67
keduanya masyarakat lebih memilih membuka usaha sendiri dari pada harus bekerja pada orang lain di sektor informal.
Hal ini disebabkan selain karena gaji yang lebih sedikit jika dibandingakn di luar kota bahkan bekerja jadi TKI, bekerja di Pangkalan Brandan tidak dapat
membuat perekonomian dan kehidupan mereka berkembang. Selain itu, untuk membantu-bantu bekerja pada usaha orang lain di sektor informal
kenyataannya pendapatan yang mereka peroleh sangat sulit untuk dijadikan sebagai modal awal mereka untuk membuka usaha sendiri.
4.2.2.3. Perubahan Gaya Hidup
Perubahan sosial ekonomi juga memperhadapkan kita pada pola gaya hidup. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam
aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Bentuk perubahan gaya hidup sekarang ini
kecendrungan mengarah pada modrenisasi, konsumtif dan hedonis tetapi tidak menutup kemungkinan perubahan gaya hidup juga dapat berubah dari
kebiasaan mewah atau hidup penuh dengan materi mengarah pada kecendrungan untuk hidup lebih sederhana yang diakibatkan faktor ekonomi
yang menurun. Jika sebelumnya pegawai Pertamina tidak mengalami perubahan yang
berarti dan hanya berdampak kecil dalam mata pencahariaan maupun pendapatan namun dari segi pola gaya hidup baik itu pegawai maupun
pensiunan Pertamina imbasnya sama di rasakan yaitu sama-sama mengalami perubahan gaya hidup. Kita ketahui mereka memiliki gaya hidup mewah
Universitas Sumatera Utara
68
karena sesuai dengan pendapatan yang mereka terima namun kini mengalami perubahan akibat dari penutupan pengolahan minyak.
Gaya hidup mewah mereka juga tidak hanya timbul dari kebiasaan mereka pribadi melainkan Pertamina juga menyuguhkan acara-acara besar
dalam setiap penyelenggaraannya dan bukan dengan biaya yang sedikit. Hiburan-hiburan tersebut sengaja dibuat dengan penuh kemewahan tetapi hal
tersebut seakan jalan berdampingan ketika eksistensi Pertamina semakin menyusut. Pernyataan ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Sarmen,
berikut penuturannya: “waktu pengolahan masih beroperasi,kita sering adakan hari-
hari besar kayak Idul Fitri, buka puasa “bareng”, Natal, Tahun Baru,17 Agustus, ulang tahun Pertamina. Semuanya di pestakan,
bisa di bilang mewahlah karena tempatnya kadang di lapangan bola Petrolia, kadang di gedung. Ada makanan pembukanya,ada
makanan utamanya, ada makanan penutupnya, dan semuanya yang datang orang-orang besar pasti banyak pakai kendaraan
pribadi trus kita “ngundang” artis ibukota juga tapi kalau sekarang paling cuma ucapan selamat aja dari pihak Pertamina
kalau pestanya gak ada lagi.”
Wawancara, 23 November 2014 Acara tersebut menunjukkan bentuk hedonis dimana gaya hidup saling
dipertukarkan, dikirim, dan diterima serta diberi makna secara simbolik karena gaya hidup hanya dapat diaktualisasikan secara konkret melalui tanda
dan citra sebagai mediumnya. Kegiatan tersebut akhirnya harus berubah dengan kegiatan dan acara yang sifatnya lebih sederhana.
Bentuk perubahangaya hidup juga dialami oleh pensiunan Pertamina dimana sewaktu masih aktif bekerja dan sesudah tidak bekerja seperti
kebiasaan untuk pulang kampung sekalian liburan keluarga yang sekarang
Universitas Sumatera Utara
69
sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini seperti penuturan bapak b. Hutepea, berikut penuturannya:
“sebelum saya pensiun kalau ada hari libur biasanya kami sekeluarga rutin pulang kampung ke Jakarta biasa sambilan
refreshing kalau gak pas natalan atau tahun baru tapi setelah pensiun udah beda jadi jarang pulang kampung belum tentu
setahun itu ada pulang kampung. Paling kalau ada urusan yang penting aja dan kadang-kadang gak semua juga bisa ikut.Jadi
sekarang kalau mau pulang kampung tergantung isi kantong.”
Wawancara, 5 Oktober 2014 Kebiasaan yang dilakukan sengaja dirubah untuk menyesuaikan dengan
situasi ekonomi yang terjadi. Gaya hidup bukanlah sesuatu yang terisolir melainkan berdampingan bersama gaya hidup - gaya hidup lain di dalam ruang
sosial. Terdapat relasi antara satu gaya hidup dengan gaya hidup lainnya. Kecendrungan gaya hidup mewah dilakukan bagi masyarakat dengan status
sosial yang tinggi dan mengacu pada sifat hidup konsumtif bahkan hedonis. Sehingga, perubahan gaya hidup juga terjadi mana kala sudah tidak berada
dalam komunitas seperti para pegawai Pertamina yang dianggap sederajat berada di kawasan lain akibat mutasi pekerjaan dan beberapa dari mereka yang
masih tetap tinggal menjadi lebih sedikit rekannya untuk diajak berkumpul bersama yang akhirnya memudarkan kebiasaan hidup mewah tersebut. Hal ini
disampaikan oleh bapak Eduard, berikut hasil wawancaranya: “Dulu kalau ada acara kumpul-kumpul mau itu di kantor atau
pribadi sama kawan-kawan pasti kita ada ngadakan.kalau di kantor dulu setiap pegawai di kasih penghargaan atas masa
kerja selama 25 tahun dan itu pasti di pestakan atau di buat acara lah,tapi sekarang penghargaannya memang masih ada
kalau pestanya udah gak di buat lagi, kalau acara privasi sama kawan-kawan “kayak” ulang tahun biasanyaa kita keluar kota,
nginap ke puncak ,sewa vila tapi sekarang udah jarang lagian
Universitas Sumatera Utara
70
kawan udah pada pindah semua.” Wawancara, 15 November
2014 Sebelumnya memang pegawai dan pensiunan Pertamina lebih banyak
menghabiskan waktunya di dalam komplek karena kesibukan pekerjaan serta kesamaan status sosial di masyarakat tetapi setelah terjadi perubahan sosial
ekonomi gaya hidupnya mulai berubah dengan cara lebih banyak beraktifitas dan bergaul dengan orang-orang yang bukan bagan dari Pertamina seperti
penuturan bapak B. Hutapea berikut ini: “Dulu saya jarang sekali ngumpul-ngumpul di kedai-kedai kopi
tapi sekarang udah jadi lapak main sampai kami kasih nama Partukoan atau perkumpulan,biasanyakita kalu sore selain
ngumpul sama teman mau olahraga golf atau tenis kadang nonton bioskop kalau sekarang karena udah dikedai jadi disitu
selain minum kopi suka main kartu,main catur,nyanyi-nyanyi. Pokoknya kumpulan yang biasa aja jauh dari kemewahan”.
Wawancara, 5 Oktober 2014
Perubahan gaya hidup tersebut dilakukan agar dapat menyesuaikan diri dengan ruang sosial dalam kelompok para pegawai Pertamina dan mereka
yang bukan bagian dari kelompok tersebut, hal ini seperti yang ungkapkan oleh bapak Eduard, berikut penuturannya:
“Sekarang saya banyak waktu kosong jadi bisa satu harian ngumpul-ngumpul di kedai kopi. Dulu biasa ngumpul sama
kawan-kawan satu kerjaan aja sekarang campur semua disitulah tukang becak, ada petani, ada orang pajak dan pengeluaran
pasti gak berapa banyak”
Wawancara, 15 November 2014 Walaupun dari segi pendapatan mereka tidak mengalami perubahan
hanya pengurangan dana tunjangan tetapi karena kerja mereka tidak sepadat dan sesibuk dulu sehingga waktu luang mereka lebih banyak dilakukan diluar
komplek dibandingkan di komplek itu sendiri mengingat komplek sekarang
Universitas Sumatera Utara
71
sudah banyak yang kosong karena pemindahan pegawai dari unit pengolahan satu ke pengolahan lainnya.
Gaya hidup mewah akan mudah terealisasi jika kita berada dalam status sosial yang sama, akibat dari banyaknya pemindahan karyawan Pertamina
sehingga membuat kebiasaan hidup mewah mereka berubah karena rekan kerja atau teman satu komplek sudah berkurang jadi untuk melakukan aktifitas-
aktifitas seperti dulu sudah tidak dilakukan lagi dan sekarang ruang lingkup mereka untuk meluangkan waktu kosong lebih banyak dilakukan diluar
komplek. Pada dasarnya untuk menunjukkan kelas ataupun status seseorang
biasanya dilakukan dalam bentuk perkumpulan salah satunya arisan. Gaya hidup seperti ini sering dilakukan oleh ibu-ibu yang bekerja di Pertamina
ataupun istri dari suami yang bekerja di Pertamina. Namun arisan tersebut sudah tidak dilakukan sehingga banyak dari mereka hanya melakukan rutinitas
sebagai ibu rumah tangga seperi biasa. Hal ini seperti yang diutarakn oleh bapak Sarmedi, berikut kutipan wawancaranya:
“Memang dulu istri saya ikut arisan sama ibu-ibu komplek sini, “taulah” ibu-ibu sukak ngumpul. Itukan sistemnya bergilir kalau
udah dapat giliran disini biasanya istri saya siapkan makanan, kue, jus, ada buahnya jugak. Nantipun yang datang pakek
kendaraan pribadi kalau gak diantar jemput suaminya, tapi semenjak pengolahan minyaknya mau mau tutup kebiasaan itu
memang gak ada lagi, arisannya bubar karna siapa lagi ibu-ibu yang mau diajak arisan udah pada berpindahan semua.Sekarang
istri saya di rumah aja, ngurus keperluan rumah tangga, sama anak dan jadi jarang keluar paling seperlunya aja misalnya
belanja.”
Wawancara, 23 November 2014
Universitas Sumatera Utara
72
Gaya hidup mewah seperti arisan ibu-ibu komplek ini dapat terjadi karena kesamaan mereka di bidang ekonomi, status sosial dan juga lingkungan,
sehingga arisan ini hanya diperuntukkan oleh mereka yang memiliki kesamaan demikian dan tidak ada yang menjadi bagian dari arisan mereka yang diluar
dari kesamaan tersebut. Itu merupakan salah satu gaya hidup mereka untuk bercengkrama, menggambarkan seluruh pola dalam aksi, beraksi dan
berinteraksi dalam perkumpulan arisan yang menjadi cara bagaimana mereka menghabiskan waktu luangnya. Namun kumpulan arisan ini tidak lagi menjadi
bagian dari pola hidup mereka semenjak penutupan pengolahn minyak. Karena sudah tidak memungkinkan lagi ada perkumpulan yang mereka lakukan di saat
teman-teman yang sekelas dengan mereka sudah banyak yang pindah.
4.2.2.4. Perubahan Peran Ekonomi