Pembagian Lahan FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN KONVERSI LAHAN

anak Opung Rottip yang juga tinggal di Sinar Gunung setiap panen memberikan beras kepada Opung untuk di konsumsi setiap harinya dan tidak membeli beras walalu tidak memiliki lahan pertanian padi lagi. Bapak Ayong Purba adalah salah satu anak Opung Rottip yang tinggal di Sinar Gunung mempunyai lahan pertanian. Seperti halnya dengan masyarakat Sinar Gunung, Bapak Ayong juga menjual lahan pertaniannya kepada KIM yang kemudian membeli lahan yang lebih luas lagi di desa lain yang dekat Sinar Gunung. Bapak Ayong menjual lahan pertaniannya dikatakan untuk membeli lahan pertanian yang lebih luas lagi di luar daerah Sinar Gunung. Hal ini dilakukan Bapak tersebut untuk memperoleh lahan pertanian yang lebih luas lagi dari sebelumnya yang ada di Sinar Gunung tersebut. Selain itu Bapak Ayong juga mengatakan dari hasil menjual lahan dipergunakan juga untuk kebutuhan pendidikan ank-anaknya yang sekarang ini sudah menempuh pendidikan perguruan tinggi, yaitu Bapak ayong memiliki empat orang anak yang sedang membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk pendidikan mereka. Anak-anak Bapak tersebut yang sedang kuliah ada tiga orang sedangkan satu lagi masih sebagai pelajar Sekolah mengengah atas SMA. Menurut bapak Ayong ketika peneliti mewawancarai Bapak tersebut, Bapak Ayong mengatakan adanya kekawatiran akan semakin terpuruknya lahan yang ada di Sinar Gunung ini akibat KIM yang semakin dekat. Bapak Ayong juga mengatakan bahwa KIM akan sampai ke Sinar Gunung dan bahkan akan ke pemukiman warga di Sinar Gunung ini. Dari paparan yang disampaiakan oleh Bapak tersebut, peneliti mendapat kesimpulan adanya kekawatiran para warga disini akan bagaimana kedepannya wilayah pemukiman warga di Sinar Gunung tersebut.

3.2 Pembagian Lahan

Universitas Sumatera Utara Masyarakat Sinar Gunung memanfaatkan lahan mereka agar lebih menguntungkan. Pembagian lahan yang dikelola masyarakat Sinar Gunung terbagai atas 2 bagian yaitu lahan pertanian dan lahan non-pertanian. Lahan pertanian adalah tempat atau wilayah yang dipergunakan untuk bercocok tanam, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tingkat produktifitas lahan dapat dilihat dari kesuburan tanah, curah hujan, suhu, sistem pengolahaan lahan serta kecukupan air. Lahan yang cocok untuk pertanian seperti padi adalah lahan pertanian yang subur dan juga memiliki kecukupan air dalam proses tanamnya. Masyarakat Sinar gunung lebih cenderung menggunakan lahan untuk bertanam padi, sebagian kecil lahan digunakan untuk menanam kacang panjang dan timun. Saat padi siap di panen masyarakat mengolah lahan untuk menananam kacang hijau dan genjer sambil menunggu satu bulan untuk menanam padi kembali. Penanaman kacang hijau dilakukan pada musim kemarau, saat musim penghujan masyarakat lebih cenderung menanam genjer yang membutuhkan air. Hasil panen kacang panjang, timun, kacang hijau dan genjer dijual kepada satu orang pengumpul yang akan dijual ke pedagang pajak pagi. Tingkat produktivitas lahan sangat baik di Sinar Gunung, potensi hasil panen yang begitu banyak juga membuat masyarakat Sinar Gunung kebanyakan masyarakatnya berprofesi sebagai petani padi dan juga memiliki pekerjaan lain selain bertani seperti pegawa negeri, pedagang dan lain sebagainya. Akan tetapi sebagai petani padi tidak lah mereka tinggalkan walau sudah memilki pekerjaan tetap, hal ini dikarenakan masyarakat Sinar Gunung merasa bertanin itu adalah pekerjaan yang mereka lakukan dari dulumya sehingga tidak akan meninggalkan profesi sebagai petani. Dalam hal pengolahan lahan, petani di Sinar Gunung ini memiliki tujuan pengolahan lahan mereka, Adapun tujuan pengelolaan lahan yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Kebutuhan Hidup 2. Warisan 3. Mempertahankan ciri khas mata pencaharian Dari paparan diatas dapat disimpulkan adalah bertani merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Sinar Gunung, yang memang kebanyakan masyarakat berprofesi sebagai petani. Selain bergantung pada pertanian padi yang dilakukan masyarakat ini untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakatnya. Masyarakat Sinar Gunung tidak pernah merasa kekurangan beras karena dengan hasil pertanian padi yang mereka peroleh dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya dan tidak perlu membeli beras bahkan dapat menjual sebagian hasil panen mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Lahan non pertanian adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk lahan bangunan atau tempat pemukiman masyarakat. Lahan pertanian mempunyai hasil yang berupa padi dan dari non pertanian, misalnya kandang bebek yang menghasilkan telur bebek. Di Sinar Gunung lebih banyak lahan pertanian dibandingkan lahan non pertanian.

3.3 Faktor Ekonomi