81
terutama daerah pesisir seperti Sei bilah, Tambun, Perlis karena banyaknya tingkat kriminalitas yang masih terjadi. Hal ini seperti ungkapan yang di
sampaikan bapak Nanang, berikut ini: “sewaktu saya menjabat jadi camat memang kriminalitas
meningkat paling nampak itu anak lajang yang bandal-bandal, banyak pakek ganja, sabu, minuman keras, brantam, preman,
pencurian apalagi di komplek tapi memang sekarang udah berkurang apalagi brantam-brantamnya apalagi semenjak ada
Marinir udah agak kuranagn pasti orangkan gak brani.”
Akibat telah dibuat kesepakatan diantara pihak yang bertikai sebelumnya dan ditambah lagi kedatangn pihak Marinir yang memang sekarang bertugas di
Brandan mampu menyurutkan aksi-aksi brutal yang sebelumnya pernah terjadi. Untuk membuktikannya, ini dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari
Polri daerah Sumatera Utara, Resort Langkat, Sektor Pangkalan Brandan dalam JTP atau Jumlah Tindak Pidana berikut ini:
No Tabel 13 : Jumlah Tindak Pidana Sektor Pangkalan Brandan
Tahun Jumlah Tindak Pidana
1 2009
523 kasus 2
2010 461 kasus
3 2011
415 kasus 4
2012 374 kasus
5 2013
284 kasus Sumber: Kantor Polri Resort Langkat, Sektor Pangkalan Brandan
4.2.4. Kondisi Terkini Sosial Ekonomi dan Kota Pangkalan Brandan
Ada dua indikator yang memperlihatkan bahwa kekayaan sumber daya alam migas Pangkalan Berandan tidak berbanding lurus terhadap kesejahteraan
Universitas Sumatera Utara
82
masyarakat. Pertama, buruknya indikator ekonomi yaitu pendapatan masyarakat yang kecil, pertumbuhan yang lamban di sektor industri serta kota tetapi terjadi
peningkatan di sektor pertanian dan perdagangan akibat perubahan mata pencaharian pada masyarakat Pangkalan Brandan. Data kuantitatif yang dapat
menunjukkan pernyataan tersebut dapat kita lihat dari PDRB Produk Domestik Regional Bruto Langkat menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dan
harga berlaku 2000 Rp. 000. 000 serta perkembangan kota Pangkalan Brandan dulu dan sekarang, sebagai berikut:
No Tabel 14 : Tabel Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Lapangan Usaha
Tahun 2009
2010 2011
2012 1.
Pertanian 3.742,778,48 3.941.301,79 4.157.064,51 4.378.099,67
2. Perdaga-
ngan 1.099.716,26 1.176.729,74 1.246.376,48 1.311.127,62
3. Industri
744.704,13 784.137,99 827.543,41 868.055,31 Sumber: BPS Kabupaten Langkat
No Tabel 15 : Tabel Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Lapangan Usaha
Tahun 2009
2010 2011
2012 1.
Pertanian 7.268.627,72 8.393.851,65 9.691.306,30 11.050.791,99
2. Perdaga-
ngan 1.651.016,33 1.920.038,53 2.168.455,03 2.432.003,39
Universitas Sumatera Utara
83
3. Industri
2.039.084,92 2.307.779,59 2.569.551,97 2.872.887,26 Sumber: BPS Kabupaten Langkat
Gambar Gambar 1 : Kondisi Perkembangan Kota Pangkalan Brandan tempo dulu
Keterangan Terlihat kondisi
pada saat itu masih ada
berlangsungnya aktifitas
operasional di salah satu unit
pengolahan Pertamina
Pangkalan Brandan
Gambaran Kilang minyak
Pangkalan Brandan pada
malam hari, sewaktu kilang-
masih aktif berprodukasi
Jalur kereta api hingga menuju
pelabuhan di daerah ujung Sei
Bilah sewaktu masih
dipergunakan sebagai salah satu
alat transportasi untuk pengiriman
minyak
Universitas Sumatera Utara
84
Sebagai tempat- tempat
penyimpanan minyak dalam
skala per-barel
Rumah sakit kelas satu milik
Pertamina terlihat masih bagus dan
terawat
Kawasan pecinan di jalan Babalan
Sumber: google web dan balitbang.sumutprov
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar Gambar 2 : Kondisi Terkini Perkembangan Kota Pangkalan Brandan
Keterangan Kondisi kilang
minyak Pangkalan
Brandan yang ditumbuhi semak
belukar dan berkarat
Komplek perumahan
Pertamina yang terlantar dan
tidak terurus
Rumah sakit kelas 1 kini
hanya sebagai bangunan tua
yang sudah tidak berfungsi dan
tidak terawat
Universitas Sumatera Utara
86
Kondisi terkini stasiun kereta api
yang dibiarkan kosong
Salah satu wilayah di
Pangkalan Brandan yaitu
jalan Simpang Empat yang
perkembangan kotanya lambat
Daerah pecinan yang perlahan
mulai di tinggalkan
penguninya bahkan banyak
bangunan yang sudah rusak
Sumber: google web dan balitbang.sumutprov
Universitas Sumatera Utara
87
Selain ittu Akses masyarakat Pangkalan Berandan terhadap kegiatan industrialisasi migas secara langsung sangat minim. Hal ini karena masyarakat
Pangkalan Berandan hanya memperoleh side effect dari kegiatan ekonomi industri itu. Kondisi perekonomian Pangkalan Berandan mengalami penurunan pasca
penutupan kilang minyak oleh Pertamina pada tahun 2007. Side effect
yang disebutkan diatas, telah menjadi pusat perputaran uang dan poros kegiatan ekonomi. Persoalan lainnya adalah ketika usaha-usaha kecil
yang mereka geluti mengharuskan mereka untuk mempunyai tempat yang akan digunakan untuk berdagang. Seperti kebutuhan pokok pajak dan pakaian
walaupun daya belinya tidak seperti dulu. Keadaan kota pangkalan yang semula terorganisir kegiatan pasarnya sekarang menjurus kearah disorganisir.
Pernyataan ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Zaenal, berikut penuturannya:
“semua orang jadi lari-larinya kalok yang ada uang bukak lahan sawit atau punya ladang semacam itulah tapi kalau orang
gak punya pasti jualan-jualan yang kecil-kecilan kan. Tukang becak banyak, apalagi untuk tempat bukak jualan pasar pagi
jadi orangngambil lahan di pinggir-pinggir jalan. Mau jualan di dalam pajak harus nyewa, tapi perputaran uang gak lancer
makanya jadi milih diluar semua. Alasnya paling goni, tampi, ember. Sama jugak kayak jualan pakaian, di pinggir semua gak
di tempat yang seharusnya.”
Akibatnya, sekarang masyarakat lebih banyak memilih untuk belanja kebutuhan mereka di luar pajak dibandingkan di dalam pajak itu sendiri,
fenomena ini memperhadapkan kota Pangkalan Brandan yang semulanya teroraganisir kini menjadi disorganisasi akibat dari dampak peralihan mata
pencaharian. Pemerintah telah memberikan perhatiannya terhadap hal ini dengan
Universitas Sumatera Utara
88
membagusi tempat agar terjadi aktifitas pasar yang baik dan tidak mengganggu pengguna jalan tetapi hal tersebut tidak berpengaruh dan bahkan tidak di
pergunakan oleh masyrakat setempat. Hal ini seperti diutarakan bapak Nanang, berikut penuturannya:
“dari pemerintah daerah sendiri memang udah ada dibuat tempat jualan, dibagusi, dimarmer juga tapi tetap aja gak di
pekek misalnya pajak dalam atau pajak ikan. Semua sibuk jualan diluar, kan jadi macet, gak terurus, berserak. Pernah beberapa
kali kita adakan penertiban jualan tapi karena tidak adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan warga setempat
jadinya gak terealisasikan. Apalagi masalah tempat kemungkinan juga tidak bisa menampung semua orang yang
mau jualan.”
Siapapun yang berkunjung ke Pangkalan Berandan puluhan tahun yang lalu dan kembali lagi hari ini pasti merasakan perbedaann yang sangat jauh.
Kekayaan alam Pangkalan Brandan tidak mampu meningkatkan pembangunan fisik maupun pembangunan ekonomi secara signifikan. Hingga akhirnya ada
wilayah tertentu yang penghuninya di tinggal hingga menjurus kearah necropolis salah satunya daeah Perlis.
Di daerah ini ada kawasan yang sebelumnya di huni oleh etnis tionghoa kini hanya sebagai bangunan tua yang tidak layak huni. Penyebanya karena
banyak diantara mereka lebih memilih tinggal bersama anaknya setelah sukses di luar kota. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Rusli, berikut ini:
“memang dulu komunitas orang cina banyak tinggal kearah Perlis tapi sekarangkan banyak yang kosong. Karena sewaktu
anaknya udah sukses ya udah dia sekelurga pindah biasanya ke kota besar kayak Medan atau Jakarta. Kitapun tau di Brandan
“gini-gini” aja, gak bisa maju “kalau” disini terus makanya banyak orang merantau. Dulu orang banyak merantau kemari
sekarang malah terbalik”
Universitas Sumatera Utara
89
Bapak Rusli juga menambahkan bahwasanya Pemerintah kurang memberi perhatian lebih di saat kota Pangkalan Brandan mulai mengalami penurunan
ekonomi serta tidak adanya kepedulian terhadap pembangunan kota. Hal ini seperti yang utarakan dalam wawancara berikut ini:
“kalau menurut saya pemerintah “macam” tutup mata, memang “gak” peduli. waktu banyak pendapatan dari Pertamina yah
orang itu senang waktu udah Pengolahannya tutup ya kita dibiarkan memang gak peduli. Brandan ini “gini-gini” aja,
“gak” ada pembangunan di sektor ekonomi ataupun kotanya. Daerah lain udah berkembang contohnya aja Tanjung Pura tapi
kita udah ketinggalan. Makanya kalau ada saudara yang maen kesini lagi orang itu sukak bilang Brandan ini dari dulu gini-gini
aja ya gak ada perkemangannya.”
Perbedaan lain yang dirasakan adalah disaat komplek-komplek kosong menjadi pemandangan yang berbeda dari sebelumnya. Terlalu disayangkan jika
komplek tersebut tidak dimanfaatkan dalam upaya membantu masyarakat agar dijadikan tempat tinggal. Tetapi bagi pihak Pertamina, bahwasanya komplek-
komplek kosong tersebut memang dapat dipergunakan dengan ketentuan yang berlaku. Pernyataan Ini diutarakan langsung oleh bapak Eduard berikut
Penuturannya: “siapa bilang kita gak kasih kontrakkan? kita ksih kok tapi
harga kontarnya satu tahun 12 juta udah bebas lampu sama air. Pernah juga ada yang kontrak kayak tukang roti itu sampai 3
tahun dan tukang potong kayu orang Cirebon. Jadi bukan kita gak kasih tapi harus ikut prosedur.”
Kondisi pasar yang tidak berjalan dengan baik, banyaknya wilayah tertentu yang tidak berpenghuni serta gerak pertumbuhan ekonomi dan kota
seakan jalan ditempat. Dalam kondisi sosial ekonomi saat ini, Pangkalan Brandan seharusnya mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Langkat. Bagi
Universitas Sumatera Utara
90
pemerintah ada kesulitan tersendiri dalam upaya tersebut, hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Nanang, berikut penuturannya:
“kalau mau mengembangkan perekonomian di Brandan memang susah potensinya paling nelayan, sawit, tambak, sawah. Mau
dibuatpun usaha pengembangan disitu sulit. Wilayahnyapun kecil.”
Meleamahnya sektor ekonomi dan kurangnya perhatian dari
pemerintahsetempat membuat kehidupan sosial ekonomi masyarakat jalan di tempat. Kenikmatam pendapatan yang besar hanya dinikmati bagi para pemangku
kepentingan stakeholder, para pemegang otoritas atau hanya bagi segelintir orang. Upaya untuk mengembangakn perekonomian nyatanya Pangkalan Brandan
sulit untuk mewujudkannya. Disini dapat kita lihat bahwa telah terjadi gerak sosial vertikal yang
sebelumnya terjadi sosial meningkat social climbing kini mengalami perubahan ke arah gerak sosial yang menurun sosial slinking pada aspek-aspek yang telah
di jelaskan di atas. Mobilitas sosial tentunya dapat terjadi pada siapa saja dan mengarah kemana saja baik itu bentuk peningkatan maupun penurunan. Kondisi
seperti perubahan sosial ekonomi ini telah menjadi gambaran bahwa kondisi terkini masyarakat dan kota Pangkalan Brandan memang telah mengalami
perubahan sosial ekonomi hususnya pasca penutupan pengolahan minyak UP 1. Sekarang julukan sebagai kota tambang minyak seakan terlupa akibat
penutupan operasional pengolahannya. Kini, lebih banyak orang mengidentikkan kota Pangkalan Brandan sebagai daerah penghasil sawit karena semakin banyak
orang yang membuka lahan tersebut. Masa ketergantungan terhadap produksi migas juga sudah habis. Kebijakan stimulus terhadap sektor riil perlu
Universitas Sumatera Utara
91
ditingkatkan. Pemerintah harus segera menetapkan produk unggulan baru dan terbarukan Pangkalan Berandan sebagai basis pembangunan ekonomi.
4.2.4. Gambaran Matrix Perubahan