Tujuan Mikroenkapsulasi Keuntungan dan Kerugian Mikroenkapsulasi

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a. Biasanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang sempurna atau tidak merata sehingga akan mempengaruhi pelepasan bahan inti dari mikropartikel; b. Dibutuhkan teknologi mikroenkapsulasi; c. Harus dilakukan pemilihan polimer sebagai penyalut dan pelarut yang sesuai dengan bahan inti agar diperoleh hasil mikropartikel yang baik Lachman, 1994.

2.4.4 Faktor Keberhasilan Mikroenkapsulasi

Menurut Benita 1996, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mikroenkapsulasi, antara lain: a. Sifat fisikokimia bahan inti atau zat aktif; b. Bahan penyalut yang digunakan, meliputi polimer ataupun monomer; c. Medium yang digunakan air,pelarut organik, atau gas. d. Tahap proses mikroenkapsulasi tunggalbertingkat; e. Metode mikroenkapsulasi metode kimia, fisiko kimia, atau mekanis; f. Sifat licin atau lengket dan struktur dinding mikropartikel tunggal atau berlapis-lapis; g. Kondisi pembuatan basah atau kering Benita, 1996 dalam Kasih, 2014.

2.4.5 Komponen Penyusun Mikropartikel

Pada prinsipnya terdapat tiga bahan yang terlibat dalam pembuatan mikropartikel ini, yaitu: a. Bahan inti Bahan inti merupakan bahan yang spesifik akan dilapisi oleh suatu penyalut, dapat berupa bahan padat, gas atau cair. Selain itu, bahan inti yang digunakan sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi dengan bahan penyalut dan pelarut yang digunakan Lachman, 1994. b. Bahan penyalut Penyalut adalah bahan yang digunakan untuk menyalut inti dengan tujuan tertentu, seperti menutupi rasa dan bau yang tidak enak, perlindungan terhadap pengaruh lingkungan, meningkatkan stabilitas, pencegahan penguapan, kesesuaian dengan bahan inti maupun bahan lain yang berhubungan dengan proses 14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penyalutan serta sesuai dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Bahan penyalut yang digunakan dapat berupa polimer alam, polimer semi sintetik, maupun polimer sintetik. Bahan penyalut harus mampu memberikan lapisan tipis yang kohesif dengan bahan inti, dapat bercampur secara kimia, tidak bereaksi dengan inti bersifat inert, dan mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan penyalutan Lachman, 1994. c. Pelarut Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut dan dapat mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam pembentukan mikropartikel berdasarkan sifat kelarutan dari bahan inti dan bahan penyalut, sehingga pelarut yang digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan bahan inti, tetapi dapat juga melarutkan bahan penyalut Lachman, 1994.

2.4.6 Metode Pembuatan Mikropartikel

Metode mikroenkapsulasi terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Presipitasi dengan Penambahan Non-Solvent Koaservasi Dalam metode koaservasi, mikropartikel dibuat dengan mendispersikan partikel padat atau larutan obat ke dalam larutan polimer, diikuti pemisahan fase dengan menambahkan pelarut organik, di mana polimer tidak dapat larut. Penambahan non-solvent menghasilkan presipitasi polimer disekitar larutan obat untuk membentuk mikropartikel. Penambahan non-solvent dalam jumlah yang besar akan mengekstraksi polimer dan membuat mikropartikel semakin keras. Mikropartikel yang dihasilkan dengan metode ini memiliki distribusi ukuran yang luas, sehingga tidak disarankan untuk penggunaan klinis. Parameter-parameter dalam metode ini meliputi rasio polimer-pelarut, kecepatan pengadukan, suhu pembuatan, volume dan tipe non-solvent Muhaimin, 2013. b. Presipitasi Partikel dengan Partisi Pelarut Metode ini dilakukan dengan cara melarutkan atau mensuspensikan obat dalam polimer atau pelarut organik dengan cara menginjeksikannya ke dalam minyak mineral. Pelarut organik akan larut di dalam minyak, sementara obat dan