pagi hari juga sudah mencium aroma yang tidak sedap seperti bau busuk dari pabrik-pabrik tersebut.
Adanya suara bising yang terjadi pada malam hari membuat masyarakat Sinar Gunung merasa terganggu dan hal itu menggangu tidur mereka, dan bahkan aroma yang tidak
sedap yang dirasakan masyarakat juga membuat masyarakat menjadi terganggu. Tetapi hal itu mereka katakan sebagai akibat dekat dengan kawasan pabrik dan mereka menerima hal
tersebut dan mulai membiasakannya. Karena itu merupakan salah satu akibat dari penjualan lahan pertanian mereka kepada KIM. Penuturan diatas juga dikatakan oleh Ibu Asima Purba
bahwa : “ya kami ya harus menerimanya karena kami menjual sawah kami dan
mereka membangun pabrik, mau gimana lagi ya pasrahkan saja ajalah. Walau ada suara bising dan bau busuk yang sampai ke Sinar Gunung ini”.
Dari penuturan Ibu tersebut, dapat peneliti lihat adanya kepasrahan yang dilakukan oleh masyarakat. Karena mereka tidak memiliki hak lagi atas tanah yang sudah mereka jual.
4.2. Perubahan Pemukiman
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan indutri, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan dunia dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
18
Masuknya kawasan indutri KIM ke Sinar Gunung membawa perubahan pada kehidupan masyarakat. Salah satunya perubahan pemukiman atau bentuk bangunan di Sinar
Gunung tidak hanya pengaruhi munculnya kawasan industri, tetapi disebabkan juga oleh tekanan penduduk di kota. Tekanan penduduk di kota menimbulkan berbagai persoalan
karena begitu banyak orang memperebutkan tempat tinggal, kesempatan kerja, fasilitas
18
Menurut Undang-Undang no.4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman.
Universitas Sumatera Utara
tranportasi dan ruang untuk kegiatan sosial. Hal ini juga membuat masyarakat Sinar Gunung melakukan perubahan dalam sistem bentuk bangunan akibat urbanisasi
19
“ yang menarik disini bahwa urbanisai yang pesat di satu pihak telah menambah persoalan kota, khususnya berkaitan dengan keberadaan
“peasant” in the cities dalam kemp,1990, yang menunjukkan kontinuitas tradisi agraris; di lain pihak adalah keluarnya kelas menengah ke kota-kota
satelit .
20
. Dengan kata lain, kota-kota besar akan diisi oleh orang-orang desa dengan kultur agrarisnya, sementara kota satelit baru akan diisi oleh orang-
orang kota dengan kultur masyarakat industri”
21
. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Sinar Gunung sudah dapat
dikatakan dengan masyarakat kota satelit dengan masih menggunakan kultur agraris mereka dalam hal bertani padi dan sekaligus dekat dengan kawasan industri. Walau demikian
perubahan pemukian masyarakat semakin berubah karena adanya peningkatan perekonimian yang dialami oleh masyarakat Sinar Gunung dari tahun ke tahun semakin membaik.
4.2.1 Perubahan Bentuk Bangunan rumah
Bentuk bangunan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :
• Bangunan permamen • Bangunan semi permamen
19
Perpindahan penduduk dari desa ke kota.
20
Kota satelit adalah kota kecil atau kota baru ditepi sebuah kota besar yang meskipun merupakan komunitas mandiri, sebagian besar penduduknya terkait dengan kehidupan kota besar.
21
Abdullah Irwan, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006 hal 28.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12 13: yang sebelah kiri adalah bentuk rumah yang semi permamen yang belum mengalami perubahan sedangkan yang sebelah kanan adalah rumah yang sudah permanen yang sudah mengalami
perubahan dari semi permanen menjadi permanen dokumen pribadi 16 Desember 2013
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana perbincangan keluarga. Bentuk rumah di Sinar Gunung dulunya hanya berupa kayu
non permamen dan semi permanen, berbeda yang dilihat sekarang ini dengan perkembangan zaman dan semakin bagusnya perekonomian masyarakat Sinar Gunung
membuat bentuk bangunan berubah menjadi permanen dan semi permanen. Rumah permanen adalah memiliki ciri-ciri dinding bangunannya dari tembok, berlantai semen atau keramik dan
atapnya berbahan genteng atau seng. Sedangkan rumah semi permanen adalah memiliki ciri- ciri dinding setengah tembok dan setengah bambu, atapnya terbuat dari genteng seng atau
asbes, banyak di jumpai pada gang kecil. Di lingkungan tempat tinggal masyarakat Sinar Gunung sekarang ini sudah rata-rata
mengalami perubahan bentuk rumah-rumah mereka, ini terbukti ampir sebagian rumah- rumah sudah permanen dan hanay sebagian saja yang masih memiliki rumah yang semi
permanen. Bagi mereka yang memiliki ekonomi yang sudah lebih baik dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah yang ada di Sinar Gunung yang sudah pemanen.
Universitas Sumatera Utara
Sekarang ini masyarakat Sinar Gunung memiliki tren baru yang dilihat peneliti dalam bentuk bangunan masyarakatnya, yaitu sebagian masyarakatnya melakukan pembangunan
pagar bagi rumah-rumah mereka. Seperti halnya rumah-rumah yang ada di pusat kota. Hal ini menarik bagi peneliti, karena rata-rata rumah milik masyarakat Sinar Gunung tidak memiliki
halaman yang luas tetapi mereka tetap membuat pagar bagi rumah meraka. Seperti dalam gambar dibawah ini adanya pembuatan pagar yang dilakukan oleh
masyarakat Sinar Gunung. Pembuatan pagar yang dilakukan oleh masyarakat semata-mata untuk tempat kendaraan mereka dan juga untuk pembatasan rumah-rumah milik masyarakat.
Tetapi ada juga yang melakukan pemagaran rumah untuk tempat penjemuran padi agar tidak kotor.
Gambar 14: salah satu rumah masyarakat yang memiliki pagar dokumen pribadi 16 Desember 2013
Gambar diatas dapat dilihat bahwa rumah-rumah milik masyarakat Sinar Gunung sudah mengalami perubahan menjadi rumah permanen. Dapat juga dilkihat adanya pagar
rumah juga menjadi tren baru di Sinar Gunung. Dari gambar merupakan salah satu dari rumah yang ada di Sinar Gunung. Rumah-rumah yang ada di Sinar Gunung sudah banyak
mengalami perubahan bentuk dari semi peramen jadi permanen. Hal ini dikarenakan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
keluarga mereka yang semakin membaik setelah adanya KIM membeli lahan pertanian mereka dengan harga yang mahal.
Pembuatan pagar ini seperti membuat tembok antar sesama tetangga seperti yang dilakukan di rumah-rumah di pusat kota. Padahal hal ini tidak memcerminkan masyarakat
agraris yang saling tolong menolong dan berbaur satu sama lainya. Dengan menggunakan penghalanng rumah dengan tetangga ini akan dapat menimbulkan ketidakpedulian antar
masyarakat kedepannya. Bukan hanya masalah kedekatan antar tetangga tetapi juga akan menimbulkan persoalan baru kedepannya.Pembangunan pagar rumah ini juga
memperlihatkan bagaimana perekonomian pemiliknya. Dikatakan demikian, karena peneliti mengamati dari paparan informan peneliti.
Tetapi tidak semua masyarakat Sinar Gunung membuat pagar rumah mereka, hanya sebahagian saja yang melakukannya. Hal ini dapat dilihat pembuatan pagar dilakukan
masyarakat yang dekat dengan jalan yang di Sinar Gunung, tetapi bagi mereka yang memiliki rumah yang masuk ke dalam gang kecil tidak banyak yang melakukan pempagaran rumah
mereka. Karena kata mereka tidak cukupnya lahan untuk membuat pagar rumah.
4.3 Perubahan ekonomi