Jenis kepemilikan Lahan FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN KONVERSI LAHAN

BAB III FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN KONVERSI LAHAN

3.1 Jenis kepemilikan Lahan

Kepemilikan lahan di Sinar Gunung pada awalnya, merupakan lahan Kosong berupa hutan yang kemudian mereka kelolah. Lahan dipergunakan masyarakat Sinar Gunung sebagai lahan bertani padi dan tempat tinggal. Lahan yang dikelolah oleh masyarakat sesuai dengan pembagian secara undi, seperti yang telah dijelaskan peneliti di rangkaian penelitian yaitu di bab 1 pada awal kedatangan masyarakat Sinar Gunung. Mayoritas kepemilikan lahan kebanyakan etnis Simalungun, karena etnis Simalungun yang pertama kali datang dan mengelolah lahan yang tadinya hutan menjadi lahan untuk bertanam padi. Lahan bertani yang dipergunakan masyarakat Sinar Gunung tidak jauh dari tempat tinggal mereka, yaitu adanya tempat tinggal warga dan area lahan untuk bertani. Masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian, menyewa lahan kepada masyarakat lain yang memiliki lahan yang luas dan lebar. Biasanya mereka menyewa lahan kepada kerabat maupun keluarga terdekat yang ada di Sinar Gunung, karena mereka menyewakan lahan hanya kepada saudara atau kenalan dekat mereka saja dan sebagian kecil disewakan kepada yang bukan saudara ataupun kenalan mereka. Penyewaan lahan ini dipercaya kepada si penyewa karena mereka sudah memiliki rasa percaya satu sama lainnya. Dalam sistem penyewaan lahan pertanian di Sinar Gunung, pemilik lahan menentukan harga sewa lahan setiap panennya. Penentuan sewa lahan juga berbeda-beda tergantung pada siapa pemilik lahan. Dalam setahun, masa panen yang ada di Sinar Gunung ada 2 kali masa Universitas Sumatera Utara panen, sewa lahan setiap rantai 15 berkisar ± 4 kaleng 16 padi kering 17 15 Satu Rantai sama dengan 400 meter 16 Satu Kaleng beras sama dengan 11 kilogram beras 17 Padi kering adalah padi yang sudah di jemur dan dapat di proses menjadi beras . Seperti paparan dari salah satu informan peneliti mengatakan : “saya tidak memiliki sawah jadi Cuma menyewa sawah saja sekarang ini. Dari 3 sawah yang saya kelolah semuanya itu saya menyewa. Setiap panen bayar sewa sawah 10 rantai adalah 400 KG padi atau berkisar 5 karung padi dari 1 sawah setiap panennya”. Dari paparan informan diatas, setiap panen memberikan sewa kepada pemilik lahan yang berbeda. Dalam 10 rantai sawah membayar sewa panennya ± 40 kaleng atau 400 kg padi yaitu berkisar 5 karung padi, dalam setahun Bapak Adri membayar sewa sekitar 10 karung padi kepada pemilik lahan. Berkurangnya lahan pertanian di Sinar Gunung karena lahan yang semakin banyak dijual. Ketertarikan masyarakat Sinar Gunung dengan tawaran dan harga yang tinggi membuat masyarakat untuk menjual lahan pertanian mereka. Tawaran tinggi yang dilakukan oleh pihak KIM kepada masyarakat Sinar Gunung berhasil menarik perhatian masyarakat dan semakin bertambahnya masyarakat yang menjual lahan pertanian mereka sendiri. Dalam kurun waktu yang singkat, KIM menguasai lahan pertanian masyarakat. Penjualan lahan pertanian di Sinar Gunung sangat cepat karena kepemilikan sertifikat lahan yang dimiliki masyarakat yang mempermudah KIM melakukan jual beli tanah dengan masyarakat Sinar Gunung. Lahan yang dimiliki oleh masyarakat Sinar Gunung akan mengalami proses penggantian kepemilikan lahan, hal ini dikarekan adanya pembagian lahan kepada keturunanya. Pembagian yang dimaksud adalah warisan, yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya untuk dipergunakan sebaik mungkin dalam kehidupan mereka. Universitas Sumatera Utara Gambar 6 : ketika Opung Rottip selesai di wawancarai oleh peneliti dokumen pribadi 25 Juli 2013 Pembagian warisan akan berlangsung ketika umur orang tua sudah semakin lanjut usia, kemudian orang tua akan melakukan pembagian kepada setiap anaknya. Seperti yang dilakukan oleh salah satu informan peneliti mengatakan : “ pembagian warisan untuk anak-anak, saya tidak memberikan sawah kepada mereka. Tapi sawah yang saya miliki saya jual kepada KIM, hasil penjualan lahan saya bagi ratakan kepad ke 5 anak saya baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Semua mendapat bagian yang sama agar tidak ribut nantinya ketika saya meninggal”. Paparan informan diatas, pembagian warisan dilakukan kepada kelima anak-anaknya, dengan melakukan pembagian hasil yang sama agar tidak ada keributan dikemudian harinya. Opung Rottip mempunyai empat anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kelima anak Opung tersebut telah menikah dan Opung tersebut telah memiliki cicit dari cucu-cucunya yang sudah menikah. Lahan milik informan ada dua tempat yang berbeda di Sinar Gunung dan kedua lahan tersebut telah di jual kepada KIM. Penjualan lahan dilakukan dalam tahun yang berbeda yaitu dalam dua tahun silam seperti paparan informan ketika diwawancara oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara Penjualan lahan yang dilakukan oleh Opung Rottip pada lahan pertaniannya dilakukan dengan dua tahan. Pertama kali Opung tersebut menjual lahan pertanian pada tahun 2006 sebanyak 15 rantai, yang dilakukan oleh Opung Rottip bersama dengan anak-anaknya. Harga lahan yang yang dilakukan pada tahun 2006 dengan harga jual 20 juta per rantai lahan milik mereka. Sedangkan penjualan kedua yang dilakukan oleh informan pada tahun 2010 dengan lahan sebesar 30 rantai sawah dijual sebesar 110 juta per rantai sawah. Dapat dilihat bahwa, perbedaan yang cukup jauh antara harga jual lahan pada tahun 2006 dengan tahun 2010 yang begitu jauh naiknya harga lahan. Semakin tingginya harga lahan setiap tahunnya membuat masyarakat Sinar Gunung semakin banyak menjual lahan miliki mereka kepada pihak KIM. Dapat kita lihat untuk beberapa tahun kedepan, dapat dipastikan lahan Sinar Gunung akan semakin sedikit dan bahkan akan abis karena dijual kepada KIM. Seperti paparan informan peneliti mengatakan : “cukup kecewa dengan penjualan lahan yang dilakukan masyarakat Sinar Gunung ini, termasuk saya juga yang ikut menjual sawah saya kepada KIM. Karena mengapa saya kecewa, dulunya hasil pertanian di Sinar Gunung sangat bagus dan berpotensi. Liat sekarang pabrik KIM semakin dekat kesini, semakin sembraut lingkungan yang ada. Mungkin selang waktu 10 tahun lagi udah gak ada lagi desa Sinar Gunung karena pabrik yang semakin banyak di bangun di Sinar Gunung ini”. Ungkapan informan diatas berupa rasa kekecawaan yang dirasakannya akibat semakin berkurangnya lahan pertanian milik masyarakat Sinar Gunung. Potensi hasil pertanian padi yang cukup bagus sebelum adanya KIM sampai ke daerah Sinar Gunung, sekarang ini semakin berkurang akibat lahan yang semakin sempit dan juga semakin banyaknya polusi yang ditimbulkan oleh pabrik-pabrik KIM tersebut. “saya menjual lahan karena semakin banyak orang Sinar Gunung menjual lahan dan tidak mungkin saya sendiri mempertahankan lahan milik saya sedangkan lahan dekat sawah saya telah menjadi milik KIM. Jadi saya pun menjuanya juga dan membeli lahan baru di daerah lain yang tidak jauh dari Sinar Gunung”. Universitas Sumatera Utara Paparan informan diatas menjadi pemicu mengapa menjual lahannya kepada KIM. Dengan mempertahankan lahannya sendiri sedangkan lahan pertanian dekat dengan lahannya telah menjadi milik KIM semakin mempersempit area pertaniannya yang juga menjadi pemicu penjualan lahan yang dilakukan oleh masyarakat Sinar Gunung. Salah satu iniforman peneliti lainnya mengatakan bahwa : “saya tetap tidak mau menjual lahan milik saya kepada KIM, karena menurut saya lahan itu adalah sumber mata pencaharian milik keluarga kami dari dulunya. Tetapi karena mempertahankan lahan tersebut akhirnya lahan pertanian saya tidak dapat saya pergunakan karena diapit oleh pabrik-pabrik yang telah d bangun dekat lahan pertanian saya itu”. Dari paparan informan peneliti diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada sebagian masyarakat yang masih tetap mempertahkan lahan pertanian miliknya untuk tidak di jual dan tetap mempergunakannya sebagai lahan pertanian padi. Seperti anak Opung Rottip yang paling kecil yaitu Bapak Ayong Purba, membeli lahan pertanian di daerah sekitar Sinar Gunung dari uang yang diberikan Opung Rottip kepadanya. Bapak tersebut membeli lahan sekitar 10 rantai Sawah dari hasil penjualan lahan yang dilakukan Opung Rottip dan anak-anak Opung yang lainnya juga melakukan hal yang sama tetapi bedanya mereka membeli lahan sawit karena mereka tinggal di luar Sinar Gunung yaitu di Pekanbaru dan juga ada yang di Rantau Parapat. Begitu juga dengan uang hasil penjualan lahan yang kedua yang dilakukan Opung Rottip, setelah menjual lahannya kembali Opung tersebut juga membagi-bagikan hasil penjualan lahan tersebut kepada anak- anaknya. Sekarang ini Opung Rottip tidak memiliki lahan pertanian lagi, karena semua lahan yang dimilikinya telah di jual kepada KIM. Dalam memenuhi kebutahan hidup sehari-hari, Opung Rottip mengandalkan uang pensiun dan juga bunga bank dari deposito simpanan Opung tersebut. Walau Opung tidak memiliki lahan pertanian untuk menanam padi, anak- Universitas Sumatera Utara anak Opung Rottip yang juga tinggal di Sinar Gunung setiap panen memberikan beras kepada Opung untuk di konsumsi setiap harinya dan tidak membeli beras walalu tidak memiliki lahan pertanian padi lagi. Bapak Ayong Purba adalah salah satu anak Opung Rottip yang tinggal di Sinar Gunung mempunyai lahan pertanian. Seperti halnya dengan masyarakat Sinar Gunung, Bapak Ayong juga menjual lahan pertaniannya kepada KIM yang kemudian membeli lahan yang lebih luas lagi di desa lain yang dekat Sinar Gunung. Bapak Ayong menjual lahan pertaniannya dikatakan untuk membeli lahan pertanian yang lebih luas lagi di luar daerah Sinar Gunung. Hal ini dilakukan Bapak tersebut untuk memperoleh lahan pertanian yang lebih luas lagi dari sebelumnya yang ada di Sinar Gunung tersebut. Selain itu Bapak Ayong juga mengatakan dari hasil menjual lahan dipergunakan juga untuk kebutuhan pendidikan ank-anaknya yang sekarang ini sudah menempuh pendidikan perguruan tinggi, yaitu Bapak ayong memiliki empat orang anak yang sedang membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk pendidikan mereka. Anak-anak Bapak tersebut yang sedang kuliah ada tiga orang sedangkan satu lagi masih sebagai pelajar Sekolah mengengah atas SMA. Menurut bapak Ayong ketika peneliti mewawancarai Bapak tersebut, Bapak Ayong mengatakan adanya kekawatiran akan semakin terpuruknya lahan yang ada di Sinar Gunung ini akibat KIM yang semakin dekat. Bapak Ayong juga mengatakan bahwa KIM akan sampai ke Sinar Gunung dan bahkan akan ke pemukiman warga di Sinar Gunung ini. Dari paparan yang disampaiakan oleh Bapak tersebut, peneliti mendapat kesimpulan adanya kekawatiran para warga disini akan bagaimana kedepannya wilayah pemukiman warga di Sinar Gunung tersebut.

3.2 Pembagian Lahan