.5.4 Sarana Peribadatan di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Mesjid 4

2 Mushollah 7

3 Gereja Protestan -

4 Gereja Katolik -

5 Vihara -

Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo

Dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, kepala desa tetap menjalin kerja sama yang baik antar unsur pemerintahan atau lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti BPD, LPMD, Perangkat desa Kepala Dusun, RT, RW, Tokoh Pemuda, Tokoh masyarakat, tokoh agama baik bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan. Adapun struktur organisasi pemerintah Desa Sambirejo, diuraikan sebagai berikut :


(48)

Bagan 4.1.6 Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Sambirejo

Sumber : Profil desa tahun 2010 Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

Kepala Desa Sambirejo

Sekretaris Desa

KA. Urusan Pemerintahan

KADUS I

KA. Urusan Pembangunan

KA. Urusan Kesra

KADUS II

KADUS V KADUS

IV KADUS

III

KADUS VI

KADUS VII

KADUS VIII

KADUS IX


(49)

Dan nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1.6 Nama-Nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo

No Jabatan Nama

1 Badan Permusyawaratan Desa BPD Emri Yulizal Ardi, S.Pd 2 Kepala Desa Sambirejo Kusnadi

3 Sekretaris Desa Siti Saodah 4 Ka. Urusan Pemerintahan Suparto 5 Ka. Urusan Pembangunan Mawardi

6 Ka. Kesra Susi Suprapti.S.Sos

7 Kadus I Rin Jemain

8 Kadus II Sumardi

9 Kadus III Binardi

10 Kadus IV Boimin

11 Kadus V M.Irsyad

12 Kadus VI Paimin

13 Kadus VII Supirin

14 Kadus VIII Sulardi

15 Kadus IX Herman


(50)

4.1.7 Profil Informan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah ditentukannya informan sebanyak 5 informan. Adapun uraian profil informan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

4.1.7.1 S

S yang berusia 39 tahun memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Tinggal di salah satu Dusun di Desa Sambirejo bersama dengan istri dan ketiga anaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Anak sulungnya saat ini sedang duduk di kelas 3 SLTP, kemudian anaknya yang kedua sedang duduk di bangku kelas 3 SD, kemudian anak bungsunya masih berada di Taman Kanak-kanak (TK). Desa Sambirejo bukan daerah yang baru bagi S, karena desa itu merupakan tanah kelahirannya sehingga S merupakan putera daerah, dia di besarkan dan menikmati pendidikan sampai Sekolah Dasar di Desa tersebut, bahkan sampai menikah dan hingga saat ini tinggal bersama keluarganya tercinta, mempertahankan hidup dari hasil pekerjaan sebagai petani padi. Keluarga nya tinggal di rumah yang keseluruhan terbuat dari beton dan pada sebelah kanan dan belakang rumahnya berbatasan dengan rumah masyarakat yang lain kemudian sisi kiri dan depan rumahnya diapit oleh lahan-lahan persawahan yang luas dan hijau. S tinggal di Dusun VII yang berbatasan dengan dusun IV dan Dusun III. S memiliki sawah seluas 2 rante yang dimilikinya dengan cara menjaminkannya ke orang lain untuk dapat membayar angsurannya setiap bulannya. S tidak memiliki alat jetor (alat untuk membajak atau menggemburkan tanah) dan juga alat perontok padi, sehingga apabila musim tanam dan musim panen telah tiba ia menyewa alat milik orang lain dan membayar sewanya Rp.20.000 perante yang sudah termasuk sewa alat


(51)

dan juga upah orang yang menjalankan alat jetor tersebut. Tak jauh beda dengan kegiatan-kegiatan selanjutnya yaitu penanaman bibit padi juga ia upah kan kepada orang lain dengan upah yang sama yaitu Rp.20.000 sampai dengan Rp.25.000 perante. Upah buruh tani antara laki-laki dan perempuan umumnya berbeda, upah pekerja untuk buruh tani laki-laki umumnya Rp.40.000 sampai Rp.50.000 perhari tergantung dengan pekerjaan yang mereka lakukan, sedangkan untuk buruh tani perempuan umumnya Rp. 20.000 sampai Rp 25.000. Untuk dan menurutnya ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi petani-petani di desa ini. Jadi ia turun kesawah lebih banyak untuk mengontrol dan hanya sesekali ikut turut membantu. Namun pada petani-petani yang lain, ada juga petani di desa ini yang bertani tetapi juga bekerja sebagai buruh tani. Biasanya itu dilakukan oleh petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan.

Selain petani, ia juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai pedagang kerupuk. Karena menurutnya di sawah tidak menyita banyak waktu baginya karena dapat di wakilkan oleh istrinya dan juga pekerjaan di sawah banyak yang sudah diupahkan keorang lain, maka di waktu yang senggang ia pergi mengantarkan kerupuk kewarung-warung langganannya. Menurutnya aktifitas sebagai petani lebih padat pada saat padi berumur 5 sampai dengan 35 hari, pada saat padi memasuki umur 2 atau 3 bulan mendekati panen ia hanya perlu sesekali mengontrolnya. Dengan begitu ia mempunyai 2 penghasilan sekaligus dari bertani dan juga dari berdagang. Sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, karena ia mengaku bahwa dalam sehari pengeluaran tak kurang dari 50 ribu bahkan lebih. Sehingga walaupun


(52)

saat ini jumlah pendapatan petani telah meningkat, ia tetap bekerja sambilan sebagai pedagang.

4.1.7.2 S. Spd

S adalah seorang petani dan juga seorang guru. Ia juga merupakan salah satu ketua kelompok tani di Desa Sambirejo ini. S berumur 54 tahun dan sebentar lagi akan memasuki masa pensiunan, ia telah 49 tahun menetap di Desa Sambirejo ini sejak ia berumur 5 tahun. Ia lahir sebagai anak tunggal di Purwokerto, dan kedua orang tuanya berasal dari pulau jawa. Saat ia berumur 5 tahun, orang tuanya mengajak ia untuk pindah ke pulau sumatera agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Terlahir sebagai anak tunggal membuat ia tidak pernah kekurangan kasih sayang, karena kasih sayang orang tuanya hanya tercurah untuk ia seorang. Selain itu orang tuanya termasuk orang yang cukup, sehingga ia tidak pernah merasa kekurangan tapi menurutnya tidak juga berlebihan untuk dipoya-poyakan karena ia terbiasa hidup sederhana. Orang tuanya adalah orang yang sangat giat bekerja dan keduanya adalah petani, dan dari hobinya yang suka membantu kedua orang tuanya bertani maka ia pun menjadi tertarik untuk menjadi petani seperti kedua orang tuanya. Namun orang tuanya tidak termasuk orang tua yang memperdulikan pendidikan bagi anaknya agar menjadi maju, Karena itu orang tuanya mendukung agar S melanjutkan sekolah sampai kejenjang yang tertinggi, namun pada saat itu S hanya sampai pendidikan D1 dan kemudian mendapatkan beasiswa dan melanjutkan ke jenjang DII. Tak puas sampai disitu akhirnya S pun melanjutkan pendidikan S1 sebagai Sarjana Pendidikan di IAIN Medan, namun ada sedikit penyesalan di hati S. Mengapa ia dulu


(53)

tidak langsung melanjutkan S1 pada saat masih muda, namun terlepas dari itu semua S sangat bersyukur kepada ALLAH SWT dengan apa yang telah diperolehnya saat ini.

Dulu ia adalah petani musiman, yaitu bertani hanya pada saat musim hujan karena persawahan di desa ini dulunya adalah sawah tadah hujan yang hanya dapat panen sekali dalam setahun. Karena itu S berusaha mencari pekerjaan lain yang dapat membantu perekonomian keluarganya dengan penghasilan tetap setiap bulannya. Saat itu ia sudah mulai mengajar sebagai guru honorer di salah satu sekolah swasta di Binjai, dan karena kegigihannya akhirnya kini ia menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil tepatnya sebagai guru agama. Namun saat ini kegiatannya sebagai guru dilakukannya pagi hari, kemudian sepulangnya bekerja barulah ia menjadi petani. Selain itu dirumahnya yang lumayan besar, ia menjalankan kilang padi yang dulunya dibangun dengan dana bantuan dari IMBIS pada tahun 2001. Namun didirikan diatas tanahnya dan sekarang kontraknya dengan IMBIS telah selesai. Jadi selain menjadi guru ia juga seorang petani padi, kemudian ia juga seorang pengelola kilang padi, juga seorang petani coklat dan juga menjabat sebagai ketua salah satu kelompok tani yang ada di Desa Sambirejo ini.

Selain profesinya sebagai guru, ia juga dapat dikatakan sebagai petani yang berhasil. Selain itu ia juga termasuk orang tua yang berhasil dalam mendidik anak-anaknya, saat ini ketiga anaknya telah bekerja dan hanya tinggal satu lagi saja yang masih bersekolah dan dua diantaranya telah berumah tangga. Anak pertamanya S.M saat tinggal di Kalimantan dan bekerja di sana, kemudian putranya yang kedua yang benama K.M bekerja di Medan sebagai Angkatan Udara (AU), dan kemudian


(54)

anaknya yang ketiga S.Mr saat ini baru saja diterima Pegawai Negeri Sipil sebagai seorang guru agama seperti dirinya, dan ia bangga dengan hasil didikannya. Walaupun anak-anaknya tidak ada yang suka membantunya bertani atau turun ke sawah tapi ia memang tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk menjadi petani, yang terpenting baginya adalah pendidikan bagi anak-anaknya. Saat ini ia mendiami rumah miliknya sendiri yang memiliki perkarangan yang luas, yang sebagian tanah perkarangannya telah dibangun kilang, selain itu ia juga memiliki sebuah mobil dan juga sepeda motor.

4.1.7.3 M. I

M.I adalah seorang petani tulen, ia yang saat ini berumur 57 tahun telah mulai menetap di Desa Sambirejo ini dari tahun 1976. Ia lahir di Banyumas 57tahun tahun yang lalu. M.I awalnya hanya berniat untuk merantau ke pulau Sumatera agar mendapatkan penghidupan yang lebih baik lagi seperti kebanyakan orang, saat itu ia masih bermur 23 tahun. Sebelum merantau ke Sumatera ini dulunya ia juga merupakan anak dari seorang petani dan juga sering membantu kedua orang tuanya dan bertani, setelah sampai di desa ini awalnya ia bingung ingin bekerja sebagai apa dan awalnya ia hanya bekerja mengikuti temannnya. Namun setelah ia melihat bahwa kondisi di desa ini mayoritasnya sebagai petani dan ia juga memiliki kemampuan dalam bertani, kemudian ia mulai terjun lagi dalam bidang pertanian. Tak setelah itu ia berkenalan S.H dan akhirnya menikah dan kemudian menetap di desa ini. Sejak saat itu ia bekerja sebagai petani dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan yang


(55)

lain, namun sama seperti S. Spd ia juga menjabat sebagai salah satu kepala dusun dan juga menjabat sebagai ketua kelompok tani.

Dari pernikahannya dengan S.H memiliki 4 orang anak dan tiga dari keempat anaknya telah berumah tangga, jadi saat ini tanggungan M.I hanya tinggal 1 orang saja yaitu anaknya yang paling kecil yang baru saja menamatkan pendidikan di Sekolah Teknik Menengah dan saat ini sedang mencoba mencari-cari pekerjaan. Menurut M.I penghasilan sebagai seorang petani bisa tidak cukup untuk menghidupi keluarganya dulu, apalagi dulu petani-petani di desa ini hanya dapat panen sekali dalam setahun karena sawah mereka adalah sawah tada hujan, namun ia beruntung karena istrinya juga bekerja. Istrinya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar di Binjai. Karena itu istrinya juga menopang perekonomian keluarganya. Saat ini M.I memiliki 5 rante sawah dan ini ia kerjakan sendiri dan tidak ada yang disewakan ke orang lain. Dalam pengerjaannya seperti petani yang lain, ia juga mengupahkanya kepada buruh tani yaitu dalam pekerjaan menggemburkan tanah dan penanaman bibit. tetapi dalam hal pemupukan dan juga pemanennya tetap dilakukankanya sendiri. Jika tinggal menunggu panen seperti beberapa saat yang lalu, ia lebih banyak dirumah dan hanya sebentar saja memeriksa sawahnya dalam sehari. Karena itu apabila ada rapat dari kepala desa atau pertemuan-pertemuan bagi petani ia hampir selalu dapat menghadirinya. Karena ia tidak mempunyai pekerjaan sampingan yang lain.

4.1.7.4 St

St adalah seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai petani dan buruh tani sekaligus. Ia baru 6 tahun tinggal di Desa Sambirejo ini, dan sebelumnya


(56)

ia tinggal di tanah merah tidak jauh dari desa tersebut. Suami St berinisial Sm saat ini berumur 42 tahun dan ia juga seorang petani. Dari pernikahannya bersama Sm ia memiliki 4 orang anak. Dimana anak pertamanya adalah perempuan dan ia hanya memiliki satu anak perempuan, dan saat ini sudah berkeluarga dan ikut suaminya menetap di Kota Binjai. Sedangkan anak keduanya Sm saat ini berumur 21 tahun dan ia tamatan Sekolah Teknik Menengah, kemudian anaknya yang ketiga berinisial A saat ini sudah berumur 18 tahun dan hanya tamatan Sekolah Dasar karena pada waktu itu anaknya tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, kemudian anaknya yang terakhir berinisial Ar saat ini masih berumur 10 tahun dan duduk dibangku kelas 2 sekolah Dasar.

St dan suaminya sendiri sama-sama tamatan Sekolah Menengah Pertama. Dulunya mereka berdua juga adalah anak dari seorang petani, dan itu juga yang menjadi pekerjaan mereka saat ini. Jadi dapat dikatakan bahwa mereka adalah petani turunan, dimana kemampuan bertani mereka didapat dari kedua orang tua mereka dan juga pengalaman mereka dari membantu kedua orang tuanya. Tak jauh beda dari hal tersebut, saat ini kedua anak lelaki mereka Sm dan A juga membantu mereka turun ke sawah dan bertani baik itu tani sawah seperti padi maupun kacang kedelai, jagung, kacang panjang, cabai atau sayuran lainnya. Selain itu anak-anaknya juga bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain seperti kedua orang tua mereka.

Karena St dan suaminya tidak memiliki keahlian lain selain bertani, jadi mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan yang lain. Jadi hidup mereka benar-benar mereka habiskan untuk bertani. Mereka memiliki 2 jenis lahan, yaitu lahan darat dan lahan basah yaitu sawah. Lahan darat mereka gunakan untuk menanam


(57)

kacang kedelai, jagung, kacang panjang, cabai dan sayuran lainnya yang juga dapat mereka konsumsi sehari. Jadi mereka bertani berdasarkan musim, musim tertentu untuk tanaman tertentu yang akan mereka tanam. Karena menurutnya walaupun mungkin menurut orang penghasilan dari bertani tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup, namun jika untuk makan dan keperluan dapur dapat mereka ambil dari hasil bertani mereka setidaknya mereka tidak pernah kekurangan makanan. Walaupun itu tidak berarti mereka hidup berlebihan.

Pagi hari ia dan seluruh keluarganya pergi ke sawah dari pukul 8 pagi dan berada di di ladang sampai pukul 12:00 wib. Kemudian istirahat dan kembali lagi bekerja dari pukul 14:00 wib sampai pukul 16:30 wib. Rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, dan mencuci di selesaikannya pada sore hari setelah pulang dari bertani, pagi hari ia hanya memasak dan menyiapkan anaknya yang akan sekolah. Dan bila ia bekerja di lahan orang lain maka ia dan keluarganya akan membawa bekal dari rumah untuk makan di ladang agar dapat menghemat waktu dan tidak bolak-balik, tetapi bila ia dan keluarganya bertani untuk lahan mereka, maka ia tidak perlu membawa bekal karena lahannya berada di samping dan di belakang rumah yang mereka tempati. Saat ini ia belum memiliki lahan sendiri, tapi ia mengerjakan sawah miliki orang lain seluas 12 rante, dan rumah sederhana yang ia dan keluarganya tempati saat ini juga milik orang yang sama, yaitu pemilik lahan yang ia kerjakan sawahnya. Ia hanya disuruh menempatinya tanpa harus membayar sewa. Rumahnya sendiri masih ada di Tanah Merah daerah tempat tinggalnya yang dahulu dan saat ini ia sewakan kepada orang lain, dan menurutnya itu lumayan untuk menambah pendapatannya. Menurutnya saat ini ia cukup bisa


(58)

menghemat pengeluarannya sehari-hari, karena untuk nasi dan sayur ia bisa mengambil langsung dari ladang apalagi anaknya yang bersekolah hanya tinggal satu orang saja sedangkan yang lainnya sudah mempunyai penghasilan sendiri walaupun tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya ia membelinya di warung-warung kecil di dekat rumahnya.

4.1.7.5 Sr

Sr adalah penduduk asli desa ini, ia lahir dan di besarkan di desa ini. Saat ini ia sudah berumur 55 tahun dan istrinya T saat ini juga berumur 55 tahun dan ia juga bekerja sebagai petani sekaligus ibu rumah tangga. Ia memiliki 3 orang anak dan saat ini ketiganya telah berumah tangga sehingga ia dan istrinya sudah tidak memilki tanggungan lagi. Sr tinggal di Dusun III, dan kedua anaknya juga tinggal di dusun ini tidak jauh dari rumahnya. Sedangkan anaknya yang paling kecil yang berinisial Sw serta suami dan juga anak Sw saat ini juga ikut tinggal bersamanya. Tapi Sw juga tidak bergantung kepadanya, bahkan Sw dan suaminya memenuhi kebutuhan keluarga mereka sendiri dan kadang-kadang juga keperluan Sr dan istrinya juga. Menurut Sr dalam sebulan pengeluaran ia dan istrinya untuk keperluan mereka berdua kira-kira hanya Rp. 700.000, tapi jika dijumlahkan dengan pengeluaran Sw dan keluarganya yang tinggal bersamanya kira-kira bisa mencapai Rp. 2.000.000 untuk keperluan perbulan mereka atau bahkan lebih.

Di dusun III ini hampir semuanya masih mempunyai ikatan saudara, jadi bisa dibilang dusun III Sambirejo adalah Dusun Keluarga. Sama seperti informan yang lain, Sr juga beretnis jawa dan memang menurut data yang diperoleh dilapangan


(59)

bahwa mayoritas penduduk di Desa Sambirejo ini beretnis Jawa. Walaupun ia sudah tidak memiliki tanggungan, tapi ia masih tetap bekerja. Karena ia beranggapan selagi masih bisa mencari nafkah sendiri ia tidak ingin hanya diam dirumah saja tanpa aktifitas, karena menurutnya badannya sakit bila ia tidak bekerja. Selain itu anak-anaknya juga mengikuti jejaknya sebagai petani. Untuk membajak sawahnya ia menyuruh anak laki-lakinya untuk membajak sawah dengan alat yang dimilikinya. Sr memang memiliki alat untuk bajak sawah sendiri, selain itu ia juga memiliki alat perontok padi, sehingga ia hanya membayar buruh tani untuk menanam bibit tani saja dan itu dapat menghemat jumlah pengeluaran untuk proses produksi. Selebihnya ia kerjakan dengan dibantu istri dan anak-anaknya jika anaknya, namun walaupun begitu anak-anaknya juga mempunyai lahan sendiri sehingga tidak mengganggu hasilnya panennya hanya membantunya saja dalam mengurusnya. Selain itu alat-alat yang ia miliki juga ia sewakan kepada orang lain jika ada yang ingin menyewanya, dan anak laki-lakinya lah yang menjalankannya.

Saat ini Sr mengolah 12 rante sawah 3 rante lahan darat yang berada di belakang rumahnya sehingga ia hanya perlu berjalan kaki untuk mencapai sawahnya. Karena ia memiliki pekarangan rumah yang luas, maka untuk lahan darat sebagian di tanam di perkarangan rumahnya yang luasnya kira-kira 3 rante. Maka ketika kita memasuki rumah Sr kita dapat melihat cabai merah di perkarangan depan rumahnya. Kemudian di perkarangan samping rumahnya juga ada pohon karet disini juga biasanya para ibu-ibu bergotong-royong untuk mengisi tanah kedalam plastik kecil polibek untuk bibit cabai, biasanya ia memberi upah pengisian tanah Rp. 1500 perseratus buah plastik polibek yang sudah diisi tanah. Tidak hanya para ibu yang


(60)

mengerjakannya, bahkan ada juga anak-anak atau remaja tanggung yang ikut mengerjakannya. Kerena saat ini Sr dan istrinya tidak mempunyai tanggungan lagi, maka menurutnya penghasilannya sebagai petani sudah lebih dari cukup.

4.2 Interpretasi Data

4.2.1. Program Pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Lokasi industri pabrik Gula PTPN II Kwala Madu berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat, yang diapit oleh beberapa desa. Yaitu desa Kwala Begumit, Desa Sido Mulyo dan Desa Sendang Rejo, dan Desa Sambirejo. Dimana sebagian besar penduduknya mayoritas pekerjaanya adalah sebagai petani. Sebagai perusahaan yang beroperasi di tengah-tengah masyarakat, maka PTPNII memiliki tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitar perusahaan. Dan untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan program pengembangan masyarakat (community development).

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, PTPN II telah melakukan berbagai macam kegiatan pengembangan masyarakat (community development) untuk masyarakat sekitar perusahaan. Adapun kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat (community development) yang telah dilakukan oleh PTPN II adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan saluran irigasi untuk mengaliri sawah milik petani yang berada di sekitar perusahaan.

2. Program kemitraan dan bina lingkungan 3. Pembangunan mesjid


(61)

4. Pembangunan jalan 5. Sarana olah raga

6. Partisipasi tahunan (hari besar keagamaan, perbaikan jalan, organisasi kepemudaan, pemerintahan)

Seperti penuturan Sr (Pr, 39 tahun) salah satu informan yang mengemukan: “Karena PTPN II adalah perusahaan yang berdiri ditengah-tengah masyarakat, maka sudah menjadi tanggung jawab sosial perusahaan untuk ikut membantu dan mengembangkan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan hal ini juga dilakukan agar interaksi antara perusahaan dengan masyarakat sekitar . Hal ini juga sudah diatur dalam keputusan menteri. Karena itu PTPN II telah melakukan berbagai kegiatan dan pengembangan bagi masyarakat khususnya yang berada di sekitar perusahaan”

(Sumber: Hasil wawancara, 17 Mei 2010)

Hal ini juga sejalan dengan penuturan Pp (Pr, 51 tahun)

“Perusahaan berupaya untuk dapat membantu masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Karena itu beberapa upaya dan program telah dilakukan guna untuk membantu masyarakat yang berada di sekitar perusahaan”

(Sumber: Hasil Wawancara, 17 mei)

Untuk program pengembangan masyarakat dalam pembuatan dan penyaluran irigasi serta program kemitraan dan bina lingkungan itu di lakukan dalam bentuk pendanaan dan peminjaman dana. Sedangkan untuk pembangunan mesjid, pembangunan jalan, sarana olah raga dan partisipasi tahunan dilakukan dalam bentuk hibah kepada masyarakat. Karena dalam penyaluran dana perusahaan dibagi menjadi 2 (dua) jenis kegiatan, yaitu penyaluran dana untuk pengembangan masyarakat serta pinjaman kemitraan, dan penyaluran dana untuk masyarakat maupun pembinaan mitra binaan (hibah).


(62)

Setiap program dan usaha yang dilakukan tentunya diharapkan mempunyai manfaat dan berdampak positif bagi siapa saja. Adapun keinginan perusahaan melakukan program pengembangan masyarakat (community development) ini agar dapat memberikan manfaat seperti kemitraan antara perusahaan dan masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat (community development) akan menguntungkan kedua belah pihak dan juga untuk mendukung pelaksanaan pengembangan masyarakat (community development) selain itu pemerintah juga dapat ikut mengembangkan program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat di sekitar perusahaan dapat menjadi mandiri dan berdaya dalam mengembangkan potensi mereka. Pemberdayaan dan pengembangan ekonomi rakyat baik oleh perusahaan maupun oleh masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan Produk Domestic Regional Bruto (PDRB).

4.2.2 Sosialisasi dan Implementasi Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II

Diantara keseluruhan pengembangan masyarakat (community development) yang telah di lakukan oleh perusahaan, pembuatan saluran irigasilah yang sampai saat ini masih sangat besar pengaruhnya bagi petani. Karena sebelum adanya program ini, masalah utama bagi petani di desa ini adalah masalah air untuk irigasi. Petani sangat membutuhkan irigasi untuk mengaliri sawah mereka yang merupakan sawah tadah hujan, yang jika hanya mengharapkan pengairan dari hujan saja maka para petani hanya dapat panen sekali dalam setahun dan tentu saja itu sangat minim sekali dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup petani.


(1)

______2007.Pengembangan Masyarakat.http://wiki.fasilitator-masyarakat.org/index.

php?title=Pengembangan_Masyarakat. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010

______2009.PTPN II

tanggal 23 Maret 2010.

______2010. Petani. http://id.wikipedia.org/wiki/Petani. Diakses pada tanggal 19 Mei 2010.

Administrator.2007.Community Development Dalam Paradigma Pembangunan

Berkelanjutan.

Budiono.2008.www.damandiri.or.id/file/aspinunpadbab2.pdf. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.

Fa s h ih u l l is a n, M u ha m ma d . 2 0 0 9 . Penyuluhan Pertanian Peranan Penyuluhan

DalamPembangunan

23 Maret 2010.

Darwis, Rudi Saprudin.2008.Community Development apa dan bagaimana.

blogs. unpad.ac.id/rsdarwis/?p=13. Diakses pada tanggal 10 April 2010.


(2)

Roosita, Hermien.2005.Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup pada Sektor Industri April 2010.

Zoehrie. 2008. arti komunitas. tanggal 13 Oktober 2009.


(3)

INTERVIEW GUIDE

1.1Profil Informan:

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku :

Status Perkawinan : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan Pokok : Pekerjaan Sampingan : Penghasilan : Pengeluaran : Jumlah Anak : Jumlah Tanggungan :

1.2Sosial Masyarakat

1. Sudah berapa lamakah anda menetap di Desa Sambirejo ini? 2. Menurut anda bagaimanakah interaksi antar petani di desa ini?

3. Apakah komunitas petani di desa ini masih menerapkan sistem gotong royong?


(4)

4. Apakah ada program kerja yang dilaksanakan baik dari pemerintah pusat dan daerah maupun pihak lain (LSM ataupun Perusahaan) terhadap pengembangan komunitas petani di desa ini? Jika ada, apakah program tersebut menguntungkan atau merugikan bagi komunitas petani di desa ini? 5. Menurut anda apakah yang menjadi masalah pokok dalam kehidupan petani? 6. Setau anda konflik apakah yang pernah terjadi di dalam komunitas petani di

desa ini? Jika ada, bagaimanakah mekanisme (tata cara) penyelesaian konflik yang terjadi?

7. Siapa sajakah yang berperan dalam penyelesaian konflik tersebut?

1.3Ekonomi Masyarakat.

1. Bagaimanakah proses anda menjadi seorang petani?

2. Apakah penghasilan yang diperoleh sebagai petani dapat memenuhi kebutuhan keluarga anda?

3. Apakah anggota keluarga anda ada juga yang ikut membantu anda bertani? 4. Apakah anda bertani di lahan anda sendiri atau anda menyewa lahan dan

bekerja di lahan orang lain?

5. Apakah anda memiliki lahan yang di sewakan kepada orang lain? 6. Dimanakah biasanya para petani berbelanja untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan kebutuhan pertanian mereka?

7. Jenis tanaman apa sajakah yang biasa di tanam oleh petani di desa ini? 8. Dan bagaimanakah pola tanam (Penanaman, Pemupukan, Pengairan, serta


(5)

9. Apakah komunitas petani di desa ini tergabung dalam suatu perkumpulan atau organisasi khusus petani? Jika iya, sejak kapankah itu berlangsung? 10. Apakah organisasi tersebut berjalan dengan baik dan menguntungkan bagi

petani?

11. Apakah lembaga tersebut bermitra dengan perusahaan? Jika iya, kerja sama apa sajakah yang dilakukan lembaga tersebut dengan perusahaan?

1.4Persepsi Petani terhadap Perusahaan

1. Apakah anda mengetahui tentang PTPN II Kwala Madu?

2. Apakah anda pernah mengikuti program atau kegiatan yang di selenggarakan oleh perusahaan untuk masyarakat?

3. Bagaimana tanggapan anda tentang kegiatan perusahaan tersebut?

4. Apakah anda mengetahui manfaat serta dampak negatif dari kegiatan operasional perusahaan? Jika tahu, sebutkan.

5. Apakah pernah terjadi konflik antara pihak perusahaan dengan komunitas petani di desa ini? Jika pernah, bagaimanakah konflik tersebut diselesaikan? 6. Bagaimanakah interaksi perusahaan dengan masyarakat dan komunitas petani

di desa ini?

7. Bagaimanakah saran anda untuk meningkatkan interaksi antara pihak perusahaan dengan masyarakat dan komunitas petani di desa ini?


(6)

1.5 Persepsi Petani terhadap peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II dalam Meningkatkan Kemandirian petani

1. Apakah anda mengetahui tentang Program Pengembangan Masyarakat (Community Development) yang dilaksanakan oleh PTPN II Kwala Madu? 2. Bagaimana keterlibatan petani dalam program tersebut?

3. Apakah anda aktif terlibat dalam pelaksanaan program tersebut?

4. Menurut anda bagaimana pelaksanaan program Pengembangan Masyarakat (Community Development) ini?

5. Apakah program Pengembangan Masyarakat (Community Development) itu memang di butuhkan dan bermanfaat bagi masyarakat dan komunitas petani di desa ini?

6. Menurut anda apakah terjadi perubahan kehidupan sosial (nilai sosial, tradisi, dan gaya hidup) serta perubahan tingkat perekonomian pada komunitas petani dengan adanya program Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPNII Kwala Madu?

7. Menurut anda apakah petani menjadi berkembang dan mandiri dengan adanya program tersebut?

8. Apakah harapan anda dari pelaksanaan program Pengembangan Masyarakat (Community Development) tersebut?