27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37 C, kemudian disimpan di dalam desikator selama 2 hari Chakraverty, 2012,
dengan modifikasi.
3.5 Evaluasi Mikropartikel
3.5.1 Uji Perolehan Kembali
Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan bobot total mikropartikel yang diperoleh terhadap bobot bahan pembentuk mikropartikel. Uji
perolehan kembali dilakukan dengan cara menimbang dengan seksama serbuk getah pepaya Carica papaya L., natrium alginat, dan kalsium klorida sebagai
bobot bahan pembentuk mikropartikel. Mikropartikel yang terbentuk ditimbang dan dicatat sebagai bobot total mikropartikel yang diperoleh. Persentase faktor
perolehan kembali diperoleh dari persamaan Kumar et al., 2011 :
Keterangan : PK = faktor perolehan kembali , Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh g, Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel g
3.5.2 Penetapan Kadar Air
Pengujian kadar air yang terdapat pada mikropartikel dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kadar air moisture balance. Mikropartikel yang
terbentuk ditimbang di atas cawan aluminium sebanyak 1 g, selanjutnya alat diatur pada suhu 105
⁰C untuk mengukur kadar air Sugindro, 2008 dalam Kasih, 2014.
3.5.3 Penentuan Distribusi Ukuran Partikel
Penentuan distribusi ukuran mikropartikel serbuk getah papaya Carica papaya L. dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik optical
microscopy. Sejumlah mikropartikel diletakkan di kaca objek, kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali Weekarody, 2008 dalam Kasih,
2014 dengan modifikasi.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5.4 Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Mikropartikel
Pemeriksaan bentuk dan morfologi mikropartikel dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik optical microscopy. Mikropartikel yang
terbentuk diletakkan di atas kaca objek, kemudian dianalisa menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100 kali Sari et al., 2012, dengan
modifikasi.
3.5.5 Uji Aktivitas Proteolitik Mikropartikel
3.5.5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Tirosin
Untuk pengujian aktivitas proteolitik serbuk getah papaya Carica papaya L. dibuat kurva kalibrasi tirosin sebagai baku standar. Sebelum membuat
kurva kalibrasi, terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum tirosin dengan cara 10 mg tirosin dilarutkan dengan aquadest sampai
100 mL. Kemudian dilakukan pengukuran serapan tirosin pada panjang gelombang 250-350 nm dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. Dari
hasil pengukuran, dapat diperoleh panjang gelombang maksimum dengan melihat serapan yang tinggi Jean, 2015.
3.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tirosin
Untuk membuat kurva kalibrasi, larutan induk tirosin dibuat dengan cara melarutkan 10 mg tirosin dalam 10 mL aquadest. Selanjutnya dibuat seri
konsentrasi 25 ppm, 35 ppm, 45 ppm, 55 ppm, 65 ppm, 75 ppm, dan 85 ppm sebanyak 10 mL dari larutan induk. Tiap seri larutan diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. Dibuat kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan
antara serapan dengan konsentrasi larutan Jean, 2015.
3.5.5.3 Pengujian Aktivitas Proteolitik
Sebanyak 50 mg mikropartikel digerus di dalam mortar, kemudian dilarutkan dalam 25 mL dapar fosfat pH 6,5 dan diaduk dengan menggunakan
pengaduk magnetik selama 45 menit. Sisa dinding mikropartikel dipisahkan dengan cara filtrasi. Filtrat sebanyak 2 mL, ditambahkan 2 mL EDTA, 2 mL