KELANGKAAN DAN KEADILAN

4 KELANGKAAN DAN KEADILAN

  Ekonomi dan keadilan merupakan dua topik yang saling terkait. Pembahasan keduanya berasal dari masalah kelangkaan. Ekonomi timbul karena keterbatasan sumber daya. Barang yang tersedia langka dank arena itu kita mencarikan cara untuk mendistibusikannya secara paling baik. Pendistribusian harus adil karena fakta akan adanya kelangkaan. Kegiatan ekonomi pun didasarkan pada fakta kelangkaan, jika barang tersedia secara berlebihan maka barang tersebut tidak berharga dan karenanya tidak diperlukan jual beli. Suatu barang, baru mendapat nilai ekonomis, bila tidak tersedia cukup untuk semua orang yang mencarinya.

  Jadi, seandianya tidak ada kelangkaan, tidak akan ada ekonomi—juga tidak diperlukan keadilan. Selama barang tersedia dalam keadaan berlimpah-limpah, tidak bisa muncul masalah keadilan. Masalah keadilan dan ketidakadilan baru muncul jika tidak tersedia barang cukup bagi semua orang yang menginginkannya. Adil tidaknya suatu keadaan selalu terkait dengan kelangkaan.

  Apa itu keadilan? Keadilan diartikan oleh orang Romawi sebagai ―tribuere cuique suum‖ atau ―to give everybody his own‖ atau dalam bahasa Indonesia ―memberikan kepada setiap orang apa yang dia empunya‖. Jadi keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.

  Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan: keadilan tertuju pada orang lain, keadilan harus ditegakkan, dan keadilan menuntut persamaan. PErtama, keadilan selalu tertuyju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other directedness. Masalah keadilan dan ketidakadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar manusia, untuk diperlukan sekurang-kurangnya dua orang manusia. Kedua, keadilan harus ditegakkan karena berurusan dengan hak orang lain. Kalau kita memberikan sesuatu karena alasan keadilan, kita selalu harus memberikannya. Ketiga, keadilan menuntut persamaan. Keadilan harus dilaksanakan terhadap semua orang, tanpa melihat orangnya siapa.

  Thomas Aquinas (1225-1274) berdasarkan pandangan Aristoteles (384- 322SM) membagi keadilan menjadi tiga bagian: umum, distributive, dan komutatif. Keadilan umum (general justice), berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat apa yang menjadi hak masyarakat. Kita harus bayar pajak, membela Negara, wajib militer, karena itu adalah hak masyarakat umum. Keadilan distributive atau ―keadilan membagi‖, jadi Negara harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Keadilan komutatif (keadilan tukar menukar) yang menegaskan bahwa orang harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya.

  Sementara Jihn Boatright dan Manuel Celasquez membagi keadilan menjadi tiga bagian: distributive, retributive, dan kompensatoris. Keadilan distributive dimengerti dengan prinsip benefits and burdens, hal-hal yang enak untuk didapat Sementara Jihn Boatright dan Manuel Celasquez membagi keadilan menjadi tiga bagian: distributive, retributive, dan kompensatoris. Keadilan distributive dimengerti dengan prinsip benefits and burdens, hal-hal yang enak untuk didapat

  Ekonomi dan Keadilan Distibutif

  Dalam teori etika modern, ada dua macam keadilan distributive: prinsip formal dan prinsip material.

  Prinsip formal dirumuskan dalam bahasa Inggris, ―equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequally‖. Equal bisa dimengerti sebagai ―orang-orang yang sama‖, ―kasus-kasus yang sama‖, dan sebagainya. JAdi, prinsip formal menyatakan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama, sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan cara tidak sama.

  Prinsip ini disebut formal karena hanya menyajikan bentuk dan tidak mempunyai ―isi‖. Karena itu hanya berdasar prinsip formal saja tidak cukup sebagai

  pegangan untuk membagi dengan adil. Prinsip material melengkapinya. Prinsip material menunjuk kepada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh pelbagai orang. Kalau prinsip formal ada satu, prinsip material ada beberapa. Beauchamp dan Bowie menyebut enam prinsip, yakni ―Keadilan distributive terwujud, kalau diberikan…‖:

  1) Kepada setiap orang bagian yang sama

  2) Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnya

  3) Kepada setiap orang sesuai dengan haknya

  4) Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnya

  5) Kepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat

  6) Kepada setiap orang sesuai dengan jasanya. Kalau dalam membagi sesuatu kita memberikan kepada satu orang sedangkan

  orang lain tidak dapat apa yang diharapkannya, bisa juga pembagian kita adil, asalkan kita membagi berdasarkan salah satu dari prinsip material. Misalnta, tanda kehormatan diberikan kepada orang yang berjasa saja, kepada orang bisa tidak diberikan.

  Penjelasan keenam prinsip material di atas dapat dikemukakan meliputi: bagian yang sama, kebutuhan, hak, usaha, kontibusi kepada masyarakat, dan jasa.

  - Kita membagi dengan adil, jika kita membagi rata: kepada semua orang yang

  tidak berkepentingan diberi bagian yang sama - Kita berlaku adil, bila kita membagi sesuai dengan kebutuhan - Kita berlaku adil, bila kita membagi sesuai dengan hak - Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat untuk mencapai suatu

  tujuan, pantas diperlakukan dengan cara lain daripada orang yang tidak berusaha

  - Mereka yang memberikan kontribusi kepada masyarakat, pantas diperlakukan

  dengan cara lain daripada orang yang tidak berkontribusi - Kita berlaku adil, bila kita membagi sesuai dengan jasanya

  Dari prinsip material ini terbentuk beberapa teori keadilan distributive, seperti egalitarianism, sosialisme, dan liberalism.