BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tembakau Deli
Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau
Deli. Adapun yang menjadi faktor-faktor tersebut merupakan faktor dari tanaman tambakau Deli.
1. Pengurangan jumlah lahan akibat penggarapan liar.
Semakin berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan akan berdampak besar terhadap pengurangan jumlah lahan potensial. Hal ini terjadi di lahan
perkebunan Helvetia. Penggarapan liar terlihat semakin ramai disepanjang pinggiran kebun bahkan ada yang berani menggarap lahan ke tengah-tengah
kebun padahal sudah ada peraturan tentang lahan tersebut adalah milik PT. Perkebunan Nusantara II Persero.
Banyak lahan-lahan yang digarap telah dijualkan ke pihak ketiga mengingat
mahalnya harga tanah di kawasan tersebut. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan apabila pemerintah daerah tidak tegas untuk melaksanakan
PP no. 12 tahun 1997 tentang pelestarian tembakau Deli, maka tembakau Deli di kawasan Helvetia akan berhenti berproduksi.
Oleh karena itu, pihak PTPN meminta perhatian pihak Badan Pertanahan
Nasional BPN Pusat dan pemerintah daerah untuk memperhatikan masalah preservasi lahan tembakau Deli dan PTPN II segera mengadakan pengukuran
Universitas Sumatera Utara
atas areal PTPN II dan pengukuran semua tanah-tanah garapan rakyat di dalam areal PTPN II.
2. Kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi.
Unsur-unsur iklim yang berpengaruh dalam budidaya tembakau Deli adalah temperatur, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran cahaya matahari, dan
angin. Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak
memelihara lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.
Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai kendala
dalam proses produksi. Sistem budidaya tembakau Deli menghendaki iklim yang tidak terlalu basah ataupun kering. Akan tetapi, variabel iklim yang
semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang seringkali mengganggu aktivitas produksi. Iklim Sumatera Utara mempunyai curah
hujan yang merata sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau.
Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi
yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan oleh Perusahaan masih dilakukan dengan sangat
sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual. Kelembaban udara yang baik berkisar antara 62 sampai dengan 85. Untuk
mengukur kelembaban udara dapat menggunakan peralatan hygrometer atau psychrometer.
Universitas Sumatera Utara
3. Penurunan kesuburan dan pengolahan tanah yang tidak sempurna dikarenakan
penggunaan bahan-bahan kimia. Pada awal pembukaan perkebuan tembakau Deli, tanah yang telah ditanami
tembakau akan diistirahatkan selama 8 tahun untuk mengembalikan kesuburannya. Namun, hal itu tidak dilakukan pada saat sekarang ini karena
lahan justru dirotasikan dengan tanaman tebu yang membuat lahan semakin miskin unsur hara. Lagi pula, masa istirahat lahan yang panjang akan
membuat masyarakat sekitar menggarap lahan tersebut kemudian setelah itu Perusahaan akan kesulitan untuk mengambil alih kembali lahan tersebut.
Masa istirahat lahan dijadwalkan selama 5 tahun terbagi untuk penanaman
tebu selama 2 tahun dan selebihnya dilakukan pengolahan tanah dan dibiarkan dengan menanam kucingan. Maka tanah hanya diistirahatkan selama 3 tahun.
Dalam pengolahan lahan tanaman tembakau di Kebun Helvetia tidak dapat di tanam secara langsung setiap tahunnya dengan komoditi yang sama. Itulah
sebabnya disana dilakukan rotasi tanaman antara tanaman tembakau dan tebu secara bergantian. Rotasi tanaman ini bertujuan untuk menghilangkan racun-
racun pestisida yang dapat merusak tanah dan juga mencegah kedatangan angin bahorok yang dapat merusak tanaman tembakau. Selain rotasi tanaman,
lahan yang akan digunakan untuk tanaman tembakau, juga memerlukan pendinginan lahan yang bertujuan memperbaiki kondisi lahan. Dalam jangka
waktu 3 tahun dilakukan 3 kali pengolahan tanah dengan menggunakan traktor. Pengolahan ini terkadang tidak sempurna dilakukan disebabkan
banyak hal salah satunya adanya penggarapan liar yang mengganggu aktivitas pengolahan. Apabila traktor yang digunakan adalah traktor-traktor yang sudah
Universitas Sumatera Utara
tua tetapi tetap dipaksakan bekerja sehingga sering terjadi kerusakan dan untuk perbaikannya harus menunggu tenaga dari bengkel pusat yang
seringkali membuat pengolahan tanah menjadi terlambat dan tidak sempurna. Sebenarnya dalam pengolahan lahan tembakau tidak dapat menggunakan
pestisida, seperti herbisida misalnya untuk membasmi rumput itu tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan tanaman tembakau sangat sensitif terhadap
bahan kimia. Jadi dalam mengolah lahan yang begitu luas, rumput di babat secara manual atau pun menggunkan mesin babat, setelah itu rumput
dikumpulkan lalu di bakar. Itulah sebabnya dalam pengolahan lahan tembakau ini memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang besar. Setelah itu barulah
lahan dapat di bajak kemudian dibuat bedengan tanaman, dan ditanamlah tanaman tembakau. Tapi kenyataannya, pengolahan lahan tembakau Deli
kebun Helvetia menggunakan bahan-bahan kimia yang sudah ditentukan dosisnya.
4. Semakin minimnya tenaga kerja dikarenakan pilihan pekerjaan di sekitar
kebun yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting keberadaannya,
karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu proses produksi. Bekerja pada pembudidayaan tembakau menjadi sesuatu hal yang
tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia. Hal ini muncul, karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya
bekerja di pabrik-pabrik dan di rasa lebih meningkatkan kesejahteraan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting untuk diperhatikan, perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi
tenaga kerja tetap diharapkan mampu menarik tenaga kerja baru untuk bekerja di sistem budidaya tembakau Deli. Selain itu, pelatihan mengenai mata rantai
produksi juga harus dilakukan untuk seluruh pekerja di dalam sistem budidaya tembakau Deli.
5.2. Usahatani Tembakau Deli