Penentang Merkantilisme

1. Penentang Merkantilisme

  Sama seperti Quesney, Smith menentang Merkantilisme. Pada masa hidunya sumber kemakmuran Negara dan masyarakat diyakini dapat diukur dari jumlah emas atau perak yang dimiliki, karena itulah pada saat itu semua negara berkompetisi untuk mengumpulkan emas dan perak sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran suatu negara. Kita dapat mengaitkan spirit merkantilisme ini dengan penjajahan Eropa demi untuk mengumpulkan kekayaan mereka, emas dan perak. Selain itu juga merkantilis menekankan bahwa perdagangan yang harus seimbang dalam artian jumlah emas harus selalu tetap dan tidak boleh berkurang. Akibatnya muncul kebijakan ―perbesar eksport negara dan hindari inport‖. Ihwal hal ini, Adam Smith Sama seperti Quesney, Smith menentang Merkantilisme. Pada masa hidunya sumber kemakmuran Negara dan masyarakat diyakini dapat diukur dari jumlah emas atau perak yang dimiliki, karena itulah pada saat itu semua negara berkompetisi untuk mengumpulkan emas dan perak sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran suatu negara. Kita dapat mengaitkan spirit merkantilisme ini dengan penjajahan Eropa demi untuk mengumpulkan kekayaan mereka, emas dan perak. Selain itu juga merkantilis menekankan bahwa perdagangan yang harus seimbang dalam artian jumlah emas harus selalu tetap dan tidak boleh berkurang. Akibatnya muncul kebijakan ―perbesar eksport negara dan hindari inport‖. Ihwal hal ini, Adam Smith

  Negara di bawah merkantilisme tampil dalam sosok yang serakah dan hegemonial, mirip dengan Leviathan dalam pemikiran Hobbes. Atas dasar itulah, Smith mengajukan kritik atas merkantilisme yang menurutnya itu bertentangan

  dengan prinsip perdagangan 142 :

   Restraints upon imports for home consumption that could be produced domestically;

   Restraints upon imports of all goods from particular countries with which a country has an imbalance of trade;  Restraints imposed by means of high duties and outright prohibition;  Encouragement of exports by drawbacks, bounties, advantageous trade treaties with certain countries and by establishing colonies;  Drawbacks on the duties and excise on home manufactures when exported and when imported materials or manufactures, subject to duties on importation, are re-exported;  Bounties given to encourage new (today:„infant‟) industries, or any industry judged to deserve specific favours;  Advantageous treaties of commerce to particular merchants inpartic- ular countries beyond that accorded to all other countries and their merchants;  Monopoly privileges for the goods of merchants from the country that establishes colonies (WN 450–1).

  Ketidaksepahaman Adam Smith dengan kebijakan-kebijakan merkantilis ini menyebabkan pemikirannya menjadi angin segar untuk bangkitnya perdagangan antar negara.

  Kritik sang filsuf skotlandia terhadap merkantilis berlanjut lagi pada kritiknya absurditas perdagangan yang seimbang, smith menganalogikan bagaimana sistem merkantilis bersikukuh untuk memproduksi (menanam anggur) padahal lahan di Skotlandia jelas-jelas sangat tidak ber-potensi untuk menanam buah tersebut. Rasa ketidak puasan Adam Smith memang banyak ia tuangkan dalam karya-karyanya, dan saya rasa itu memang sudah menjadi panggilan hati dari seorang intelektual atau pemikir.

  142 Kebijakan Merkantilisme menurut Hobbes adalah: (1) Mencegah import untuk konsumsi dalam negeri, kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi dengan produk domestic; (2) Mencegah semua produk

  dari negara-negara tertentu, karena inmport tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan perdagangan (kekayaan negara); (3) Mengendalikan pemberlakuan pajak yang tinggi dan memberlakukan perundang-undangan yang ketat; (4) Memberikan rangsangan ekport dengan memberikan kemudahan dan menentukan kebiajakan dan aturan colonial; (5) menaikan tarif pajak import dan terus-menerus memproduksi dan hanya meng ekspor, tanpa meng-inport produk (mengakibatkan permasalahan

  pemenuhan bahan baku industri dalam negeri).

  Lihat, Gavin Kennedy, dalam “Adam Smith

  A moral Philosopher and His Political Economy”, Palgravemacmillan, New York,

  N.Y. 2008, p 189-190.

  b. Teori Dasar Smith: Tiga Senyawa Pemikiran Ekonomi Klasik ala Adam Smith

  Peta pemikiran ekonomi klasik ala Adam Smith dapat kita bagi menjadi tiga unsur (senyawa) terkait bagaimana sumber kekayaan dan kemakmuran dapat diperoleh melalui kapitalisme dan pasar bebas, ketiga senyawa itu adalah : pertama dia membicarakan kebebasan (freedom), kedua kepentingan diri (self-interest), ketiga persaingan (competition). Ketiga konstruksi tersebut yang menjadi sebentuk tiang pengokoh untuk bangunan-bangunan pemikirannya.

  1) Kebebasan (freedom)

  Kebebasan (freedom) yang dimaksud oleh Smith adalah kebebasan dalam porsinya untuk

  mendapatkan hak

  untuk memproduksi, menukar

  (memperdagangkan) produk, tenaga kerja dan kapital. Secara kontekstual konsep kebebasan ini dirumuskan untuk melawan keadaan merkantilis yang membatasi perdagangan, membatasi produksi, serta Negara yang melarang warganya untuk bekerja mempekerjakan para buruh di sektor swasta dan idustri.

  Smith tidak hanya menekankan kebebasan pada individu atau setiap orang untuk berproduksi dan memenuhi kebutuhannya, akan tetapi Smith menekan pada prinsip agar para borjouis memiliki kesadaran agar tidak semata-mata memprioritaskan keuntungan dari laba produksi mereka melainkan memikirkan ―pemerataan sumber kemakmuran‖. Dalam WN ia mengatakan: ―To prohibit a great people, however, from making all that they can of every part of their own produce, or from employing their stock and industry in the way that they judge most advantageous to themselves, is a manifest violation of the most sacred rights

  of mankind‖(372) 143 2). Kepentingan Diri (self-interest)

  Dalam konteks ini Adam Smith menyadari bahwa manusia pada dasarnya merupakan subjek yang memiliki tingkat kesadaran akan pemenuhan kebutuhan idividunya. Smith menganalogikan dengan kiasan dengan perilaku anjing , No body ever saw a dog make a fair and deliberate exchange of one bone for another

  with another dog (9) 144 .

  Kemampuan manusia untuk melakukan sebuah aktivitas yang terkait dengan kemampuannya untuk mencita (ber-produksi, dan mengerahkan potensi diri) yang mereka miliki dalam upayanya untuk survive adalah sebuah kenyataan yang tak terelakan.

  143 Smith memberikan penekanan motif tindakan kelas borjouis yang hanya mementingkan

  apa yang paling menguntungkan untuk diri mereka sendiri dari setiap produksi mereka, atau dari saham mereka dan industry adalah pelanggaran nyata terhadap hak-hak manusia yang paling suci. Dikutip dari : Adam Smith, ―An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”, volume

  I, Edited by R. H. CAMPBELLand A. S. SraNNER, Originally published: Oxford : Clarendon Press, 1979, p 372.

  “tidak ada seorangpun yang pernah melihat anjing untuk membuat kesepakatan

  untuk menukar sebuah tulang dengan anjing yang lainnya‖.

  3) Persaingan (competition)

  Negara harus memberikan hak atas kebebasan setiap warganya untuk bersaing dalam produksi barang dan jasa. Negara harus menjamin persaingan itu berlaku dengan adil, sehingga terjadilah keseimbangan yang memutar roda perekonomian secara baik. Without a monopoly, however, a joint stock company, it would

  appear from experience, cannot long carry on any branch of foreign trade 145 . “By pursuing his own self interest, every individual is led by an invisible hand to

  promote the public interest” (423) 146