Sejarah Tambang Minyak Telaga Said dan Pertamina Secara Singkat

40 Selain hal tersebut, tempat tinggal penduduk kecamatan Babalan memiliki 3 bagian yaitu ada yang permanen dengan jumlah 69.218 unit, bukan permanen dengan jumlah 5.236 unit dan sederhana dengan jumlah 2.981 unit dengan total jumlah keseluruhan adalah 9.651 unit. Selain itu, prasarana lain yang dimiliki adalah adanya masjid yang berjumlah 29 unit, musholah 50 unit, gereja 28 unit dan vihara 1 unit. Kecamatan Babalan juga memiliki jumlah masyarakat dilihat dari bidang pekerjannya sebagai berikut: Tabel 11 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan Sumber: Kantor Camat Kec. Babalan, Tahun 2012

4.1.7. Sejarah Tambang Minyak Telaga Said dan Pertamina Secara Singkat

Sejarah mencatat bahwa penemuan minyak bumi secara komersil di Indonesia untuk pertama kalinya diawali dengan penemuan di lapangan Telaga Said, Pangkalan Brandan. Penjajakan perdana dilakukan tahun 1883 kemudian pada 15 Juni 1885 tercatat sebagai awal penemuan minyak bumi oleh inspektur perkebunan yang bernama Aeilko Janszoon Zeijlker berkebangsaan Belanda. Konsesi eksplorasi diberikan oleh Sultan Musa dari Langkat, dimana pada saat itu Indonesia masih dalam genggaman Belanda maka pada tanggal 15 Juni 1885 No Bidang Pekerjaan Jumlah 1 Pertanian 5.813 orang 2 Industrikerajinan 394 orang 3 PNS, TNI dan POLRI 697 orang 4 Perdagangan 3.375 orang 5 Angkutan 1.593 orang 6 Buruh 3.709 orang Universitas Sumatera Utara 41 sumur minyak mulai digali dengan kedalaman 121 meter, hingga pada tahun 1890 mulailah minyak bumi diproduksi Zainal, 2009 : 15. Pada tahun 1892 dibangun kilang penyulingan BBM Bahan Bakar Minyak di Pangkalan Brandan dan minyak bumi yang dihasilkan sangat melimpah. Eksplorasi tersebut membuat peningkatan pendapatan yang besar namun keuntungannya tidak dapat menggerakkan perekonomian serta kemajuan bagi masyarakat kota Brandan, hanya saja pembangunan fasilitas kota semakin meningkat untuk menunjang produksi minyak seperti jaringan pipa, fasilitas pengeboran minyak di lapangan, rel kreta api dan pelabuhan. Hal tersebut dikarenakan konsesi eksplorasi dan keuntungan hanya diperoleh perusahaan asing yang terkenal dengan sebutan THE Big Three yaitu Shell, Stanvac dan Caltex, karena pada saat itu Indonesia khususnya kilang minyak Pangkalan Brandan masih dikuasai pihak Belanda dimana negara penjajah ini melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap hasil bumi. Telaga said itu sendiri akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 1934 setelah habis minyaknya disedot pemerintah Belanda yang mengelola ladang minyak ini melalui perusahaan Bataafsche Petroleum Matschappij BPM . Sebelum akhirnya minyak bumi dikuasai Indonesia, terlebih dahulu sumur dan kilang minyak Pangkalan Brandan dikuasai pada masa penjajahan Jepang, karena pihak belanda mengalami kekalahan dari Jepang dan secara otomatis seluruh daerah jajahan Belanda jatuh ke tangan Jepang. Belanda tidak ingin ladang minyaknya yang menjadi tempat pendapatan yang sangat besar di serahkan begitu saja, akhirnya kota Hirosima dan Nagaski diluluhlantakkan dengan bom Universitas Sumatera Utara 42 Atom yang dilakukan pihak sekutu. Kekalahan tanpa syarat pasukan Jepang terhadap sekutu berdampak pada peralihan penguasaan minyak Pangkalan Brandan Belanda yang semula ingin mengeksploitasi kembali hasil minyak bumi Pangkalan Brandan ternyata tidak dapat terealisasikan. Pasalnya, keinginan untuk menjadikan hasil bumi dinikmati oleh bangsa sendiri telah ditunjukkan oleh satuan-satuan laskar minyak untuk merebut lapangan minyak dari Jepang dan mempertahankannya dari upaya penguasaan kembali oleh Belanda yang dibantu sekutu. Kisah heroiknya sangat berkaitan dengan Agresi Militer Belanda I pada Juli 1947, aksi bumi hangus Pangkalan Berandan, yakni pada 13 Agustus 1947 selanjutnya, aksi bumi hangus ketiga berlangsung menjelang Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 dimana pembumihangusan pertama dilakukan pada 9 Maret 1942. Akibat dari tragedi tersebut setiap tanggal 13 Agustus kota Pangkalan Brandan memperingatinya sebagai hari Brandan Bumi Hangus. Setelah Indonesia merdeka mulanya masyarakat membangun kembali kilang minyak yang sudah hancur, kali ini untuk kepentingan masyarakat kemudian, kerjasama internasional dirintis dengan melibatkan pengusaha-pengusaha minyak dari luar negeri seperti dari Jepang, Inggris, Jerman maupun Australia. Nama Kolonel Ibnu Sutowo kemudian mencuat sebagai figur yang mengangkat kembali kejayaan industri perminyakan nasional. Momentum itu terjadi pada 10 Desember 1957 yang sekarang diperingati sebagai hari lahir Pertamina, saat perjanjian ekspor ditanda tangani oleh Direktur Universitas Sumatera Utara 43 Utama Pertamina Ibnu Sutowo dengan Harold Hutton yang bertindak atas nama perusahaannya Refining Associates of Canada Refican. Nilai kontraknya US 30.000 atau US 2,24 perbarel dengan pengeksporan sebanyak 13.000 ton minyak. Setahun setelah penandatanganan kontrak, ekspor dilakukan menuju Jepang dengan menggunakan kapal tanki Shozui Maru. Kapal berangkat dari Pangkalan Susu, Langkat, yang merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia. Pelabuhan ini dibangun Belanda pada tahun 1898 Manik, dkk. 2011 : 73. Keberadaan kilang tersebut memiliki aspek historis terhadap lahirnya Perusahaan Tambang Minyak Nasional PERTAMINA di Indonesia. Singkatnya, pada 10 Desember 1957 PT. Exploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara ETMSU diganti nama menjadi Permina. Penggunaan nama Pertamina sendiri didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintahan No.27 tahun 1968. Tepatnya pada tanggal 20 Agustus 1968 dengan meleburkan PN PERMINA dan PN PERTAMINA menjadi satu perusahaan negara dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional yang disingkat sebagai PN Pertamina. Tanggal 15 September 1971 keluar pula peraturan perundang-undangan Negara no.8 tahun 1971 yang mengukuhkan nama PN Pertamina menjadi PT Pertamina. Dimana awal pembentukan tambang minyak nasional ini ditunjuk Kolonel Dr. Ibnu Sutowo sebagai pimpinan secara nasional dan Mayor JM. Pattiasina sebagai manager. Kehadiran Pertamina Pangkalan Brandan setelah dinasionalisasikan, keuntungannya menjadi primadona sumber devisa baik itu Universitas Sumatera Utara 44 untuk daerah Brandan sendiri maupun Indonesia selama puluhan tahun Manik, dkk. 2011 : 82. Bila kita kembali kebelakang untuk melihat bagaimana minyak bumi di Pangkalan Brandan menjadi sangat istimewa, karena tingkat produksi minyak tertinggi Indonesia tercatat pada tahun 1977 dengan 1.618 MBOPD walaupun zaman keemasan pengusahaannya baru terjadi dan terlihat dalam kurun waktu 1991-1995 dengan rata-rata 1.540 MBOPD. Hasil pertambangan minyak ini terdiri dari residu, solar berat, minyak disel, minyak pelumas, solar ringan, krosin, bensin berat, bensin ringan untuk pesawat terbang, petan, butan dan propan dimana secara keseluruhan hasilnya stabil. Hal lainnya, kita juga tidak dapat mngabaikan akan pemanfaatan gas bumi terutama sejak tahun 1976 yang ikut menghantarkan Indonesia sebagai penghasil dan eksportir LNG liquefied natural gas terbesar di Indonesia Hadi, 2013 : 5. Hingga sekarang kilang minyak Pangkalan Brandan yang dikelola Unit Pengolahan UP I Pertamina Brandan, merupakan salah satu dari sembilan kilang minyak yang ada di Indonesia. Delapan lainnya adalah, Dumai, Sungai Pakning, Musi Sumatera, Balikpapan Kalimantan, Cilacap, Balongan, Cepu Jawa, dan Kasim Papua. Dimana, kilang minyak Pangkalan Brandan merupakan kilang yang paling tua dibandingkan delapan kilang minyak lainnya yang ada di Indonesia. Selain yang paling tua kilang minyak Brandan juga merupakan kilang pertama yang menutup pengolahannya, penutupan kilang minyak di Brandan dikarenakan sudah mengalami devisit dan penemuan cadangan minyak yang ekonomis untuk diproduksi juga terbatas. Universitas Sumatera Utara 45 4.2. Interpretasi Data 4.2.1. Awal Perkembangan Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pangkalan